PREFERENSI HABITAT DAN KEBIASAAN MAKANAN TERIPANG DI PERAIRAN PULAU MENJANGAN KECIL, KARIMUNJAWA, JEPARA PROPOSAL SKRIPSI Oleh: BAGUS PUTRO SETIAWAN 26010113140067 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2016 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya laut yang tinggi karena sebagian besar kawasannya berupa perairan. Laut Indonesia mempunyai kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia. Salah satu hasil laut yang mempunyai nilai ekonomis penting tersebut adalah timun laut dan umumnya yang masuk ke dalam perdagangan disebut “teripang” (Darsono, 2007). Kepulauan Karimunjawa terletak 70 mil dari Pantai Utara Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kepulauan Karimunjawa 111.625 hektar, terdiri dari 7.033 hektar daratan dan 104.592 hektar perairan. Secara geografis letak Kepulauan Karimunjawa berada diantara 5°40'-5°71' Lintang Utara dan 110°4' -110°41' Bujur Timur, berada pada ketinggian 65-500 meter dari permukaan laut. Karimunjawa terdiri dari 27 kepulauan dan beberapa pulau besar seperti Pulau Kemujan, Pulau Karimun, Pulau Parang, Pulau Genting, Pulau Nyamuk, dan Pulau Bengkoang. Dan banyak lagi pulau-pulau kecil seperti Pulau Cemara Besar, Pulau Cemara Kecil, Pulau Geleong, Pulau Burung, Pulau Menjangan Besar, Pulau Menjangan Kecil, Pulau Manyawakan, Pulau Tengah, Pulau Sintok, Pulau Kapal, Pulau Krakal, Pulau Karang, dan Pulau Karang Besi (Umardiono, 2011). Wilayah perairan Karimunjawa secara ekologis banyak didominasi oleh tipe ekosistem terumbu karang beserta asosiasinya, sehingga memiliki keanekaragaman biologis, keindahan, serta dapat menyediakan cadangan plasma nutfah. Dengan demikian, wilayah perairan Karimunjawa mempunyai nilai produktivitas yang sangat tinggi. Salah satu kekayaan sumberdaya hayati yang dimiliki oleh perairan Karimunjawa tersebut adalah sumberdaya teripang (Holothurians) (Sulardiono dan Boedi, 2014). Pada saat ini penangkapan teripang tidak saja pada jenis-jenis yang bernilai ekonomis tetapi juga terhadap jenis-jenis yang murah yang pada awalnya tidak menjadi perhatian. Eksploitasi yang sering dilakukan secara intensif tanpa melihat jenis dan ukuran teripang menyebabkan populasi alaminya sangat menurun. Selain itu pengeksploitasian terumbu karang menyebabkan penurunan kualitas sumber daya dan habitat serta polusi mengancam sebagian besar wilayah pesisir yang pada gilirannya dapat mempercepat penurunan ketersediaan teripang. Kepunahan jenis-jenis teripang bisa saja terjadi, hal ini mengakibatkan hilangnya suatu plasma nutfah yang ada di alam. Oleh karena itu perlu usaha pelestarian dan pembudidayaannya untuk mengurangi penangkapan yang berlebihan (Sukmiwati et al, 2012). 1.2. Pendekatan Masalah Teripang adalah salah satu anggota hewan berkulit duri (Echinodermata). Teripang umumnya berbentuk bulat panjang atau silindris sekitar 10 - 30 cm dan memiliki tubuh yang lembek dan licin. Teripang merupakan salah satu jenis Echinodermata yang sering tertangkap di perairan Indonesia yang rentan terhadap kepunahan akibat maraknya penangkapan dan perdagangan teripang. Penangkapan yang terjadi terus menerus akan mengakibatkan penurunan jumlah populasi teripang di perairan. Selain itu, eksploitasi yang terus menerus juga akan berdampak pada turunnya kualitas sumberdaya dan habitat di wilayah pesisir dan mengancam punahnya teripang di alam. Kegiatan penelitian ini diperlukan untuk mengetahui populasi di perairan Pulau Menjangan Kecil Karimunjawa yang mencakup kesesuaian habitat dan kebiasaan makan dari teripang. Dalam mengkaji potensi sumberdaya teripang perlu diketahui populasi, habitat, dan kebiasaan makan dari teripang untuk memperkirakan jumlah stok yang ada di perairan dan juga melihat kondisi dari lingkungan tempat hidup teripang. 1.3. Tujuan Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui jenis substrat yang sesuai untuk kehidupan teripang di Perairan Pulau Menjangan Kecil, Kepulauan Karimunjawa. 2. Mengetahui kebiasaan makanan teripang di Perairan Pulau Menjangan Kecil, Kepulauan Karimunjawa. 1.4. Manfaat Manfaat dari hasil penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan tentang habitat teripang dan kebiasaan makanan teripang di Perairan Pulau Menjangan Kecil, Kepulauan Karimunjawa. 1.5. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 bertempat di Perairan Pulau Menjangan Kecil, Karimunjawa. Identifikasi Kebiasaan makanan teripang dilakukan bertempat di Laboratorium Hidrobiologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. II. 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Teripang (Holothuroidea) 2.1.1. Klasifikasi Teripang Menurut Martoyo et al (2006), Klasifikasi dari teripang atau mentimun laut adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Holothuroidea Ordo : Aspidochiroidea Famili : Holothuriidae Genus 1. : Holothuria Spesies : a. Holothuria scabra b. Holothuria impatiens c. Holothuria leucospilota d. Holothuria hilla e. Holothuria atra Genus 2. : Actinopyga Spesies : a. Actinopyga echinites b. Actinopyga lecanora c. Actinopyga miliaris Genus 3. : Bohadschia Spesies : a. Bohadschia argus Genus 4. : Labiodemas Spesies : a. Labiodemas rugosum b. Labiodemas semperianum Famili : Stichopodidae Genus 5. : Stichopus Spesies : a. Stichopus ananas b. Stichopus variegates c. Stichopus chioronatus Genus 6. : Thelenota Spesies : a. Thelenota ananas 2.1.2. Morfologi Teripang Teripang adalah salah satu anggota hewan berkulit duri (Echinodermata). Duri pada teripang sebenarnya merupakan rangka atau skelet yang tersusun dari zat kapur dan terdapat di dalam kulitnya. Rangka dari zat kapur itu tidak dapat terlihat dengan mata telanjang karena sangat kecil sehingga perlu menggunakan mikroskop. Meski demikian, tidak semua jenis teripang mempunyai duri beberapa jenis teripang tidak memiliki duri. Tubuh teripang umumnya berbentuk bulat panjang atau silindris sekitar 10 - 30 cm, dengan mulut pada salah satu ujungnya dan anus pada ujung lainnya. Mulut teripang dikelilingi oleh tentakel atau lengan peraba yang kadang bercabang-cabang. Tubuhnya berotot, sedangkan kulitnya dapat halus atau berbintil (Elfidasari et al, 2012). Menurut Yusron (2009), tubuh teripang umumnya lembek dan licin, kulitnya halus dan berbintil serta mempunyai otot melingkar dan memanjang di bawah dinding tubuh. Otot tersebut ada yang tebal dan tipis tergantung pada jenisnya, membentuk lima bagian yang memanjang atau membujur, dan berbentuk rongga yang berisi organ-organ dalam. Bentuk tubuh yang demikian membentuk bagian-bagian depan dan bagian belakang dengan bagian ventral dan dorsal. Pada permukaan kaki tabung, terdiri dari tiga deretan di bagian perut dan dua deretan di bagian pungggung. Mulut dikelilingi oleh sejumlah tentakel yang tersusun dalam satu lingkaran atau lebih. 2.1.3. Kebiasaan Makan Menurut Sutaman (1993) dalam Yanti et al (2014), bahwa makanan utama teripang yaitu deposit pasir yang terdapat pada daerah terumbu karang, potongan serasah karang atau detritus yang terdapat dalam lumpur atau pasir. Teripang merupakan hewan pemakan sedimen yang memakan sedimen terutama yang berasosiasi dengan mikroorganisme seperti bakteri. Pada umumnya teripang menyukai ukuran partikel pasir yang lebih kecil dengan kandungan bahan organik yang tinggi. Selain itu menurut Meller dan Pawson (1990) dalam Oedjoe dan Crisca (2015), makanan timun laut terdiri dari organism mikrokopis dan sampah organik di dasar laut atau yang lewat terbawah arus. 2.2. Distribusi dan Habitat Habitat teripang tersebar luas di lingkungan perairan di seluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat. Beberapa diantaranya lebih menyukai perairan dengan dasar berbatu karang, yang lainnya menyukai rumput laut atau dalam liang pasir dan lumpur. Jenis teripang yang termasuk dalam Holothuria, Scitopus dan Muelleria memiliki habitat berada di dasar berpasir halus, terletak di antara terumbu karang, dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. ( Elfidasari et al, 2012). Menurut Sulardiono dan Boedi (2014), teripang diketahui hidup pada habitat ekosistem terumbu karang dan asosiasinya, dimana habitat tersebut secara fungsional dari seluruh sistem tersebut menyediakan kebutuhan hidup teripang yang ada didalamnya, sehingga berdasarkan dinamika ruang dan waktu, akan berpengaruh pada organisme teripang dan cenderung untuk melakukan adaptasi baik adaptasi fisiologis maupun morfologis, sifat serta sebarannya. Dari aspek ekosistem terumbu karang sangat penting bagi habitat teripang. Dengan adanya dinamika perbedaan jenis penyusun substrat dasar perairan pada ekosistem terumbu karang memberikan dinamika populasi yang berakibat pada tinggi rendahnya densitas teripang. III. 3.1. MATERI DAN METODE Materi Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teripang dari genus Holothuria. Pengambilan sampel dilakukan di Perairan Pulau Menjangan Kecil, Kepulauan Karimunjawa. Sampel diambil secara langsung dari alam yang berada pada ekosistem terumbu karang. 3.1.1. Alat Alat yang digunakan dalam Penelitian di Perairan Pulau Menjangan Kecil, Kepulauan Karimunjawa adalah sebagai berikut: Tabel 1. Alat yang digunakan dalam Penelitian di Perairan Pulau Menjangan Kecil, Kepulauan Karimunjawa. No Alat Ketelitian Kegunaan 1. Kuadran Transek - Untuk menghitung teripang 2. Kamera underwater Megapixel Dokumentasi 3. Current meter - Untuk mengukur arus 4. Secchi disc cm Untuk mengukur kecerahan dan kedalaman 5. Roll meter cm Untuk membatasi area sampling 6. Skin dive - Alat bantu menyelam 7. Refraktometer % Untuk mengukur salinitas 8. pH paper - Untuk mengukur pH air 9. Botol sampel - Untuk menaruh sampel 10. Termometer - Untuk mengukur suhu 11. Alat Sectio - Untuk membedah teripang Sumber : Penelitian di Perairan Pulau Menjangan Kecil, Kepulauan Karimunjawa 2016 3.1.2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian di Perairan Pulau Menjangan Kecil, kepulauan Karimunjawa adalah teripang. 3.2. Metode Pengambilan Sampel a. Sampling teripang Penelitian ini dilakukan di Perairan Pulau Menjangan Kecil, Kepulauan Karimunjawa. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sensus. Sampling dilakukan di ekosistem terumbu karang dengan melihat dan mengambil teripang yang ada di lapangan. Menurut Prasetyo dan Jannah (2005) dalam Haryanto (2011), Teknik sampling dengan cara sensus dipakai dengan tujuan agar dapat memperoleh informasi yang lebih lengkap tentang kondisi sebenarnya, karena seluruh populasi diselidiki tanpa terkecuali. Alasan lain metode ini digunakan yaitu jumlah populasi dianggap tidak terlalu banyak. Cara sensus ini biasanya dikenal dengan istilah total sampling atau Complete Enumeration yang digunakan jika jumlah populasi dari suatu penelitian tidak terlalu banyak. b. Pengukuran kualitas air Pengukuran kualitas air dilakukan untuk mengetahui faktor fisika dan kimia seperti suhu, arus, kedalaman, salinitas dan pH. Substrat diambil untuk mengetahui kandungan substrat perairan. c. Penentuan preferensi habitat teripang Preferensi habitat teripang ditentukan berdasarkan data jenis tekstur substrat dengan indeks keseragaman dan kelimpahan tertinggi pada tiap titik sampling. Sampling menggunakan kuadran transek 1 x 1 d. Identifikasi organ pencernaan . Metode analisis organ pencernaan pada teripang dilakukan dengan cara sampel teripang yang diperoleh dari hasil penelitian disectio bagian tubuhnya menjadi dua bagian, kemudian diambil organ perncernaannya lalu diawetkan dengan formalin 4%. Metode mengidentifikasi jenis makanan, dilakukan dengan cara mengambil usus dan mengeluarkan isi usus tersebut lalu mengencerkan dengan akuadest, kemudian mengidentifikasi isi usus yang diambil dengan pipet dan dituangkan dalam Sedgwick rafter kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40. e. Analisis data preferensi habitat Analisis data dilakukan berdasarkan hasil perhitungan: 1. Indeks Kelimpahan Odum (1971) Keterangan: B = kelimpahan individu/ m2 T = luas 1 m2 (10000 cm2) A = luas transek pengambilan (m2) P = jumlah individu spesies ke-i S = jumlah transek 2. Indeks Keanekaragamaan Shannon-Weiner (Odum, 1971) ∑ Keterangan: H’ = Indeks Keanekaragaman pi = ni/N (proporsi spesies ke-i) N = Jumlah total individu Ni = Jumlah individu spesies ke-i Kriteria indeks keanekaragaman adalah sebagai berikut: H’< 1 = keanekaragaman rendah 1< H’< 3 = keanekaragaman sedang H’> 3 = keanekaragaman tinggi 3. Indeks dominansi Simpson (Odum 1971) ∑ Keterangan: Id = Indeks dominansi Σ Pi2 = kuadrat proporsi spesies ke-i Keriteria indeks dominansi adalah sebagai berikut: Id > 0,5 = ada dominansi Id < 0,5 = tidak ada dominansi f. Analisis data Menganalisa kebiasaan makan teripang digunakan metode sebagai berikut: 1. Metode frekuensi kejadian (Efendie et al, 1979) Keterangan: Fr = Frekuensi kejadian satu macam makanan Li = Jumlah makanan per jenis dalam organ perncernaan Lt = Jumlah total organ pencernaan yang berisi makanan 2. Metode Index of Preponderance (Effendi, 2002) ( ∑ ) Keterangan : IP = Indeks utama ( Index of Preponderance) ni = Persentase volume satu macam makanan oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan Σ (ni x oi) = Jumlah ni x oi dari semua jenis makanan Isi pencernaan teripang terdiri dari organisme kecil sehingga mengalami keterbatasan dalam menentukan volume masing-masing makanan, sehingga dilakukan modifikasi rumus Indeks of Preponderance, untuk menentukan Indeks of Preponderance menggunakan metode numerical. IP dihitung dengan rumus: ( ∑ ) ni = Persentase numerical satu macam makanan DAFTAR PUSTAKA Darsono P. 2007. Teripang (Holothuroidea): Kekayaan Alam Dalam Keragaman Biota Laut. Oseana 32 (2): 1-10. Elfidasari, D., Nita N., Ninditasya W., Analekta T.P. 2012. Identifikasi Jenis Teripang Genus Holothuria Asal Perairan Sekitar Kepulauan Seribu Berdasarkan Perbedaan Morfologi. Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, 1 (3) : 140 – 146. Haryanto, Y. 2011 Analisis Faktor-Faktor Pendukung Penguatan Calon Penyuluh Pertanian Ahli Untuk Pembangunan Ketahanan Pangan (Kasus Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Martoyo J, Aji N, Winanto T. 2006. Budidaya Teripang. Penebar Swadaya, Jakarta Oedjoe, M.D.R., dan Crisca B.E. 2015. Keanekaragaman Timun Laut (Echinodermata: Holothuroidea) Di Perairan Sabu Raijua, Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 7 (1) : 309 – 320. Odum EP. 1971. Fundamental of Ecology. 3rd ed. W.B. Saundes Company. Tokyo, Japan. 574 hal Sukmiwati, M., Siti S., Sanusi I., Dian H., dan Pradina P. 2012. Keanekaragaman Teripang (Holothuroidea) di Perairan Bagian Timur Pantai Natuna Kepulauan Riau. Jurnal Natur Indonesia, 14(2) : 131 – 137. Sulardiono, B. dan Boedi H. 2014. Analisis Densitas Teripang (Holothurians) Berdasarkan Jenis Tutupan Karang Di Perairan Karimun Jawa, Jawa Tengah. Jurnal Saintek Perikanan, 10 (1) : 7 - 12. Umardiono, A. 2011. Pengembangan Obyek Wisata Taman Nasional Laut Kepulauan Karimun Jawa. Kepariwisataan, 24 (3) : 192-201. Yanti. N.P.M., J.N. Subagio, dan J. Wiryatno. 2014. Jenis dan Kepadatan Teri-pang (Holothuroidea) di perairan Bali Selatan. J. Simbiosis, 2(1):158-171. Yusron, E. 2009. Keanekaragaman jenis teripang (Holothuroidea) di perairan Minahasa Utara Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 35(1):19 - 28.