BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kornea berfungsi

advertisement
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan merupakan jaringan
transparan yang dilalui oleh berkas cahaya saat menuju retina. Sifat tembus
cahaya kornea disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskular, dan
deturgenses. Epitel yang terdapat pada kornea ini adalah sawar yang efisien
terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam kornea (Biswell, 2010).
Infiltrasi sel radang pada kornea akan menyebabkan keratitis, hal ini
mengakibatkan kornea menjadi keruh. Kekeruhan ini akan menimbulkan gejala
mata merah dan tajam penglihatan akan menurun. Keratitis dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor seperti infeksi, mata yang kering, alergi ataupun konjungtivitis
kronis (Ilyas, 2004).
Insidensi tahunan dari keratitis di negara maju telah meningkat karena
angka penggunaan lensa kontak yang tinggi yaitu 2 sampai 11 per 100.000 orang
per tahun (Lam (2002) dalam Basak, 2005). Penelitian dari Hongkong
mendapatkan insidensi 0,63 per 10.000 orang pada orang yang tidak
menggunakan lensa kontak dan 3,4 per 10.000 orang pada pengguna lensa kontak.
Menurut Lam (2002), penggunaan lensa kontak merupakan penyebab keratitis
Acanthamoeba yang dikenal pada tahun 1973, sekarang diketahui berjumlah kirakira 1% dari semua kasus.
Insidensi dari keratitis di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan
negara maju. Di Nepal diperkirakan mencapai 799 per 100.000 orang per tahun
(Upadhyay, 2001). Keratitis yang disebabkan oleh jamur terjadi sekitar 6% dari
pasien yang berada di iklim tropis.
Keratitis yang disebabkan oleh infeksi mikroba akan mengganggu
lapangan pandang mata sehingga membutuhkan diagnosis segera dan pengobatan
untuk mencegah hasil yang semakin memburuk. Insidensi dari kondisi ini
bervariasi dari 11 per 100.000 orang per tahun di Amerika Serikat (Eric, 1993).
2
Menurut Moriyama (2008) dalam Winda (2010), agen-agen mikroba yang
paling sering menyebabkan keratitis dari bakteri gram positif adalah coagulasenegative
staphylococcus
(67,27%),
Corynebacterium
sp
(18,18%),
Staphylococcus aureus (9,09%), Streptococcus sp (3,6%), dll (1,8%). Bakteri
gram negatif yang tersering adalah Pseudomonas sp (55,17%), Pseudomonas
aeruginosa (22,4%), Pseudomonas fluorescens (7%), Serratia sp (25,86%),
Enterobacter aerogenes (8,62%), Klebsiella sp (1,72%), Proteus mirabilis
(1,72%), Citrobacter freundii (1,72%), Achromobacter xyloxidans (1,72%),
Alcaligenes sp (1,72%), Moraxella sp (1,72%), sedangkan penyebab jamur yang
tersering adalah Candida sp (75%), dan Aureobasidium pullulans (25%).
Insidensi keratitis noninfeksi bergantung pada etiologi yang menyertainya.
Pada penelitian yang dilakukan Aravind Eye Hospital di India terdapat sekitar
56% trauma mata disebabkan padi dan debu. Selanjutnya pada penelitian yang
berbeda ditemukannya kultur yang positif pada ulkus kornea dengan spesimen
yang ditemukan berupa golongan bakteri dan jamur pada 297 orang penderita
yang mengalami trauma mata (Aldy, 2010).
Gambaran klinik masing-masing keratitis berbeda-beda tergantung dari
jenis penyebab dan tingkat kedalaman yang terjadi di kornea, jika keratitis tidak
ditangani dengan benar maka penyakit ini akan berkembang menjadi suatu ulkus
yang dapat merusak kornea secara permanen sehingga akan menyebabkan
gangguan penglihatan bahkan dapat sampai menyebabkan kebutaan sehingga
pengobatan keratitis haruslah cepat dan tepat agar tidak menimbulkan komplikasi
yang merugikan di masa yang akan datang.
Dari hasil penelitian ini diharapkan karakteristik penderita keratitis di
bagian poli mata Rumah Sakit Umum Pendidikan (RSUP) Haji Adam Malik
Medan dapat diketahui. Sehingga hal tersebut dapat menjadi acuan atau indikator
dalam melakukan pencegahan dan penanganan pada pasien keratitis agar
menurunkan angka kesakitan pada penderita keratitis.
3
1.2.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan
adalah bagaimana karakteristik penderita keratitis di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik tahun 2010-2011.
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita keratitis di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik tahun 2010-2011.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui proporsi penderita keratitis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik tahun 2010-2011.
2. Mengetahui distribusi karakteristik penderita keratitis di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik tahun 2010-2011 yang meliputi: umur,
jenis kelamin, pekerjaan, faktor risiko keratitis seperti: riwayat
penggunaan lensa kontak dan riwayat trauma kornea.
1.4.
Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat
untuk mengetahui apa saja yang menjadi karakteristik individu terhadap
terjadinya keratitis untuk memeriksakan diri lebih dini.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai bahan informasi
kepada petugas kesehatan dan rumah sakit pada umumnya juga Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik khususnya dalam rangka
meningkatkan fasilitas serta upaya pelayanan terhadap penderita keratitis.
3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin mengadakan
penelitian mengenai keratitis.
Download