SINERGISITAS APBD DALAM MENCAPAI VISI MISI RIAU 2020 Ikhwani Ratna UIN Sultan Syarif Kasim Riau Email: [email protected] Abstract: Riau Province is an area that has great natural potential. With this potential should live in the well-being of the people of Riau. To support the creation of a prosperous society and a prosperous then drafted vision and mission of Riau in 2020. To achieve the vision and mission in 2020, required an adequate local budgets. Synergy budget from year to year will be ushered right Riau realize the vision and mission of 2020. However, in practice, there are still many weaknesses in budgeting. Therefore, the budget needs to be prepared properly through Performance-Based Budgeting. Keywords: APBD, Performance-Based Budgeting Pendahuluan Provinsi Riau sebagai Pusat Provinsi Riau saat ini merupakan Perekonomian dan Kebudayaan Melayu salah satu provinsi terkaya di Indonesia, dalam lingkungan masyarakat yang dan sumber dayanya didominasi oleh agamis, sejahtera lahir dan bathin, di sumber alam, terutama minyak bumi, gas Asia Tenggara Tahun 2020". alam, karet, kelapa sawit, dan perkebunan Untuk mencapai visi tersebut, maka serat. Dengan potensi kekayaan daerah dalam menjalankan roda pembangunan yang Riau yang berkesinambungan perlu didukung seharusnya menjadi daerah yang maju dan dengan kemampuan APBD yang memadai. masyarakatnya sejahtera. Dengan penyusunan APBD yang baik, tinggi Untuk daerah yang tersebut, mendukung Provinsi terwujudnya maju dan masyarakat maka diharapkan anggaran yang telah disusun dapat digunakan secara dalam sejahtera, maka Pemerintah Provinsi Riau pembangunan transparan, telah menyusun suatu visi daerah yang partisipatif, disiplin, keadilan, efisiensi dan tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi efektifitas, rasional, dan terukur. Riau Nomor 36 Tahun 2001 tentang Komposisi APBD yang ideal itu tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah berapa? Begitu pertanyaan yang mungkin Provinsi yang berbunyi: Terwujudnya kita dengar di masyarakat. Ada yang 60 Ikhwani Ratna : Sinergisitas APBD Dalam Mencapai Visi Misi Riau 2020 berpendapat, dalam idealnya Pasal 36 ayat (1), (2) dan (3) belanja langsung harus lebih besar dari menyatakan: belanja terdiri dari belanja belanja tidak langsung. Selain itu ada tidak langsung dan belanja langsung. pendapat komposisi ideal yang harus Belanja tidak langsung merupakan belanja dicapai yaitu komposisi belanja tidak yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dan belanja langsung berkisar 60 langsung dengan peaksanaan program dan : 40%. Pendapat yang lain, komposisi ideal kegiatan. Belanja langsung merupakan anggaran di daerah adalah 70 : 30% yaitu belanja yang dianggarkan terkait secara 70% untuk pembangunan dan 30% untuk langsung dengan pelaksanaan program dan belanja rutin dan gaji pegawai. kegiatan. Bagaimana APBD komposisi Kabupaten/kota di APBD Pasal 37 menyatakan: belanja tidak Riau? langsung terdiri dari belanja pegawai, kita bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, beberapa belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan Provinsi Sebelumnya alangkah menyamakan persepsi baiknya dulu istilah yang berkaitan dengan hal tersebut seperti belanja langsung, daerah, belanja belanja langsung, tidak belanja pegawai dan belanja modal. belanja tidak terduga. Pasal 38 menyatakan: belanja pegawai (dalam kelompok belanja tidak langsung) merupakan belanja kompensasi, Menurut Peraturan Menteri Dalam dalam bentuk gaji dan tunjangan serta Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang penghasilan lainnya yang diberikan kepada Pedoman Pengeloaan Keuangan Daerah, pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai pada pasal 22 ayat (1) menyatakan: dengan ketentuan perundang-undangan. struktur APBD merupakan satu kesatuan Pasal 50 menyatakan: belanja terdiri dari pendapatan daerah, belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, daerah, dan pembiayaan daerah. belanja barang dan jasa; dan belanja Pada pasal 23 ayat (2) menyatakan: belanja daerah meliputi semua pengeluaran modal. Pasal 51 menyatakan: belanja kelompok belanja dari rekening kas umum daerah yang pegawai mengurangi langsung) merupakan pengeluaran untuk kewajiban anggaran ekuitas daerah dan dana, dalam tidak akan merupakan satu tahun diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. (dalam honorarium/upah program dan dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan daerah. 61 Kutubkhanah : Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.1 Januari-Juni 2014 Pasal 53 ayat (1) Permendagri Nomor Kabupaten/ kota terhadap total Belanja 59 Tahun 2007 menyatakan: Belanja Daerah pada tahun 2013 adalah 31,21%. modal digunakan untuk pengeluaran yang Jika dibandingkan dengan tahun 2012, dilakukan dalam rangka pengadaan aset rasio belanja pegawai di Pemerintah tetap berwujud yang mempunyai nilai Provinsi dan Kab/Kota di Provinsi Riau manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan mengalami penurunan dari 33,66% (www. untuk djpk. kemenkeu. go.id). Ini berarti belanja digunakan dalam kegiatan pemerintahan. pegawai di Provinsi Riau masih berada di bawah rata-rata nasional. Namun, besarnya porsi belanja pegawai terhadap belanja daerah di Provinsi Riau ini tentu harus menjadi perhatian, karena secara implisit Komposisi APBD di Provinsi Riau Kementerian Dalam Negeri Provinsi Riau hanya menganggarkan mengungkapkan belanja pegawai daerah sebagian kecil APBD-nya untuk jenis-jenis yang diambil dari dana alokasi umum belanja selain Belanja Pegawainya. Hal ini (DAU) pusat sendiri rata-rata nasional akan menyebabkan keterbatasan program sebesar 57%. Beberapa daerah bahkan bisa dan kegiatan daerah di luar Belanja mencapai 60-80%. "Dari data DAU yang Pegawai yang bisa didanai, khususnya ditransfer ke daerah, tak dibantah 57 dalam mendukung pemenuhan layanan persen habis untuk gaji pegawai," ujar publik. Kepala Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri, Raydonnyzar (www.vivanews.com). Selanjutnya APBD yang ideal juga Moenek dapat dilihat dari besarnya belanja modal Namun, di suatu daerah. Rasio Belanja Modal berdasarakan analisis yang dilakukan oleh terhadap Kemenkeu secara agregat jika belanja mencerminkan porsi Belanja Daerah yang pegawai dibandingkan dengan total belanja dibelanjakan untuk membiayai Belanja daerah, rata-rata nasional belanja pegawai Modal. Belanja Modal ditambah belanja Pemda se Indonesia barang pada TA 2013 mencapai (www.djpk.kemenkeu.go. 42,78% id). Untuk total dan pemerintah Belanja jasa Daerah merupakan daerah yang belanja mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan Provinsi Riau persentase rata-rata Belanja ekonomi Pegawai pada pemerintah provinsi dan pengaruh dari sektor swasta, rumah tangga, 62 suatu daerah, di samping Ikhwani Ratna : Sinergisitas APBD Dalam Mencapai Visi Misi Riau 2020 dan luar negeri. Realisasi Belanja Modal belanja modal dari tahun 2012 ke tahun akan memiliki multiplier effect dalam 2013. Hal ini merupakan nilai positif yang menggerakkan roda perekonomian daerah. harus dipertahankan karena belanja modal Oleh karena itu, semakin tinggi angka merupakan salah satu bagian penting dari rasionya, diharapkan akan semakin baik APBD pengaruhnya pembangunan infrastruktur daerah. ekonomi. terhadap pertumbuhan Sebaliknya, semakin rendah yang dapat digunakan untuk Belanja Bantuan Sosial merupakan angkanya, semakin berkurang pengaruhnya salah terhadap pertumbuhan ekonomi. langsung. Secara definisi, bantuan sosial Rata-rata rasio Belanja satu pos dalam belanja tidak Modal adalah pemberian bantuan yang sifatnya terhadap total belanja secara agregat tidak secara terus menerus dan selektif provinsi, kabupaten, dan kota sebesar dalam 24,81%. Tahun 2012, rata-rata porsi masyarakat atau organisasi profesi yang belanja modal menunjukkan angka yang bertujuan sedikit lebih rendah, yaitu sebesar 23,4%. Dalam bantuan sosial termasuk antara lain Dengan demikian, telah terjadi shifting dari bantuan penurunan porsi belanja pegawai kepada peraturan perundang-undangan. Seringkali peningkatan belanja modal. Hal ini pemberitaan di media massa melaporkan merupakan indikasi positif terhadap bahwa pada masa-masa tertentu seperti bentuk uang/barang untuk partai kepada kepentingan politik umum. sesuai dengan perbaikan kualitas struktur belanja daerah. menjelang Dari jumlah tersebut, sebanyak 19 provinsi pemilihan kepala daerah, belanja ini masih memiliki rasio di bawah rata-rata, seringkali menjadi isu yang panas dan sedangkan 14 provinsi berada di atas rata- banyak rata. Provinsi Riau sendiri pada tahun 2013 masyarakat. Rasio Belanja Bantuan Sosial rata-rata rasio Belanja Modal terhadap total terhadap belanja secara agregat pemerintah provinsi, mencerminkan porsi Belanja Daerah yang kabupaten, dan kota di Provinsi Riau dibelanjakan sebesar 33,30%. Jika dibandingkan dengan Sosial. Semakin tinggi angka rasionya, tahun 2012 dibandingkan adalah pemilihan umum diperbincangkan total untuk di ataupun kalangan Belanja Belanja Daerah Bantuan porsi belanja modal maka semakin besar proporsi APBD yang dengan belanja daerah dialokasikan untuk Belanja Bantuan Sosial (www.djpk.kemenkeu. dan begitu sebaliknya semakin kecil angka 28,94% go.id). Ini berarti terjadi peningkatan rasio Belanja Bantuan Sosial maka 63 Kutubkhanah : Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.1 Januari-Juni 2014 semakin kecil pula proporsi APBD yang akan dialokasikan untuk Belanja Bantuan Sosial. pendapatan yang lebih besar dari belanja Secara agregat provinsi, kabupaten akan menghasilkan surplus. Selain itu, dan kota, rata-rata pengeluaran daerah dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun untuk Belanja Bantuan Sosial adalah 2003 1,05%. Dari 33 provinsi di Indonesia yang diamanatkan bahwa memiliki angka rasio di bawah angka rata- surplus/defisit diharuskan rata agregat provinsi, kabupaten dan kota pembiayaan, ada 24 provinsi dan selebihnya 9 provinsi Penerimaan Pembiayaan angka rasionya melebihi angka rata-rata digunakan menutup agregat provinsi, kabupaten dan kota. Pengeluaran Sedangkan untuk Provinsi Riau sendiri, menyalurkan surplus anggaran. Dalam pada tahun 2013 rasio Belanja Bantuan APBD Sosial pada menganggarkan defisit di mana sumber pemerintah provinsi dan kabupaten/kota utama Penerimaan Pembiayaan berasal adalah dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran terhadap belanja sebesar kemenkeu.go.id). 0,07% (www.djpk. Keuangan baik 2013 sedangkan jika Negara terdapat dianggarkan sumber-sumber yang akan defisit dan Pembiayaan sebagian besar guna daerah (SiLPA) tahun sebelumnya. Secara lebih bantuan sosial masih di Provinsi Riau detail dapat dilihat dalam penjelasan berada berikut. bawah berarti tentang defisit, belanja di Ini daerah menimbulkan rata-rata nasional. Besarnya belanja bantuan sosial kerap Era otonomi daerah yang sudah menjadi masalah jika tidak dikelola secara berlangsung lebih dari satu dasawarsa telah baik dan transparan oleh pemerintah memberi ruang kepada daerah untuk daerah, namun jika pengelolaan secara memakai baik belanja bantuan sosial ini dapat penganggaran yaitu surplus, defisit dan menjadi solusi mengatasi masalah sosial berimbang antara pendapatan dan belanja. budaya di tengah-tengah masyarakat. Data APBD menunjukkan bahwa adanya tiga kecenderungan model pilihan daerah dalam untuk Analisis Surplus dan Defisit APBD di Provinsi Riau menganggarkan defisit dalam APBD-nya. Surplus/defisit merupakan imbas dari dan 33 provinsi di Indonesia pada Tahun perbedaan antara pendapatan dan belanja. Anggaran (TA) 2013 sebanyak 457 daerah Belanja yang lebih besar dari pendapatan menganggarkan defisit dalam APBD-nya, 64 Hal ini terlihat dari 491 kabupaten/kota Ikhwani Ratna : Sinergisitas APBD Dalam Mencapai Visi Misi Riau 2020 jika melihat data ini terjadi adalah untuk mengakomodasi SiLPA tahun peningkatan dari tahun sebelumnya yang sebelumnya yang jumlahnya cukup besar hanya 447 daerah yang menganggarkan agar bisa digunakan dalam belanja publik. defisit. yang Begitu juga dengan Provinsi Riau yang menganggarkan surplus di tahun 2013 memiliki defisit anggaran terbesar ke dua sebanyak 56 daerah, sehingga turun dari secara nasional, dimana defisit APBD tahun sebelumnya yang berjumlah 68 Pemerintah daerah dan sisanya sebanyak 11 daerah Kabupaten/kotanya secara rata-rata sebesar mempunyai dan 18,57%. Sebagian besar defisit pada belanja yang bernilai sama atau berimbang. APBD di Provinsi Riau disebabkan untuk Sedangkan anggaran Fenomena ini maka daerah pendapatan menarik Provinsi dan untuk mengakomodasi SiLPA tahun sebelumnya dicermati. Jika dilihat dari data APBD di mana kontribusi menutup defisit sebesar yang telah masuk, kecenderungan daerah 95,8%. menganggarkan defisit tersebut karena Pelampauan pendapatan ataupun adanya SiLPA dalam APBD mereka, penghematan belanja pada realisasi APBD artinya sebenarnya secara umum daerah sebelumnya akan menghasilkan sisa dana. tidak sedang dalam kondisi defisit secara Sisa dana tersebut dinamakan Sisa Lebih riil, mereka menganggarkan defisit karena Perhitungan Anggaran (SiLPA). Namun untuk menyerap SiLPA tahun sebelumnya. karena APBD TA 2012 dibuat sebelum Hal untuk berakhirnya tahun anggaran maka SiLPA dicermati adalah bahwa pada umumnya yang terdapat di APBD merupakan nilai daerah terbukti mengalami surplus pada estimasi. saat realisasi. menunjukkan lain yang juga menarik Semakin besar kekurangcermatan SiLPA dalam Rata-rata rasio defisit secara nasional penganggaran (perencanaan yang kurang (agregat provinsi, kabupaten, dan kota) baik) atau kelemahan dalam pelaksanaan adalah 7,5% dengan kontribusi SiLPA anggaran. Sehingga rasio SiLPA terhadap untuk menutup defisit tersebut sekitar belanja menunjukkan porsi belanja yang 91,3%, sedangkan kontribusi penerimaan tertunda atau anggaran yang tidak terserap. pinjaman dan obligasi daerah 5,9%. Rasio SiLPA terhadap belanja selain Provinsi Kalimantan Timur merupakan menggambarkan besaran belanja yang daerah dengan rasio defisit terbesar di tertunda mana faktor utama penyebab hal tersebut sebelumnya juga menggambarkan jumlah pelaksanaannya pada tahun 65 Kutubkhanah : Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.1 Januari-Juni 2014 realisasi pendapatan tahun anggaran sebelumnya lebih besar dari proyeksinya. disusun dapat dimanfaatkan secara maksimal. Rata-rata rasio SiLPA terhadap belanja daerah secara agregat provinsi, kabupaten Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja dan kota adalah 7,4% dengan rasio tertingginya adalah Provinsi Kalimantan Timur (25,5%). Sebanyak 12 provinsi mempunyai rasio di atas rata-rata dan 21 provinsi di bawah rata-rata. Sedangkan untuk Provinsi Riau sendiri juga memiliki SiLPA yang cukup besar di mana secara nasional berada pada peringkat dua dengan rasio terhadap belanja daerah pada tahun 2013 sebesar 19,4%. Hal ini sebagai suatu indikasi masih lemahnya penyerapan APBD di Provinsi Riau yang bisa saja terjadi karena birokrasi yang berbelit ataupun permasalahan lambatnya pengesahan anggaran. Fenomena yang penulis kemukakan di atas menjadi suatu pertanda bahwa APBD yang telah disusun dalam rangka mendukung tercapainya visi misi Riau 2020 masih memiliki banyak kelemahan. Di antaranya adalah porsi belanja pegawai yang masih cukup besar jika dibandingkan dengan belanja daerah dan masih besarnya defisit APBD di Provinsi Riau akibat SiLPA yang besar dari tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pengelolaan APBD perlu dicermati proses penyusunannya 66 agar anggaran yang Salah satu cara yang dapat ditempuh agar APBD yang disusun dapat dimanfaatkan secara maksimal adalah melalui penyusunan APBD berbasis kinerja. Anggaran berbasis kinerja merupakan sistem penganggaran yang memberikan fokus pada fungsi dan kegiatan pada suatu unit organisasi, di mana setiap kegiatan yang ada tersebut harus dapat diukur kinerjanya. Definisi lain pada buku Modul Overview Keuangan Negara oleh (2008), Departemen anggaran Keuangan berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersbut. Capaian hasil tersebut didiskripsikan pada seperangkat tujuan dan dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja. Bagaimana cara agar tujuan itu dapat dicapai, dituangkan dalam program diikuti dengan pembiayaan/ pendanaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan. Program pada anggaran berbasis Ikhwani Ratna : Sinergisitas APBD Dalam Mencapai Visi Misi Riau 2020 kinerja didefinisikan sebagai keseluruhan dicantumkan aktivitas, baik aktivitas langsung maupun anggaran di atas, beberapa di antaranya ada tidak langsung yang mendukung program yang tidak termasuk dalam jenis keluaran sekaligus melakukan estimasi biaya-biaya yang berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, tersebut. Aktivitas tersebut disusun sebagai melainkan termasuk dalam jenis masukan cara untuk mencapai kinerja tahunan. (input). Keluaran (output) kegiatan satuan Dengan kata lain, integrasi dari rencana kerja kinerja tahunan (Renja) yang merupakan direncanakan dan dimuat dalam dokumen rencana operasional dari Renstra dan Rencana kinerja tahunan satuan kerja anggaran tahunan merupakan komponen perangkat daerah (Renja SKPD) dalam dari anggaran berbasis kinerja rangka penyusunan Laporan Akuntabilitas Elemen-elemen yang penting untuk dalam dihasilkan adalah semua satuan sesuai dokumen kerja dalam dengan yang Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). diperhatikan dalam penganggaran berbasis Sedangkan harga satuannya adalah kinerja adalah: a) Tujuan yang disepakati sesuai dengan yang tercantum dalam Harga dan b) Satuan Pokok Kegiatan (HSPK), yang Pengumpulan informasi yang sistematis nama lain mungkin sebagai Standar Biaya atas realisasi pencapaian kinerja dapat Khusus (SBK), akan tetapi ada HSPK dari diandalkan dan konsisten, sehingga dapat beberapa SKPD yang belum dicantumkan, diperbandingkan dengan dan yang tercantum dalam HSPK/SBK implementasi selama ini tidak seluruhnya Harga Satuan tentang Anggaran Berbasis Kinerja, pada Pokok "Kegiatan" dari SKPD, melainkan kenyataannya menyangkut masih ada yang merupakan harga satuan perencanaan pokok "Pekerjaan". Pengertian "Kegiatan" maupun pelaksanaan, seperti RKA-SKPD berbeda dengan "Pekerjaan", karena yang (Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja dimaksud dengan "Kegiatan" dalam sistem Perangkat penganggaran ukuran prestasinya. dokumen pencapaiannya; antara biaya Selanjutnya adalah anggaran, Daerah), baik Prioritas Plafon adalah merupakan Anggaran Sementara (PPAS), dan DPA- serangkaian tindakan yang dilaksanakan SKPD (Dokumen Pelaksanaan Anggaran- satuan kerja sesuai tugas pokoknya untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah). menghasilkan keluaran yang ditentukan. Keluaran (output) kegiatan satuan kerja dan harga satuannya yang Jadi dalam satu "Kegiatan" akan terdapat beberapa tindakan dan tindakan inilah yang 67 Kutubkhanah : Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.1 Januari-Juni 2014 dapat dikatakan sebagai "Pekerjaan". dalam HSPK (Harga Satuan Pokok Untuk suatu kegiatan dituntut adanya Kegiatan)/ SBK. Dalam perencanaan dan keluaran (output) yang jelas dan terukur pengalokasian anggaran untuk satuan kerja sebagai akibat dari pelaksanaan kegiatan. perangkat Dengan sepenuhnya, demikian yang seharusnya daerah belum hanya terlihat memperhitungkan tercantum dalam HSPK (Harga Satuan keluaran (output) kegiatan satuan kerja, Pokok Kegiatan)/SBK adalah harga satuan sehingga alokasi anggaran untuk satuan dari keluaran (output) yang dihasilkan. kerja pada satu tahun anggaran masih Harga Satuan Pokok setiap kegiatan dipengaruhi oleh hal-hal lain selain jumlah untuk semua satuan kerja dapat dihitung keluaran dengan cara membuat Analisa Biaya direncanakan oleh satuan kerja yang Satuan Keluaran (output) kegiatan yang bersangkutan. Dengan demikian penerapan sudah ditetapkan menurut tugas pokok dan Anggaran fungsi satuan kerja, kemudian ditentukan masih belum sempurna. besarnya Biaya Per Satuan Keluaran (output) kegiatan, (output) Berbasis Dengan kegiatan Kinerja yang dikatakan dicantumkannya keluaran dengan (output) kegiatan satuan kerja dan harga memperhitungkan semua input (masukan) satuannya pada dokumen anggaran, maka yang diperlukan seperti: 1) Kebutuhan dapat berguna untuk hal-hal sebagai biaya untuk pegawai; 2) Kebutuhan biaya berikut: untuk sarana dan prasarana; 3) Kebutuhan 1. Sebagai dasar dalam menentukan biaya untuk pekerjaan-pekerjaan non fisik alokasi pagu anggaran satuan kerja (rapat, sosialisasi, seminar, dsb). sejak dari penyusunan RKA-SKPD, Biaya Per Satuan Keluaran (output) kegiatan beserta analisanya, diajukan kepada Bagian Keuangan atau Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah untuk dibahas bersama Bappeda atau institusi lainnya yang disebut Tim Anggaran Pemerintah Daerah/TAPD yang terlibat dalam penyusunan APBD. Biaya per satuan keluaran (output) kegiatan yang sudah disahkan, selanjutnya dihimpun 68 pembahasan RKA-SKPD hingga penetapan pagu definitif satuan kerja, yaitu: Alokasi Pagu Anggaran = Volume Keluaran Kegiatan X Usulan pagu anggaran tersebut dirinci pada RKA-SKPD dengan tetap mencantumkan target volume keluaran (output) kegiatan kemudian diajukan Ikhwani Ratna : Sinergisitas APBD Dalam Mencapai Visi Misi Riau 2020 kepada Tim Anggaran Pemerintah sekolah yang baru dapat menghasilkan Daerah (TAPD) guna dibahas kembali keluaran berupa siswa yang lulus pada sebelum akhir disusun draft Rancangan tahun) dikecualikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja ketentuan di atas dan tetap diatur Daerah (R-APBD) untuk disampaikan dengan batas pengeluaran triwulanan. kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam Anggaran rangka Berbasis pembahasan 3. Menambah penerapan Kinerja, RKA-SKPD keakuratan dalam mengukur tingkat kinerja satuan kerja maka melalui disini Akuntabilitas sistem pelaporan Laporan Kinerja Instansi difokuskan pada volume dan standar Pemerintah (LAKIP), karena sebagai biaya keluaran (output) kegiatan setiap dasar penyusunan laporan akuntabilitas satuan kerja. kinerja instansi pemerintah (LAKIP) 2. Sebagai alat pengawasan pencairan dana dari satuan bersangkutan kerja dalam tersebut, keluaran (output) kegiatan yang telah tertera secara jelas target dan pelaksanaan biaya yang harus dikeluarkan. anggaran terutama dalam hal arus kas (cash flow), anggaran yaitu definitif ditetapkan, setelah Satuan selanjutnya pagu Dalam menyusun pagu indikatif harus Kerja memperhatikan hal-hal mendasar sebagai volume keluaran (output) kegiatan satuan kerja harus tercantum bersama pagu anggaran pada RKA-SKPD, dan DPASKPD, untuk digunakan sebagai kontrol terhadap realisasi anggaran sebagai berikut: Jumlah Realisasi Anggaran Tidak Boleh Melampaui Jumlah Biaya Keluaran (Output) Kegiatan Yang Telah Direalisasikan berikut: 1. Memperhatikan amanat otonomi daerah/perda. 2. Memfokuskan alokasi dana pada tugas pokok pemerintah pembangunan nasional dilaksanakan melalui: a. Kerangka regulasi, guna mendorong partisipasi masyarakat (pemerintah bertugas menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan pembangunan yang dilaksanakan Untuk satuan kerja yang baru dapat oleh masyarakat). menghasilkan keluaran (output) pada akhir tahun (antara lain sekolah- 69 Kutubkhanah : Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.1 Januari-Juni 2014 b. Kerangka pelayanan dan investasi pemerintah (pemerintah sebagai penyedia barang dan jasa). 3. Mengamankan pemerintah, kewajiban-kewajiban baik untuk keperluan internal pemerintah (seperti, gaji dan tunjangan) maupun kewajiban- kewajiban pada pihak ketiga (misalnya, penyediaan operasional pemerintah seperti pembayaran daya). 4. Mengutamakan alokasi pada kegiatankegiatan pokok yang diperlukan untuk mewujudkan sasaran-sasaran dalam prioritas-prioritas pembangunan. Lebih teknis lagi dalam menyusun persiapan pagu memperhatikan indikatif juga optimalisasi harus Mengalokasikan dengan pendanaan kewenangan fungsi dan pendanaan sesuai Daerah; Mempertimbangkan kegiatan. 70 ______. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan. ______. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. ______. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. dengan tupoksi Satuan Kerja Perangkat 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.07/2012 tentang Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2013. ______. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. perimbangan; Mengalokasikan ______. sesuai mempertimbangkan alokasi pada dana 2. ______. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. ______. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. masing-masing pemerintahan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. kinerja anggaran yang meliputi: 1. Daftar Kepustakaan satuan biaya ______. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.