BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masa remaja adalah suatu periode dalam hidup manusia dimana terjadi transisi secara fisik dan psikologis yang umumnya berlangsung selama periode pubertas hingga dewasa muda (Merriam-Webster Dictionary mengidentifikasikan remaja sampai yang 19 tahun perkembangan setelah sebagai 2012). kelompok mengalami masa WHO usia pertumbuhan kanak-kanak hingga 10 dan sebelum menginjak masa dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi selama masa remaja merupakan yang tercepat kedua setelah masa infancy dengan penanda transisi (WHO). onset pubertas sebagai Pubertas merupakan suatu proses yang panjang dan ditandai dengan kenaikan hormon yang akan mengakibatkan perubahan-perubahan fisik (Chumlea, 1982). Pada masa ini remaja akan mengalami perkembangan karakteristik seks sekunder yang dipengaruhi oleh hormon androgen perempuan, seperti hormon testosteron yang dan paling estrogen. berpengaruh Pada adalah estrogen yang akan menyebabkan pembesaran payudara dan puting, pertumbuhan rambut ketiak dan pubis, panggul 1 2 yang melebar, dan pelebaran aerola (Steinberg L., 2008). Sedangkan pada laki-laki, akan dominan dipengaruhi oleh hormone testosterone penis, penambahan yang akan volume menyebabkan testis dan pembesaran skrotum dan pertumbuhan rambut pubis (Tanner, 1970). Selain pengalaman maturasi fisik dan seksual, masa remaja juga mencakup pengalaman yang berupa pergerakan terhadap kemandirian sosial dan ekonomi, pengembangan identitas, kemahiran dalam membina hubungan dan peran di masa dewasa, kapasitas pertimbangan abstrak (WHO) dan rasa ketertarikan pada lawan jenis (Reiss & Halstead, 2006). WHO terdapat juga menyebutkan tekanan-tekanan bahwa untuk selama masa melakukan remaja perilaku- perilaku berisiko tinggi seperti konsumsi alkohol, rokok, penggunaan obat-obatan terlarang dan inisiasi hubungan seksual pada usia muda. Di Indonesia berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2012 didapatkan 0,7% dari perempuan usia 15-19 tahun dan 4,5% dari laki-laki usia 15-19 tahun telah melakukan hubungan seksual. Pada rentang usia 20-24 tahun didapatkan 4,5% perempuan dan 14,6% laki-laki telah melakukan hubungan seksual. 3 Terlihat sedikit diantara wanita perbedaan menurut dalam umur pengalaman seksual dibandingkan dengan responden pria yang lebih tua, dimana pria yang lebih tua cenderung lebih memiliki pengalaman seksual dibanding pria lainnya. Pria dengan tingkat pendidikan SMTA atau lebih tinggi cenderung pernah melakukan hubungan seksual dibandingkan dengan pria yang tingkatan pendidikannya lebih rendah. Pendidikan seksual dan pemahaman seks merupakan hal yang sangat penting bagi remaja karena pendidikan dan pemahaman akan berperan sebagai pertimbangan remaja dalam menentukan sikap dan membuat keputusan. Adikusuma (2005) menyatakan dapat bahwa pengetahuan mempengaruhi perilaku seksual terjadi di pubertas tanpa pranikah. Hal sikap individu pranikah. Akan masyarakat adalah pengetahuan ini tentang pranikah tersebut terhadap tetapi remaja yang disebabkan seksual yang memasuki memadai orang sering tua masa tentang seks merasa tabu membicarakan masalah seksual dengan anaknya sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat seperti teman (Sarwono, 2008). 4 Menurut Indonesia survey (PKBI) pengetahuan Jawa Tengah kesehatan pengetahuannya sedangkan Perkumulan 19,50% penelitian pengetahuan pengetahuannya seksual 2010 Semarang, 43,22% pengetahuan memadai. (2010) pranikah di menunjukkan 37,28% Kusumastuti Berencana tahun reproduksi rendah, Keluarga cukup, Berdasarkan mendapatkan remaja kelas X hasil SMAN 3 Surakarta yaitu remaja mempunyai pengetahuan baik tentang seksual pranikah mempunyai (20,1%) (16,9%). dengan pengetahuan dan cukup mempunyai Meskipun jumlah telah dengan pengetahuan cukup 116 remaja (63%), jumlah 37 remaja kurang 31 remaja banyak dilakukan studi mengenai pengetahuan remaja mengenai seks bebas, peneliti belum menemukan penelitian yang mengkhususkan pada remaja dengan rentang usia 14-16 tahun atau kelas VII-IX SMP di Yogyakarta. Berdasarkan peneliti hal-hal merasa perlu yang telah dilakukan disebutkan diatas, pengukuran tingkat pemahaman seks bebas khususnya pada remaja kelas VII-IX SMP. 5 I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah tingkat pemahaman perilaku seks bebas pada remaja kelas IX SMP Negeri 5 Yogyakarta?” I.3. Tujuan Penelitian I.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman remaja mengenai perilaku seks bebas. I.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui sejauh mana pemahaman remaja mengenai perilaku seksual dan seks bebas. 2. Mengetahui pemahaman remaja mengenai bahaya perilaku seks bebas. 3. Mengetahui sumber informasi mengenai seks bebas. 4. Mengetahui sikap remaja mengenai seks bebas. I.4. Keaslian Penelitian 1. Susanti (2013) tentang Persepsi Siswa Kelas XI SMK Negeri 4 Surabaya terhadap Perilaku Seks Bebas di 6 Kalangan siswa Remaja (65,3%) didapatkan mempunyai hasil sebagian pemahaman yang besar baik mengenai bahaya seks bebas dan 70% siswa memahami pengaruh yang ditimbulkan oleh perilaku seks bebas. 2. Herlia Yuliantini (2012) dengan metode deskriptif korelatif tentang dengan tingkat pendekatan pengetahuan Cross HIV/AIDS Sectional dan sikap remaja tentang perilaku seks pra nikah pada siswa “SMU X” di Jakarta Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas siswa memiliki tingkat pemahaman HIV/AIDS yang baik dengan sikap tidak mendukung perilaku seks bebas. 3. Rida Bhakti Kencana observasional analitik Sectional. Hasil yang (2011) dengan didapat dengan metode pendekatan Cross dari penelitian tersebut adalah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap terhadap seks pranikah sebesar 0,173, dengan taraf signifikan nilai z sebesar 1,9. 4. Nasria Putriani (2010) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang kesehatan 7 reproduksi siswa SMA Negeri 1 Mojogedang. Hasil penelitian bahwa menunjukkan teman, massa, orang informasi bahwa responden terdekat, yang orang diterima menilai tua, dan media seringnya berdiskusi dapat mempengaruhi pengetahuan. 5. Fadhila Arbi Dyah Kusumastuti (2010) tentang hubungan pengetahuan dan sikap terhadap seks pra nikah pada siswa penelitian SMA Negeri menyebutkan berpengetahuan baik dan 3 Surakarta. Hasil mayoritas siswa memiliki kecenderungan untuk menghindari perilaku seksual pranikah. I.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian-penelitian masukan untuk perencanaan dan selanjutnya, institusi dapat pendidikan pengembangan memberikan dalam pendidikan rangka seksual di lingkungan sekolah, memberi masukan bagi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk perencanaan dan pengembangan program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) di sekolah dan kelompok remaja lainnya, dan mengingatkan 8 masyarakat mengenai pentingnya baik di kalangan remaja. pendidikan seksual yang