76 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penjelasan yang sudah dilakukan pada bab-bab sebelumnya bahwa penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan rasio likuiditas, aktivitas dan profitabilitas serta mengetahui seberapa besar pengaruh likuiditas dan aktivitas terhadap profitabilitas yang masing-masing diukur dengan current ratio, inventory turnover, account receivable turnover dan ROA pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010 sampai 2014. Maka berdasarkan hasil perkembangan analisis regresi berganda dapat di tarik kesimpulan : 1. Current ratio (X1) keseluruhan pada perusahaan makanan dan minuman tahun 2010 – 2014 cenderung tetap karena tidak mengalami penurunan dan kenaikan yang besar disetiap tahunnya. Terdapat dua perusahaan yang current ratio-nya menurun setiap tahun yaitu perusahaan DLTA dan SKLT yang berarti kedua perusahaan ini mengalami penurunan kemampuan perusahaan dalam membiayai kewajiban jangka pendeknya. Tidak ada perusahaan yang selalu mengalami peningkatan nilai current ratio disetiap tahunnya dari tahun 2010 2014 sehingga delapan perusahaan lainnya memiliki current ratio yang berfluktuatif dari tahun 2010 sampai 2014. 77 2. Perputaran persediaan (X2) pada kesepuluh perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2010-2014 jika dilihat dari rata-rata semua perusahan, secara keseluruhan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Terdapat perusahaan yang mengalami periode waktu penagihan yang paling cepat yaitu perusahaan ICBP dengan periode waktu penagihan rata-rata 44 hari. Perusahaan ICBP bila dilihat dari rata-rata nilai perputaran persediaan dari tahun 2010 – 2014 merupakan perusahaan yang paling baik dalam pengelolaan persediaan dibandingkan dengan 9 perusahaan makanan dan minuman lainnya. 3. Perputaran piutang (X3) pada kesepuluh perusahan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2010-2014 secara keseluruhan cenderung meningkat setiap tahunnya. Terdapat perusahaan yang mengalami periode waktu penagihan yang paling cepat dibandingkan 9 perusahaan makanan dan minuman lainnya yaitu perusahaan PSDN dengan periode waktu penagihan rata-rata 22 hari. 4. Return On Asset (Y) pada perusahaan makanan dan minuman tahun 2010 – 2014 cenderung tetap karena tidak mengalami penurunan dan kenaikan yang besar disetiap tahunnya. Terdapat satu perusahaan yang ROA nya selalu membaik setiap tahun yaitu perusahaan SKLT, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai rata-rata ROA terbesar dibandingkan 9 perusahaan lainnya adalah DLTA sebesar 25,48 yang menandakan perusahaan DLTA sangat baik dalam mengelola seluruh asetnya demi memperoleh keuntungan. Terdapat pula satu perusahaan yang selalu mengalami penurunan ROA disetiap tahunnya 78 yaitu perusahaan ICBP, sedangkan perusahaan yang memiliki rata-rata ROA terkecil adalah perusahaan SKLT. 5. Hasil pengujian hipotesis secara bersama-sama menunjukkan bahwa likuiditas dan aktivitas berpengaruh signifikan terhadap ROA perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. Hal tersebut ditunjukkan dari tingkat signifikasi yang lebih kecil dari 0.05 (0.000 < 0.05). 6. Rasio likuiditas (current ratio) berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA, hal ini dikarenakan current ratio dan ROA perusahaan makanan dan minuman memiliki hasil yang sama yaitu cenderung tetap, tidak mengalami kenaikan dan penurunan yang besar disetiap tahunnya. Penelitian ini menunjukan current ratio dengan signifikansi 0,00 atau lebih kecil dari 0,05 dengan nilai koefisien sebesar 4,522 menunjukan bahwa peningkatan current ratio sebesar satu kali akan menyebabkan ROA perusahaan makanan dan minuman akan meningkat sebesar 4,522 kali. 7. Perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) pada perusahan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014, hal ini dikarenakan perputaran persedian perusahaan makanan dan minuman cenderung meningkat setiap tahunnya, sedangkan ROA perusahaan makanan dan minuman cenderung tetap yaitu tidak mengalami peningkatan dan penurunan yang besar. Hal ini terjadi dimungkinkan akibat pengeluaran biaya persediaan yang besar atau berlipatlipat sehingga persediaan tidak berpengaruh terhadap kenaikan ROA pada perusahaan makanan dan minuman tahun 2010-2014. Hasil penelitian 79 signifikansi 0,695 atau lebih besar dari 0,05 dengan demikian, berarti memang perputaran persediaan tidak berperan dalam upaya meningkatkan profitabilitas pada perusahan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014. 8. Perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) pada perusahan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014. Hal ini tidak berpengaruh dikarenakan perputaran piutang yang cenderung meningkat, sedangkan ROA perusahaan makanan dan minuman cenderung tetap pada tahun 2010 – 2014. Hal ini terjadi dimungkinkan akibat pengeluaran biaya penjualan yang besar sehingga perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap kenaikan ROA pada perusahaan makanan dan minuman tahun 2010-2014. Penelitian ini menunjukkan rasio perputaran piutang dengan signifikansi 0,250 atau lebih besar dari 0,05 (5%), sehingga perputaran piutang memang tidak berperan dalam upaya meningkatkan profitabilitas pada perusahan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014. 5.2 Saran 1. Bagi manajemen, dalam rangka meningkatkan profitabilitas perusahaan, pihak manajemen harus memperhitungkan pengeluaran biaya operasional seperti mengontrol, melihat kembali biaya-biaya apa saja yang perlu dikeluarkan serta melakukan audit secara internal maupun eksternal sehingga dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. 80 2. Perusahaan juga perlu memperhitungkan komposisi-komposisi current ratio, inventory turnover ratio, account receivable turnover ratio dan ROA, karena rasio tersebut dapat digunakan oleh para investor sebagai pertimbangan sebelum melakukan investasi pada perusahaan, karena apabila rasio-rasio tersebut dalam kondisi optimal, maka kinerja operasional dan profitabilitas akan meningkat. 3. Bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan atau menambah variabel lain seperti efisiensi biaya operasional. Begitu juga dengan sampel yang digunakan, diharapkan peneliti selanjutnya menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang berbeda, sehingga hasil penelitian ini dapat diperbandingkan.