29 Kelistrikan 1.3. Rangkaian Dasar Listrik 1.3.1 Rangkaian Seri Apabila dua buah tahanan kita hubungkan berturut-turut seperti didalam Gambar 1.32, maka rangkaian ini disebut rangkaian deret / seri. Gambar 1.32. Rangkaian seri dengan 2 buah resistor Dari grafik di atas terlihat bahwa besarnya VR merupakan penjumlahan dari tegangan yang drop pada masing-masing resistor. Jika rangkaian seri dengan tiga buah resistor dihubungkan dengan tegangan baterai, maka akan arus mengalir dari baterai melalui tiga tahanan itu. Gambar 1.33. Rangkaian seri dengan sumber tegangan BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 30 Kelistrikan Kuat arus diseluruh bagian rangkaian deret itu sama besarnya, tidak hanya tiga tahanan saja yang dapat dihubungkan deret, tetapi rangkaian deret dapat terdiri dari dua, tiga, dan empat tahanan atau lebih. Kalau kita ukur tegangan pada tahanan pertama ialah : V1 ; tegangan kedua ialah : V2 ; dan tegangan ketiga ialah : V3, maka ternyata bahwa jumlah ketiga tegangan itu sama dengan tegangan baterai. Vs = V1 + V2 + V3 Karena V1=I1·R1 ;V2=I2·R2 ; V3=I3·R3 dan Vs=IS·Rt maka : IS·Rt = I1·R1+ I2·R2+ I3·R3 Karena rangkaian seri ketiga tahanan dialiri arus yang sama maka : Is= I1= I2= I3 sehingga Rt = R1+ R2+ R3 (1.15) 1.3.2 Rangkaian Paralel Beberapa pemakai alat listrik bersama-sama dihubungkan pada satu tegangan. Hubungan semacam ini disebut : hubungan jajar / paralel. Semua alat listrik pada umumnya dihubungkan jajar pada tegangan yang tersedia. Gambar 1.34 Rangkaian paralel dengan 2 buah resistor Dari grafik di atas terlihat bahwa besarnya ITotal merupakan penjumlahan dari arus yang mengalir pada masing-masing resistor. Sekarang perhatikan percobaan dibawah : BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 31 Kelistrikan Gambar 1.35. Pengukuran tegangan pada rangkaian paralel Hasil pengukuran: V=.......; V1 = .........; V2 = ........; V3 = .......... Diperoleh V = V1 = V2 = V3 Rangkaian paralel terdiri dari berbagai arus cabang. Semua arus cabang bersumber dari arus utama. Dan arus keluar kembali pada jepitan tertutup, Gambar 1.36. Pengukuran arus pada rangkaian paralel Hasil pengukuran : = .......; 1 = .......; 2 = ........; 3 = .......... Diperoleh : = 1 + 2 + 3 Tahanan rangkaian paralel membagi arus total dalam berbagai arus cabang, sesuai dengan nilai hantarannya. Perhitungan tahanan total (tahanan pengganti) Rt U U I I1 + I2 + I3 BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG (1.16) 32 Kelistrikan U Rt U U U + + R1 R2 R3 1 Rt 1 1 1 R1 R R3 2 1 1 1 1 Rt R 1 R2 R3 (1.17) G t = G1 + G2 + G3 (1.18) Untuk rangkaian seri 2 tahanan : R + R1 maka : 1 1 1 2 R R 1 R2 R1 . R2 R . R2 R 1 R1 R2 (1.19) Contoh 1 Jika dua buah tahanan masing -masing R1 = 10 Ω, R2 = 40 Ω, dihubungkan secara paralel dengan tegangan 200 V, tentukan tahanan total dan arus yang mengalir pada masing-masing tahanan serta perbandingan 1 : 2 dan R2 : R1 Penyelesaiannya: R 1 1 1 R R 1 2 1 1 1 1 0,1 0,025 10 40 = V 200 V = 25 A 8 R 1 = V 200 V = 20 A R 1 8 1 = V 200 V = 5 A R 2 40 Kontrol : = 1 + 2 = 25 A I1 20 A = 4 I2 5A BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 33 Kelistrikan R1 40 =4 R2 10 Kesimpulan: Tahanan total adalah lebih kecil dari tahanan yang terkecil dari tahanan cabang. Keadaaan arus pada tiap cabang berbanding terbalik dengan tahanan cabang. Pemakaian: Hubungan paralel ( shunt ) untuk mengukur arus dan untuk pemakaian stop kontak yang lebih banyak dalam suatu rangkaian. Contoh 2: Jika diketahui: Dua buah tahanan R1 = 20 Ω, R2 = 30 Ω, dihubungkan secara paralel, berapakah tahanan totalnya? R= 20 . 30 20 . 30 12 20 + 30 50 Sedangkan jawaban secara grafik: Gambar 1.37. Perhitungan nilai resistor secara grafik Contoh 3 Diketahui: Tiga buah gulungan masing-masing 75 dihubungkan secara paralel dengan tegangan 150 V Berapakah Arus total dan tahanan total? Penyelesaiannya: R1 = R2 = R3 1 = 2 = 3 = 150 = 2A 75 BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 34 Kelistrikan = 3 . 1 = 3 . 2A = 6A R= U 150 1 25 = dari 75 I 6A 3 Kesimpulan: Apabila setiap cabang tahanannya sama besar, maka tahanan total dihitung sebagai berikut : R = R Cabang Jumlah Cabang (1.20) 1.3.3 Rangkaian Seri Paralel (Campuran) Rangkaian seri-paralel (campuran) seperti Gambar 1.38 , tahanantahanan ada yang tersambung seri dan paralel dalam rangkaian tersebut. Untuk menghitung besarnya tahanan pengganti,tahanan-tahanan dikelompokkan. Tahanan yang terhubung seri dihitung secara seri (persamaan 1.15) dan yang terhubung paralel dihitung secara paralel (persamaan 1.17). Berikut ini adalah cara penyelesaian rangkaian campuran: a. Rangkaian campuran 1 ( seri-paralel ). Gambar 1.38. Rangkaian campuran 1 ( seri-paralel ) R = R = R1 R2 R1 R2 1 1 1 1 R3 R4 R5 R AB = R + R + R6 BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG (1.21) (1.22) 35 Kelistrikan b. Rangkaian campuran 2 ( paralel-seri ) Gambar 1.39. Rangkaian campuran 2 ( paralel-seri ) R = R1 + R2 R = R3 + R4 R = R5 + R6 Gambar 1.40. Rangkaian Paralel R AB = 1 1 1 1 RI RII RIII Contoh hitungan. Gambar 1.41. Contoh perhitungan Rangkaian Paralel R1 = 10 R2 = 10 R3 = 10 BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG (1.23) 36 Kelistrikan R4 = 10 RAB ? Penyelesaian : Gambar 1.42. Contoh penyederhanaan perhitungan Rangkaian Paralel R = 10 10 100 R1 R2 = 5 R1 R2 10 10 20 R = R3 R4 10 x 10 100 5 R3 R4 10 10 20 Gambar 1.43. Hasil akhir perhitungan Rangkaian Paralel RAB = R + R = 5 + 5 = 10 1.3.4 Sumber Tegangan Sumber tegangan dalam keadaan tidak berbeban Sumber tegangan dalam keadaan tidak berbeban biasa disebut dengan isitilah E atau Gaya gerak listrik (GGL) adalah tegangan untuk menghantarkan elektron, atau biasa dikenal tegangan tidak kerja Vo satuan Volt BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 37 Kelistrikan Gambar 1.44. Sumber tegangan tidak berbeban V : Tegangan klem atau tegangan setelah melewati tahanan dalam dari sumber tegangan satuan Volt. Rd : Tahanan dalam dari sumber tegangan dalam satuan ohm. Persamaan arus : I = 0 Persamaan tegangan : V = E atau Vo Sumber tegangan dalam keadaan berbeban Gambar 1.45. Sumber tegangan dengan beban Arus listrik mengalir dari tiitk positip ke titik negatip. Andaikata dua titik itu netral, jadi tidak ada tegangan antara kedua tiitk itu, maka tak akan ada arus yang mengalir lewat kabel yang nenghubungkan kedua tiitk itu, karena tidak ada perpindahan elektron. Sehingga arus listrik mengalir hanya bila ada tegangan dan hanya dalam rangkaian tertutup. Besarnya tegangan jepit ( klem ) menurut hukum ohm, sama dengan kuat arus dikalikan dengan tahanan, maka disebut tahanan luar. Jadi dapat ditulis : V = I · RL (1.24) Demikian pula didalam baterai juga terdapat tahanan. Tahanan didalam baterai disebut tahanan dalam sumber arus, karena terdapat didalamnya, maka : V = I · Rd BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG (1.26) 38 Kelistrikan dimana : V = kerugian tegangan di dalam sumber arus. Rd = tahanan dalam sumber arus. I = arus yang dikeluarkan. Jadi besarnya ggl : Vo = I ( RL + Rd ) (1.27) = I RL + I · Rd = V + I · Rd = V + V dari persamaan diatas dapat ditulis : I Vo Rd RL (1.28) Sumber tegangan dalam keadaan hubung singkat Gambar 1.46. Sumber tegangan dalam keadaan hubung singkat Jika suatu baterai hubung singkat maka : V = 0 Karena tidak ada tahanan luar atau tahanan luar relatif kecil sekali (diabaikan) maka didapat rumus : V IR o R (1.29) Kesimpulan : Semakin besar arus, maka tegangan klem semakin kecil. Semakin kecil tahanan dalam, maka semakin berkurang tegangan klem yang tergantung dari arus beban. BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 39 Kelistrikan Rugi tegangan didalam penghantar Yang dimaksud kerugian tegangan dalam penghantar ialah tegangan yang hilang, atau tegangan yang tak dapat dimanfaatkan : Gambar 1.47. Rugi tegangan dalam penghantar Dalam rangkaian arus : I = V / Rp RP = RAB + RBC + RCD dari titik A ke B terjadi turun tegangan VAB = I . RAB = I . Tahanan penghantar masuk dari titik C D = terjadi turun tegangan VCD = I . RCD = I . Tahanan penghantar keluar V = V VBC atau V = VAB + VCD Panjang dan penampang kedua penghantar itu sama, jadi tahanannya sama. Tahanan penghantar R= q (1.30) Tahanan dua kontrol : 2 R= 2 ρ q (1.31) Turun tegangan dinyatakan dalam % dari tegangan yang diberikan V=% . V BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG (1.32) 40 Kelistrikan = Σ V 100 Sumber tegangan dalam keadaan berbeban yang dapat diatur Gambar 1.48. Rangkaian Sumber tegangan dengan beban dapat diatur Gambar 1.49. Grafik keadaan berbeban yang dapat diatur Kesimpulan : Semakin besar tahanan beban yang diukur maka besarnya tegangan klem akan semakin kecil. Contoh Soal : Sebuah sumber tegangan memberikan Vo =1,5 V dihubungkan pada tahanan RL =2,5 sedangkan tahanan dalam baterai Ri = 0,5 . Hitunglah : a. Arus yang mengalir (). b. Tegangan klem V (tegangan pada tahanan luar). Jawab : BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 41 Kelistrikan a). I b). V 1,5 1,5 V = = = 0,5 A Rd R L 3 0 ,5 2 ,5 V = Vo . Rd = 1,5 V ( 0,5 . 0,5 ) = 1,5 V 0,25 = 1,25 V 1.3.5 Pembagi Tegangan Tahanan pembagi tegangan dibangun dari dua buah tahanan atau lebih yang dihubung seri pada sumber tegangan. Arus yang mengalir pada rangkaian seri tersebut adalah sama sedang tegangan bagian pada masing-masing tahanan tergantung nilai masing-masing tahanan. Sistem pembagi tegangan dari rangkaian tahanan selain membagi tegangan dapat dimanfaatkan untuk menghitung salah satu nilai tahanan Rx yang belum diketahui . Perhatikan pembagi tahanan Gambar 1.50. Gambar 1.50. Mengukur Tahanan Rx Sistem Pembagi Tegangan Dimana : Rx Ry Vx Vy Rv Vs I = Tahanan tidak diketahui = Tahanan diketahui = Volt meter , mengukur tegangan Rx = Volt meter , mengukur tegangan Ry = Tahanan dalam Volt meter = Tegangan Sumber = Arus yang mengalir dalam rangkaian Berdasarkan Hukum OHM I V Rx Ry BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG (1.33) 42 Kelistrikan Vx Vy Rx Vs Rx Ry Ry Rx Ry Vs (1.34) (1.35) Karena arus yang mengalir pada masing-masing tahanan Rx dan Ry sama Vx Vy Rx Ry Rx Vx R y Vy (1.36) (1.37) Ketidak cermatan hasil pengukuran adalah , tergantung ketidak cermatan hasil pengukuran tegangan Vx dan Vy. Karena pada dasarnya saat mengukur tegangan Vx dan Vy kita mengukur tegangan pada tahanan jajar Rx // Rv dan Ry // Rv. Kalau Rv jauh lebih besar dari Rx dan Ry maka pengaruh Rv bisa diabaikan , karena tidak terpadu efek pembebanan. Jadi didalam pengukuran metode pembagi tegangan sebaiknya digunakan volt meter yang mempunyai tahanan dalam Rv sangat besar , bisa dipilih multimeter digital. Cara yang lebih baik adalah menggunakan tahanan variabel yang dikalibrasi yaitu dengan tahanan variabel ( Potensio ) samapai diperoleh Vx = Vy maka akan didapat Rx = Ry pada sistem ini tidak perlu alat ukur yang sangat presisi /mahal sebab yang diperlukan adalah pengukuran tegangan Vx = Vy yang cermat lihat Gambar 1.51. Gambar 1.51. Mengukur Tahanan Rx , dengan menyamakan Vx dan Vy Pembagi Tegangan Resistor Tetap BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 43 Kelistrikan Rangkaian pembagi tegangan dapat dibangun dengan menggunakan dua resistor atau lebih yang dihubungkan secara seri. Rangkaian tertutup, pembagi tegangan seperti yang diperlihatkan Gambar 1.52 menggambarkan aliran arus tegangan pada rangkaian penbagi tegangan dua resistor. Sebagaimana sifat khusus dari rangkaian seri adalah arus yang melalui kedua resistor adalah sama besar seperti yang dinyatakan pada persamaan di bawah. Sedangkan besarnya tegangan keluaran pada resistor R2 tergantung dari besarnya nilai resistor R1 dan resistor R2,dengan memperhatikan Gambar 1.52 dapat dihitung besarnya tegangan keluarannya. Gambar 1.52. Rangkaian Pembagi Tegangan Dua Resistor tanpa Beban Pada saat tanpa beban maka IL=0 I1+I2+IL =0 I1+I2 =0 I1 = I2 V1= I1 · R1 (1.38) V2= I2 · R2 karena I2= I1= It maka It = Vin/Rt V2 = Vin R2 Rt V2 = Vin R2 R1 R 2 V2 = R2 Vin R1 R2 (1.39) (1.40) Untuk pembagi tegangan berbeban seperti Gambar 1.53, dapat diuraikan sebagai berikut : BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 44 Kelistrikan Gambar 1.53 Pembagi Tegangan dengan Beban Beban RL paralel dengan R2, maka keduanya diganti dengan Rp Rp = V2 = R2 RL maka tegangan keluarannya R2 RL Rp R1 R p Vin (1.41) Implementasi pembagi tegangan dengan menggunakan potensiometer seperti Gambar 1.54. Pada Gambar 1.55 merupakan gambar grafik hubungan R/R2 dengan Uout/Uin dengan beban bervariasi. Gambar 1.54 Pembagi Tegangan dengan Potensiometer Gambar 1.55 Grafik Pembebanan Potensiometer Pada grafik di Gambar 1.55 terlihat grafik lurus dengan naik proporsional untuk beban kosong (saklat terbuka). Sedang saat beban RL=R terlihat BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG Kelistrikan 45 kenaikan perubahan tidak linier lagi (agak melengkung), sementara saat RL = 0,1R lengkungan grafik sangat besar. Ini memperlihatkan ketidak linieraan tegangan keluar saat dibebani. Implementasi Pengaturan Sumber Tegangan Sebuah rangkaian pengaturan tegangan dengan spesifikasi sebagai berikut: Optimasi rangkaian pembagi tegangan dengan rentang tidak melebihi antara -5V dan +5V Kebutuhan arus yang mengalir ke beban dapat diabaikan Digunakan untuk rangkaian dengan konsumsi daya kecil Analisa/gambaran kebutuhan spesifikasi komponen yang tersedia: Nilai resistansi potensiometer yang tersedia adalah 10k, 20k, dan 50k. Resistor standar yang tersedia 10 dan 1M dengan nilai toleransi 2%. Sumber tegangan (power supply) yang tersedia -12V dan +12V dengan arus maksimum 100mA. Identifikasi Masalah Gambaran situasi dan asumsi rangkaian, Gambar 1.56 memperlihatkan diagram blok pengaturan sumber tegangan yang terhubung ke rangkaian beban. Karena sumber tegangan yang tersedia hanya bisa mengeluarkan tegangan keluaran V sebesar ±12V dan untuk mendapatkan pengaturan tegangan ±5V atau -5V ≤ V ≤ +5V, untuk itu diperlukan 2 buah resistor dan 1buah potensiometer. Agar didapat kurva linier terhadap perubahan pengaturan potensiometer (k) maka nilai resistansi beban RL diasumsikan besar terhadap nilai resistansi 2 resistor pembagi tegangannya, dengan demikian arus yang mengalir ke beban dapat diabaikan iL 0 . Tujuan utamanya adalah: bahwa rangkaian diharapkan dapat menyediakan rentang pengaturan tegangan keluaran maksimum sebesar -5V ≤ V ≤ +5V harus dapat direalisasi dengan keterbatasan komponen yang tersedia. Metode Penyelesaian Masalah : Potensiometer harus menyediakan dan mengatur secara optimal tegangan keluaran V dapat Kedua power supply harus menyediakan tegangan yang dapat diatur dari nilai positif dan negatif 5V. BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG Kelistrikan 46 Terminal potensiometer tidak dihubungkan langsung ke terminal power supply karena tegangan keluaran minimum power supply sebesar ±12V. Gambar 1.56. Rangkaian Sumber Tegangan dan Jaringan Beban Dengan pendekatan teorema superposisi nilai resistor R1, R2 dan potensiometer R dapat ditentukan. Gambar 1.57. Rangkaian Dua Sumber Tegangan (superposisi) Gambar 1.58 Model Pengganti Rangkaian Pengaturan Tegangan dengan Potensiometer. Dengan mengobservasi rangkaian yang diperlihatkan Gambar 1.57 dan model rangkaian pengganti pengaturan tegangan Gambar 1.58, dengan demikian dimensi untuk nilai-nilai komponen R1, R2 dan R dapat ditentukan sesuai dengan tuntutan spesifikasi, yaitu rentang pengaturan dibatasi antara nilai v sebesar - 5V ke 5V dengan arus beban tidak melebihi 100mA. Untuk memudahkan analisa perhitungan, maka diasumsikan nilai-nilai resistansi R1=R2=Rx, dengan demikian Gambar 1.58(b) didapatkan rangkaian pengganti seperti yang diperlihatkan Gambar 1.10. Sehingga loop sebelah kanan didapatkan persamaan tegangan seperti berikut: - 12 RX I a k R.I a 1 - k R I a RX I a - 12 0 BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 47 Kelistrikan sehingga didapatkan persamaan arus, Ia 24 2.R X R (1.42) dimana, Rx adalah resistansi penurun tegangan dan R adalah besarnya resistansi potensiometer Berikut, dimensi persamaan tegangan untuk loop sebelah kiri, V 12 - R X k.R .I a Subsitusi dari nilai arus Ia, sehingga didapatkan persamaan; V 12 - 24 Rx k.R 2.R X R Gambar 1.59. Rangkaian Pengganti R1 = R2 = Rx. Bila faktor pengaturan potensiometer k = 0 dan diminta nilai tegangan V = 5V, sehingga didapatkan persamaan tegangan v seperti berikut; 5 12 - 24 R X 0.R 24 R X 12 2.R X R 2.R X R maka nilai Rx ditentukan oleh persamaan R X 0,7 R Bila resistansi potensiometer dipilih sebesar R = 20k, maka nilai RX adalah: R X 0,7 R 0,7 20kΩ 14kΩ Untuk membuktikan bahwa besarnya tegangan keluaran V = -5V, yaitu dapat dengan mengasumsikan nilai k = 1, sehingga didapatkan nilai pembuktian seperti berikut: BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 48 Kelistrikan V 12 - 24 R X k.R 2.R X R 14kΩ 20kΩ V 12 - 24 - 5V 28kΩ 20kΩ Terpenuhi spesifikasi yang diminta V sebesar - 5V ke 5V Disipasi daya yang diserap oleh ketiga resistor adalah; P(watt) Ia 2 2.R X R 24 2 2R X R P 24 2 12mW 2 14kΩ 20kΩ Ia 24 24 2.R X R 2 14kΩ 20kΩ I a 0,5mA Terpenuhi karena sumber arus yang tersedia 100mA jauh lebih besar daripada kebutuhan arus total 0,5mA. Untuk mereduksi kebutuhan daya yang besar, maka resistansi potensiometer dipilih dengan nilai yang lebih besar. Dan jika diganti dengan nilai R = 50k, maka nilai RX adalah: R X 0,7 R 0,7 50kΩ 35kΩ sehingga, 35kΩ 50kΩ - 5V 12 - 24 V 70 50kΩ 35kΩ V 12 - 24 5V 70 50kΩ Terpenuhi spesifikasi yang diminta; - 5V V 5V Disipasi daya yang diserap oleh ketiga resistor adalah; P(watt) Ia 2 2.R X R P 24 2 2R X R 24 2 5mW 2 50kΩ 70kΩ BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 49 Kelistrikan Bila nilai resistansi potensiometer semakin besar maka disipasi daya yang diserap oleh resistor R dan RX semakin bertambah kecil, demikian juga dengan nilai arus Ia. Ia 24 2.R X R Ia 24 0,2mA 2 35kΩ 50kΩ Dimensi dari pemilihan nilai resistansi dari potensiometer R terbukti telah memenuhi kriteria tuntutan persyaratan spesifikasi yang diminta, karena sumber arus yang tersedia masih relatif cukup besar dari arus kebutuhan. Pembagi Tegangan Potensiometer Pada saat posisi pengaturan potensiometer berada pada titik 0, sehingga nilai k.R = 0, dengan demikian tegangan VL = 0. Pada kondisi ini berlaku persamaan: RS = (1 – k).R (1.43) Pada saat posisi pengaturan potensiometer berada pada titik 1, sehingga nilai (1.k).R = 0, dengan demikian tegangan VL = V1. Pada kondisi ini berlaku persamaan: RP R L k.R RL k.R (1.44) Pada saat posisi potensiometer berada diantara nilai 0 dan 1, maka berlaku persamaan pembagi tegangan: VL RP V RP .V1 atau L R P RS V1 R P RS RL .k.R VL RP RL k.R RL .k.R V1 RP RS 1 k .R RL k.R VL RP V1 R P RS RL .k.R R L .k.R 1 k .R RL k.R RL k.R BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG (1.45) 50 Kelistrikan VL RL .k.RR L k.R V1 R L k.R R L .k.R RL k.R . 1 k .R VL R L .k.R V1 R L .k.R R.RL k.R 2 .1 k VL R L .k.R V1 R L .k.R R.RL R.RL .k k.R 2 k 2 .R 2 . VL V1 1 1 1 R k.R 1 k RL RL VL 1 1 atau VL .V1 1 R V1 1 R .1 k .1 k k RL k RL (1.46) Dimensi Untuk mendapatkan Linieritas RL >> R dengan Iq = 5 sampai 10.IL (dipilih), sehingga berlaku R V1 5......10I L Pada saat kondisi pengaturan (R / Rl) ≈ 1 potensiometer dilewati arus maksimum, pada kondisi ini dapat mengakibatkan potensiometer terbakar, karena kelebihan arus/daya. Untuk itu persyaratan pengaturan pembangi tegangan dengan menggunakan resistor atau potensiometer selain faktor linieritas kurva, yang perlu diperhatikan juga kemampuan daya daya maksimum potensimeter tersebut. Pembagi Arus Dalam sebuah rangkaian parallel tahanan-tahanan, tegangan totalnya akan sama pada masing-masing tahanan, sementara jumlah arus masing-masing tahanan akan sama dengan arus totalnya. Gambar 1.60 Pembagi Arus BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 51 Kelistrikan VR1 = VR2 = VR3 = VS (1.47) I1 = I2 = I 3 = It (1.48) Ini dikenal dengan hukum Kirchoff arus. Besarnya arus pada masingmasing cabang tergantung pada besarnya tahanan pada cabang yang bersangkutan. I1 VR1 VS R1 R1 I2 VR 2 VS R2 R2 I3 VR 3 VS R3 R3 Pengukuran Arus dan Perluasan Batas Ukur Pengukur arus harus memiliki tahanan dalam yang kecil, sehingga alat ukur ini tidak membuat tegangan jatuh yang besar pada alat ukur ini. Gambar 1.61 Pengukuran Arus Pada alat ukur akan terjadi tegangan jatuh sebesar UA, sementara arus seharusnya sebesar US/R. Dalam rangkaian gambar diatas terlihat bahwa: I US R RA RA VA I (1.49) (1.50) dimana R = tahanan beban dan RA = tahanan dalam amper meter BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 52 Kelistrikan Maka untuk memperkecil kesalahan RA harus sekecil mungkin sehingga tegangan jatuh di amper meter dapat diabaikan. Bila sebuah amper meter berkemampuan mengukur arus 1mA, sementara arus yang akan diukur sebesar 1A, maka batus ukur amper meter dapat diperluas (dinaikkan). Sisa arus yang tidak mampu dilewatkan oleh amper meter di lewatkan ke sebuah tahanan paralel (Rsh). Sehingga pada kasus diatas dapat diselesaikan sebagai berikut: Ish = I - IA (1.51) Rsh = UA / Ish (1.52) Gambar 1.62 Perluasan Batas Ukur Ampermeter Pengukuran Tegangan dan Perluasan Batas Ukur Pengukur tegangan harus memiliki tahanan dalam yang besar, sehingga alat ukur ini tidak menarik arus yang besar, yang dapat mengakibatkan kesalahan pengukuran. Gambar 1.63 Pengukuran Tegangan BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 53 Kelistrikan Tegangan pada R seharusnya sama dengan tegangan pada VS, semestinya arus I harus sama dengan arus pada tahanan IR. Dengan adanya pemasangan volt meter maka ada arus yang harus mengalir ke dalam volt meter, sehingga I IR . Untuk mengatasi kesalahan ini maka tahanan dalam Voltmeter harus dibuat setinggi mungkin sehingga arus yang ditarik sekecil mungkin. Gambar 1.64 Perluasan Batas Ukur Voltmeter Sebuah Voltmeter mempunyai batas ukur 10V jika diinginkan untuk dapat mengukur hingga 100V maka ditambahkan tahanan seri Rs dengan Voltmeter tersebut. VRs = V - VV (1.53) Rs = VRS / Iv (1.54) dimana V adalah tegangan yang diinginkan untuk dapat diukur. Contoh: Sebuah ampermeter dengan Batas Ukur (BU) = 1mA diinginkan dapat mengukur arus 1A, berapa besar Rsh jika tegangan jatuh pada ampermeter 0,1V Jawab : Ish = 1A – 1mA = 999mA Rsh = 0,1V / 999mA = 0,1 Contoh : Sebuah voltmeter berkemampuan mengukur 10V diinginkan untuk dapat mengukur 100V, berapa besar Rs jika arus voltmeternya 0,1mA? Jawab : Rs = (100V-10V) / 0,1mA = 900k Metode Pengukuran Arus dan Tegangan Pengukuran tahanan selain dilakukan dengan menggunakan ohm meter, dapat juga dilakukan dengan methode Voltmeter Ampermeter ( Metode pengukuran arus dan tegangan ). Metode ini cukup populer karena instrumen-instrumen ini tersedia di laboratorium. Jika tegangan V antara ujung-ujung tahanan dan arus I melalui tahanan tersebut diukur, tahanan Rx dapat dihitung berdasarkan hukum ohm. BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 54 Kelistrikan RX V I (1.55) Dalam persamaan di atas berarti tahanan ampermeter adalah nol dan tahanan voltmeter tak terhingga, sehingga rangkaian tidak terganggu. Pada Gambar 1.65 arus sebenarnya di salurkan ke beban diukur oleh ampermeter, tetapi voltmeter lebih tepat mengukur tegangan sumber dari pada tegangan beban nyata ( aktual ). (a) Ampere meter dipasang setelah Voltmeter (b) Voltmeter dipasang setelah Ampere meter Gambar 1.65. Efek penempatan voltmeter dan ampermeter dalam pengukuranpengukuran voltmeter-ampermeter Untuk mendapatkan tegangan yang sebenarnya pada beban, penerimaan tegangan di dalam ampermeter harus di kurangkan dari penunjukan voltmeter. Jika voltmeter dihubungkan langsung di antara ujung-ujung tahanan seperti dalam gambar (b), dia mengukur tegangan beban yang sebenarnya, tetapi ampermeter menghasilkan kesalahan ( error ) sebesar arus melalui voltmeter. Dalam kedua cara pengukuran Rx ini kesalahan tetap dihasilkan. Cara yang betul untuk menghubungkan voltmeter bergantung pada nilai Rx beserta tahanan voltmeter dan ampermeter. Umumnya tahanan ampermeter adalah redah sedang tahanan voltmeter adalah tinggi. Dalam Gambar 1.65 (a) ampermeter membaca arus beban (Ix) yang sebenarnya, dan voltmeter mengukur tegangan sumber (Vi). Jika Rx besar dibandingkan terhadap tahanan dalam ampermeter, kesalahan yang diakibatkan oleh penurunan tegangan di dalam ampermeter dapat diabaikan dan Vi sangat mendekati tegangan beban yang sebenarnya (Vx). Dengan demikian rangkaian Gambar 1.65 (a) adalah yang paling BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG Kelistrikan 55 baik untuk pengukuran nilai-nilai tahanan yang tinggi (high resistance values). Dalam Gambar 1.65 (b) voltmeter membaca tegangan beban yang sebenarnya (Vx) dan ampermeter membaca arus sumber (Ii). Jika Rx kecil dibandingkan terhadap tahanan dalam voltmeter, arus yang dialirkan ke voltmeter tidak begitu mempengaruhi arus sumber dan Ii sangat mendekati arus beban sebenarnya (Ix). Berarti rangkaian Gambar 1.65 (b) paling baik untuk pengukuran nilai-nilai tahanan rendah (low-resistance values). Pengukuran Tahanan Rx Untuk mengetahui apakah tahanan Rx yang diukur bernilai tinggi atau rendah dengan tepat, ikuti cara -cara dibawah ini di tunjukkan Gambar 1.66. a) Hubungkan voltmeter terhadap Rx dengan sakelar pada posisi 1 dan amati pembacaan ampermeter. b) Pindahkan sakelar ke posisi 2. Jika pembacaan ampermeter tidak berubah, kembalikan sakelar ke posisi 1. Gejala ini menunjukkan pengukuran tahanan rendah. Catat pembacaan arus dan tegangan dan hitung Rx menurut persamaan di atas. c) Jika pembacaan ampermeter berkurang sewaktu memindahkan sakelar dari posisi 1 ke posisi 2, biarkan voltmeter pada posisi 2. Gejala ini menunjukkan penngukuran tahanan tinggi. Catat arus dan tegangan dan hitung Rx menurut persamaan di atas. Pengukuran tegangan didalam rangkaian elektronik umumnya dilakukan dengan voltmeter rangkuman ganda atau multimeter, dengan sensitivitas antara 20 K/V sampai 50 K/V. Dalam pengukuran daya dimana arus umumnya besar, sensitivitas voltmeter bisa serendah 100 /V. Gambar 1.66. Efek posisi Voltmeter dalam pengukuran cara arus dan tegangan Tahanan ampermeter tergantung pada perencanaan kumparan dan umumnya lebih besar bagi arus skala penuh yang rendah. BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG