10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud disini adalah kajian terhadap hasil karya tulis sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Hasil penelitian tersebut akan diuraikan secara singkat, selanjutnya akan dijadikan pedoman dalam melengkapi penelitian ini. Ada beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah: “Pengaruh Kepercayaan dan Komitmen terhadap Loyalitas Pelanggan”, Penelitian ini dilakukan oleh Nur Hayati dan Dede Suryana dalam Jurnal Sains Manajemen dan Akuntansi Vol.IV No.2/November/2002. Penelitian ini dilakukan di Griya Buah Batu Bandung untuk mengetahui pengaruh kepercayaan dan komitmen terhadap loyalitas konsumen PT Nutrifood Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan menggunakan wawancara dan kuesioner yang disebarkan kepada 100 sampel dengan menggunakan metode incidental sampling. Teknik pengujian kualitas instrument yang digunakan meliputi uji validitas, reliabilitas dan rentang skala. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan korelasi. Untuk pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda dengan SPSS 17,0 for windows. Hasil yang ditemukan dalan penelitian tersebut adalah dua hipotesis yang diajukan memiliki pengaruh yang signifikan, yaitu kepercayaan dan komitmen konsumen terhadap loyalitas konsumen, dimana variable kepercayaan konsumen memiliki pengaruh lebih dominan. Persaamaan penelitian 11 tersebut adalah sama-sama meneliti mengenai pengaruh kepercayaan dan komitmen konsumen terhadap loyalitas konsumen. Penelitian kedua adalah, “Pengaruh Relationship Marketing pada Loyalitas Mahasiswa program Magister Sains Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta” oleh Murry Harmawan Saputra dari Universitas Muhammadiyah Purwerejo. Penelitian ini menganalisis pengaruh strategi relationship marketing yang terdiri atas 4 variabel, yaitu: kepercayaan, komitmen, komunikasi dan kemampuan menangani konflik terhadap loyalitas pelanggan. Hasil dari penelitian tersebut adalah dari keempat variable tersebut yang berpengaruh langsung terhadap loyalitas hanyalah variable kepercayaan. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Uji validitas secara kualitatif menggunakan face validity dan content validity, sedangkan secara kuantitatif menggunakan confirmatory factor analysis. Uji Reabilitas menggunakan Cronbach’s Alpha. Proses analisis data menggunakan regresi berganda dengan program SPSS for Windows Release 15.0 untuk mengukur pengaruh variable dependen dan independen. Penelitian ketiga adalah, “Pengaruh Kepercayaan dan Komitmen pada Loyalitas Pelanggan” oleh Ratni Prima Lita dari Fakultas Ekonomi, Universitas Andalas, Padang Kampus Limau Manih, Padang, Sumatra Barat. Penelitian ini meneliti pengaruh Kepercayaan dan Komitmen pada loyalitas pelanggan hotel di Sumatra Barat. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 100 orang pengguna hotel di Sumatra Barat. Teknik penarika sampel yang digunakan adalah teknik convenience sampling, dengan ketentuan minimal 5 kali indicator. Hasil dari 12 penelitian ini adalah bahwa factor kepercayaan dan factor komitmen berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pengguna hotel di Sumatra Barat. Penelitian keempat adalah “ The Effects Of Adaptation, Commitment And Trust In Cross-Cultural Marketing Relationships” oleh James R. Walton, Ronald J. Salazar dan Jifu Wang dari Universitas Houston Victoria dalam The Journal of Applied Business Research – Third Quarter 2008 Volume 24, Number 3. Makalah ini memperluas pemahaman hubungan pemasaran lintas budaya. Pertama dilakukan model uji empiris untuk menguji komitmen dan kepercayaan dalam konteks internasional. Kemudian temuan menunjukkan bahwa adaptasi budaya oleh perusahaan memiliki dampak yang signifikan terhadap komitmen. Makalah ini menemukan bahwa upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk beradaptasi dengan budaya mitra meningkatkan kinerja hubungan. Kepercayaan dan komitmen menyebabkan kerjasama yang lebih besar. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dan mail survey. Data dinilai baik validitas dan reliabilitas dan kemudian hipotesis diuji dengan menggunakan persamaan struktural pemodelan menggunakan Linear Hubungan Struktural (LISREL) software. Perusahaan yang terlibat dalam hubungan pemasaran lintas budaya tidak mungkin untuk berbagi nilai-nilai. Oleh karena itu, adaptasi budaya oleh perusahaan fokus dan mitra lintas-budaya cenderung mengarah pada kepercayaan dan komitmen dalam hubungan tersebut. Penelitian kelima adalah “Satisfaction, Trust and Commitment in Consumers= Relationships With Online Retailers” oleh Janet Wagner dan Gabrielle Rydstrom, Barton-Cotton dari Universitas Maryland dalam European Advances in Consumer Research volume 5, 2001. Tujuan dari penelitian ini adalah 13 untuk mengeksplorasi bagaimana konsumen memandang hubungan mereka dengan pengecer online. Sebuah kerangka konseptual dikembangkan berdasarkan konsep-konsep dari teori pertukaran sosial, komunikasi, dan hubungan interpersonal. Sebuah survei mail acak, sampel nasional 1.000 pembeli online dilakukan di AS, dengan tingkat respon 32%. Teknik regresi bersarang digunakan untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan dan kepercayaan memediasi efek investasi yang dirasakan (komunikasi, privasi, userkeramahan) oleh pengecer online dan komitmen konsumen untuk melanjutkan hubungan. Survei dikirimkan kepada sampel nasional 1.000 pembeli online. Selain survei kuesioner dua halaman, subyek menerima surat lamaran pribadi menjelaskan tujuan survei. Surat lamaran menjelaskan bahwa hasilnya akan digunakan untuk tujuan pendidikan. Kuesioner memiliki tiga bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan tentang aktivitas pembelian online responden, termasuk jenis produk yang dibeli baru-baru ini, jumlah pembelian online pada tahun lalu, dan pertanyaan terbuka tentang apa yang disukai atau tidak disukai tentang pengalaman belanja online. Bagian kedua meliputi ukuran konstruksi utama, termasuk investasi relasional oleh pengecer online, dan hasil relasional kepercayaan, kepuasan, dan komitmen. Bagian ketiga memiliki pertanyaan tentang karakteristik demografi responden, seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pendapatan rumah tangga tahunan. Penelitian keenam adalah “TRUST AND COMMITMENT: DO THEY INFLUENCE E-CUSTOMER RELATIONSHIP PERFORMANCE?” oleh Nor Azila Mohd Noor dari Universitas Utara Malaysia dalam International Journal of Electronic Commerce Studies Vol.3, No.2, pp. 281-296, 2012. Penelitian ini 14 mengkaji pengaruh kepercayaan pelanggan dan komitmen pada kinerja e-CRM dalam industri jasa telepon seluler Yordania. Analisis menunjukkan bahwa kepercayaan pelanggan dan komitmen yang berhubungan positif dengan kinerja eCRM. Data dikumpulkan oleh laporan diri kuesioner dari mahasiswa di Yordania. H1 dan H2 diuji dengan menggunakan regresi berganda mengikuti pedoman Ackfeldt dan Coole45. Untuk mengidentifikasi kekuatan hubungan dan untuk mengeksplorasi kemampuan prediktif kepercayaan pelanggan dan komitmen pada kinerja e-CRM, hipotesis diuji dengan menggunakan prediksi regresi model44 berganda dengan kinerja e-CRM sebagai variabel dependen. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kepercayaan pelanggan dan komitmen yang ditemukan signifikan dalam model prediksi. Penelitian ketujuh adalah “Relationship Marketing terhadap Consumer Retention dan Consumer Loyalty pada Nasabah Bank Mega, Tbk. Malang”, oleh Zulkifli dalam Jurnal Jurnal Manajemen dan Akuntansi Volume 1, Nomor 1, April 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti apakah ada pengaruh komitmen, kepercayaan dan kepuasan hubungan terhadap consumer retention. Kemudian adakah pengaruh dari komitmen, kepercayaan dan kepuasan hubungan terhadap consumer loyalty. Dan yang terakhir apakah ada pengaruh consumer retention terhadap consumer loyalty. Penelitian ini dilakukan pada nasabah Bank Mega yang berlokasi di Jalan Daksa Agung Suprapto No. 27, Malang. Jumlah sampel yang digunakan adalah 75 orang dengan menggunakan purposive sampling. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa komitmen, kepercayan dan kepuasan hubungan berpengaruh terhadap consumer retention. Kemudian 15 komitmen, kepercayaan dan kepuasan hubungan berpengaruh terhadap consumer loyalty. Dan consumer retention berpengaruh terhadap consumer loyalty. Penelitian kedelapan adalah, “Pengaruh Relationsip Marketing terhadap Loyalitas Konsumen Dalam Penggunaan Kartu Prabayar Simpati Telkomsel Pada Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga”, oleh Niken Tambingon. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh komunikasi, komitmen dan kepercayaan terhadap Loyalitas Konsumen. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa komunikasi, komitmen dan kepercayaan berpengaruh signifikan terhadap Loyalitas Konsumen. Persamaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian ini adalah menggunaka variabel yang sama. Yang membedakan adalah penelitian ini meneliti pada penggunaan produk kartu prabayar, sedangkan penelitian yang penulis lakukan meneliti pada pembelian tiket penerbangan. Penelitian kesembilan adalah, “Pengaruh Relationship Marketing terhadap Loyalits Pengguna Kartu KFC Music Hitter pada KFC Sudirman Pekanbaru”, oleh Jushermi dan Ari Asriandi dalam Jurnal Ekonomi Volume 21 No.3, September 2013. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti apakah ada pengaruh dari variabel-variabel yang membentuk relationship marketing, yaitu kepercayaan, komunikasi, shared value dan empati terhadap loyalitas konsumen. Penelitian ini dilakukan terhadap pelanggan yang terdaftar sebagai anggota KFC Music Hitter pada KFC Sudirman Pekanbaru. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 97 responden. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa vaiabel kepercayaan, komunikasi, shared value dan empati berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pengguna kartu KFC music hitter di KFC Sudirman Pekanbaru 16 2.2 Tinjauan Konsep 2.2.1 Tinjauan Tentang Kepercayaan (Trust) Kepercayaan konsumen adalah semua pengetahuan yang dimiliki konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut dan manfaatnya (Sunarto, 2006:153). Dalam konsep relationship marketing, kepercayaan merupakan salah satu dimensi dari relationship marketing untuk menentukan sejauh mana yang dirasakan suatu pihak mengenai integritas dan janji yang ditawarkan pihak lain. Kepercayaan terhadap merek terbentuk dari pengalaman masa lalu dan interaksi sebelumnya. Suatu pengalaman konsumsi dapat didefinisikan sebagai kesadaran dan perasaan yang dialami konsumen selama pemakaian produk atau jasa (Sunarto, 2006:236). Kepercayaan adalah keyakinan bahwa seseorang akan menemukan apa yang diinginkan pada mitra pertukaran. Kepercayaan melibatkan kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu karena keyakinan bahwa mitranya akan memberikan apa yang ia harapkan dan suatu harapan yang umumnya dimiliki seseorang bahwa kata, janji atau pernyataan orang lain dapat dipercaya (Barnes, 2003:148). Kepercayaan didefinisikan oleh Moorman, Deshpande dan Zaltman dalam Zulganef (2002:111) sebagai keinginan untuk menggantungkan diri pada mitra bertukar yang dipercayai. Sedangkan, Garbarino (2002:70) mendefinisikan kepercayaan (trust) dalam pemasaran jasa lebih menekankan pada sikap individu yang mengacu keyakinan konsumen atas kualitas dan keterandalan jasa yang diterimanya. 17 Kepercayaan konsumen menurut Mowen (2002:312) adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat oleh konsumen tentang objek, atribut dan manfaatnya. Maksud dari objek disini adalah berupa produk, orang, perusahaan dan segala sesuatu dimana seseorang memiliki kepercayaan dan sikap. Pengukuran kepercayaan menurut Zulganef (2002:98) adalah kinerja perusahaan secara keseluruhan memenuhi harapan, pelayanan yang diberikan perusahaan secara konsisten terjaga kualitasnya, percaya bahwa perusahaan tersebut akan bertahan lama. Dari definisi-definisi diatas, kepercayaan dapat disimpulkan sebagai suatu perasaan untuk yakin terhadap pihak lain maupun terhadap suatu hubungan. A. Faktor – Faktor Pembentuk Kepercayaan Pendekatan yang juga perlu dilakukan untuk membentuk kepercayaan dan hubungan adalah dengan mendengarkan, yang merupakan kunci membangun kepercayaan karena tiga faktor penting (Griffin, 2003:85): a. Pelanggan lebih cenderung mempercayai seseorang yang menunjukkan rasa hormat dan apa yang dikatakannya. b. Pelanggan cenderung lebih mempercayai perusahaan bila perusahaan mendengarkan dan membantu masalah-masalahnya. c. Semakin banyak pelanggan memberitahu maksudnya, semakin besar rasa kepercayaannya. B. Jenis – Jenis Kepercayaan Terdapat tiga jenis kepercayaan menurut Mowen (2002:312), yaitu: a. Kepercayaan Atribut Objek 18 Pengetahuan tentang sebuah objek memiliki atribut khusus yang disebut kepercayaan atribut objek. Kepercayaan atribut objek menghubungkan sebuah atribut dengan objek, seperti seseorang, barang atau jasa, melalui kepercayaan atribut objek, konsumen menyatakan apa yang diketahui tentang sesuatu hal variasi atributnya. b. Kepercayaan Manfaat Atribut Seseorang mencari produk dan jasa yang akan menyelesaikan masalah dan memenuhi kebutuhannya dengan kata lain memiliki atribut yang akan memberikan manfaat yang dapat dikenal. Hubungan antara atribut dan manfaat ini menggambarkan jenis kepercayaan kedua. Kepercayaan atribut manfaat merupakan persepsi konsumen tentang seberapa jauh atribut tertentu menghasilkan, atau memberikan manfaat tertentu. c. Kepercayaan Manfaat Objek Jenis kepercayaan ketiga dibentuk dengan menghubungkan objek dan manfaatnya. Kepercayaan manfaat objek merupakan persepsi konsumen tentang seberapa jauh produk, orang atau jasa tertentu yang akan memberikan manfaat tertentu. C. Hubungan Antara Kepercayaan dan Loyalitas Pelanggan Sejalan dengan konteks relationship marketing, kepercayaan atas merek akan berpengaruh terhadap loyalitas hal ini dikarenakan kepercayaan menimbulkan suatu hubungan timbal balik yang bernilai sangat tinggi. Jadi dapat dikatakan bahwa loyalitas adalah suatu proses yang berkesinambungan sebagai akibat dari terbentuknya kepercayaan atas merek (Morgan dan Hunt, 1994 dalam Ellena, 2011:22). 19 2.2.2 Tinjauan Tentang Komitmen (Commitment) Barnes (2003:150) menyatakan bahwa komitmen merupakan suatu keadaan psikologis yang secara global mewakili pengalaman ketergantungan pada suatu hubungan. Dalam Zulganef (2002:103) komitmen didefinisikan oleh Moorman, sebagai hasrat (desire) untuk mempertahankan keterhubungan dalam jangka panjang. Moorman et al. dalam Ramadania (2002:36) mendefinisikan komitmen sebagai keinginan untuk mempertahankan nilai relationship. Sheth dan Mittal mendefinisikan bahwa komitmen merupakan hasrat atau keinginan kuat untuk mempertahankan dan melanjutkan relasi yang dipandang penting dan bernilai jangka panjang (Tjiptono, 2006:35). Komitmen merek didefinisikan sebagai hubungan emosional atau psikologis dengan merek dalam suatu golongan produk. Secara menyeluruh, komitmen mereka yang sering terjadi dalam produk dengan keterlibatan tinggi yang melambangkan konsep diri, nilai, dan kebutuhan konsumen (Sunarto, 2006:262). Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa komitmen adalah suatu perasaan ingin mempertahankan hubungan yang dianggap bernilai untuk jangka panjang, dalam hubungannya dengan penyedia jasa dan pelanggan didefinisikan sebagai suatu janji yang diungkapkan dari keberlanjutan hubungan dengan pihak lain. A. Jenis Komitmen Konsumen merasakan sejumlah perasaan terhadap komitmennya pada hubungan yang telah tercipta dengan para penyedia jasa. Bentuk komitmen konsumen dibedakan atas continuance, normative, dan affectivecommitment (Fullerton, 2000:7). 20 a. Continuance commitment dalam hubungan pemasaran adalah komitmen yang timbul karena konsumen terikat pada suatu perusahaan dan akan membutuhkan biaya dan waktu apabila ia pindah ke perusahaan lain. b. Normative commitment adalah komitmen yang timbul karena konsumen merasa bahwa ia wajib menjalankan suatu usaha bisnis dengan perusahaan tertentu. c. Affective commitment merupakan komitmen yang muncul, karena masing-masing pihak yang berhubungan merasa yakin bahwa di antara mereka terdapat nilai-nilai yang sejalan dan timbulnya komitmen ini berdasarkan kesepakatan bahwa hubungan yang saling menguntungkan ini perlu dilanjutkan. B. Hubungan Antara Komitmen dan Loyalitas Pelanggan Konsep valued relationship menunjukkan bahwa pelanggan akan memiliki komitmen yang kuat jika hubungan yang dilakukan dianggap penting. Komitmen perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan menganggap kelanjutan hubungan dengan pembelinya merupakan hal yang harus dipelihara dan dipertahankan dengan baik. (Morgan dan Hunt, 1994 dalam Ellena, 2011:23). Komitmen dalam konsep long term relationship, memegang peranan yang sangat penting karena hubungan jangka panjang paling banyak didasarkan kepada komitmen kedua belah pihak. Komitmen adalah perluasan dari kebutuhan untuk mempertahankan relationship yang disebabkan oleh adanya manfaat ekonomi dan switching cost (Peppers, 2004:44). Dalam penelitian Pitchard dalam Zulganef (2002:103) berhasil mengungkapkan bahwa konsekuensi dari adanya komitmen adalah loyalitas. 21 Loyalitas disini diinterpretasikan sebagai pembelian yang terus menerus, sehingga komitmen dapat mempunyai konsekuensi terhadap loyalitas 2.2.3 Tinjauan Tentang Komunikasi (Communication) Menurut Hovlan dan Kelley (1953), komunikasi didefinisikan sebagai the process by which individual (the communication) transmit stimuli (usual verbal) symbol to modify the behavior of other individual (Communicates). Artinya, komunikasi merupakan proses dimana seorang komunikator menyampaikan simbol stimuli, biasanya dalam kata-kata untuk merubah orang lain sebagai komunikan atau penerima pesan. Sedangkan menurut Pawito dan Sardjono (1994) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dengan mana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan (lewat suatu saluran) dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud mengubah perilaku, perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku overt lainnya. Sekurang-kurangnya didapati empat unsur utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the source), pesan (the message), saluran (the channel) dan penerima (the receiver). Dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan informasi secara verbal maupun non verbal. Komunikasi verbal dilakukan dengan bicara langsung sedangkan komunikasi non verbal dilakukan dengan perantara simbol-simbol seperti gerakan tubuh menggeleng atau tersenyum. A. Jenis Komunikasi Terdapat beberapa jenis tipe komunikasi dalam ilmu komunikasi. Menurut Joseph A. DeVito, komunikasi dibagi menjadi empat macam sebagai berikut: 22 a. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication) Merupakan proses komunikasi yang terjadi dalam diri individu atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri. b. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) Merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan oleh Place (1979) bahwa “Interpersonal Communication is communication involving two or more people in a face to face setting”. c. Komunikasi Publik (Public Communication) Merupakan suatu proses komunikasi dimana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar. d. Komunikasi Massa (Mass Communication) Merupakan suatu proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya masal melalui alat elektronik seperti misalnya televisi, radio, surat kabar. B. Hubungan Antara Komunikasi dan Loyalitas Pelanggan Menurut Mohr dan Sohi (1995) quality of communication should positively influence their satisfaction with communication. Artinya kualitas komunikasi berhubungan positif dengan kepuasan. Dalam hal ini kepuasan berhubungan langsung dengan loyalitas. Maka komunikasi yang baik juga berpengaruh langsung terhadap pembentukan loyalitas pada pelanggan. 23 2.2.4 Tinjauan Tentang Loyalitas Pelanggan Tjiptono (2001:387), loyalitas merupakan situasi dimana konsumen bersikap positif terhadap produk/ produsen (penyedia jasa) dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten. Sedangkan menurut Aaker, loyalitas dinyatakan sebagai suatu perilaku yang diharapkan atas suatu produk/ layanan yang antara lain meliputi kemungkinan pembelian lebih lanjut/ perubahan perjanjian layanan, atau sebaliknya seberapa besar kemungkinan pelanggan akan beralih kepada merk lain/ penyedia jasa lain (Ibrahim, 2009:9). Durianto, et al. (2001:126) Customer Loyalty merupakan suatu ukuran keterikatan konsumen terhadap sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya pelanggan beralih ke merek produk yang lain, apabila merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga maupun atribut lain. A. Ciri - Ciri Pelanggan Loyal Seorang pelanggan yang loyal memiliki prasangka yang spesifik mengenai apa yang akan dibeli dan dari siapa. Selain loyalitas menunjukkan kondisi dari durasi waktu tertentu dan mensyaratkan bahwa tindakan pembelian terjadi tidak kurang dari dua kali (Griffin, 2003:5). Griffin (2003:31) berpendapat pelanggan yang loyal terhadap suatu produk atau jasa adalah orang yang : a. Melakukan pembelian berulang secara teratur b. Membeli antar lini produk dan jasa c. Mereferensikan kepada orang lain d. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing 24 Kotler (2005:84) mengemukakan karakteristik pelanggan yang loyal adalah sebagai berikut : a. Akan tetap setia dalam waktu yang lebih lama b. Membeli lebih banyak ketika perusahaan memperkenalkan produk dan memperbaharui produk – produk yang udah ada c. Membicarakan hal-hal yang baik tentang perusahaan dan produknya d. Memberi perhatian yang lebih sedikit pada merk dan iklan para pesaing e. Kurang peka terhadap harga f. Menawarkan gagasan tentang jasa atau produk kepada perusahaan g. Membutuhkan biaya pelayanan yang lebih kecil dibandingkan biaya pelayanan pelanggan baru karena tansaksinya rutin. B. Jenis Loyalitas Pelanggan Sutisna (2003:41) berpendapat loyalitas konsumen dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu : a. Loyalitas merek (brand loyality) Loyalitas merek dapat didefinisikan sebagai sikap menyenangi terhadap suatu merek yang dipresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu. Orang yang dalam prilakunya sebagai konsumen sangat mementingkan merek tertentu dari jenis barang yang akan dibelinya, dan selalu setia terhadap merek tersebut sehingga tidak pernah mau mencoba merek lain disebut sebagai pelanggan dengan brand loyality. 25 b. Loyalitas toko (store loyality) Loyalitas toko adalah loyalitas konsumen dalam mengunjungi suatu toko dimana konsumen biasa membeli merek produk yang diinginkan, sehingga konsumen tersebut enggan berpindah ke toko lain. Konsumen dengan store loyalty akan memiliki ketergantungan dengan toko dimana tempat ia biasa berbelanja, sehingga konsumen dengan ini tidak akan mengunjungi toko lain selain toko langganannya, bahkan tidak jadi berbelanja jika toko langganannya tersebut sedang tutup. C. Tingkatan Loyalitas Pelanggan Tingkatan loyalitas pelanggan menurut Tjiptono (2001:110) antara lain: a. No Loyalty (tanpa loyalitas) Bila sikap dan perilaku pembelian ulang pelanggan sama - sama lemah, maka loyalitas tidak terbentuk. Konsumen tidak memiliki sikap atau pandangan positif terhadap penyedia jasa, kemudian dibarengi tidak adanya factor lain yang menyebabkan konsumen melalukan pembelian ulang, maka keadaan ini disebut konsumen yang tanpa loyalitas. b. Spurious Loyalty (loyalitas lemah) Bila sikap yang relatif lemah disertai pola pembelian ulang yang kuat, maka yang terjadi adalah spurious loyalty. Situasi semacam ini ditandai dengan pengaruh faktor non sikap terhadap perilaku, misalnya norma subjektif dan faktor situasional. Sebagai contoh, meskipun konsumen sebenarnya tidak menyukai, yang artinya tidak memiliki sikap positif terhadap penyedia jasa, namun ada faktor lain seperti misalnya letak toko yang selalu dilewati setiap berangkat ke kantor, sehingga terjadi 26 pembelian ulang yang kuat di toko tersebut, maka keadaan ini disebut spurious loyalty. c. Latent Loyalty (loyalitas tesembunyi) Situasi latent loyalty tercermin bila sikap yang kuat disertai pola pembelian ulang yang lemah. Situasi ini menjadi perhatian para pemasar, ini disebabkan pengaruh faktor – faktor non sikap yang sama kuat atau bahkan cenderung kuat dari pada faktor sikap dalam menentukan pembelian ulang. Sebagai contoh, seorang konsumen sangat menyukai kue di toko A, namun sayangnya ia adalah pengangguran dan tidak memiliki cukup uang, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pembelian ulang yang kuat di toko A. Keadaan ini disebut Latent Loyalty. d. Premium Loyalty (loyalitas premium) Situasi ini merupakan situasi ideal yang paling diharapkan para pemasar, dimana konsumen bersikap positif terhadap produk atau produsen (penyedia jasa) dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten. Kondisi ini didukung oleh sikap positif konsumen yang tercermin langsung dengan melakukan pembelian ulang terus-menerus. 2.2.5 Pengertian Relationship Marketing Menurut Keegan & Duncan Relationship marketing is an approach to marketing with its customers that promote both the company’s longterm growth and the customer’s maximum satisfaction (Keegan, Motiarty, & Duncan, 1995). Dalam bahasa Indonesia, kurang lebih memiliki arti bahwa relationship marketing adalah cara usaha pemasaran pada pelanggan yang meningkatkan pertumbuhan 27 jangka panjang perusahaan dan kepuasan maksimum pelanggan. Pelanggan yang baik merupakan suatu aset di mana bila ditangani dan dilayani dengan baik akan memberikan pendapatan dan pertumbuhan jangka panjang bagi suatu badan usaha. Relationship marketing menurut Kotler dan Armstrong (1996) adalah the process of creating, maintaining and enchanging strong, value laden relationships with customers and other stockholder. yang kurang lebih memiliki arti bahwa relationship marketing adalah proses mencipta, memelihara dan mengalihkan keunggulan, muatan nilai hubungan antara pelanggan dan pemegang saham lainnya. Jadi setiap badan usaha atau perusahaan dalam melakukan hubungan dengan pelanggan sangat membutuhkan proses relationship marketing. Menurut Syafruddin Chan Relationship marketing merupakan pengenalan pada setiap pelanggan secara lebih dekat dengan menciptakan komunikasi dua arah yang dengan mengelola suatu hubungan yang saling menguntungkan antara pelanggan dan perusahaan. A. Tujuan Relationship Marketing Stone (2001:2) menjelaskan Customer Relationship Marketing (CRM) adalah bentuk dari marketing, penjualan, komunikasi, service dan kepedulian konsumen yang bertujuan pada: a. Mengidentifikasi nama setiap individu konsumen pada suatu perusahaan. b. Menjalin hubungan antara perusahaan dan konsumen dari berbagai macam transaksi. c. Menjaga hubungan untuk memberi manfaat kepada konsumen maupun perusahaan. 28 Keuntungan menjalankan CRM dalam perusahaan antara lain (Stone, 2001:6) diantaranya yaitu : a. Meningkatkan customer retention dan loyalty Konsumen akan bertahan lebih lama, membeli lebih banyak dan lebih sering, meningkatkan nilai dalam jangka panjang. b. Meningkatkan customer profitability Tidak hanya karena setiap konsumen membeli lebih banyak, namun juga karena menurunnya biaya untuk merekrut konsumen baru dan tidak memerlukan perekrutan yang banyak untuk menjaga kestabilan volume bisnis. c. Menurunkan biaya penjualan Hal ini dikarenakan konsumen yang sudah ada biasanya lebih responsif. B. Variabel Relationship Marketing Yau, et al. (1999) menetapkan empat variabel relationship marketing yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam Prasasti, et al. (2003:132). Keempat variabel tersebut antara lain : a. Relationship Suatu dimensi dari suatu relationship marketing yang membagi dua pihak (konsumen dan supplier) untuk bertindak dalam suatu aktivitas atau cara yang sama dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Proses pertalian konsumen dimulai dari penciptaan kesadaran konsumen terhadap produk atau jasa yang ditawarkan yang kemudian tumbuh menjadi suatu ikatan yang berkelanjutan sebagai dasar dari hubungan antara perusahaan dengan konsumennya, bahkan dapat diperluas ke konsumen lainnya. 29 Pada dasarnya pertalian konsumen merupakan suatu proses dimana pemasar berusaha membangun atau mempertahankan kepercayaan konsumennya sehingga satu sama lain saling menguntungkan dalam hubungan tersebut. b. Empathy Suatu dimensi dari relationship marketing yang digunakan untuk melihat situasi dari perspektif atau sudut pandang lain. Hal ini diartikan dengan memahami berbagai keinginan dari orang lain. Ini termasuk kemampuan masing-masing individu untuk melihat situasi dari sudut pandang yang lain dalam artian kognitif. Teknik empati adalah mengenal kepribadian orang lain (konsumen atau pelanggan) guna menemukan keinginan yang menonjol untuk memudahkan komunikasi dalam kegiatan menghadapi konsumen. Hal ini mengindikasikan bahwa empati adalah sebuah kondisi yang diperlukan untuk menekan sebuah hubungan positif antara dua bagian tersebut. c. Value Suatu dimensi dari relationship marketing yang menyebabkan salah satu pihak memberikan timbal balik atau mengembalikan atas apa yang telah didapatkan atau sepadan dengan yang diterimanya. Hal ini untuk melindungi kedua belah pihak agar mendapat keuntungan yang sama dan salah satu pihak tidak merasa rugi. Timbal balik mengindikasikan adanya suatu kerja sama atau hubungan dengan pihak lain, maka ciri dari suatu relationship marketing, salah satunya adalah timbal balik. Hal ini mencerminkan bahwa antara perusahaan dan konsumen memiliki 30 kewajiban yang sama. Perusahaan berkewajiban memberikan pelayanan yang sesuai dengan apa yang ditawarkan dan kesesuaian antara harga dan pelayanan. Sebaliknya konsumen wajib membayar apa yang telah diterimanya. d. Trust Kepercayaan atau keyakinan suatu pihak terhadap pihak lain atau terhadap suatu hubungan. Dalam konteks relationship marketing, kepercayaan adalah salah satu dimensi dari relationship marketing untuk menentukan sejauh yang dirasakan suatu pihak atas integritas dan janji yang ditawarkan pihak lain, dengan menitikberatkan kepercayaan pada hubungan relationship marketing, penting juga untuk dimengerti bahwa kepercayaan mempengaruhi aspek spesifik dari tingkah laku konsumen. Perusahaan harus memahami tingkah laku secara umum dari konsumennya agar dapat mengetahui dan mengenali keinginannya sehingga perusahaan menemukan strategi yang tepat dalam usaha mencapai kepercayaan konsumen. Riset dari Sheth dan Mittal (2004) dalam Tjiptono (2006:415) menunjukkan bahwa dua pilar utama relationship marketing adalah trust dan komitmen, dengan kata lain konsumen harus mempercayai pemasar dan selanjutnya berkomitmen padanya sebelum bisa terjalin relasi saling menguntungkan dalam jangka panjang. Trust merupakan faktor paling penting dalam setiap relasi, sekaligus berpengaruh pada komitmen. Apabila tidak ada trust, maka tidak akan ada komitmen. Trust dapat diartikan sebagai kesediaan untuk mengandalkan kemampuan, integritas dan motivasi pihak lain untuk bertindak dalam rangka memuaskan kebutuhan dan 31 kepentingan seseorang sebagaimana disepakati bersama sedangkan komitmen merupakan hasrat atau keinginan kuat untuk mempertahankan dan melanjutkan relasi yang dipandang penting dan bernilai jangka panjang. Komitmen biasanya tercermin dalam perilaku kooperatif mempertahankan relasi yang telah terbina. dan tindakan aktif untuk tetap