Regulasi Syariah Setengah Hati

advertisement
ekonomi & bisnis
syariah&global
indonesia
islamic index
>> bursa syariah <<
Senin (15/11)
DJIM
DJIGRC
DJIMTR
DJI100X
DJMY25D
IMXL
DJICHKU
2.118,36
1.699,52
3.622,83
2.270,68
867,15
2.159,24
1.712,38
5,78
32,80
18,26
11,78
7,77
4,86
11,28
DJIM: Dow Jones Islamic Market World Index
DJIGRC: Dow Jones Islamic Market Greater China Index
DJIMTR: Dow Jones Islamic Market Turkey Index
DJI100X: Dow Jones Islamic Market International Titans 100 Index
DJMY25D: Dow Jones Islamic Market Malaysia Titans 25 Index (USD)
IMXL: Dow Jones Islamic Market Titans 100 Index
DJICHKU: Dow Jones Islamic Market China/Hong Kong Titans 30 Index
Senin (15/11)
Senin (15/11)
546.41
1.700.000
535.00
1.690.000
D
1.695.400
1.695.400
542,31
1.695.400
1.691.400
532,13
530,31
525.00
515.00
1.680.000
1.689.400
1.670.000
9/11
10/11
11/11
12/11
15/11
1,82
ed: yeyen rostiyani
9/11
10/11
11/11
12/11
15/11
6.000
Sumber: Limas
Yetty optimistis, target
dana kelolaan yang diamanahkan perusahaan bisa tercapai sampai tutup buku
tahun ini, yaitu Rp 15 miliar.
Saat ini baru satu produk
unitlink yang ditawarkan
dengan konsep syariah, yaitu
Berkah SaveLink. Berkah
SaveLink juga dilengkapi
dengan program asuransi
tambahan (rider) lengkap,
yaitu Berkah ADDB, Berkah
Waiver of Basic Contribution,
dan Berkah Healthsafe.
Khusus segmen rencana
keuangan, Unit Syariah Manulife menyediakan pilihan
produk dana investasi berupa Manulife Dana Ekuitas
Syariah, Manulife Dana Pasar Uang Syariah, dan Manulife Dana Berimbang Syariah. Pada 2011, mereka
berencana menambah satu
produk baru dengan segmen
asuransi kesehatan.
“Kita sedang mempersiapkan produk unitlink yang
akan dijual melalui jalur
bancassurance,” ujar Yetty.
Bisa Jadi Stimulus
547,67
545.00
Manulife Syariah Siap Lepas
JAKARTA — Unit Sya riah Manulife, divisi khusus
perusahaan asuransi jiwa PT
Manulife Indonesia, bersiap
melakukan spin off pada
2011. Minat masyarakat
menjadi alasan utamanya.
“Kondisi permodalan juga sudah sesuai dengan ketentuan. Saat ini kita terus
melakukan persiapan rencana spin off,” ujar Kepala Unit
Syariah Manulife Yetty Rochyatini kepada Republika,
Senin (15/11).
Sejak peluncuran Unit
Syariah Manulife pada Juni
2009 hingga 30 Oktober
2010, Unit Syariah Manulife
berhasil mengumpulkan total dana kelolaan Rp 14 miliar dengan jumlah nasabah
sekitar 820 orang. Pertumbuhan nasabah dan dana
kelolaan menunjukkan tren
sangat positif pada 2010.
”Untuk tahun lalu dana
kelolaan kita Rp 3 miliar, tahun ini per 30 Oktober Rp 11
miliar,” papar Yetty.
>> nisbah <<
1.710.000
Sumber: Dow Jones Indexes Dipantau 17.00 WIB
EH Ismail
REPUBLIKA
>> kurs dinar <<
555.00
15
Halaman >>
Selasa > 16 November 2010
alam 18 bulan ke depan, wakaf diperkirakan bakal menjadi stimulus pertumbuhan
industri pengelolaan dana syariah.
Wakaf biasanya dalam bentuk dana
tunai atau aset, termasuk tanah atau
bangunan. Saat ini dana yang
terkumpul sekitar 105 miliar dolar
AS. Kini pengelola wakaf harus lebih
kreatif untuk mencari penempatan
dana wakaf yang lebih produktif. ■
Sumber: Wakala Induk Nusantara
Regulasi Syariah Setengah Hati
EH Ismail
Masih banyak ruang kosong belum
tersentuh regulasi.
JAKARTA — Pasar syariah di Indonesia dinilai
mempunyai prospek yang
sangat bagus di masa mendatang. Namun, prospek industri syariah yang cerah ini
tidak dibarengi kesiapan regulasi untuk praktik-praktik ekonomi syariah.
Menurut pengamat perbankan syariah dari Universitas Pancasila Sri Widyastuti, pangkal pokok belum
terakomodasinya peraturan
untuk kegiatan operasional
ekonomi syariah disebabkan
tidak adanya political will
yang tegas dari pemerintah.
“Pemerintah kurang serius untuk mengembangkan
ekonomi syariah, sehingga
regulasi yang ada pun setengah hati,” ujar Sri kepada
Republika, Senin (15/11).
Menurut Sri, masih ba nyak ruang kosong dalam
praktik ekonomi syariah
yang belum tersentuh regulasi pemerintah. Salah satunya, belum ada lembaga
penjamin simpanan (LPS)
yang mengelola dana secara
syariah serta belum ada regulasi yang mengakomodasi
pemindahan aset nasabah
secara syariah.
“Semua ini masih pakai
aturan konvensional,” kata
Sri.
“Ibarat pakaian, ekonomi
syariah kita baru dipakaikan jubahnya. Nanti kalau
sudah timbul kesadaran dan
pengetahuan yang semakin
dalam, para nasabah syariah
ini bisa lari,” papar Sri.
Alasannya, kata Sri, nasabah akan berkesimpulan
jika praktik ekonomi syariah
(perbankan, asuransi, pasar
modal, dan lain-lain) ternya-
ta tidak berbeda dengan
praktik ekonomi konvensional.
Head of Corporate Communication Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Meitra N
Sari (Nino) menambahkan,
kekosongan regulasi syariah
juga terjadi pada sertifikasi
bankir syariah. Selama ini,
proses sertifikasi para
bankir yang akan bergelut
di perbankan syariah masih
menggunakan aturan konvensional.
“Padahal, antara konvensional dan syariah itu kan
jelas beda, tapi aturan untuk
sertifikasi bankir syariah ini
belum ada,” kata Nino.
Sebagai salah satu pemain dalam industri perbankan syariah, lanjut Nino,
BMI akan mendukung dan
mendorong Bank Indonesia
serta pemangku kewenangan lainnya untuk membuat
regulasi syariah yang purna.
“Dari hulu ke hilir, regulasi perbankan syariah harus
purna. Kami sifatnya menunggu dan mendorong agar
regulasi-regulasi tersebut
segera dibuat,” ucap Nino.
Pemain tunggal
Peneliti senior pada Direktorat Perbankan Syariah
BI Setiawan Budi Utomo
mengakui, peraturan yang
belum sepenuhnya mengakomodasi kegiatan operasional bank syariah menjadi
salah satu masalah penting
dalam pengembangan perbankan syariah nasional.
Pada dasarnya, kata Setiawan, BI senantiasa berupaya untuk membuat regulasi syariah yang bisa menjawab kebutuhan produk perbankan syariah dan para
nasabahnya. “Tapi, ibarat
perang, BI seperti pemain
tunggal. Belum tercipta sinergi dan kesadaran bersama dengan lembaga pemerintah lain,” kata Setiawan.
Setiawan menambahkan,
saat ini raihan pasar ke-
uangan syariah global masih
didominasi Malaysia dengan
pangsa pasar 23 persen. Berturut-turut di belakang
Malaysia adalah Arab Saudi
(19 persen), Kuwait (sembilan persen), Luxemburg
(tujuh persen), Bahrain
(enam persen), Kepulauan
Cayman (empat persen), dan
Irlandia (empat persen).
Indonesia sendiri berada di
peringkat delapan dengan
pangsa pasar tiga persen.
Menurut Setiawan, kedigdayaan ekonomi syariah
di Malaysia dan Arab Saudi
lebih dipicu oleh political
will pemerintah negara tersebut untuk mengembangkan ekonomi berbasis prinsip-prinsip syariah Islam.
“Indonesia bisa berdiri
sejajar dengan mereka kalau
pembangunan industri keuangan syariahnya sudah
menjadi agenda nasional.
Saat ini kita dorong ke arah
sana,” kata Setiawan.
ed: yeyen rostiyani
Download