BAB II KAJIAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kulit
2.1.1 Anatomi Kulit
Kulit adalah bagian terluar dari tubuh manusia yang berfungsi membatasi
tubuh manusia dengan lingkungan luar dan mencegah masuknya substansi yang
berbahaya misalkan virus ataupun bakteri. (Wolff, 2008)
Kulit dibagi menjadi tiga lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan
subkutan. Bagian terluar dari kulit adalah epidermis, dimana epidermis tersusun
atas keratinosit aktif yang terlapisi oleh lapisan keratin, stratum corneum.
Sedangkan dermis berada dibawah lapisan epidermis yang tersusun atas liposit
lobul dan protein kolagen berstruktur fibrilar, dermis dibatasi oleh kolagen septae
yang tersusun oleh kumpulan neurovascular. Sedangkan subkutan merupakan
kelanjutan dari dermis terdiri atas jaringan ikat berisi sel-sel lemak. (James, 2011)
Pada kulit juga terdapat adneksa kulit yang terdiri dari kelenjar kulit
dimana kelenjar kulit dapat dibagi menjadi dua yaitu glandula sebasea dan
glandula sudorifera (kelenjar keringat). (Shier, 2012)
2.1.2 Fisiologi Kulit
Secara anatomi kulit terdapat pada bagian terluar tubuh manusia, hal ini
sangat berhubungan dengan fungsinya sebagai proteksi tubuh terhadap lingkungan
luar. Hal ini dapat terjadi karena terdapat bantalan lemak dan serabut-serabut
jaringan penunjang yang dapat melindungi dari gangguan fisis, contoh tarikan
tekanan atau gesekan. Dengan struktur stratum korneum yang impermeable
6
7
terhadap bahan-bahan kimia mampu memberikan perlindungan kepada tubuh dari
gangguan kimia terutama yang bersifat iritan seperti asam, karbol dan alkali kuat.
(Nuraga dkk, 2008)
Fungsi lainnya dari kulit selain untuk proteksi tubuh tapi juga untuk
absorpsi. Pada kulit normal tidak mudah untuk menyerap air, larutan dan benda
padat. Selain itu kulit juga mampu berfungsi sebagai organ ekskresi yaitu
mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna ataupun sisa-sisa metabolisme dalam
tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan amonia. (Wasitaatmaja, 2011)
2.2 Dermatitis Kontak Akibat Kerja
2.2.1 Definisi
Dermatitis Kontak akibat kerja (DKAK) adalah dermatitis yang
disebabkan paparan pekerjaan terkait. Dapat terjadi pada pekerja yang terpapar
oleh bahan-bahan iritan maupun alergen. Gejala klinis yang mampu timbul dapat
meliputi dermatitis kontak iritan (DKI) maupun dermatitis kontak alergi (DKA)
tergantung dari paparan bahan, ataupun kondisi individu tersebut.
Untuk
menegakkan diagnosis pada dermatitis kontak akibat kerja dapat digunakan
kriteria Mathia, dimana jika memenuhi 4 kriteria saja maka dermatitis mungkin
disebabkan oleh pekerjaan.
Tabel 2.1 Kriteria Mathia untuk dermatitis kontak akibat kerja
No
Kriteria dermatitis
1 Gambaran klinis konsisten dengan kontak dermatitis
2 Paparan di tempat kerja terhadap iritan atau allergen potensial yang
3
berhubungan dengan kulit
Distribusi anatomis konsisten dengan paparan pada kulit yang
4
berhubungan dengan pekerjaan
Hubungan sementara antara paparan dan onset konsisten dengan
8
dermatitis kontak
5 Paparan non-okupasi di eklusi sebagai penyebab
6 Menghilangkan paparan memicu perbaikan dari dermatitis
7 Uji tempel atau provokasi melibatkan paparan di tempat kerja spesifik
Sumber: (Sasseville, 2008)
2.2.2 Epidemiologi
Menurut data dari Health and Safety Executive pada tahun 2014 di Inggris
dilaporkan terdapat 1320 individu dengan 1336 diagnosis penyakit kulit akibat
kerja. 1058 (79%) adalah dermatitis kontak, 49 (4%) adalah non-cancerous
dermatoses (kebanyakn kontak urtikaria) dan sisanya sebanyak 229 (17%)
merupakan kanker kulit. (Darnton, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa Dermatitis
Kontak akibat Kerja adalah salah satu penyakit yang paling sering terjadi dalam
hal berkaitan dengan pekerjaan.
Dermatitis Kontak akibat Kerja dapat dibedakan menjadi dua yaitu DKI
dan DKA. Di daerah Elbarnic, ditemukan bahwa 80% kasus dermatitis yang
terjadi pada pekerja adalah kasus Dermatitis Iritan akibat kontak dengan bahanbahan yang berada pada tempat bekerja. (Tahiraj, 2013).
Berbagai pekerjaan berbeda yang dilakoni masyarakat pada kehidupan
sehari-harinya, tentunya memiliki tingkat risiko yang berbeda dalam mengalami
kejadian DKAK, salah satunya adalah karyawan pencuci mobil dan sepeda motor.
Penelitian yang dilakukan oleh Mariz di Desa Sukarame Bandar Lampung,
Indonesia pada karyawan pencucian mobil dan sepeda motor menyebutkan bahwa
dari 50 responden, 78% karyawannya mengalami kejadian dermatitis kontak
akibat kerja. (Mariz, 2013)
2.2.3 Jenis Dermatitis Kontak Akibat Kerja
9
Ada dua jenis dermatitis yang disebabkan oleh kulit kontak dengan
substansi yaitu DKI dan DKA. Kedua jenis dermatitis ini mampu bersifat akut
maupun kronik. Dermatitis Kontak Iritan adalah reaksi inflamasi pada kulit yang
dihasilkan dari terpapar substansi yang menyebabkan erupsi pada sebagian besar
orang yang melakukan kontak dengan substansi tersebut. Sedangkan Dermatitis
Kontak Alergi adalah sensitifitas yang didapatkan pada berbagai substansi yang
menyebabkan reaksi alergi pada seseorang yang sebelumnya telah mengalami
sensitisasi terhadap allergen. (James, 2011)
2.2.3.1 Dermatitis Kontak Iritan
Banyak substansi mampu berperan sebagai iritan yang menghasilkan
reaksi inflamasi yang non spesifik pada kulit. Dermatitis Kontak Iritan dapat
diderita oleh seseorang dalam kontak dengan substansi konsentrasi tinggi. Tidak
diperlukan adanya riwayat kontak dengan substansi sebelumnya. Dermatitis akan
menimbulkan gejala yang jelas dalam hitungan menit atau kebanyakan beberapa
jam kemudian. Gejala pada setiap orang berbeda-beda tergantung dengan jenis
substansi, lama terpapar dan kondisi kulit saat terpapar. (James, 2011)
2.2.3.2 Dermatitis Kontak Alergi
Dermatitis Kontak Alergi terjadi ketika kontak dengan allergen dengan
kulit yang sebelumnya mengalami sensitisasi. Disebabkan oleh hipersensitifitas
yang didapat, disebut juga cell-mediated hypersensitivity atau imunitas. Penyebab
tersering dari DKA di Amerika berupa oak, nikel, emas, neomisin dan lain-lain.
(James, 2011)
2.2.4 Faktor Risiko
10
Dermatitis kontak akibat kerja banyak terjadi akibat dari beberapan faktor
risiko, baik dari faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen seperti
riwayat atopi, usia dan jenis kelamin, sedangkan faktor eksogen lebih banyak
dipengaruhi oleh lama kontak dengan bahan, masa kerja, penggunaan Alat
Perlindungan Diri (APD) dan jenis bahan. (Mariz, 2013) Beberapa jenis bahan
yang dapat memicu DKAKdapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Presentase bahan yang dapat menimbulkan Dermatitis Kontak
Source: (Darnton, 2014)
2.2.5 Pathogenesis
Kelainan kulit pada dermatitis kontak iritan timbul akibat kerusakan sel
pada lapisan tanduk, denaturasi keratin, hilangnya lemak pada lapisan tanduk dan
mengubah daya ikat air kulit disebabkan oleh bahan iritan tersebut. Sebagian
besar bahan iritan merusak membran lemak keratinosit tetapi sebagian mampu
menembus membrane sel dan merusak lisosom, mitokondria atau komponen inti.
11
Akibat kerusakan membran, mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam
arakidonat (AA), diasilgliserida (DAG), platelet activating factor (PAF) dan
inositida (IP3). AA dirubah menjadi prostaglandine (PG) dan leukotriene (LT),
yang memiliki peran menginduksi vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas
vaskular sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin, serta
mengaktifasi sel mas melepaskan histamin, LT dan PG lain, dan PAF lain,
sehingga memperkuat perubahan vaskular. DAG dan [ lain akan menstimulasi
ekspresi gen dan sintesis protein contohnya interleukin-1 (IL-1) yang akan
mengaktifkan
sel-T
penolong
menghasilkan
interleukin-2
(IL-2)
dan
mengekpresikan reseptor IL-2 sehingga menimbulkan stimulasi autokrin dan
proliferasi sel. Keratinosit juga menginduksi terjadinya ekspresi molekul adesi sel
dan pelepasan sitokin melalui TNFα, sitokin proinflamasi yang mengaktifkan sel
T, makrofag dan granulosit. Rangkaian kejadian tersebut menimbulkan gejala
peradangan klasik di tempat terjadinya kontak, misalkan eritema, edema atau
terasa nyeri. (Sularsito, 2011)
Dermatitis kontak alergi menggambarkan reaksi hipersensitifitas tipe
lambat (reaksi imunlogik tipe IV), yang diperantarai oleh sel. Reaksi ini terjadi
melalui dua fase, yaitu sensitisasi dan elitasi. Pada fase sensitisasi, hapten
hidrofilik masuk ke dalam kulit yang kemudian membentuk hapten protein
kompleks dengan epidermal protein karier dan menghasilkan kompleks alergen
yang utuh, yang kemudian ditangkap oleh sel Langerhans. (Wolff, 2008)
Normalnya sel-sel Langerhans hanya sedikit memiliki kemampuan untuk
menstimlasi sel-T. Tapi setelah keratinosit terpapar oleh hapten yang bersifat
iritan, akan melepaskan sitokin (IL-1) yang akan mengaktifkan sel Langerhans
12
sehingga mampu menstimulasi sel-T. Aktivasi tersebut akan meningkatkan
sekresi sitokin tertentu salah satunya TNFα serta ekspresi molekul permukaan sel.
TNFα dapat juga mengaktifasi sel-T, makrofag dan granulosit, menginduksi
perubahan molekul adesi sel dan menekan produksi E-cadherin yang mengikat sel
Langerhans pada epidermis juga menginduksi aktivasi aktivitas gelatinolisis
sehingga mempermudah migrasi sel Langerhans ke kelenjar getah bening melalui
saluran limfe. Pada kelenjar limfe, sel Langerhans mempresentasikan kompleks
HLA-DR-antigen kepada sel-T penolong. Sel Langerhans mensekresi IL-1 yang
menstimulasi sel-T untuk mensekresikan IL-2, yang kemudian menstimulasi
proliferasi sel-T sehingga menjadi banyak. Kemudian sel-T teraktivasi yang
merupakan turunannya meninggalkan kelenjar getah bening dan beredar di
seluruh tubuh, menyebabkan individu tersebut menjadi tersensitisasi. (Wolff,
2008)
Pada fase elisitasi terjadi pada pajanan ulang alergen, pathogenesis awal
menyerupai fase sensitisasi. Setelah sel-T teraktivasi di kulit maupun pada
kelenjar limfe. Di kulit terjadi aktivasi yang lebih kompleks dengan hadirnya selsel lain seperti IL-2R dan IFN-γ yang mengaktifkan sel-sel mas dan makrofag dan
menginduksi terjadinya gejala-gejala klinis pada Dermatitis Kontak Alergi.
(Sularsito, 2011)
2.2.6 Manifestasi Klinis
Gejala pada dermatitis kontak tampak beragam tergantung pada sifat
iritan. Iritan kuat menimbulkan gejala akut seperti edema, eritema, rasa nyeri dan
panas. Berbeda dengan iritan lemah yang menimbulkan gejala kronis, sehingga
akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai dengan
13
kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi yang menyebabkan desikasi
sehingga kehilangan fungsi sawarnya yang berakibat mempermudah kerusakan sel
di bawahnya oleh iritan. (Sularsito, 2011)
Gambar 2.2
Dermatitis pada ujung jari tangan.
Source: (James,2011)
Pada gejala Dermatitis Kontak Alergen biasanya yang paling sering
dikeluhkan adalah gatal. Pada kondisi akut dimulai dengan bercak eritematosa
yang berbatas jelas kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel dan bula.
Sedangkan pada kondisi kronis terlihat pada kulit kering, berskuama , papul,
likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak tegas. (Sularsito, 2011)
2.3 Usaha Pencucian Mobil dan Sepeda Motor
Jasa pencucian mobil dan sepeda motor mulai berkembang pesat pada
masa ini, terutama di kota-kota besar dengan tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi dan penggunaan kendaraan bermotor yang sangat banyak. Hal ini didukung
14
dengan masyarakat yang semakin menuntut gaya hidup yang praktis, sehingga
menjadikan penyedia usaha jasa ini semakin meningkat.
Bahan-bahan kimia yang berpotensial untuk memicu terjadinya dermatitis
kontak pada karyawan car wash:
1. Detergen sabun pencuci kendaran, dapat mempengaruhi lapisan lipid pada
permukaan kulit dan hidarsi cairan kulit karena mengandung bahan iritan
lemah yaitu surfaktan seperti akil benzene sulfonate. (Mariz, 2013)
2. Pewangi, hampir pada semua detergen terdapat bahan tambah berupa
pewangi dan bahan ini adalah salah satu bahan yang mampu menyebabkan
dermatitis kontak alergen. (Afifah, 2012)
3. Air, kontak lama dengan air mampu menyebabkan dermatitis kontak jika
terjadi kontak selama lebih dari 2 jam atau intensitasnya tinggi seperti 20
kali per hari, disebabkan oleh sifat air yang hipotonik, sehingga air mampu
menjadi agen sitotoksik dan dapat mengerosi kulit. (Suryani, 2008)
4. Pelicin mobil.
Secara umum terdapat alur kerja sebagai berikut pada usaha jasa pencucian
mobil dan sepeda motor: (Mariz dkk, 2013)
1. Mobil atau motor yang akan dicuci diparkirkan pada tempat yang telah
disediakan.
2. Dilakukan tahap pembersihan bagian bawah mobil atau sepeda motor
menggunakan air mengalir.
3. Membersihkan bagian luar menggunakan detergent dan sponge serta bagian
ban dibersihkan dengan disikat.
4. Dibilas dengan air untuk membersihkan busa sabun dilanjutkan pengeringan.
Download