analisis pemilihan investasi saham dengan

advertisement
ANALISIS PEMILIHAN INVESTASI SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN
METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN REWARD TO
VARIABILITY RATIO (RVAR) SEBAGAI PENENTU PENGAMBILAN
KEPUTUSAN INVESTASI SAHAM
(Studi pada Korporasi Yang Terdaftar Pada Indeks LQ45 di
Bursa Efek Indonesia Periode Februari 2009 - Juli 2012)
Rofy Dimas Putra
Darminto
Zahroh Z.A
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin baiknya tingkat rating investasi di Indonesia dan meningkatnya
minat investasi di Indonesia khusunya pada pasar modal. Setiap pilihan keputusan investasipasti
dihubungkan dengan tingkat risiko dan return, dengan demikian dapat diketahui seberapa besar nantinya
tingkat pengembalian akan investasi dapat diperoleh dengan kuantitas risiko yang seminimal mungkin.
Penelitian ini bertujuan menentukan penggolongan efisiensi dan keputusan investasi saham-saham
berdasarkan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Reward to Variablity (RVAR). Hasil analisis
menggunakan metode CAPM terdapat jumlah yang hampir seimbang antara saham yang dikategorikan
overpriced dan underpriced. Perbedaan saham overpriced dan saham underpriced dapat dilihat dari
penggambaran Garis Pasar Sekuritas. Saham yang underpriced dengan keputusan beli terdapat diatas
garis SML yaitu sebanyak 13 saham perusahaan, sebaliknya saham yang overpriced dengan keputusan jual
berada dibawah garis SML yaitu sebanyak 12 saham. Kemudian hasil analisis dengan menggunakan
metode RVAR untuk urutan pengambilan keputusan investasi saham yaitu 5 saham teratas yang memiliki
hasil perhitungan RVAR tertinggi dari 25 saham perusahaan yang diteliti berturut-turut yaitu PT. Kalbe
Farma Tbk (KLBF), PT. Astra International Tbk (ASII), PT. United Tractors Tbk (UNTR), PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT. PP London Sumatera Tbk (LSIP).
Kata Kunci : CAPM, RVAR, Keputusan Investasi
1. PENDAHULUAN
Investasi yang semakin berkembang pesat di
Indonesia tidak terlepas juga dengan risiko,
karenanya investor maupun calon investor dituntut
mampu memperdalam wawasan, menggali
informasi ataupun melihat peluang investasi yang
nantinya akan memberikan keuntungan yang besar
di masa depan. Kejelian investor dalam menggali
informasi dan mengolah informasi inilah yang
akan dijadikan sebagai alat pengambilan
keputusan untuk berinvetasi yang akan
menentukan seberapa besar keuntungan yang akan
diperolehnya pada masa yang akan datang.
Umumnya investasi dikategorikan menjadi
dua jenis yaitu, Real Assets dan Financial Assets.
Investasi aset finansial dapat dilakukan di pasar
uang dan pasar modal yang dapat berupa saham,
obligasi, warran, opsi, sertifikat deposito dan
sebagainya.Sedangkan, aset riil merupakan aktiva
berwujud seperti emas, perak, logam mulia
lainnya dan real estate.Perbedaan mendasar antara
aktiva riil dengan aktiva keuanganadalah
likuiditas. Likuiditas dapat diartikan mudahnya
mencairkan atau mengubah bentuk suatu aset
menjadi uang. Riil aset secara umum lebih kurang
likuid bila dibandingkan dengan aset keuangan. Di
samping itu return aset riil biasanya sulit untuk
diukur secara akurat, kepemilikan yang tidak luas,
juga tidak tersedianya pasar yang aktif. Dengan
alasan-alasan itulah mengapa saat ini investasi
kepada financial assets (aset keuangan) lebih
diminati daripada asset riil.
Tingkat efisiensi pada suatu portofolio
didasarkan pada portofolio yang memberikan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
21
return yang diharapkan terbesar dengan risiko
yang sudah tertentu atau memberikan risiko
terkecil dengan return yang diharapkan yang
sudah tertentu. Penentuan portofolio efisien dapat
dilakukan dengan memilih tingkat return yang
diharapkan
tertentu
dan
kemudian
meminimumkan risikonya atau menentukan
tingkat
risiko
yang
tertentu
kemudian
memaksimumkan returnyang diharapkan. Investor
yang rasional akanmemilih portofolio yang efisien
ini karena merupakan portofolio yang dibentuk
dengan mengoptimalkan satu dari dua dimensi,
yaitureturn yang diharapkan atau risiko
portofolio.
Untuk membentuk portofolio yang
efisien, perlu dibuat beberapa asumsi mengenai
perilaku investor dalam membuat keputusan
investasi. Asumsi yang wajar adalah investor
cenderung menghindari risiko (risk-avere).
Investor penghindar risiko adalah investor yang
jika dihadapkan pada dua investasi dengan
pengembalian diharapkan yang sama dan risiko
yang berbeda, maka ia akan memilih investasi
dengan tingkat risiko yang lebih rendah.
Faktor yang paling mendasar adalah dengan
memperhitungkan
faktor
risiko
atau
ketidakpastian
dan
menentukan
tingkat
pengembalian yang diharapkan, yaitu dengan cara
mengestimasi return suatu sekuritas individu dan
juga menentukan seberapa besar estimasi risiko
yang ditanggung saham tersebut. Kemampuan
untuk mengestimasi return suatu individual
sekuritas merupaakan hal yang sangat penting dan
diperlukan investor. Untuk dapat mengestimasi
return suatu sekuritas dengan baik dan mudah
diperlukan suatu model estimasi, oleh karena itu
kehadiran Capital Asset Pricing Model (CAPM)
yang dapat digunakan untuk mengestimasi return
suatu sekuritas dianggap sangat penting di bidang
keuangan. Sebenarnya terdapat dua model
keseimbangan dalam penentuan saham yang
efisien, yaitu Capital Asset Pricing Model
(CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT).
Perbedaan utama kedua model keseimbangan
tersebut adalah APT memungkinkan penggunaan
lebih dari satu faktor makro (risiko sistematis)
untuk menjelaskan tingkat pengembalian yang
diharapkan,
sementara
CAPM
hanya
menggunakan satu faktor makro, yaitu kepekaan
terhadap portofolio pasar (Husnan, 2005:215).
Penulis lebih memilih CAPM dalam penelitian ini
karena salah satu kekurangan APT adalah adanya
kesulitan dalam menentukan faktor-faktor risiko
yang relevan.
Model lain untuk mengukur kinerja
portofolio yang akan dipilih sebagai saham
unggulan yaitu metode RVAR atau Reward to
Variability Ratio. Reward to Variability Ratioatau
pengukur kinerja portofolio yang disebut dengan
pengukur Sharpe (Sharpe Measure) yang
dikenalkan oleh William F.Sharpe (Jogiyanto,
2012:640). Metode RVAR melakukan pengukuran
kinerja portofolio denganmembagi antara Excess
R dengan Standart Deviasi suatu sekuritas yang
nantinya bakal diperoleh urutan peringkat
sekuritas mana yang akan dipilih terlebih dahulu
untuk berinvestasi pada suatu portofolio.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mendeskripsikan risiko (risk) dan tingkat
pengembalian saham (return)saham-saham pada
Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode
Februari2009-Juli 2012 berdasarkan Metode
Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Reward
to Variability Ratio (RVAR), dan untuk
menganalisis dan menentukan penggolongan
efisiensi dan keputusan investasi saham-saham
pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia
periode Februari2009-Juli 2012 berdasarkan
Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Reward
to Variablity (RVAR).
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Investasi
Investasi adalah menempatkan uang atau
dana dengan harapan untuk memperoleh
tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau
dana tersebut (Kamaruddin, 2004:3). Dalam arti
lain investasi dapat diartikan sebagai suatu
aktivitas untuk menempatkan dana pada satu atau
beberapa objek investasi selama jangka waktu
tertentu untuk mendapatkan keuntungan di masa
mendatang (Fakhruddin, 2008:20).
Investasi
adalah salah satu bentuk kegiatan yang ada di
pasar modal.Investasi dapat dibagi menjadi dua,
yaitu investasi dalam bentuk aktiva riil (real
assets) dan investasi dalam bentuk aktiva finansial
(financial assets).Berikut ini adalah definisi
investasi
menurut
beberapa
ahli.Menurut
Tandelilin, “investasi adalah komitmen atas
sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan
memperoleh sejumlah keuntungan di masa
datang” (Tandelilin, 2001:3).
Menurut Jogiyanto, “investasi adalah
penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
22
dalam produksi yang efisien selama periode waktu
yang tertentu” (Jogiyanto, 2012:5).Menurut
Halim, “investasi pada hakekatnya merupakan
penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan
harapan untuk memperoleh keuntungan di masa
mendatang”
(Halim,
2005:5).Berdasarkan
beberapa pendapat ahli di atas, pada dasarnya
investasi adalah suatu pengorbanan dalam hal
konsumsi saat ini dengan harapan memperoleh
keuntungan di masa yang akan datang. Investasi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu investasi dalam
bentuk aktiva riil (real assets) dan investasi dalam
bentuk aktiva finansial (financial assets).Aktiva
riil adalah aktiva berwujud seperti emas, perak,
intan, barang-barang seni, dan real estate.Aktiva
finansial adalah surat-surat berharga yang pada
dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang
dikuasai oleh suatu lembaga (Sunariyah, 2006:4).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut,
pada dasarnya investasi yaitu suatu kegiatan
menanamkan sejumlah dana yang diharapkan
nantinya dapat memperoleh tambahan dana atas
sejumlah dana yang ditempatkannya.
2.2 Saham dan Investasi dalam Saham
Salah satu instrumen pasar modal yang
paling banyak dipilih atau diminatiadalah
saham.Definisi saham berdasarkan pendapat
beberapa ahli menurut Darmadji dan Fakhruddin
(2012:5), saham dapat didefinisikan sebagai tanda
penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroan
terbatas.Menurut Tandelilin (2001:18), saham
merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas
aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham.
Menurut Sunariyah (2006:127), saham adalah
surat berharga sebagai bukti penyertaan atau
pemilikan individu maupun institusi yang
dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT).Menurut
Tambunan (2007:1), saham adalah bukti
penyertaan modal pada sebuah perusahaan,
dengan membeli saham suatu perusahaan berarti
investor menginvestasikan modal atau dana yang
nantinya digunakan untuk membiayai operasional
perusahaan.
Dengan memiliki saham suatu perusahaan,
maka investor akan mempunyai hak terhadap
pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah
dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban
perusahaan.Berdasarkan
beberapa
pendapat
tersebut,pada dasarnya bahwa saham adalah surat
berharga yang merupakan bukti kepemilikan akan
suatu perusahaan yang dapat dipindahtangankan
dan memiliki nilai tersendiri di dalam pasar
modal.
2.3 Indeks Harga Saham
Indeks harga saham merupakan catatan
terhadap
perubahan-perubahan
maupun
pergerakan harga saham sejak mulai pertama kali
beredar sampai pada suatu saat tertentu
(Sunariyah, 2004:138). Indeks harga saham adalah
indikator yang menunjukkan pergerakan harga
saham.Indeks berfungsi sebagai indikator tren
pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan
kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar
sedang aktif atau lesu (Martalena, 2011:129).
Dalam arti lain, indeks harga saham adalah
suatu indikator yang menunjukkan pergerakan
harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator
yang menunjukkan pergerakan harga saham.
Indeks berfungsi sebagai indikator tren pasar,
artinya pergerakan indeks menggambarkan
kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar
sedang aktif atau sedang lesu (Fakhruddin,
2008:110).
Berdasarkan pengertian mengenai indeks
harga saham tersebut, maka indeks harga saham
merupakan indikator perubahan harga-harga
saham yang berada pada suatu pasar modal ytang
mencerminkan keadaan pasar modal saat itu juga.
2.4 Tingkat Keuntungan yang Diharapkan
Tingkat keuntungan yang diharapkan
merupakan tingkat pengembalian (return) yang
diinginkan oleh investor terhadap investasi saham
yang dimiliki.Definisi return menurut beberapa
ahli adalah sebagai berikut. Tandelilin (2001:47)
menyatakan bahwa
tingkat pengembalian
merupakan salah satu faktor yang memotivasi
investor berinteraksi dan juga merupakan imbalan
atas keberanian investor dalam menanggung risiko
atas investasi yang dilakukannya. Menurut
Jogiyanto (2012:205), return merupakan hasil
yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa
return realisasi yang sudah terjadi atau return
ekspektasi yang belum terjadi, tetapi yang
diharapkan akan terjadi dimasa mendatang.
Menurut Zubir (2011:87)
rate of return
merupakan ukuran terhadap hasil suatu investasi.
Dalam melakukan investasi orang akan memilih
investasi yang memberikan hasil (rate of return)
yang tinggi.
Return
realisasian
(realized
return)
merupakan return yang telah terjadi yang dihitung
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
23
berdasarkan data historis. Return realisasi penting
karena digunakan sebagai salah satu pengukur
kinerja dari perusahaan, serta sebagai dasar
penentuan return ekspektasi (expected return)
untuk mengukur risiko di masa yang akan datang.
Sedangkan, return ekspektasi (expected return)
adalah return yang diharapkan oleh investor di
masa mendatang. Berbeda dengan return
realisasian yang sifatnya sudah terjadi, return
ekspektasian sifatnya belum terjadi (Jogiyanto,
2012:205).
2.5 Risiko dalam Investasi
Investor harus memperhatikan faktor risiko
(risk) dalam menentukan tingkat pengembalian
(return). Definisi risiko menurut beberapa ahli
adalah sebagai berikut. Menurut Fahmi
(2011:150)secara umum risiko dapat ditangkap
sebagai bentuk kejadian ketidakpastian tentang
suatu kejadian yang akan terjadi nantinya dengan
keputusan yang diambil berdasarkan suatu
pertimbangan. Menurut Ahmad (2004:94)dalam
pengertian investasi, risiko selalu dikaitkan
dengan variabilitas return yang diperoleh dari
surat berharga.
Menurut Halim (2009:73), “dalam konteks
manajemen investasi, risiko merupakan besarnya
penyimpangan antara tingkat pengembalian yang
diharapkan (expected return) dengan tingkat
pengembalian yang dicapai secara nyata
(actualreturn). Semakin besar penyimpangannya
berarti semakin besar tingkat risikonya”.Menurut
Fahmi
(2011:150)expected
return
adalah
keuntungan yang diharapkan oleh seorang
investor di kemudian hari terhadap sejumlah dana
yang telah ditempatkannya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas,
pada dasarnya bahwa risiko investasi adalah
kemungkinan terjadinya perbedaan antara return
yang diterima (actual return) dengan return yang
diharapkan (expected return).
2.6 Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Kemampuan untuk mengestimasi return
suatu individual sekuritas merupakan hal yang
sangat penting dan di perlukan oleh investor.
Untuk dapat mengestimasi return suatu sekuritas
dengan baik dan mudah diperlukan suatu model
estimasi. Oleh karena itu kehadiran Capital Asset
Pricing Model (CAPM) yang dapat digunakan
untuk mengestimasi return suatu saham sekuritas
dianggap sangat penting di bidang keuangan.
Berdasarkan perilaku para investor yang tidak
bersedia menghadapi risiko (risk averse), maka
perlu sekali untuk mengetahui hubungan
keseimbangan antara risiko dengan tingkat
pengembalian yang diharapkan untuk setiap surat
berharga. Kemampuan untuk mengestimasi
tingkat pengembalian saham individu merupakan
hal yang sangat diperlukan oleh investor.
“Estimasi tingkat pengembalian saham yang
diharapkan adalah penting untuk banyakkeputusan
keuangan, seperti prediksi biaya ekuitas keputusan
investasi, manajemen portofolio,penganggaran
modal, dan evaluasi kinerja” (Pasaribu,2008.h.3).
Oleh sebab itu, model yang sering digunakan
untuk mengestimasitingkat pengembalian yang
diharapkan adalah CAPM.
Husnan (2005:177) mengemukakan bahwa
Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan
model untuk menentukan harga suatu aset. CAPM
merupakan
teori
modal
modern
yang
menunjukkan bahwa tingkat pengembalian yang
diharapkan terkait dengan risiko (Michailidis,
2006.h.2). Model ini menjelaskan bagaimana
menentukan harga suatu saham dengan
mempertimbangkan risiko yang terkandung di
dalamnya. Berdasarkan beberapa pendapat para
ahli di atas pada dasarnya bahwa Capital Asset
Pricing Model (CAPM) adalah suatu model atau
cara untuk mengestimasikan nilai return suatu
asset financial dengan membandingkan antara
variabel risiko yang ditanggung dan return yang
diterima.Tujuan utama dari penggunaan CAPM
adalah untuk menentukan tingkat pengembalian
yang diharapkan (expected return) dari investasi
yang berisiko. Selain itu, CAPM dapat membantu
investor dalam menghitung risiko yang tidak
dapat didiversifikasi dalam suatu portofolio dan
membandingkannya dengan prediksi tingkat
pengembalian (return).
2.6 Reward To Variability
Return yang tinggi saja belum tentu
merupakan hasil investasi yang baik. Return yang
rendah juga dapat merupakan hasil investasi yang
baik jika return yang yang rendah ini disebabkan
oleh risiko yang rendah pula. Oleh karena itu
return yang dihitung perlu disesuaikan dengan
risiko yang harus ditanggungnya.
Kinerja portofolio yang dihitung dengan
pengukur ini dilakukan dengan membagi return
lebih (excess return) dengan variabilitas
(variabilty) return portofolio. Pengukur kinerja
portofolio ini disebut dengan pengukur Sharpe
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
24
atau disebut juga dengan nama reward to
variability (RVAR) yang dikenalkan oleh William
F. Sharpe
3. METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan termasuk jenis
penelitiankuantitatif. “Penelitian kuantitatif adalah
suatu proses menemukan pengetahuan yang
menggunakan data berupa angka sebagai alat
menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin
kita ketahui” (Kasiram, 2010:56).Kemudian
berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk
menentukan saham yang efisien, sehingga
investor dapat menginvestasikan dananya tepat
pada saham yang efisien diantara banyaknya
plilhan investasi yang ditawarkan. Yaitu dengan
menggambarkan penentuan saham yang efisien
diantara banyaknya saham yang ditawarkan. Maka
metode penelitian yang akan dipakai adalah
penelitian deskriptif. Sampel yang diambil
sebanyak 25 saham perusahaan yang secara
berturut-turut masuk pada Indeks LQ45 yang
terdaftar di BEI periode Feb 2009 - Juli 2012.
Metode analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif,
yaitu metode analisis data yang dilakukan dengan
cara melakukan perhitungan, menganalisis,
membandingkan, dan mengimpretasikan data
yang berupa angka-angka. Tujuan dari metode
kuantitatif adalah menjelaskan, meramalkan,
dan/atau mengontrol hubungan, pengaruh, sebab
akibat (kausal) fenomena melalui pengumpulan
data yang terfokus dari data numerik (Masyhuri
dan Zainuddin, 2008:14).Tahapan analisis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.1 CAPM (Capital Asset Pricing Model)
1) Menghitung tingkat pengembalian saham
individu (Ri) tiap bulan.
2) Menghitung tingkat pengembalian bebas
risiko (Rf) melalui suku bunga SBI.
3) Menghitung tingkat pengembalian pasar (Rm).
4) Menghitung risiko sistematis masing-masing
saham individu (βi).
5) Menghitung tingkat pengembalian yang
diharapkan [E(Ri)].
6) Menggambar Security Market Line (SML).
SML merupakan suatu gambar yang
berbentuk
grafis
yang menampakkan
hubungan yang khas antara risiko yang tidak
dapat didiversifikasi (β) dengan tingkat
pengembalian (return) yang diharapkan.
7) Menggolongkan efisiensi dan keputusan
investasi saham.
Saham yang efisien adalah saham-saham
yang memiliki tingkat pengembalian individu
lebih besar daripada tingkat pengembalian
yang diharapkan [(Ri) > E(Ri)]. Keputusan
terhadap saham yang efisien adalah
mengambil
atau
membeli
saham
(underpriced), sedangkan keputusan terhadap
saham yang tidak efisien adalah menjual
saham sebelum harga saham turun
(overpriced).
3.2 RVAR (Reward to Variability)
1) Menghitung return lebih (excess return) tiaptiap saham individual, yang didapat dari ratarata return total portofolio dalam periode
tertentu dikurangi dengan rata-rata return
aktiva bebas risiko dalam periode tertentu.
2) Menghitung variabilitas yang diukur dengan
deviasi standard dari return portofolio dalam
periode tertentu.
3) Menghitung reward to variability dengan
membagi return lebih (excess return) dengan
variabilitas (variability) return portofolio.
4) Mengurutkan Saham mana yang akan dipilih
terlebih
dahulu
untuk
dilakukan
investasi.Dengan menggunakan reward to
variability ratio (RVAR) dengan membagikan
antar excess R dengan standart deviasi suatu
saham, apabila memliki nilai yang paling
tinggi berarti memiliki peringkat untuk
keputusan investasi pada saham tersebut
paling awal.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tingkat Pengembalian Saham Individu (Ri)
Dari hasil perhitungan tingkat pengembalian
saham individu (Ri) Periode Feb 2009-Juli 2012
tersebut di atas menunjukkan bahwa semua aatau
25 saham memiliki rata-rata tingkat pengembalian
positif [(Ri) > 0]. Saham perusahaan PT. Kalbe
Farma Tbk (KLBF) memiliki rata-rata tingkat
pengembalian saham tertinggi daripada yang lain,
yaitu sebesar 0,05859 atau 5,859% dan saham
perusahaan PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
memiliki rata-rata tingkat pengembalian saham
individu terendah, yaitu sebesar 0,00571 atau
0,571%. Nilai dari tingkat pengembalian saham
individu (Ri) masing-masing perusahaan berbeda
antara saham individu satu dengan yang lain,
sehingga dapat ditarik kesimpulan melalui
average atau rata-rata dari total tingkat
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
25
pengembalian saham pada masing-masing
perusahaan selama periode Feb 2009 -Juli 2012.
4.2 Tingkat Pengembalian Bebas Risiko (Rf)
Tingkat suku bunga Bank Indonesia pada
bulan Februari 2009 berada di level tertinggi,
yaitu sebesar 0,0825 atau8,25%. Sedangkan,
tingkat suku bunga Bank Indonesia pada Juli 2012
berada di level terendah, yaitu sebesar 0,0575 atau
5,75%. Rata-rata suku bunga Bank Indonesia
selama periode Feb 2009 - Juli 2012 adalah
sebesar 0,0649 atau 6,49%. Nilai ini kemudian
dibagi dengan jumlah bulan dalam setahun,
sehingga dihasilkan tingkat pengembalian bebas
risiko, yaitu : Rf = 6,49% : 12 = 0,541 % =
0,00541.
4.3 Tingkat Pengembalian Pasar (Rm)
Rata-rata tingkat pengembalian pasar selama
3 tahun tersebut adalah sebesar 0,02835 atau
2,835% dengan pembagian waktu pengamatan,
yaitu 43 bulan. Tingkat pengembalian pasar dapat
dijadikan sebagai dasar pengakuanperformance
investasi saham. Berdasarkan perhitungan tingkat
pengembalian pasar dan tingkat pengembalian
bebas risiko, dapat diketahui bahwa pada periode
Feb 2009-Juli 2012 tingkat pengembalian pasar
lebih besar daripada tingkat pengembalian bebas
risiko (0,02835 > 0,00545). Hal ini menunjukkan
bahwa performance investasi saham dapat
dikatakan baik.
Perhitungan Risiko Sistematis (Beta)
Masing-Masing Saham Individu
Sebagian besar beta saham atau 14 saham
perusahaan dari 25saham sampel perusahaanperusahaan yang digunakan sebagai obyek
penelitian memiliki beta berada di atas 1 (β < 1)
dengan demikian dapat dikatakan bahwa
perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel
penelitian tersebut memiliki rata-rata risiko
perusahaan yang sangat tinggi. Pada perhitungan
diatas dapat diketahui bahwa saham perusahaan
Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) memiliki
nilai beta tertinggi, yaitu sebesar 1,715. Hal ini
menunjukkan bahwa saham perusahaan Bank
Negara Indonesia Tbk (BBNI) termasuk saham
yang agresif karena saham jenis ini cukup aktif
mengikuti perubahan pasar. Sebaliknya, saham
perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
memiliki nilai beta terendah, yaitu sebesar 0,252.
Tingkat Pengembalian yang Diharapkan
[E(Ri)]
Rata-rata tingkat pengembalian yang
diharapkan dari 25 saham perusahaan-perusahaan
yang diteliti adalah sebesar 0.03116 atau 3,116%.
Saham perusahaan PT. Bank Negara Indonesia
Tbk (BBNI) memiliki tingkat pengembalian yang
diharapkan tertinggi, yaitu sebesar 0.04475 atau
4,75%. Sedangkan, saham perusahaan PT
Unilever Indonesia Tbk (UNVR) memiliki tingkat
pengembalian yang diharapkan terendah, yaitu
sebesar 0.01119 atau 1,119%. Hal ini
menunjukkan bahwa besar kecilnya tingkat
pengembalian yang diharapkan tergantung pada
besar kecilnya risiko dari saham tersebut yang
ditunjukkan dengan nilai beta, dengan kata lain
terdapat hubungan yang positif dan linear antara
risiko (beta) dengan tingkat pengembalian yang
diharapkan.
Penggambaran Security Market Line (SML)
Security Market Line (SML) atau Garis
Pasar Sekuritas (GPS) menggambarkan trade off
antara risiko sistemik (β) dengan tingkat
pengembalian
(return)
yang
diharapkan.
Penggambaran Garis Pasar Sekuritas terhadap
nilai risiko beta (β) dan tingkat pengembalian
(return)yang diharapkan E(Ri) dari 25 saham
perusahaan sampel penelitian disajikan pada
gambar dibawah ini :
4.3
4.4 Penggolongan Efisiensi Saham
Gambar 4.1 Security Market Line
Gambar 1 tersebut menampakkan bahwa
saat risiko sistematis sama dengan 1 (β = 1), maka
nilai E(Ri) sebesar nilai
, yaitu sebesar 0,02835
atau 2,835%. Jika dilihat pada grafik hampir
terjadi persamaan terdapat 3 saham perusahaan
dari 25 saham perusahaan-perusahaan sampel
penelitian yang memiliki nilai E(Ri) mendekati
dari nilai , yaitu perusahaan Indocement
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
26
Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) sebesar 2,74%,
perusahaan Kalbe Farma Tbk (KLBF) sebesar
2,77% dan perusahaan Bank Central Asia Tbk
(BBCA) sebesar 2,97%.
4.5
Penggolongan Efisiensi Saham dan
Keputusan Investasi Saham
Penggolongan efisiensi dan keputusan investasi
saham dari perusahaan-perusahaan yang masuk
dalam sampel penelitian adalah sebagai berikut
Tabel 4.1 Penggolongan Efisiensi dan Keputusan Investasi Saham
No
Kode
Efek
Nama Emiten
1.
ADRO
2.
ANTM
3.
AALI
Ri
E(Ri)
Evaluasi
PT. Adaro Energy Tbk
0.02152
0.02096
PT. Aneka Tambang Tbk
PT. Astra Agro Lestari Tbk
0.01306
0.04037
Efisien/Good
Tidak Efisien/Not
Good
0.02019
0.01992
Efisien/Good
0.04633
0.03587
0.01784
0.02974
Efisien/Good
Tidak Efisien/Not
Good
Keputusan
5.
BBCA
6.
BDMN
PT. Bank Danamon Tbk
0.02812
0.01851
7.
BMRI
PT. Bank Mandiri Tbk
0.03751
0.04015
Efisien/Good
Tidak Efisien/Not
Good
8.
BBNI
PT. Bank Negara Indonesia
Tbk
0.04704
0.04475
Efisien/Good
Mengambil atau membeli
saham (underpriced).
Menjual saham sebelum harga
saham turun (overpriced).
Mengambil atau membeli
saham (underpriced).
Mengambil atau membeli
saham (underpriced).
Menjual saham sebelum harga
saham turun (overpriced).
Mengambil atau membeli
saham (underpriced).
Menjual saham sebelum harga
saham turun (overpriced).
Mengambil atau membeli
saham (underpriced).
9.
BBRI
PT. Bank Rakyat Indonesia
Tbk
0.03100
0.03755
Tidak Efisien/Not
Good
Menjual saham sebelum harga
saham turun (overpriced).
10.
INDY
PT. Indika Energi Tbk
0.01966
0.03857
Tidak Efisien/Not
Good
11.
ITMG
PT. Indo Tambangraya Megah
Tbk
0.03990
0.04392
Tidak Efisien/Not
Good
12.
INTP
0.03813
0.02737
Efisien/Good
13.
INDF
PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk
PT. Indofood Sukses Makmur
Tbk
0.04734
0.03807
14.
INCO
PT. Vale Indonesia Tbk
0.01052
0.04239
Efisien/Good
Tidak Efisien/Not
Good
15.
JSMR
PT. Jasa Marga Tbk
0.04618
0.02644
Efisien/Good
16.
KLBF
PT. Kalbe Farma Tbk
0.05859
0.02767
17.
LPKR
PT. Lippo Karawaci Tbk
0.00571
0.02006
18.
PGAS
0.01687
0.02527
19.
LSIP
PT. Perusahaan Gas Negara
Tbk
PT. PP London Sumatrra
Indonesia Tbk
Efisien/Good
Tidak Efisien/Not
Good
Tidak Efisien/Not
Good
0.04202
0.03158
Efisien/Good
20.
SMGR
0.03255
0.02568
21.
PTBA
0.02295
0.03593
22.
TLKM
PT. Semen Gresik Tbk
PT. Tambang Batubara Bukit
Asam Tbk
PT. Telekomunikasi Indonesia
Tbk
0.00885
0.01656
23.
TINS
PT. Timah Tbk
0.01497
0.04269
Efisien/Good
Tidak Efisien/Not
Good
Tidak Efisien/Not
Good
Tidak Efisien/Not
Good
24.
UNVR
PT. Unilever Indonesia Tbk
0.02906
0.01119
Efisien/Good
PT. Astra International Tbk
4.
ASII
PT. Bank Central Asia Tbk
Menjual saham sebelum harga
saham turun (overpriced).
Menjual saham sebelum harga
saham turun (overpriced).
Mengambil atau membeli
saham (underpriced).
Mengambil atau membeli
saham (underpriced).
Menjual saham sebelum harga
saham turun (overpriced).
Mengambil atau membeli
saham (underpriced).
Mengambil atau membeli
saham (underpriced).
Menjual saham sebelum harga
saham turun (overpriced).
Menjual saham sebelum harga
saham turun (overpriced).
Mengambil atau membeli
saham (underpriced).
Mengambil atau membeli
saham (underpriced).
Menjual saham sebelum harga
saham turun (overpriced).
Menjual saham sebelum harga
saham turun (overpriced).
Menjual saham sebelum harga
saham turun (overpriced).
Mengambil atau membeli
saham (underpriced).
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
27
25.
UNTR
PT. United Tractors Tbk
0.04196
0.03787
Efisien/Good
Mengambil atau membeli
saham (underpriced).
Reward to Variability
STOCK
KLBF
Tabel 4.2 Perhitungan RVARBerdasarkan Periode Feb 2009 – Juli 2012
Excces Return
RVAR
Ri
Rf
Std Dev
(Ri-Rf)
(Exc R / Std Dev)
0.05859
0.0054
0.05318
0.08788
0.60507
Peringkat
1
ASII
0.04633
0.0054
0.04092
0.08089
0.50589
2
UNTR
0.04196
0.0054
0.03655
0.07787
0.46935
3
INDF
0.04734
0.0054
0.04193
0.09057
0.46301
4
LSIP
0.04202
0.0054
0.03661
0.09027
0.40558
5
BBNI
0.04704
0.0054
0.04163
0.10526
0.39544
6
BMRI
0.03751
0.0054
0.03210
0.09617
0.33379
7
JSMR
0.04618
0.0054
0.04077
0.13680
0.29804
8
SMGR
0.03255
0.0054
0.02714
0.10863
0.24986
9
INTP
0.03813
0.0054
0.03272
0.13118
0.24939
10
ITMG
0.03990
0.0054
0.03449
0.14050
0.24547
11
PTBA
0.02295
0.0054
0.01754
0.08142
0.21543
12
BDMN
0.02812
0.0054
0.02271
0.11625
0.19534
13
UNVR
0.02906
0.0054
0.02364
0.12704
0.18612
14
BBRI
0.03100
0.0054
0.02559
0.14240
0.17968
15
ADRO
0.02152
0.0054
0.01611
0.10439
0.15432
16
INDY
0.01966
0.0054
0.01425
0.10262
0.13886
17
TINS
0.01497
0.0054
0.00956
0.07138
0.13389
18
AALI
0.02019
0.0054
0.01477
0.12795
0.11546
19
BBCA
0.01784
0.0054
0.01243
0.11419
0.10883
20
PGAS
0.01687
0.0054
0.01146
0.10693
0.10720
21
ANTM
0.01306
0.0054
0.00765
0.10439
0.07326
22
INCO
0.01052
0.0054
0.00510
0.11373
0.04489
23
TLKM
0.00885
0.0054
0.00344
0.10678
0.03220
24
LPKR
0.00571
0.0054
0.00030
0.13061
0.00229
25
Terdapat 25 saham perusahaan yang
dimasukkan sebagai sampel penelitian yang telah
diteliti dan dianalisis menggunakan metode
RVAR (Reward to Variability) diperoleh urutan
peringkat pengambilan keputusan investasi saham
yang dilihat dari besar kecilnya hasil RVAR suatu
saham individual perusahaan. Pada peringkat
pertama sampai kelima berturut-turut yaitu saham
KLBF, ASII, UNTR, INDF, dan LSIP. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar nilai reward
to variability (RVAR) menunjukkan semakin
baiknya kinerja dari suatu saham tersebut.
Kesimpulan
Pada periode penelitian antara Feb 2009-Juli
2012, saham perusahaan PT. Kalbe Farma
(KLBF) memiliki rata-rata tingkat return yang
tertinggi yaitu sebesar 0,05859 atau 5,85%.
Sedangkan, saham perusahaan PT. Bank Negara
Indonesia (BBNI) memiliki tingkat beta yang
paling tinggi diantara saham perusahaan lainnya
yaitu sebesar 1,7148 dan termasuk saham yang
dapat dikategorikan agresif karena beta lebih dari
satu. Dengan perusahaan yang sama saham yang
memiliki tingkat pengembalian yang diharapkan
tertinggi yaitu saham perusahaan PT. Bank
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
28
Negara Indonesia (BBNI) sebesar 0,04475 atau
4,47%.
Dari hasil analisis menggunakan metode
CAPM terdapat jumlah yang hampir seimbang
antara saham yang dikategorikan overpriced dan
underpriced. Perbedaan saham overpriced dan
saham
underpriced
dapat
dilihat
dari
penggambaran Garis Pasar Sekuritas. Saham yang
underpriceddengan keputusan beli terdapat diatas
garis SML yaitu sebanyak 13 saham perusahaan,
sebaliknya saham yang overpriceddengan
keputusan jual berada dibawah garis SML yaitu
sebanyak 12 saham.
Rekomendasi untuk urutan pengambilan
keputusan investasi saham menggunakan metode
RVAR yaitu 5 saham teratas yang memiliki hasil
perhitungan RVAR tertinggi dari 25 saham
perusahaan yang diteliti berturut-turut yaitu PT.
Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT. Astra International
Tbk (ASII), PT. United Tractors Tbk (UNTR),
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan
PT. PP London Sumatera Tbk (LSIP).
Saran
Bagi Investor dan Calon Investor, Para
Investor sebaiknya mengumpulkan dan mengolah
banyak informasi tentang kinerja saham
perusahaan
terlebih
dahulu
sebelum
menginvestasikan dananya dalam pasar modal.
Dengan mengetahui performance saham, baik
saham yang efisien maupun tidak efisien agar
dapat membuat keputusan investasi dengan tepat,
mana saham yang nantinya memberikan tingkat
pengembalian dan tingkat risiko yang paling
optimal dan lebih tinggi dari tingkat pengembalian
yang diharapkan.
Bagi
Peneliti
Selanjutnya,
Peneli
selanjutnya diharapkan menggunakan sampel
yang berbeda tidak secara terus-menerus
mengambil sampel indeks LQ45 tetapi bisa
dirubah dengan indeks-indeks saham yang lain
yang juga memiliki performance yang baik
dengan periode yang lebih baru tentunya.
Sehingga dapat mengetahui perkembangan pasar
modal yang terjadi setiap periodenya, dan dapat
menambah ilmu tentang metode Capital Asset
Pricing Model dan Reward to Variability.
6. DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Kamaruddin. 2004. Dasar-Dasar
Manajemen Investasi dan Portofolio.
Cetakan Kedua. Jakarta: PT. RINEKA
CIPTA.
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2006. Pengantar
Pasar Modal. Jakarta: PT. RINEKA
CIPTA.
Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting.
EdisiDelapan.
Yogyakarta:
BPFEYogyakarta.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin.
2012. Pasar Modal di Indonesia
(Pendekatan Tanya Jawab) Edisi Tiga.
Jakarta: Salemba Empat.
Fabozzi, Frangk J. Alih Bahasa Tim Penerjemah
Salemba Empat. Manajemen Investasi.
1999. Jakarta: Salemba Empat.
Fahmi, Irham. 2011. Teori Portofolio dan Analisis
Investasi (Teori dan Soal Jawab). Cetakan
Kedua. Bandung : Alfabeta.
Fakhruddin. 2008. Tanya Jawab Pasar Modal.
Cetakan Pertama. Jakarta: Erlangga.
Fauzi, Mohammad. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif Sebuah Pengantar. Cetakan I.
Semarang: Walisongo Press.
Halim, Abdul. 2009. Analisis Kelayakan Investasi
Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Husnan, Suad. 2005. Dasar-Dasar Teori
Portofolio dan Analisis Sekuritas Edisi
Ketiga. Cetakan Kedua. Jogjakarta: AMP
YKPN.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002.
Metodologi
Penelitian
Bisnis
untuk
Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.
Jogiyanto. 2012. Teori Portofolio dan Analisis
Investasi Edisi Tiga. Cetakan
Tujuh.
Jogjakarta: BPFE.
Kasiram, Mohamad. 2010. Metodologi Penelitian
Kuantitatif-Kualitatif. Cetakan II. Malang:
UIN-MALIKI PRESS.
Martalena. 2011. Pengantar
Yogyakarta: ANDI.
Pasar
Modal.
Masyhuri, dan M. Zainuddin. 2008. Metodologi
Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikasi.
Bandung: PT Refika Aditama.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
29
Moeljadi.
2006.
Manajemen
Keuangan
Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Jilid
1. Malang: Bayumedia Publishing.
Nazir. 2009. Metode Penelitian. Bogor: GHALIA
INDONESIA.
Pardoe, James. 2009. Sukses Berinvestasi Ala
BUFFET. Jakarta: Erlangga.
Rianse, Usman dan Abdi. 2008. Metodologi
Penelitian Sosial dan Ekonomi(Teori dan
Aplikasi). Bandung: Alfabeta.
Sharpe, F. William, et al. Alih Bahasa Pristina
Trimastuti dkk. Investment. 2005. Jilid 1.
Edisi 6. Jakarta: PT. Indeks Kelompok
Gramedia.
Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar
Modal Edisi Keempat. Jogjakarta: AMP
YKPN.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan
Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFEYogyakarta.
Zubir, Zalmi. 2011. Manajemen Portofolio:
Penerapannya dalam Investasi Saham.
Jakarta: Salemba Empat.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
30
Download