BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran tidak lain dari pada suatu proses perpindahan barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen. Atau dapat di katakan pula bahwa pemasaran adalah semua kegiatan usaha yang berhubungan dengan arus penyerahan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Dalam arti luas pemasaran meliputi pula hal-hal yang besifat abstrak seperti asuransi, surat-surat saham dan surat-surat obligasi. M. Mursid (2004: 26) Pemasaran meliputi semua langkah yang digunakan atau dipergunakan untuk menempatkan barang-barang nyata ke tangan konsumen. Menurut W.J. Stanton dalam Mursid (2004:26) pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan, dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang potensial. Definisi yang paling luas yang dapat menerangkan secara jelas arti pentingnya pemasaran dikemukakan oleh William J. Stanton yang dikutip oleh Dharmmesta dan Handoko (2008:4) berpendapat bahwa : ”Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 8 merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun potensial. ”Dari definisi di atas dapatlah diterangkan bahwa arti pemasaran adalah jauh lebih luas daripada arti penjualan. Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifisir kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan produk yang hendak diproduksi, menentukan harga produk yang sesuai, menentukan cara-cara promosi dan penyaluran / penjualan produk tersebut. Jadi, kegiatan pemasaran adalah kegiatan-kegiatan yang saling berhubuangan sebagai suatu sistem. Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi di dalam suatu lingkungan yang terus-menerus berkembang sebagai konsekuensi sosial dari perusahaan, tetapi juga dibatasi oleh sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri dan peraturan-peraturan yang ada. Bagi pemasaran, perubahan lingkungan dapat merupakan tantangan-tantangan baru yang memerlukan tanggapan dan cara penyelesaian yang baru pula, atau sebaliknya dapat berupa suatu peluang atau kesempatan mengembangkan usahanya. Menurut Cannon et al (2008:8), pemasaran adalah suatu aktivitas yang bertujuan mencapai sasaran perusahaan, dilakukan dengan cara mengantisipasi kebutuhan pelanggan atau klien serta mengarahkan aliran barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan atau klien dari produsen. Berdasarkan pengertian pemasaran di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang sederhana dari barang sebelum produksi sampai dengan bagaimana barang yang diproduksi sampai ditangan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 konsumen dan menghasilkan laba perusahaan atau paling tidak sampai kembalinya modal perusahaan. Meningkatnya pembagian dan spesialisasi tenaga kerja merupakan sebagian dari perubahan-perubahan yang paling penting yang terjadi ketika masyarakat bergerak dari ekonomi primitif menuju tingkat pembangunan ekonomi yang lebih tinggi. Tapi, meskipun membantu memperbaiki standar kehidupan masyarakat, peningkatan spesialisasi menimbulkan masalah yang berbeda : Spesialis tidak lagi berswadaya. Pengrajin yang berspesialisasi dalam membuat tembikar menjadi sangat terampil dan efisien pada pembuatan tembikar, memproduksi surplus tembikar, tetapi mereka tidak membuat jenis barang dan jasa lain yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup dan untuk meningkatkan gaya hidup mereka. Suatu masyarakat tidak dapat memetik manfaat penuh dari spesialisasi, sampai masyarakat itu mengembangkan sarana untuk mendukung perdagangan dan pertukaran dari kelebihan barang di antara anggota-anggotanya. Demikian pula, suatu negara tidak dapat menikmati seluruh barang dan jasa yang ada di dunia atau melakukan penetrasi ke semua pasar bagi keluaran ekonomi dari penduduknya kecuali jika pertukaran dapat terwujud melewati batas-batas nasional. Menurut Subagyo (2010:4) mendefinisikan dalam arti bisnis ” Pemasaran adalah sebuah sistem bagian dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, memberi harga, mempromosikan dan mendistribusikan jasa serta barang-barang pemuas keinginan pasar.” Definisi diatas mempunyai beberapa pengertian penting mengingat : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 1. Ini adalah definisi sistem yang manajerial. 2. Seluruh sistem dari kegiatan bisnis harus berorientasi pasar atau konsumen. Keinginan konsumen diketahui dan dipuaskan secara efektif. 3. Pemasaran adalah proses bisnis yang dinamis karena merupakan sebuah proses integral yang menyeluruh dan bukan gabungan aneka fungsi dan pranata yang terurai. Pemasaran bukan kegiatan tunggal atau kegiatan gabungan, pemasaran adalah hasil interaksi dari berbagai kegiatan. 4. Program pemasaran dimulai dengan sebutir gagasan produk dan tidak terhenti sampai keinginan konsumen benar-benar terpuaskan mungkin beberapa waktu setelah penjualan dilakukan. 5. Untuk berhasil pemasaran harga memaksimalkan penjualan yang menghasilkan laba dalam jangka panjang. 2.1.2 Pengertian Merek dan Manfaat Merek Menurut Sumarwan (2003:303) merek adalah nama penting bagi sebuah produk atau jasa. Merek adalah simbol dan indikator kualitas dari sebuah produk. Merek-merek produk yang sudah lama dikenal oleh konsumen telah menjadi citra bahkan simbol status bagi produk tersebut. Maka tidaklah mengherankan jika merek seringkali dijadikan kriteria dalam mengevaluasi suatu produk. Merek memiliki karakteristik yang lebih luas daripada produk yaitu citra pengguna produk, country of origin, asosiasi perusahaan, brand persobalit, simbol-simbol dan hubungan merek / pelanggan. Selain itu merek juga dapat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 menghantarkan manfaat tambahan seperti manfaat ekspesi diri pengguna dan manfaat emosional. Ferrinadewi (2008:137) berpendapat bahwa : ” Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi keseluruhannya, yang ditujukan untuk mengidetifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan sekaligus sebagai diferensiasi produk ”. Herman (2003) dari Herman Strategik Consulting yang dikutip oleh Ferrinadewi (2008, hal. 138) menyatakan bahwa pandangan di atas dalam satu definisi menjadi : ”A Brand is the anticipation of consumers feel, toward a spesific benefit toward about to be derived fron a idebtified source (a product, a service, and so forth) aftenasssociated with a standardized set of symbolic representations (name, logo,emblem, calor, togline, tagline, image etc)”. Berdasarkan definisi merek di atas menekankan bahwa mereka erat kaitannya dengan alam pikir manusia. Alam pikir manusia meliputi semua yang eksis dalam pikiran konsumen terhadap merek seperti perasaan, pengalaman, citra, persepsi, keyakinan, sikap sehingga dapat dikatakan mereka adalah sesuatu yang sifatnya immaterial. Merek merubah atau menstransformasi hal yang sifatnya tangible menjadi sesuatu yang bernilai. Proses transformasi ini sepenuhnya menjadi wewenang konsumen untuk melanjutkan atau menghentikannya. Merek memberbanyak manfaat bagi konsumen diantaranya membantu konsumen dalam mengidentifikasi manfaat yang ditawarkan dan kualitas produk. Konsumen lebih mempercayai produk dengan merek tertentu dari pada produk tanpa merek meskipun manfaat yang ditawarkan serupa. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 Merek bertumpu pada pemahaman psikologis konsumen. Bagaimana konsumen berpikir dan bertindak. Carl Jung yang dikutip oleh Ferrinadewi (2008:140) dalam karyanya menunjukkan bahwa terdapat 4 fungsi dari alam pikir yaitu: 1. Pemikiran Bagian ”berpikir” dalam otak kita berhubungan dengan rasionalitas dan logika. Seringkali disebut sebagai aktivitas otak kiri. Kegiatan rasional seperti analisa, berhitung terjadi disini. Bagi sejumlah konsumen rasionalitas dan logika dapat menjadi perayu yang kuat karena memiliki kemampuan untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian. 2. Perasaan Perasaan juga merupakan alat yang dapat digunakan untuk mempengaruhi konsumen. Melalui iklan dan aktivitas promosi untuk menstimulasi perasaan konsmen. Perasaan diatur oleh otak kanan yang biasanya berhubungan dengan emosi, rasa bahagia, rasa takut, marah atau sedih bahkan cinta. Iklan yang menanyakan rasa bahagia akan mampu menarik keinginan konsumen untuk melakukan pembelian karena keinginan untuk mendapatkan rasa bahagia yang serupa. 3. Sensasi Sensasi berkaitan erat dengan sentuhan, rasa, suara, bau, dan penghilatan. Semuanya merupakan fungsi otak kanan. Pemasar dapat menstimulasi sensasi ini melalui aktivitas promosi seperti penyediaan tester. Sensasi berhubungan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 dengan emosi dan perasaan sehingga menjadi pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. 4. Intuisi Intuisi dapat dikatakan sebagai penyimpangan dari rasionalitas dan logika dan seringkali muncul sebagai tindakan impulsif. Bagi pemasar, tantangan dalam membangun merek yang kuat adalah dengan memastikan bahwa konsumen mendapatkan pengalaman yang tepat dengan produk dan jasa agar hasrat, pemikiran, perasaan, citra, keyakinan, persepsi dan opini mereka terhubung dengan merek. 2.1.3 Pengertian Brand Image (Citra Merek) Istilah image ini mulai populer sejak tahun 1950-an, yang dikemukakan dalam berbagai konteks seperti image terhadap organisasi, image terhadap perusahaan, image nasional, image terhadap merek atau brand image, image publik, self-image, dan sebagainya. Buchari (2003:92) citra adalah merupakan impresi, perasaan atau konsepsi yang ada pada publik mengenai perusaaan, mengenai suatu object, orang atau mengenai lembaga.” Citra ini tidak dapat dicetak seperti mencetak barang di pabrik, tetapi citra ini adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan pemahaman seseorang tentang sesuatu. Citra terbentuk dari bagaimana perusahaan melaksanakan kegiatan operasionalnya, yang mempunyai landasan utama pada segi layanan.Jadi image ini akan diperhatikan publik dari waktu ke waktu dan akhirnya akan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 membentuk suatu pandangan positif yang akan dikomunikasikan dari satu mulut ke mulut lain. Dalam kesibukan kita sehari-hari jangan melupakan keadaan fisik bisnis, penampilan, fasilitas, kantor dan karyawan yang melayani publik harus selalu dalam garis dengan satu tujuan memuaskan konsumen. Katakan pada mereka apa yang akan kita perbuat untuk menjaga agar mereka selalu puas, dan tanyakan lagi apa yang mereka inginkan agar dapat diperbaiki di masa yang akan datang. Menurut Ferrinadewi (2008:165) berpendapat bahwa : ”Brand image adalah persepsi tentang merek yang merupakan refleksi memori konsumen akan asosiasinya pada merek tersebut.” Dapat juga dikatakan bahwa brand image merupakan konsep yang diciptakan oleh konsumen karena alasan subyektif dan emosi pribadinya. Oleh karena itu dalam konsep ini persepsi konsumen menjadi lebih penting daripada keadaan sesungguhnya. Brand image terdiri dari 2 komponen yaitu brand association atau asosiasi merek dan favorability, strenght & uniqueness of brand association atau sikap positif, kekuatan dan keunikan merek. Konsumen dapat membuat asosiasi merek berdasarkan atribut produk, manfaat produk dan keseluruhan evaluasinya atau sikapnya terhadap merek. Konsumen dapat membuat asosiasi berdsarkan atribut yang berkaitan dengan produk misalnya harga dan kemasan atau atribut yang berhubuangn dengan produk misalnya warna, ukuran, desain dan fitur-fitur lain. Asosiasi juga dapat diciptakan berdasarkan manfaat produk.. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 Sikap positif (favorability) dan keunikan asosiasi merek terdiri dari 3 hal dalam benak konsumen yaitu adanya keinginan, kemudian keyakinan bahwa merek tertentu dapat memenuhi keinginannya dan yang terpenting adalah keyakinan konsumen bahwa merek tersebut memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan merek lainnya. Seringkali ini menjadi lebih luas seperti adanya store image, product image dan corporte image. Menurut Stern et al., (2001) yang dikutip oleh Ferrinadewi (2008 : 167) terdapat beberapa aspek yang membuat brand image menjadi begitu bervariasi yaitu : 1). Dimana letak citra/image artinya apakah citra tersebut berada dalam benak konsumen atau memang pada objeknya. 2). Sifat alaminya artinya apakah citra tersebut mengacu pada aprose, bentuk atau sebuah transaksi. 3). Jumlahnya artinya berapa banyak dimensi yang membentuk citra. Sebagai contoh, brand image dan store image memiliki persamaan dalam hal letak citranya artinya kedua konsep ini mengacu pada letak citra ada pada obyeknya dan ada pada benak konsumen, tetapi berbeda dengan corporate image karena letak citranya ada pada objeknya saja bukan dalam benak konsumen. 2.1.4 Komponen yang Membentuk Citra Merek Faktor lingkungan dan personal sebagai awal terbentuknya suatu citra merek, karena faktor lingkungan dan personal mempengaruhi persepsi seseorang. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi adalah atribut-atribut teknis yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 ada pada suatu produk dimana faktor ini dapat dikontrol oleh produsen, selain itu juga sosial budaya termasuk dalam faktor ini. Faktor personal adalah kesiapan mental konsumen untuk melakukan proses persepsi, pengalaman konsumen sendiri, mood, kebutuhan serta motivasi konsumen. Citra merupakan produk akhir dari sikap awal dan pengetahuan yang terbentuk lewat proses pengulangan yang dinamis karena pengalaman. Kotler (2008:32) mendefinisikan : ”Citra merek sebagai seperangkat keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu merek, karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra merek tersebut. Citra merek merupakan syarat dari merek yang kuat.” Menurut Biels dalam Consugno (2006:137) mengatakan bahwa : “Citra merek dapat diukur dengan 3 bagian yaitu : citra pembuat, citra pemakai dan citra produk.” Simamora (2008:33) mengatakan : ”Citra adalah persepsi yang relatif konsisten dalam jangka waktu panjang.” Sehingga tidak mudah untuk membentuk citra, citra sekali terbentuk akan sulit untuk mengubahnya. Citra yang dibentuk harus jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan pesaingnya, saat perbedaan dan keunggulan merek dihadapkan dengan merek lain. Komponen citra merek (brand image) terdiri atas tiga bagian yaitu : 1. Citra produsen (Production image) yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatubarang / jasa. Bagi produsen, manfaat brand adalah : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 a. Brand memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalahmasalah yang timbul. b. Brand memberikan perlindungan hokumatas keistimewaan atau ciri khas produk. c. Brand memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia dan menguntungkan. d. Brand membantu penjual melakukan segmentasi pasar. 2. Citra Konsumen (Customer image) yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang / jasa. Bagi konsumen, manfaat brand adalah : a. Brand dapat menceritakan sesuatu kepada pembeli tentang mutu. b. Brand membantu menarik perhatian pembeli terhadap produk–produk baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka. 3. Citra produk (produk image) yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu barang / jasa. (http:/jurnal brand image.pdf.Nitropdf. Professional). a. Kualitas produk asli atau palsu. b. Berkualitas baik. c. Desain menarik. d. Bermanfaat bagi konsumen. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 2.1.5 Konsep Merek dan Tujuan Penggunaan Merek Pembuatan merek tidak hanya mengenai urbiquitas, visibilitas dan fungsional, tetapi juga menyangkuti kata emosional dengan manusia dalam hidup mereka sehari-hari. Ketika produk atau jasa menyatakan dialog emosional dengan pelanggan, produk atau jasa akan menyatakan kualitasnya melalui merek. Mereka adalah value indicator kinerja yang dikembangkan melalui strategi, program dan value yang tepat yang diberikan kepada pelanggan sebagai : 1. Kombinasi (tidak selalu) dari desain, symbol (logo), tanda dan nama yang mengidentifikasi dan membedakan produk perusahaan dan pesaing 2. Kontrak yang tertulis tentang nilai intristik dan keunggulan produk dengan pemakainya 3. Upaya manajemen untuk memperlihatkan integritas produk perusahaan 4. Janji penjual untuk secara konsisten menyampaikan serangkaian ciri-ciri, manfaat dan jasa tertentu kepada para pembeli 5. Pernyataan kepercayaan dan penggunaan risiko Banyak menyebut bahwa desain, warna, gerak, atau kombinasi atributatribut produklainnya memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing. Produk yang baik dapat menyampaikan makna tambahan tentang jaminan kualitas produk yang memiliki keunikan yang khas, menggambarkan sesuatu mengenai manfaat produk bagi pemakainya, mudah diucapkan, dikenali dan diingat, dan tidak mengandung arti yang buruk di Negara dan bahasa lain, serta dapat menyesuaikan diri (adaptable) dengan produk–produk baru yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 mungkin ditambahkan kedalam lini produk. Sedangkan tujuan penggunaan merek dapat di uraikan satu persatu dibawah ini : 1. Sebuah identitas, yang bermanfaat sebagai pengenali pasar dalam diferensiasi produk dengan produk pesaing yang memudahkan konsumen untuk mengenalinya saat melakukan pembelian ulang. 2. Alat promosi, yaitu sebagai daya tarik produk 3. Untuk membina citra, yang memberikan keyakinan jaminan kualitas, serta prestise tertentu kepada konsumen 4. Menciptakan keuntungan kompetitif, jika merek yang memiliki ekuitas yang tinggi akan menghasilkan keuntungan sebagai berikut : a) Dapat memberikan pertahanan terhadap persaingan harga yang kompetitif b) Perusahaan akan lebih mudah meluncurkan perluasan merek, kepada peroduk yang memiliki kredibilitas yang tinggi c) Mampu bertahan pada harga yang lebih tinggi dari pesaing, karena konsumen memiliki keyakinan terhadap kualitas produk d) Pelanggan sangat mengharapkan merek yang mereka maksud sehingga posisi tawar menawar produsen dengan distributor - pengecer lebih kuat e) Karena tingkat kesadaran dan kesetiaan konsumen terhadap merek sangat tinggi, maka perusahaan dapat menikmati biaya pemasaran yang lebih rendah. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 2.1.6 Kualitas Produk Menurut Kotler dan Amstrong (2012:283) Kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya, meliputi daya tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya. Kualitas produk merupakan pemahaman bahwa produk merupakan peluang ditawarkan oleh penjual mempunyai nilai jual lebih yang tidak dimiliki oleh produk pesaing. Oleh karena itu perusahaan berusaha memfokuskan pada kualitas produk dan membandingkannya dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing. Menurut Kotler (2007:9), dimensi kualitas produk meliputi: 1. Kinerja (performance) Dimensi ini menunjukkan tingkat operasi produk atau kegunaan dasar dari suatu produk. Dalam implementasinya, kinerja diartikan sebagai persepsi pelanggan terhadap manfaat dasar dari produk yang dikonsumsinya misalnya kemudahan, dan kenyamanan dalam berbisnis dan sebagainya. 2. Keistimewaan tambahan (features) Yaitu sifat yang menunjang fungsi dasar produk , misalnya kelengkapan interior dan eksterior seperti, AC, sound system dan sebagainya. 3. Keandalan (reliability) Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai. Dalam implementasinya, keandalan diartikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keandalan produk yang dinyatakan dengan waktu garansi atau http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 jaminan produk tidak rusak sebelum masa kadaluwarsa ditetapkan misalnya ruko yang tidak sering bocor/kerusakan yang lainnya. 4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications) Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya, standar keamanan terpenuhi, seperti ukuran sumuran pondasi untuk ruko tentunya harus lebih besar dari pada sumuran pondasi rumah. 5. Daya tahan (durability) Ketahanan mencerminkan suatu ukuran usia operasi produk yang diharapkan dalam kondisi normal. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan ruko, struktur pembesian ruko yang kuat. 6. Estetika (asthethic) Keindahan menunjukkan bagaimana penampilan atau daya tarik produk terhadap pembeli. Misalnya bentuk fisik ruko yang menarik, model atau desain yang artistic, warna, dan sebagainya. Menurut Kotler yang dialih bahasakan oleh Muhtosin Arif (2006:117), arti kata kualitas dalam The American Society for Quality Control diartikan sebagai totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang memiliki kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan maupun implisit. Hal ini berarti fitur produk yang ditawarkan juga menentukan mutu yang akan mempengaruhi kepuasan konsumen. Produsen dikatakan telah menyampaikan mutu jika produk atau yang ditawarkannya sesuai atau melampaui ekspektasi pelanggan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 Sementara dalam mendifinisikan kualitas produk para ahli dalam manajemen mutu terpadu (total quality management) mengungkapkan pengertiannya yang saling berbeda pendapat tetapi dari perbedaan tersebut sebenarnya memiliki tujuan yang sama, adapun beberapa definisi yang dikemukakan diantaranya adalah : Pengertian kualitas produk menurut Juran, (2004: 40), kualitas produk adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan itu didasarkan atas lima ciri utama, yaitu a. Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan b. Psikologis, yaitu citra rasa atau status c. Waktu, yaitu kehandalan d. Kontraktual, yaitu adanya jaminan e. Etika, yaitu sopan santun, ramah dan jujur Menurut Nasution (2004:40), Kecocokan dalam menggunakan suatu produk adalah apabila produk mempunyai daya tahan penggunaannya yang lama, produk yang digunakan akan meningkatkan citra atau status konsumen yang menggunakannya, produk tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas (quality assurance) dan sesuai etika bila digunakan. Kecocokan penggunaan produk seperti dikemukakan di atas memiliki dua aspek utama, yaitu ciri-ciri produknya memenuhi tuntutan penggunaan dan tidak memiliki kelemahan. Adapun aspek tersebut diantaranya adalah : 1. Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 Produk berkualitas, memiliki ciri yang khusus atau istimewa, berbeda dari produk pesaing dan dapat memenuhi harapan atau tuntutan sehingga dapat memuaskan pelanggan.Kualitas yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan pelanggan, membuat produk laku terjual, dapat bersaing dengan pesaing, meningkatkan pangsa pasar dan volume penjualan serta dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. 2. Bebas dari kelemahan Suatu produk dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila di dalam suatu produk serta unsur yang terdapat didalamnya tidak terdapat kelemahan, tidak terdapat cacat sedikitpun. Kualitas yang tinggi menyebabkan perusahaan dapat mengurangi tingkat kesalahan, mengurangi pengerjaan kembali dan pemborosan, mengurangi pembiayaan terhadap klaim garansi, mengurangi ketidakpuasan pelanggan, mengurangi inspeksi dan pengujian, mengurangi waktu pengiriman produk ke pasar, meningkatkan hasil (yield) dan meningkatkan utilisasi kapasitas produksi, serta memperbaiki kinerja penyampaian produk. Crosby, dalam M. Nasution (2004: 41), menyatakan bahwa kualitas adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang diisyaratkan atau di standarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan.Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi. Deming, dalam M. Nasution (2004:41), menyatakan bahwa kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Apabila Juran mendefinisikan kualitas http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 sebagai fitness for use dan crosby sebagai conformance to requirement, deming mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan harus benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan oleh konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan. Feigenbaum, dalam M. Nasution (2004: 41), menyatakan bahwa kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk berkualitas apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapakan konsumen atas suatu produk. Garvin dan Davis, dalam M. Nasution (2004:41), menyatakan bahwa kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen. Meskipun tidak ada definisi kualitas yang diterima secara universal, namun pengertian kualitas di atas terdapat beberapa persamaan, yaitu sebagai berikut : a. Kuallitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan b. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah Setelah melihat definisi di atas, maka kualitasproduk mengacu pada bagaimana produk tersebut menjalankan fungsinya yang mencakup keseluruhan dari produk, yaitu berupa ketahanan, kehandalan, ketepatan, kemudahan dalam pengoperasian, dan kemudahan dalam perbaikan serta atribut-atribut nilai lainnya. Penetapan kualitas merupakan salah satu cara untuk memenangkan persaingan di http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 pasar, karena mutu merupakan salah satu cara penempatan suatu produk di benak pelanggan. 2.1.7 Dimensi Kualitas Produk Terdapat delapan dimensi kulitas yang dikemukakan oleh Garvin Dalam M. Nasution (2006:55) yang dapat digunakan sebagai variabel kualitas suatu produk yang diukur dan digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis. Adapun dimensi kualitas yang dikemukakan yaitu sebagai berikut : 1. Performance (Kinerja), karakteristik operasi pokok dari produk inti (core Proudct). 2. Features (Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap. 3. Reliability (Kehandalan), kemampuan perusahaan dalam memberikan kualitas produk yang sesuai dengan harapan konsumen. 4. Conformance to specification (Kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkansebelumnya. 5. Durability (Daya tahan), berkaitan dengan berapa lama suatu produk dapat terus digunakan. 6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, serta penangan keluhan yang memuaskan. 7. Aesthetics (Estetika), daya tarik produk terhadap panca indera, seperti bentuk fisik, warna, dan sebagainya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 8. Perceived quality (Kualitas yang dipersepsikan), yaitu citra dan reputasi produk serta tanggungjawab perusahaan terhadapnya. Biasanya karena kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut / ciri-ciri produk yang akan dibeli, maka pembeli mempersepsikan kualitasnya dari aspek harga, nama merk, iklan, dan reputasi perusahaan. 2.1.8 Keputusan Pembeli Keputusan (decision) berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Namun, hampir tidak merupakan pilihan antara yang benar dan yang salah, tetapi yang justru sering terjadi ialah pilihan antara yang ”hampir benar” dan yang ”mungkin salah”. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan pilihan, ada perbedaan penting di antara keduanya. Keputusan adalah ”pilihan nyata” karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk mencapai tujuan itu, apakah pada tingkat perorangan atau pada tingkat kolektif. Keputusan kaitannya dengan proses merupakan keadaan akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi label pengambilan keputusan. Keputusan dipandang sebagai proses karena terdiri atas satu seri aktivitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana. Menurut Kotler (2005:223) mengemukakan bahwa: “tahap evaluasi alternatif dan keputusan pembelian terdapat minat membeli awal, yang mengukur kecenderungan pelanggan untuk melakukan suatu tindakan tertentu terhadap produk secara keseluruhan.” http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Proses keputusan pembelian suatu produk mengikuti urutan. Peran seseorang (bukan pembeli utama) dalam proses pengambilan keputusan pembelian produk perlu diketahui oleh marketer, karena diantara mereka ini terkadang justru menjadi faktor pendorong yang sangat kuat bagi pengambil keputusan pembelian. Sejumlah orang yang memiliki keterlibatan dalam keputusan pembelian, adalah sebagai berikut : 1. Initiator adalah orang yang pertama kali menyadari adanya kebutuhan yang belum terpenuhi dan berinisiatif mengusulkan untuk membeli produk tertentu. 2. Influencer adalah orang yang sering berperan sebagai pemberi pengaruh yang karena pandangan, nasehat atau pendapatnya mempengaruhi keputusan pembelian. 3. Decider adalah orang berperan sebagai pengambil keputusan dalam menentukan apakah produk jadi dibeli, produk apa yang akan dibeli, bagaimana cara membeli, dan dimana produk itu dibeli. 4. Buyer adalah orang yang melakukan pembelian aktual 5. User adalah orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk yang dibeli Marketer harus paham betul peran-peran tersebut dijalankan oleh siapa. Jika dalam satu keluarga peran di atas dimainkan oleh anak, ibu dan lebih dominan ditentukan oleh seorang bapak, maka pesan komunikasi pemasaran harus diarahkan pada yang lebih dominan sebagai pengambil keputusan akhir untuk menentukan pembelian. Keterlibatan psikologis dalam proses pengambilan keputusan pembelian itu berbeda-beda, sesuai dengan sifat keputusan itu sendiri, yaitu pengambilan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 keputusan yang kompleks, (extended decision making) pengambilan keputusan yang terbatas (limited decision making) dan pengambilan keputusan berdasarkan kebiasaan. 2.1.9 Proses Keputusan Pembelian Konsumen Konsumen melakukan berbagai tahap dalam memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Tahap yang dilakukan konsumen melalui beberapa proses sebelum melakukan keputusan pembelian. Berikut tahap menggambarkan proses tersebut. Pengenalan Masalah Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Pasca Pembelian Gambar 2.1 Gambar Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian Konsumen http://digilib.mercubuana.ac.id/ yang 29 Sumber : Kotler dan Keller alih bahasa Benyamin Molan (2009:235) Proses keputusan pembelian konsumen menurut Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molan (2009:235) adalah sebagai berikut: 1. Pengenalan masalah Proses dimulai saat pembeli menyadari adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktual dan sejumlah keadaan yang diinginkan.Kebutuhan ini disebabkan karena adanya rangsangan internal maupun eksternal. Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlahkonsumen, para pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan kategori produk tertentu. Para pemasar kemudian dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu memicu minat konsumen. 2. Pencarian Informasi Konsumen yang ingin memenuhi kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi produk. Pencarian informasi terdiri dari dua jenis menurut tingkatannya.Pertama adalah perhatian yang meningkat, yang ditandai dengan pencarian informasi yang sedang-sedang saja. Kedua, pencarian informasi secara aktif yang dilakukan dengan mencari informasi dari segala sumber. Sumber informasi konsumen digolongkan kedalam empat kelompok : a. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan. b. Sumber komersial : iklan, penjual, pengecer, pajangan di toko. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 3. c. Sumber publik : media masa, organisasi pemberi peringkat. d. Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian dan pemakaian produk. Evaluasi Alternatif Setelah pencarian informasi, konsumen akan menghadapi sejumlah pilihan mengenai produk yang sejenis. Pemilihan alternatif ini melalui beberapa tahap suatu proses evaluasi tertentu. Sejumlah konsep dasar akan membantu memahami proses ini. Yang pertama adalah sifat-sifat produk, bahwa setiap konsumen memandang suatu produk sebagai himpunan dari sifat atau ciri tertentu dan disesuaikan dengan kebutuhannya. Kedua adalah konsumen mencari keuntungan dari produk-produk yang ditawarkan tersebut.Ketiga adalah konsumen memandang setiap produk sebagai kumpulan atribut yang memiliki kemampuan yang berbeda dalam memberikan keuntungan yang dapat memuaskan kebutuhan. 4. Keputusan Pembelian Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas produk-produk yang ada dalam kumpulan pilihan.Selanjutnya konsumen membuat keputusan untuk membeli produk yang telah dipilih melalui berbagai pertimbangan. 5. Perilaku Pasca Pembelian Setelah melakukan pembelian, konsumen akan mengalami level kepuasan dan ketidakpuasan. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk dibeli.Para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian. a. Kepuasan pasca pembelian http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 Konsumen mendasarkan harapannya kepada informasi yang mereka terima tentang produk.Jika kenyataan yang mereka dapat ternyata berbeda dengan yang diharapakan, maka mereka merasa tidak puas. Bila produk tersebut memenuhi harapan, mereka akan merasa puas. b. Tindakan pasca pembelian Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi perilaku konsumen selanjutnya jika konsumen tersebut puas, ia akan menunjukan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. Para pelanggan yang tidak puas mungkin akan membuang atau mungkin mengembalikan produk tersebut. Pemasar dapat menggunakan berbagai cara untuk mengurangi ketidak puasan ini. Komunikasi pasca pembelian dengan pembeli telah terbukti menghasilkan penurunan pengembalian produk dan pembatalan pesanan. Selain itu juga merupakan cara yang sangat tepat untuk mempertahankan pelanggan. Misalnya dengan sistem saran, mengirim sepucuk surat atau menelpon orang yang telah membeli produknya. c. Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian Pemasar juga harus memantau para pembeli memakai dan membuang produk tertentu.Jika para konsumen menyimpan produk itu kedalamlemari untuk selamanya, produk tersebut mungkin tidak begitu memuaskan. Jika para konsumen tersebut menjual atau mempertukarkan produk tersebut, penjualan produk baru akan menurun. Jika para konsumen membuang produk tertentu, pemasar harus mengetahui cara http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 mereka membuangnya, terutama jika produk tersebut dapat merusak lingkungan. Proses pengambilan keputusan pembelian berakhir pada tahap perilaku purnabeli dimana nasabah merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan akan memengaruhi perilaku berikutnya. Jika konsumen merasa puas, ia akan memperlihatkan peluang yang besar untuk melakukan pembelian ulang atau membeli produk lain pada perusahaan yang sama di masa mendatang, dan cenderung merekomendasikan kepada orang lain. Banyak orang berpendapat bahwa pembeli yang puas merupakan iklan yang terbaik bagi produk. (Hasan 2008:138-139). 2.2 Penelitian Terdahulu Tulisan di dalam Journal of Marketing Chandon, Hutchinson, Bradlow,& Young (2009) : Recent trends in marketing have demonstrated an increased focus o instore expenditures with the hope of “grabbing consumers” at the point of purchase, but does this make sense? To help answer this question, the authors examine the interplay between in-store and out-of-store factors on consumer altention to and evaluation of brands dispalyed on supermarket shelves. Using an eye-tracking experiment, they find that the number of facings has a strong impact on evaluation that is entirely mediated by its effect on visual attention and works particularly well for frequent users of the brand, for low-market-share brands, and for young and highly educated consumer who are wiling to trade off brand and price. ( Tren terbaru dalam pemasaran telah menunjukkan peningkatan fokus http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 belanja di dalam toko dengan harapan “meraih konsumen” pada titik pembelian, tapi apakah ini masuk akal? Untuk membantu menjawab pertanyaan ini, penulis meneliti interaksi antara faktor in-storedan out-of-store ke dalam perhatian visual dan bekerja sangat baik bagi banyak pengguna merek, pangsa pasar merek yang rendah, dan berbagi konsumen baru dan membutuhkan edukasi tinggi mengenai merek dan harga) They also find that gaining in-store attention is not always sufficient to drive sales. For example, top-and middle-shelf positions gain more attetion than low-shelf position;however only top-shelf positions carry through to brand evaluation. The results underscore the important of combining eye-tracking and purchase data to obtain a full picture of the effects of in store and out-of-store marketing on point of purchase.(Kami juga menemukan bahwa mendapatkan perhatian di dalam toko tidak selalu cukup untuk meningkatkan penjualan.(Kami juga menemukan bahwa mendapatkan perhatianin-store tidak selalu cukup untuk mendorong penjualan. Misalnya, posisi teratas dan menengah rak mendapatkan perhatian lebih daripada posisi rak-rendah; namun hanya menggaris bawahi pentingnya menggabungkan jarak pandang-mata dan data pembelian untuk memperoleh gambaran penuh dari efekin-store dan out-of-store pemasaran pada titik pembelian). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Oghojafor Ben Akpoyomare, Ladipo Patrick Kunle Adeosun and Rahim Ajao Ganiyu pada tahun 2012 dengan judul “Pengaruh Atribut Produk terhadap Keputusan Pembelian Konsumen di http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 Industri Makanan dan Minuman Nigeria : Sebuah Studi Lagos Metropolis (The Influence of Product Attributes on Consumer Purchase Decision in the Nigerian Food and Beverages Industry: A Study of Lagos Metropolis)”. Hasil penelitian menunjukkan atribut produk (variabel X) berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian (variabel Y). Penelitian yang dilakukan oleh Yonanda (2012) berjudul : Pengaruh Citra Merek (brand image) terhadap keputusan pembelian handphone Blackberrry. Hasil penelitian bahwa citramerek (brand image) yang terdiri dari : citra pembuat (corporate image), citra pemakai (user image) dan citra produk (product image) berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen dalam melakukan pembelian handphone Blackberry. Lebih lanjut Heni Pujiastuti yang meneliti mengenai Pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian telepon seluler merek Nokia, dimana hasil penelitian bahwa citra merek, citra pembuat dan citra pemakai berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen dalam membeli Hp Nokia. Adelina, Rosa (2010) yang menelitian mengenai pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian konsumen Pizza Hut Semeru Malang, dari hasil analisis menunjukkan bahwa brand image memiliki pengaruh secara simultan dan parsial terhadap keputusan pembelian konsumen Pizza Hut Semeru Malang. Kemudian dapat diketahui bahwa citra produk dari brand image memiliki pengaruh dominan dibanding dengan variabel bebas yang lain. Secara keseluruhan variabel bebas yaitu citra perusahaan, citra pemakai dan citra poduk memiliki kontribusi terhadap variabel terikat yaitu keputusan pembelian sebesar 52,9%. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 Hasil dari penelitian ini dapat digunakan dalam strategi pemasaran, dan sebaiknya perusahaan menjaga brand image agar mempengaruhi keputusan pembelian pada konsumen. Maria Tri Haryani (2013) Pengaruh Kualitas Produk dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian ACCU NS . Pada penelitian tersebut dengan banyaknya responden yang mengatkan setuju untuk membeli kembali ACCU NS dan mereferensikan kepada teman. Dapat dilihat bahwa kualitas prodk ACCU NS yan dihasilkan telah mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap ACCU NS. Tommy Tansir (2012) analisis pengaruh brand image terhadap perilaku konsumen dalam membeli produk Blackberry pada perusahaan Rubby Celluler di Makassar. Berdasarkan hasil pengujian regresi linear berganda maka diketahui bahwa variable citra pembuat, citra produk dan citra pemakai mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumen dalam membeli handphone Blackberry di Makassar. Alfian B (2012) Pengaruh citra merek (brand image) terhadap pengambilan keputusan terhadap pembelian mobil toyota kijang innova pada PT.HADI KALLA CABANG POLMAN. Keunggulan asosiasi merek, dan keunikan asosiasi merek mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian mobil Toyota. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 2.3 Kerangka Pemikiran Salah satu yang mempengaruhi keputusan setiap pembeli dalam memilih produk UKM adalah brand image. Menurut Keller dalam Bayu (2010) yang mengatakan bahwa brand image berkaitan dengan anggapan tentang merek yang direfleksikan konsumen yang berpengaruh pada ingatan konsumen. Sedangkan komponen brand image dapat dibedakan atas 3 bagian yaitu citra pembuat (corporate image), citra pemakai (user image), dan citra produk (product image). Sedangkan penelitian yang sebagaimana dilakukan oleh Oghojafor Ben Akpoyomare, Ladipo Patrick Kunle Adeosun and Rahim Ajao Ganiyu pada tahun 2012 dengan judul “Pengaruh Atribut Produk terhadap Keputusan Pembelian Konsumen di Industri Makanan dan Minuman Nigeria penelitian menunjukkan ada pengaruh antara citra pembuat, citra pemakai dan citra produk terhadap keputusan nasabah dalam memilih produk tabungan. Demikian halnya dengan UKM Gallery SMESCO Jakarta, dimana dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Sehingga salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah konsumen adalah faktor citra merek. Sedangkan penelitian ini dilakukan dengan mengambil produk UKM, alasannya karena produk UKM paling banyak diminati oleh konsumen. Dalam hubungannya dengan uraian tersebut diatas maka akan disajikan kerangka pikir dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 Gambar 2.1.Kerangka Konseptual BRAND IMAGE ( X1 ) H1 KEPUTUSAN PEMBELIAN H3 (Y) KUALITAS PRODUK H2 ( X2 ) 2.4 Hipotesis Sehubungan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : 1) Diduga bahwa Citra Merk produk mempunyai pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian produk di UKM Gallery SMESCO Jakarta. 2) Diduga bahwa Kualitas produk mempunyai pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian produk UKM di Gallerry SMESCO Jakarta. 3) Diduga bahwa kualitas produk dan citra merek berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pembelian. http://digilib.mercubuana.ac.id/