BAB I LAPORAN KASUS STATUS PASIEN I. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Orangtua Alamat : An.I : 11 tahun : Perempuan : PNS : RT. 08 Pelayangan II. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga Status Perkawinan : belum menikah Jumlah saudara : 2 Orang Status Ekonomi Keluarga : Cukup Kondisi Rumah : Pasien tinggal di rumah panggung yang terbuat dari kayu bersama dengan neneknya, rumah berukuran 7 x 15 , dengan 2 kamar tempat tidur, dan memiliki 1 wc, sekitar rumah juga terdapat 3 kandang ayam, rumah memiliki pencahayaan yang cukup. Kondisi Lingkungan Keluarga III. Aspek Psikologis Keluarga IV. : kurang baik : baik Riwayat Penyakit Keluhan Utama Demam sejak 5 hari yang lalu Keluhan Tambahan Timbul ruam, batuk, mata berair 1 Riwayat Penyakit Sekarang ± 5 hari yang lalu anak demam tiba-tiba, demam semakin tinggi 2 hari ini dan terus-menerus. ± 2 hari yang lalu timbul ruam merah diseluruh tubuh,ruam merah mulai timbul dari wajah, badan dan kedua tangan, gatal (+),keluhan disertai dengan batuk tidak berdahak, batuk tidak dipengaruhi oleh keadaan tertentu seperti cuaca, bulu atau debu, sesak (-). Anak mengeluh nyeri saat menelan dan mata anak juga sedikit berair sejak 3 hari yang lalu namun sekarang sudah berkurang. Di tempat sekolahnya juga terdapat anak dengan keluhan yang sama. V. Riwayat Penyakit Dahulu/penyakit keluarga : Pasien belum pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya Tidak ada anggota keluarga lain yang terserang penyakit yang VI. sama Riwayat alergi makanan atau obat disangkal Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum : tampak sakit sedang Kesadaran : Composmentis 2. Pengukuran Tanda Vital : Nadi : 94x/menit, reguler, isi cukup Suhu : 38,3°C Respirasi : 22x/menit, regular Berat Badan : 25 Kg Pemeriksaan Organ Kepala : Bentuk : Simetris, normocephal Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, sklera hiperemis +/+, sekret (-) Telinga : Dalam Batas Normal Hidung : Napas cuping hidung -/-, Sekret -/-, Epistaksis -/- Mulut : tifoid tounge (-), faring hiperemis (+), koplik spot (-) Thoraks Inspeksi : Simetris, retraksi (-) 2 Palpasi Perkusi Auskultasi : Krepitasi (-), vokal fremitus tidak dilakukan pemeriksaan : Sonor : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/BJI dan II regular, murmur(-), gallop (-) Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Ekstremitas : Datar, jaringan parut (-),spider nevi (-)venektasi vena (-) : Nyeri tekan (-) : Timpani (+) : Bising usus (+) normal : Akral hangat +/+, edema -/- Status Dermatologi 3 Lokasi Distribusi Bentuk Batas Ukuran : leher, wajah, badan dan kedua tangan : merata : bintik merah : Tegas : miliar - lentikular Efloresensi : eritem. VII. Laboratorium Tidak diperiksa VIII. Diagnosa Kerja Morbili (B05.9) IX. Diagnosis Banding Rubela Roseola infantum Erupsi obat X. Manajemen a. Preventif Menjaga kebersihan badan dengan mandi 2x sehari pakai sabun. Cuci bersih tangan jika dirasa tangan anak kotor. Jangan garuk kelainan kulit yang gatal tersebut karena dapat menyebabkan iritasi dan infeksi sekunder. Gunting kuku karena kuku yang panjang memudahkan terjadinya lecet pada kulit akibat garukan. Pemberian imunisasi campak pada anak usia 9 bulan, 2 tahun dan 6 tahun b. Promotif 4 Berikan edukasi kepada ibu pasien mengenai apa itu campak dan gejala-gejalanya. Meningkatkan daya tahan tubuh dan berat badan anak dengan makan makanan bergizi secara teratur dan istirahat yang cukup. c. Kuratif Non Medikamentosa Bedrest Mandi teratur dengan menggunakan air bersih dan sabun Menggunakan masker Medikamentosa Paracetamol 250 mg x 3 bila demam Vitamin A merah selama 3 hari CTM 3 x 0,5 selama 3 hari XI. Rehabilitasi - Isolasi saat masa infeksius - Menjalankan pengobatan dengan teratur - Makan makanan yang bergizi Resep 5 Resep puskesmas Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Olak Kemang Dokter : RTS. Risky Teresia Fauzi SIP : GIA 213038 STR : 19910927 Tanggal : 10 Januari 2015 R/ Paracetamol tab mg 250 no. IX S 3 d d tab 1 R/CTM no.IX S3 d d tab 0,5 R/ Vitamin A 200.000 IU No.III S uc Pro : An.I Umur : 11 tahun Resep tidak boleh diganti/ditukar tanpa sepengetahuan dokter Resep Resep puskesmas 6 Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Olak Kemang Dokter : RTS. Risky Teresia Fauzi SIP : GIA 213038 STR : 19910927 Tanggal : 10 Januari 2015 Pro : An.I Umur : 11 tahun Resep tidak boleh diganti/ditukar tanpa sepengetahuan dokter BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 2.1 Definisi Campak adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus rubeola (campak) dan merupakan penyakit yang sangat menular yang biasanya menyerang anak-anak. Penyakit ini ditandai dengan batuk, korisa, demam dan ruam makulopapular yang timbul beberapa hari sesudah gejala awal1'2'3' 2.2 Etiologi Virus campak berasal dari genus Morbilivirus dan famili Paramyxoviridae. Virus campak liar hanya patogen untuk primata Kera dapat pula terinfeksi campak lewat darah atau sekret nasofaring dari manusia. Hopkins, Koplan dan Hinman menyatakan bahwa campak tidak mempunyai reservoir pada hewan dan tidak menyebabkan karier pada manusia.3 2.3 Patogenesis Virus campak menginfeksi dengan invasi pada epitel traktus respiratorius mulai dari hidung sampai traktus respiraturis bagian bawah. Multiplikasi lokal pada mukosa respiratorius segera disusul dengan viremia pertama dimana virus menyebar dalam leukosit pada sistem retikukoendotelial. Setelah terjadi nekrosis pada sel retikuloendotelial sejumlah virus terlepas kembali dan terjadilah viremia kedua. Sel yang paling banyak terinfeksi adalah monosit. Jaringan yang terinfeksi termasuk timus, lien. kelenjar iimfe, hepar, kulit, konjungtiva dan paru. Setelah terjadi viremia kedua seluruh mukosa respiratorius terlibat dalam perjalanan penyakit sehingga menyebabkan timbulnya gejala batuk dan korisa. Campak dapat secara langsung menyebabkan croup, bronchiolitis dan pneumonia, selain itu adanya kerusakan respiratorius seperti edema dan hilangnya silia 8 menyebabkan timbulnya komplikasi otitis media dan pneumonia Setelah beberapa hari sesudah seluruh mukosa respiratorius terlibat, maka timbullah bercak koplik dan kemudian timbul ruam pada kulit. Kedua manifestasi ini pada pemeriksaan mikroskopik menunjukkan multinucleated giant cells, edema inter dan intraseluler, parakeratosis dan dyskeratosis. Timbulnya ruam pada campak bersamaan dengan timbulnya antibodi serum dan penyakit menjadi tidak infeksius. Oleh sebab itu dikatakan bahwa timbulnya ruam akibat reaksi hipersensitivitas host pada virus campak. Hal ini berarti bahwa timbulnya ruam ini lebih ke arah imunitas seluler. Pernyataaan dengan defisiensi imunitas ini didukung data bahwa seluler yang terkena campak pasien tidak didapatkan adanya ruam makulopapuler, sedangkan pasien dengan agamaglobulinemia bila terkena campak masih didapatkan ruam makulopapuler3,4 2.4 Manifestasi Klinis Panas meningkat dan mencapai puncak pada hari ke 4-5, pada saat ruam keluar5 Coryza yang terjadi sukar dibedakan dengan common cold yang berat. Membaik dengan cepat pada saat panas turun Conjungtivitis ditandai dengan mata merah pada conjungtiva disertai dengan keradangan dengan keluhan fotofobia Cough merupakan akibat keradangan pada epitel saluran nafas, mencapai puncak pada saat erupsi dan menghilang setelah beberapa minggu. Muncul Koplik’s spot pada sekitar 2 hari sebelum muncul ruam (hari ke 3-4) dan cepat menghilang setelah beberapa jam atau hari. Koplik’s spot adalah sekumpulan noktah putih pada daerah epitel bucal yang merah (a grain of salt in the sea of red), yang merupakan tanda klinis yang pathognomik untuk campak. Ruam makulopapular semula berwarna kemerahan. Ruam ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga, 9 menyebar kearah perifer sampai pada kaki. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka dan dada muka dan dada menjadi confluent, ruam ini membedakan dengan rubella yang ruamnya discrete dan tidak mengalami desquamasi. Telapak tangan dan kaki tidak mengalami desquamasi. . 2.5 Diagnosis Anamnesis5 Demam tinggi terus menerus 38,50C atau lebih disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila kena cahaya (fotofobia), seringkali diikuti diare. Pada hari ke 4-5 demam, timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula. Pada saat ini anak dapat mengalami kejang demam. Saat ruam timbul, batuk dan diare bertambah parah sehingga anak mengalami sesak nafas atau dehidrasi. Pemeriksaan fisik Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari 3 stadium, yaitu: Stadium kataral (prodormal) Biasanya stadium ini berlangsung selama 2-4 hari dengan gejala demam, malaise, batuk, faring merah, nyeri menelan,stomatitis fotofobia, konjungtivitis dan coryza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul eksantema, timbul bercak Koplik. Bercak Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum timbul pertama kali pada mukosa bukal yang menghadap gigi molar dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau 4 dari masa prodormal dapat 10 meluas sampai seluruh mukosa mulut. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Stadium erupsi Stadium ini berlangsung selama 5-6 hari. Terjadinya ruam atau eritema yang berbentuk makula-papula disertai naiknya suhu badan. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang rambut,wajah dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen dan akhirnya mencapai anggota bagian bawah. Stadium konvalesensi (penyembuhan) Pada hari ketiga ruam akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari. Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain hiperpigmentasi, sering ditemukan pula kulit yang bersisik dan mengelupas yang menghilang 1-2 minggu. Selanjutnya suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi. Grafik Morbili Pemeriksaan penunjang 11 Darah tepi : jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri Pemeriksaaan laboratorium serologis (IgM positif atau kenaikan titer antiantibodi 4 kali) dan atau isolasi virus Campak positif. Pemeriksaan untuk komplikasi : 1. Ensefalopati/Ensefalitis : dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit darah dan analisis gas darah 2. Enteritis : feses lengkap 3. Bronkopneumonia : dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah 2.6 Penatalaksanaan Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari5 : 1. Pemberian cukup cairan 2. Kalori dan jenis makanan yang disesuikan dengan tingkat kesadaran dan komplikasi 3. Suplemen nutrisi 4. Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder 5. Anti konvulsi apabila terjadi kejang 6. Pemberian Vitamin A 1. Penderita Campak tanpa komplikasi Pada umumnya tidak memerlukan rawat inap. Tidak ada obat yang secara langsung dapat bekerja pada virus Campak. Anak memerlukan istirahat di tempat tidur, hindari penularan dan kompres dengan air hangat bila demam tinggi. Anak harus diberi cukup cairan dan kalori, sedangkan pasien perlu diperhatikan dengan memperbaiki kebutuhan cairan, diet disesuaikan dengan kebutuhan penderita dan berikan vitamin A 50.000 IU (jika umur anak <6 bulan), 100.000 IU (6-11 bulan) atau 200.000 IU (12 bulan hingga 5 tahun), untuk pasien gizi buruk berikan vitamin A tiga kali dan 4 minggu kemudian jika didapatkan gejala klinis defisiensi vitamin A. Pemberian Vitamin A dilakukan untuk mencegah terjadiya komplikasi terutama Xeroftalmia. Perawatan penunjang Jika demam berikan paracetamol 12 Perawatan mata, untuk konjungtivitis ringan dengan cairan mata yang jernih, tidak diperlukan pengobatan. Jika mata bernanah, bersihkan mata dengan kain katunyang telah direbus dalam air mendidih, atau lap bersih yang direndam dalam air bersih. Oleskan salep mata kloramfenikol/tetrasiklin 3 kali sehari selama 7 hari. Jangan menggunakan salep steroid. Perawatan mulut, jaga kebersihan mulut, beri obat kumur antiseptik bila pasien dapat berkumur. Kunjungan ulang Minta ibu membawa anaknya kembali dalam waktu 2 hari untuk melihat apakah luka pada mulut dan sakit mata anak sembuh, atau apabila terdapat tanda bahaya. Indikasi rawat inap Hiperpireksia (suhu 39,00C), dehidrasi, kejang,asupan oral sulit, atau ada komplikasi Indikasi Pasien pulang Pasien diperbolehkan pulang apabila pasien telah memasuki fase penyembuhan, panas mulai menurun, tidak ada tanda-tanda adanya komplikasi dan keadaan umum pasien mulai membaik. 2. Campak dengan komplikasi Terapi vitamin A, diberikan vitamin A secara oral pada semua anak. Jika anak menunjukan gejala pada mata akibat kekurangan vitamin A atau dalam keadaan gizi buruk, vitamin A diberikan 3 kali; hari 1, hari 2 dan 2-4 minggu setelah dosis kedua.Bila terdapat komplikasi, maka dilakukan pengobatan untuk a) b) mengatasi komplikasi yang timbul seperti : Otitis media akut, sering kali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, maka perlu mendapat antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol. Ensefalitis, perlu direduksi jumlah pemberian cairan ¾ kebutuhan untuk mengurangi oedema otak, di samping pemberian kortikosteroid, perlu c) dilakukan koreksi elektrolit dan ganguan gas darah. Bronkopneumonia, diberikan oksigen nasal atau dengan masker, antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang 13 dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda, koreksi gangguan keseimbangan asam basa, gas darah dan d) e) elektrolit. Enteritis, pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidrasi.7 Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/gizi buruk Pemantauan Ukur suhu tubuh anak dua kali sehari dan periksa apakah timbul komplikasi. BAB III ANALISA KASUS a. Hubungan Diagnosis dengan keadaan Rumah dan Lingkungan Sekitar Pasien tinggal di rumah panggung yang memiliki 3 kandang ayam di sekitar rumah. Tidak ada hubungan diagnosis dengan keadaan rumah. b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga. Apabila ada salah satu anggota keluarga yang terkena penyakit tersebut secara etiologi dapat menularkan virus dari campak tersebut. Pada pasien ini tidak ada dalam anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien, sehingga tidak ada hubungan antara diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga. Namun, teman pasien mengalami penyakit yang sama dengan pasien, sehingga secara etiologi pasien tertular dengan virus campak dari teman sekolahnya. c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar. Tidak Ada hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar, karena campak merupakan peenyakit akibat virus yang dapat ditularkan apabila ada salah satu keluarga atau teman bermain terkena campak. 14 d. Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakit pada pasien ini Faktor resiko terjadinya campak adalah tertular dari orang yang sedang terkena oleh campak. Pasien ada kontak dengan anak sekolahnya yang terkena campak. e. Analisis untuk mengurangi paparan/memutuskan rantai penularan dengan faktor resiko atau etiologi pada pasien ini Salah satu untuk mengurangi paparan adalah dengan mengurangi aktifitas di luar rumah, supaya tidak menularkan penyakit campak ke orang lain. campak merupakan penyakit yang dapat menular, tidak kemungkinan untuk diturunkan secara genetik. 15 DAFTAR PUSTAKA 1. Fitzpatrick TB, Johnson RA, Klaus W, Suurmond D. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 5th ed. New York (NY) : McGraw-Hill Companies; 2005. 2. Djuanda Adhi, Hamzah Mochtar, Alsah Siti. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2008. 3. Siregar R.S,ed. Pioderma, Dalam: Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC; 2002. 4. imanti Alifa,dkk. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007,hal 811. 5. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak ed 3 th, buku satu.2008.hal 7175.Surabaya 16 LAMPIRAN HOME VISITE 17 18