ANALISIS PEMILIHAN INVESTASI SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN REWARD TO VARIABILITY RATIO (RVAR) SEBAGAI PENENTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI SAHAM (Studi pada Korporasi Yang Terdaftar Pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode Februari 2009 - Juli 2012) Rofy Dimas Putra Darminto Zahroh Z.A Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin baiknya tingkat rating investasi di Indonesia dan meningkatnya minat investasi di Indonesia khusunya pada pasar modal. Setiap pilihan keputusan investasipasti dihubungkan dengan tingkat risiko dan return, dengan demikian dapat diketahui seberapa besar nantinya tingkat pengembalian akan investasi dapat diperoleh dengan kuantitas risiko yang seminimal mungkin. Penelitian ini bertujuan menentukan penggolongan efisiensi dan keputusan investasi saham-saham berdasarkan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Reward to Variablity (RVAR). Hasil analisis menggunakan metode CAPM terdapat jumlah yang hampir seimbang antara saham yang dikategorikan overpriced dan underpriced. Perbedaan saham overpriced dan saham underpriced dapat dilihat dari penggambaran Garis Pasar Sekuritas. Saham yang underpriced dengan keputusan beli terdapat diatas garis SML yaitu sebanyak 13 saham perusahaan, sebaliknya saham yang overpriced dengan keputusan jual berada dibawah garis SML yaitu sebanyak 12 saham. Kemudian hasil analisis dengan menggunakan metode RVAR untuk urutan pengambilan keputusan investasi saham yaitu 5 saham teratas yang memiliki hasil perhitungan RVAR tertinggi dari 25 saham perusahaan yang diteliti berturut-turut yaitu PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT. Astra International Tbk (ASII), PT. United Tractors Tbk (UNTR), PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT. PP London Sumatera Tbk (LSIP). Kata Kunci : CAPM, RVAR, Keputusan Investasi 1. PENDAHULUAN Investasi yang semakin berkembang pesat di Indonesia tidak terlepas juga dengan risiko, karenanya investor maupun calon investor dituntut mampu memperdalam wawasan, menggali informasi ataupun melihat peluang investasi yang nantinya akan memberikan keuntungan yang besar di masa depan. Kejelian investor dalam menggali informasi dan mengolah informasi inilah yang akan dijadikan sebagai alat pengambilan keputusan untuk berinvetasi yang akan menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperolehnya pada masa yang akan datang. Umumnya investasi dikategorikan menjadi dua jenis yaitu, Real Assets dan Financial Assets. Investasi aset finansial dapat dilakukan di pasar uang dan pasar modal yang dapat berupa saham, obligasi, warran, opsi, sertifikat deposito dan sebagainya.Sedangkan, aset riil merupakan aktiva berwujud seperti emas, perak, logam mulia lainnya dan real estate.Perbedaan mendasar antara aktiva riil dengan aktiva keuanganadalah likuiditas. Likuiditas dapat diartikan mudahnya mencairkan atau mengubah bentuk suatu aset menjadi uang. Riil aset secara umum lebih kurang likuid bila dibandingkan dengan aset keuangan. Di samping itu return aset riil biasanya sulit untuk diukur secara akurat, kepemilikan yang tidak luas, juga tidak tersedianya pasar yang aktif. Dengan alasan-alasan itulah mengapa saat ini investasi kepada financial assets (aset keuangan) lebih diminati daripada asset riil. Tingkat efisiensi pada suatu portofolio didasarkan pada portofolio yang memberikan Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 21 return yang diharapkan terbesar dengan risiko yang sudah tertentu atau memberikan risiko terkecil dengan return yang diharapkan yang sudah tertentu. Penentuan portofolio efisien dapat dilakukan dengan memilih tingkat return yang diharapkan tertentu dan kemudian meminimumkan risikonya atau menentukan tingkat risiko yang tertentu kemudian memaksimumkan returnyang diharapkan. Investor yang rasional akanmemilih portofolio yang efisien ini karena merupakan portofolio yang dibentuk dengan mengoptimalkan satu dari dua dimensi, yaitureturn yang diharapkan atau risiko portofolio. Untuk membentuk portofolio yang efisien, perlu dibuat beberapa asumsi mengenai perilaku investor dalam membuat keputusan investasi. Asumsi yang wajar adalah investor cenderung menghindari risiko (risk-avere). Investor penghindar risiko adalah investor yang jika dihadapkan pada dua investasi dengan pengembalian diharapkan yang sama dan risiko yang berbeda, maka ia akan memilih investasi dengan tingkat risiko yang lebih rendah. Faktor yang paling mendasar adalah dengan memperhitungkan faktor risiko atau ketidakpastian dan menentukan tingkat pengembalian yang diharapkan, yaitu dengan cara mengestimasi return suatu sekuritas individu dan juga menentukan seberapa besar estimasi risiko yang ditanggung saham tersebut. Kemampuan untuk mengestimasi return suatu individual sekuritas merupaakan hal yang sangat penting dan diperlukan investor. Untuk dapat mengestimasi return suatu sekuritas dengan baik dan mudah diperlukan suatu model estimasi, oleh karena itu kehadiran Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang dapat digunakan untuk mengestimasi return suatu sekuritas dianggap sangat penting di bidang keuangan. Sebenarnya terdapat dua model keseimbangan dalam penentuan saham yang efisien, yaitu Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT). Perbedaan utama kedua model keseimbangan tersebut adalah APT memungkinkan penggunaan lebih dari satu faktor makro (risiko sistematis) untuk menjelaskan tingkat pengembalian yang diharapkan, sementara CAPM hanya menggunakan satu faktor makro, yaitu kepekaan terhadap portofolio pasar (Husnan, 2005:215). Penulis lebih memilih CAPM dalam penelitian ini karena salah satu kekurangan APT adalah adanya kesulitan dalam menentukan faktor-faktor risiko yang relevan. Model lain untuk mengukur kinerja portofolio yang akan dipilih sebagai saham unggulan yaitu metode RVAR atau Reward to Variability Ratio. Reward to Variability Ratioatau pengukur kinerja portofolio yang disebut dengan pengukur Sharpe (Sharpe Measure) yang dikenalkan oleh William F.Sharpe (Jogiyanto, 2012:640). Metode RVAR melakukan pengukuran kinerja portofolio denganmembagi antara Excess R dengan Standart Deviasi suatu sekuritas yang nantinya bakal diperoleh urutan peringkat sekuritas mana yang akan dipilih terlebih dahulu untuk berinvestasi pada suatu portofolio. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan risiko (risk) dan tingkat pengembalian saham (return)saham-saham pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode Februari2009-Juli 2012 berdasarkan Metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Reward to Variability Ratio (RVAR), dan untuk menganalisis dan menentukan penggolongan efisiensi dan keputusan investasi saham-saham pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode Februari2009-Juli 2012 berdasarkan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Reward to Variablity (RVAR). 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut (Kamaruddin, 2004:3). Dalam arti lain investasi dapat diartikan sebagai suatu aktivitas untuk menempatkan dana pada satu atau beberapa objek investasi selama jangka waktu tertentu untuk mendapatkan keuntungan di masa mendatang (Fakhruddin, 2008:20). Investasi adalah salah satu bentuk kegiatan yang ada di pasar modal.Investasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu investasi dalam bentuk aktiva riil (real assets) dan investasi dalam bentuk aktiva finansial (financial assets).Berikut ini adalah definisi investasi menurut beberapa ahli.Menurut Tandelilin, “investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang” (Tandelilin, 2001:3). Menurut Jogiyanto, “investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 22 dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu” (Jogiyanto, 2012:5).Menurut Halim, “investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang” (Halim, 2005:5).Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, pada dasarnya investasi adalah suatu pengorbanan dalam hal konsumsi saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Investasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu investasi dalam bentuk aktiva riil (real assets) dan investasi dalam bentuk aktiva finansial (financial assets).Aktiva riil adalah aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni, dan real estate.Aktiva finansial adalah surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh suatu lembaga (Sunariyah, 2006:4). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, pada dasarnya investasi yaitu suatu kegiatan menanamkan sejumlah dana yang diharapkan nantinya dapat memperoleh tambahan dana atas sejumlah dana yang ditempatkannya. 2.2 Saham dan Investasi dalam Saham Salah satu instrumen pasar modal yang paling banyak dipilih atau diminatiadalah saham.Definisi saham berdasarkan pendapat beberapa ahli menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:5), saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.Menurut Tandelilin (2001:18), saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Menurut Sunariyah (2006:127), saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).Menurut Tambunan (2007:1), saham adalah bukti penyertaan modal pada sebuah perusahaan, dengan membeli saham suatu perusahaan berarti investor menginvestasikan modal atau dana yang nantinya digunakan untuk membiayai operasional perusahaan. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan.Berdasarkan beberapa pendapat tersebut,pada dasarnya bahwa saham adalah surat berharga yang merupakan bukti kepemilikan akan suatu perusahaan yang dapat dipindahtangankan dan memiliki nilai tersendiri di dalam pasar modal. 2.3 Indeks Harga Saham Indeks harga saham merupakan catatan terhadap perubahan-perubahan maupun pergerakan harga saham sejak mulai pertama kali beredar sampai pada suatu saat tertentu (Sunariyah, 2004:138). Indeks harga saham adalah indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham.Indeks berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu (Martalena, 2011:129). Dalam arti lain, indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau sedang lesu (Fakhruddin, 2008:110). Berdasarkan pengertian mengenai indeks harga saham tersebut, maka indeks harga saham merupakan indikator perubahan harga-harga saham yang berada pada suatu pasar modal ytang mencerminkan keadaan pasar modal saat itu juga. 2.4 Tingkat Keuntungan yang Diharapkan Tingkat keuntungan yang diharapkan merupakan tingkat pengembalian (return) yang diinginkan oleh investor terhadap investasi saham yang dimiliki.Definisi return menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut. Tandelilin (2001:47) menyatakan bahwa tingkat pengembalian merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinteraksi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor dalam menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Menurut Jogiyanto (2012:205), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi, tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa mendatang. Menurut Zubir (2011:87) rate of return merupakan ukuran terhadap hasil suatu investasi. Dalam melakukan investasi orang akan memilih investasi yang memberikan hasil (rate of return) yang tinggi. Return realisasian (realized return) merupakan return yang telah terjadi yang dihitung Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 23 berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan, serta sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) untuk mengukur risiko di masa yang akan datang. Sedangkan, return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasian yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasian sifatnya belum terjadi (Jogiyanto, 2012:205). 2.5 Risiko dalam Investasi Investor harus memperhatikan faktor risiko (risk) dalam menentukan tingkat pengembalian (return). Definisi risiko menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut. Menurut Fahmi (2011:150)secara umum risiko dapat ditangkap sebagai bentuk kejadian ketidakpastian tentang suatu kejadian yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan. Menurut Ahmad (2004:94)dalam pengertian investasi, risiko selalu dikaitkan dengan variabilitas return yang diperoleh dari surat berharga. Menurut Halim (2009:73), “dalam konteks manajemen investasi, risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (actualreturn). Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya”.Menurut Fahmi (2011:150)expected return adalah keuntungan yang diharapkan oleh seorang investor di kemudian hari terhadap sejumlah dana yang telah ditempatkannya. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, pada dasarnya bahwa risiko investasi adalah kemungkinan terjadinya perbedaan antara return yang diterima (actual return) dengan return yang diharapkan (expected return). 2.6 Capital Asset Pricing Model (CAPM) Kemampuan untuk mengestimasi return suatu individual sekuritas merupakan hal yang sangat penting dan di perlukan oleh investor. Untuk dapat mengestimasi return suatu sekuritas dengan baik dan mudah diperlukan suatu model estimasi. Oleh karena itu kehadiran Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang dapat digunakan untuk mengestimasi return suatu saham sekuritas dianggap sangat penting di bidang keuangan. Berdasarkan perilaku para investor yang tidak bersedia menghadapi risiko (risk averse), maka perlu sekali untuk mengetahui hubungan keseimbangan antara risiko dengan tingkat pengembalian yang diharapkan untuk setiap surat berharga. Kemampuan untuk mengestimasi tingkat pengembalian saham individu merupakan hal yang sangat diperlukan oleh investor. “Estimasi tingkat pengembalian saham yang diharapkan adalah penting untuk banyakkeputusan keuangan, seperti prediksi biaya ekuitas keputusan investasi, manajemen portofolio,penganggaran modal, dan evaluasi kinerja” (Pasaribu,2008.h.3). Oleh sebab itu, model yang sering digunakan untuk mengestimasitingkat pengembalian yang diharapkan adalah CAPM. Husnan (2005:177) mengemukakan bahwa Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan model untuk menentukan harga suatu aset. CAPM merupakan teori modal modern yang menunjukkan bahwa tingkat pengembalian yang diharapkan terkait dengan risiko (Michailidis, 2006.h.2). Model ini menjelaskan bagaimana menentukan harga suatu saham dengan mempertimbangkan risiko yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas pada dasarnya bahwa Capital Asset Pricing Model (CAPM) adalah suatu model atau cara untuk mengestimasikan nilai return suatu asset financial dengan membandingkan antara variabel risiko yang ditanggung dan return yang diterima.Tujuan utama dari penggunaan CAPM adalah untuk menentukan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dari investasi yang berisiko. Selain itu, CAPM dapat membantu investor dalam menghitung risiko yang tidak dapat didiversifikasi dalam suatu portofolio dan membandingkannya dengan prediksi tingkat pengembalian (return). 2.6 Reward To Variability Return yang tinggi saja belum tentu merupakan hasil investasi yang baik. Return yang rendah juga dapat merupakan hasil investasi yang baik jika return yang yang rendah ini disebabkan oleh risiko yang rendah pula. Oleh karena itu return yang dihitung perlu disesuaikan dengan risiko yang harus ditanggungnya. Kinerja portofolio yang dihitung dengan pengukur ini dilakukan dengan membagi return lebih (excess return) dengan variabilitas (variabilty) return portofolio. Pengukur kinerja portofolio ini disebut dengan pengukur Sharpe Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 24 atau disebut juga dengan nama reward to variability (RVAR) yang dikenalkan oleh William F. Sharpe 3. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitiankuantitatif. “Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui” (Kasiram, 2010:56).Kemudian berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk menentukan saham yang efisien, sehingga investor dapat menginvestasikan dananya tepat pada saham yang efisien diantara banyaknya plilhan investasi yang ditawarkan. Yaitu dengan menggambarkan penentuan saham yang efisien diantara banyaknya saham yang ditawarkan. Maka metode penelitian yang akan dipakai adalah penelitian deskriptif. Sampel yang diambil sebanyak 25 saham perusahaan yang secara berturut-turut masuk pada Indeks LQ45 yang terdaftar di BEI periode Feb 2009 - Juli 2012. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif, yaitu metode analisis data yang dilakukan dengan cara melakukan perhitungan, menganalisis, membandingkan, dan mengimpretasikan data yang berupa angka-angka. Tujuan dari metode kuantitatif adalah menjelaskan, meramalkan, dan/atau mengontrol hubungan, pengaruh, sebab akibat (kausal) fenomena melalui pengumpulan data yang terfokus dari data numerik (Masyhuri dan Zainuddin, 2008:14).Tahapan analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 3.1 CAPM (Capital Asset Pricing Model) 1) Menghitung tingkat pengembalian saham individu (Ri) tiap bulan. 2) Menghitung tingkat pengembalian bebas risiko (Rf) melalui suku bunga SBI. 3) Menghitung tingkat pengembalian pasar (Rm). 4) Menghitung risiko sistematis masing-masing saham individu (βi). 5) Menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan [E(Ri)]. 6) Menggambar Security Market Line (SML). SML merupakan suatu gambar yang berbentuk grafis yang menampakkan hubungan yang khas antara risiko yang tidak dapat didiversifikasi (β) dengan tingkat pengembalian (return) yang diharapkan. 7) Menggolongkan efisiensi dan keputusan investasi saham. Saham yang efisien adalah saham-saham yang memiliki tingkat pengembalian individu lebih besar daripada tingkat pengembalian yang diharapkan [(Ri) > E(Ri)]. Keputusan terhadap saham yang efisien adalah mengambil atau membeli saham (underpriced), sedangkan keputusan terhadap saham yang tidak efisien adalah menjual saham sebelum harga saham turun (overpriced). 3.2 RVAR (Reward to Variability) 1) Menghitung return lebih (excess return) tiaptiap saham individual, yang didapat dari ratarata return total portofolio dalam periode tertentu dikurangi dengan rata-rata return aktiva bebas risiko dalam periode tertentu. 2) Menghitung variabilitas yang diukur dengan deviasi standard dari return portofolio dalam periode tertentu. 3) Menghitung reward to variability dengan membagi return lebih (excess return) dengan variabilitas (variability) return portofolio. 4) Mengurutkan Saham mana yang akan dipilih terlebih dahulu untuk dilakukan investasi.Dengan menggunakan reward to variability ratio (RVAR) dengan membagikan antar excess R dengan standart deviasi suatu saham, apabila memliki nilai yang paling tinggi berarti memiliki peringkat untuk keputusan investasi pada saham tersebut paling awal. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Pengembalian Saham Individu (Ri) Dari hasil perhitungan tingkat pengembalian saham individu (Ri) Periode Feb 2009-Juli 2012 tersebut di atas menunjukkan bahwa semua aatau 25 saham memiliki rata-rata tingkat pengembalian positif [(Ri) > 0]. Saham perusahaan PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF) memiliki rata-rata tingkat pengembalian saham tertinggi daripada yang lain, yaitu sebesar 0,05859 atau 5,859% dan saham perusahaan PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR) memiliki rata-rata tingkat pengembalian saham individu terendah, yaitu sebesar 0,00571 atau 0,571%. Nilai dari tingkat pengembalian saham individu (Ri) masing-masing perusahaan berbeda antara saham individu satu dengan yang lain, sehingga dapat ditarik kesimpulan melalui average atau rata-rata dari total tingkat Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 25 pengembalian saham pada masing-masing perusahaan selama periode Feb 2009 -Juli 2012. 4.2 Tingkat Pengembalian Bebas Risiko (Rf) Tingkat suku bunga Bank Indonesia pada bulan Februari 2009 berada di level tertinggi, yaitu sebesar 0,0825 atau8,25%. Sedangkan, tingkat suku bunga Bank Indonesia pada Juli 2012 berada di level terendah, yaitu sebesar 0,0575 atau 5,75%. Rata-rata suku bunga Bank Indonesia selama periode Feb 2009 - Juli 2012 adalah sebesar 0,0649 atau 6,49%. Nilai ini kemudian dibagi dengan jumlah bulan dalam setahun, sehingga dihasilkan tingkat pengembalian bebas risiko, yaitu : Rf = 6,49% : 12 = 0,541 % = 0,00541. 4.3 Tingkat Pengembalian Pasar (Rm) Rata-rata tingkat pengembalian pasar selama 3 tahun tersebut adalah sebesar 0,02835 atau 2,835% dengan pembagian waktu pengamatan, yaitu 43 bulan. Tingkat pengembalian pasar dapat dijadikan sebagai dasar pengakuanperformance investasi saham. Berdasarkan perhitungan tingkat pengembalian pasar dan tingkat pengembalian bebas risiko, dapat diketahui bahwa pada periode Feb 2009-Juli 2012 tingkat pengembalian pasar lebih besar daripada tingkat pengembalian bebas risiko (0,02835 > 0,00545). Hal ini menunjukkan bahwa performance investasi saham dapat dikatakan baik. Perhitungan Risiko Sistematis (Beta) Masing-Masing Saham Individu Sebagian besar beta saham atau 14 saham perusahaan dari 25saham sampel perusahaanperusahaan yang digunakan sebagai obyek penelitian memiliki beta berada di atas 1 (β < 1) dengan demikian dapat dikatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel penelitian tersebut memiliki rata-rata risiko perusahaan yang sangat tinggi. Pada perhitungan diatas dapat diketahui bahwa saham perusahaan Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) memiliki nilai beta tertinggi, yaitu sebesar 1,715. Hal ini menunjukkan bahwa saham perusahaan Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) termasuk saham yang agresif karena saham jenis ini cukup aktif mengikuti perubahan pasar. Sebaliknya, saham perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) memiliki nilai beta terendah, yaitu sebesar 0,252. Tingkat Pengembalian yang Diharapkan [E(Ri)] Rata-rata tingkat pengembalian yang diharapkan dari 25 saham perusahaan-perusahaan yang diteliti adalah sebesar 0.03116 atau 3,116%. Saham perusahaan PT. Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) memiliki tingkat pengembalian yang diharapkan tertinggi, yaitu sebesar 0.04475 atau 4,75%. Sedangkan, saham perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) memiliki tingkat pengembalian yang diharapkan terendah, yaitu sebesar 0.01119 atau 1,119%. Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya tingkat pengembalian yang diharapkan tergantung pada besar kecilnya risiko dari saham tersebut yang ditunjukkan dengan nilai beta, dengan kata lain terdapat hubungan yang positif dan linear antara risiko (beta) dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Penggambaran Security Market Line (SML) Security Market Line (SML) atau Garis Pasar Sekuritas (GPS) menggambarkan trade off antara risiko sistemik (β) dengan tingkat pengembalian (return) yang diharapkan. Penggambaran Garis Pasar Sekuritas terhadap nilai risiko beta (β) dan tingkat pengembalian (return)yang diharapkan E(Ri) dari 25 saham perusahaan sampel penelitian disajikan pada gambar dibawah ini : 4.3 4.4 Penggolongan Efisiensi Saham Gambar 4.1 Security Market Line Gambar 1 tersebut menampakkan bahwa saat risiko sistematis sama dengan 1 (β = 1), maka nilai E(Ri) sebesar nilai , yaitu sebesar 0,02835 atau 2,835%. Jika dilihat pada grafik hampir terjadi persamaan terdapat 3 saham perusahaan dari 25 saham perusahaan-perusahaan sampel penelitian yang memiliki nilai E(Ri) mendekati dari nilai , yaitu perusahaan Indocement Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 26 Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) sebesar 2,74%, perusahaan Kalbe Farma Tbk (KLBF) sebesar 2,77% dan perusahaan Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 2,97%. 4.5 Penggolongan Efisiensi Saham dan Keputusan Investasi Saham Penggolongan efisiensi dan keputusan investasi saham dari perusahaan-perusahaan yang masuk dalam sampel penelitian adalah sebagai berikut Tabel 4.1 Penggolongan Efisiensi dan Keputusan Investasi Saham No Kode Efek Nama Emiten 1. ADRO 2. ANTM 3. AALI Ri E(Ri) Evaluasi PT. Adaro Energy Tbk 0.02152 0.02096 PT. Aneka Tambang Tbk PT. Astra Agro Lestari Tbk 0.01306 0.04037 Efisien/Good Tidak Efisien/Not Good 0.02019 0.01992 Efisien/Good 0.04633 0.03587 0.01784 0.02974 Efisien/Good Tidak Efisien/Not Good Keputusan 5. BBCA 6. BDMN PT. Bank Danamon Tbk 0.02812 0.01851 7. BMRI PT. Bank Mandiri Tbk 0.03751 0.04015 Efisien/Good Tidak Efisien/Not Good 8. BBNI PT. Bank Negara Indonesia Tbk 0.04704 0.04475 Efisien/Good Mengambil atau membeli saham (underpriced). Menjual saham sebelum harga saham turun (overpriced). Mengambil atau membeli saham (underpriced). Mengambil atau membeli saham (underpriced). Menjual saham sebelum harga saham turun (overpriced). Mengambil atau membeli saham (underpriced). Menjual saham sebelum harga saham turun (overpriced). Mengambil atau membeli saham (underpriced). 9. BBRI PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk 0.03100 0.03755 Tidak Efisien/Not Good Menjual saham sebelum harga saham turun (overpriced). 10. INDY PT. Indika Energi Tbk 0.01966 0.03857 Tidak Efisien/Not Good 11. ITMG PT. Indo Tambangraya Megah Tbk 0.03990 0.04392 Tidak Efisien/Not Good 12. INTP 0.03813 0.02737 Efisien/Good 13. INDF PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 0.04734 0.03807 14. INCO PT. Vale Indonesia Tbk 0.01052 0.04239 Efisien/Good Tidak Efisien/Not Good 15. JSMR PT. Jasa Marga Tbk 0.04618 0.02644 Efisien/Good 16. KLBF PT. Kalbe Farma Tbk 0.05859 0.02767 17. LPKR PT. Lippo Karawaci Tbk 0.00571 0.02006 18. PGAS 0.01687 0.02527 19. LSIP PT. Perusahaan Gas Negara Tbk PT. PP London Sumatrra Indonesia Tbk Efisien/Good Tidak Efisien/Not Good Tidak Efisien/Not Good 0.04202 0.03158 Efisien/Good 20. SMGR 0.03255 0.02568 21. PTBA 0.02295 0.03593 22. TLKM PT. Semen Gresik Tbk PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.00885 0.01656 23. TINS PT. Timah Tbk 0.01497 0.04269 Efisien/Good Tidak Efisien/Not Good Tidak Efisien/Not Good Tidak Efisien/Not Good 24. UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk 0.02906 0.01119 Efisien/Good PT. Astra International Tbk 4. ASII PT. Bank Central Asia Tbk Menjual saham sebelum harga saham turun (overpriced). Menjual saham sebelum harga saham turun (overpriced). Mengambil atau membeli saham (underpriced). Mengambil atau membeli saham (underpriced). Menjual saham sebelum harga saham turun (overpriced). Mengambil atau membeli saham (underpriced). Mengambil atau membeli saham (underpriced). Menjual saham sebelum harga saham turun (overpriced). Menjual saham sebelum harga saham turun (overpriced). Mengambil atau membeli saham (underpriced). Mengambil atau membeli saham (underpriced). Menjual saham sebelum harga saham turun (overpriced). Menjual saham sebelum harga saham turun (overpriced). Menjual saham sebelum harga saham turun (overpriced). Mengambil atau membeli saham (underpriced). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 27 25. UNTR PT. United Tractors Tbk 0.04196 0.03787 Efisien/Good Mengambil atau membeli saham (underpriced). Reward to Variability STOCK KLBF Tabel 4.2 Perhitungan RVARBerdasarkan Periode Feb 2009 – Juli 2012 Excces Return RVAR Ri Rf Std Dev (Ri-Rf) (Exc R / Std Dev) 0.05859 0.0054 0.05318 0.08788 0.60507 Peringkat 1 ASII 0.04633 0.0054 0.04092 0.08089 0.50589 2 UNTR 0.04196 0.0054 0.03655 0.07787 0.46935 3 INDF 0.04734 0.0054 0.04193 0.09057 0.46301 4 LSIP 0.04202 0.0054 0.03661 0.09027 0.40558 5 BBNI 0.04704 0.0054 0.04163 0.10526 0.39544 6 BMRI 0.03751 0.0054 0.03210 0.09617 0.33379 7 JSMR 0.04618 0.0054 0.04077 0.13680 0.29804 8 SMGR 0.03255 0.0054 0.02714 0.10863 0.24986 9 INTP 0.03813 0.0054 0.03272 0.13118 0.24939 10 ITMG 0.03990 0.0054 0.03449 0.14050 0.24547 11 PTBA 0.02295 0.0054 0.01754 0.08142 0.21543 12 BDMN 0.02812 0.0054 0.02271 0.11625 0.19534 13 UNVR 0.02906 0.0054 0.02364 0.12704 0.18612 14 BBRI 0.03100 0.0054 0.02559 0.14240 0.17968 15 ADRO 0.02152 0.0054 0.01611 0.10439 0.15432 16 INDY 0.01966 0.0054 0.01425 0.10262 0.13886 17 TINS 0.01497 0.0054 0.00956 0.07138 0.13389 18 AALI 0.02019 0.0054 0.01477 0.12795 0.11546 19 BBCA 0.01784 0.0054 0.01243 0.11419 0.10883 20 PGAS 0.01687 0.0054 0.01146 0.10693 0.10720 21 ANTM 0.01306 0.0054 0.00765 0.10439 0.07326 22 INCO 0.01052 0.0054 0.00510 0.11373 0.04489 23 TLKM 0.00885 0.0054 0.00344 0.10678 0.03220 24 LPKR 0.00571 0.0054 0.00030 0.13061 0.00229 25 Terdapat 25 saham perusahaan yang dimasukkan sebagai sampel penelitian yang telah diteliti dan dianalisis menggunakan metode RVAR (Reward to Variability) diperoleh urutan peringkat pengambilan keputusan investasi saham yang dilihat dari besar kecilnya hasil RVAR suatu saham individual perusahaan. Pada peringkat pertama sampai kelima berturut-turut yaitu saham KLBF, ASII, UNTR, INDF, dan LSIP. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai reward to variability (RVAR) menunjukkan semakin baiknya kinerja dari suatu saham tersebut. Kesimpulan Pada periode penelitian antara Feb 2009-Juli 2012, saham perusahaan PT. Kalbe Farma (KLBF) memiliki rata-rata tingkat return yang tertinggi yaitu sebesar 0,05859 atau 5,85%. Sedangkan, saham perusahaan PT. Bank Negara Indonesia (BBNI) memiliki tingkat beta yang paling tinggi diantara saham perusahaan lainnya yaitu sebesar 1,7148 dan termasuk saham yang dapat dikategorikan agresif karena beta lebih dari satu. Dengan perusahaan yang sama saham yang memiliki tingkat pengembalian yang diharapkan tertinggi yaitu saham perusahaan PT. Bank 5. KESIMPULAN DAN SARAN Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 28 Negara Indonesia (BBNI) sebesar 0,04475 atau 4,47%. Dari hasil analisis menggunakan metode CAPM terdapat jumlah yang hampir seimbang antara saham yang dikategorikan overpriced dan underpriced. Perbedaan saham overpriced dan saham underpriced dapat dilihat dari penggambaran Garis Pasar Sekuritas. Saham yang underpriceddengan keputusan beli terdapat diatas garis SML yaitu sebanyak 13 saham perusahaan, sebaliknya saham yang overpriceddengan keputusan jual berada dibawah garis SML yaitu sebanyak 12 saham. Rekomendasi untuk urutan pengambilan keputusan investasi saham menggunakan metode RVAR yaitu 5 saham teratas yang memiliki hasil perhitungan RVAR tertinggi dari 25 saham perusahaan yang diteliti berturut-turut yaitu PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT. Astra International Tbk (ASII), PT. United Tractors Tbk (UNTR), PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT. PP London Sumatera Tbk (LSIP). Saran Bagi Investor dan Calon Investor, Para Investor sebaiknya mengumpulkan dan mengolah banyak informasi tentang kinerja saham perusahaan terlebih dahulu sebelum menginvestasikan dananya dalam pasar modal. Dengan mengetahui performance saham, baik saham yang efisien maupun tidak efisien agar dapat membuat keputusan investasi dengan tepat, mana saham yang nantinya memberikan tingkat pengembalian dan tingkat risiko yang paling optimal dan lebih tinggi dari tingkat pengembalian yang diharapkan. Bagi Peneliti Selanjutnya, Peneli selanjutnya diharapkan menggunakan sampel yang berbeda tidak secara terus-menerus mengambil sampel indeks LQ45 tetapi bisa dirubah dengan indeks-indeks saham yang lain yang juga memiliki performance yang baik dengan periode yang lebih baru tentunya. Sehingga dapat mengetahui perkembangan pasar modal yang terjadi setiap periodenya, dan dapat menambah ilmu tentang metode Capital Asset Pricing Model dan Reward to Variability. 6. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Kamaruddin. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio. Cetakan Kedua. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA. Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA. Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. EdisiDelapan. Yogyakarta: BPFEYogyakarta. Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2012. Pasar Modal di Indonesia (Pendekatan Tanya Jawab) Edisi Tiga. Jakarta: Salemba Empat. Fabozzi, Frangk J. Alih Bahasa Tim Penerjemah Salemba Empat. Manajemen Investasi. 1999. Jakarta: Salemba Empat. Fahmi, Irham. 2011. Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Teori dan Soal Jawab). Cetakan Kedua. Bandung : Alfabeta. Fakhruddin. 2008. Tanya Jawab Pasar Modal. Cetakan Pertama. Jakarta: Erlangga. Fauzi, Mohammad. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Sebuah Pengantar. Cetakan I. Semarang: Walisongo Press. Halim, Abdul. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu. Husnan, Suad. 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas Edisi Ketiga. Cetakan Kedua. Jogjakarta: AMP YKPN. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Jogiyanto. 2012. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi Tiga. Cetakan Tujuh. Jogjakarta: BPFE. Kasiram, Mohamad. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif. Cetakan II. Malang: UIN-MALIKI PRESS. Martalena. 2011. Pengantar Yogyakarta: ANDI. Pasar Modal. Masyhuri, dan M. Zainuddin. 2008. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 29 Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Jilid 1. Malang: Bayumedia Publishing. Nazir. 2009. Metode Penelitian. Bogor: GHALIA INDONESIA. Pardoe, James. 2009. Sukses Berinvestasi Ala BUFFET. Jakarta: Erlangga. Rianse, Usman dan Abdi. 2008. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi(Teori dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta. Sharpe, F. William, et al. Alih Bahasa Pristina Trimastuti dkk. Investment. 2005. Jilid 1. Edisi 6. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal Edisi Keempat. Jogjakarta: AMP YKPN. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFEYogyakarta. Zubir, Zalmi. 2011. Manajemen Portofolio: Penerapannya dalam Investasi Saham. Jakarta: Salemba Empat. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 30