BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara
berkembang. Penyakit diare merupakan penyebab kedua terbanyak kematian pada
anak di bawah lima tahun (balita) dan menyebabkan kematian sekitar 760.000
anak setiap tahun. Selain itu, penyakit diare juga merupakan penyebab utama
kekurangan gizi pada anak balita. Secara global, terdapat 1,7 miliar kasus
penyakit diare setiap tahun. Mortalitas akibat diare dikarenakan dehidrasi parah
dan kehilangan cairan (WHO, 2013). Pada tahun 2008, penyakit diare terjadi di 15
provinsi di Indonesia dengan jumlah penderita 8.443 orang dan jumlah kematian
209 orang. Tingginya angka kematian yang diakibatkan penyakit diare
mengakibatkan keprihatinan masyarakat indonesia dan juga menjadi masalah
nasional yang perlu dilakukan penanganan secara serius (Depkes, 2008).
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air
besar lebih dari biasa, yaitu tiga kali atau lebih dalam sehari (WHO, 2013). Salah
satu manifestasi patofisiologis diare adalah meningkatnya motilitas usus sebagai
akibat kontraksi pada otot polos usus (Spruill dan Wade, 2008; Sherwood, 2001)
yang terjadi akibat dari stimulasi asetilkolin yang mengaktifkan reseptor
muskarinik (M1 dan M3) (Nugroho, 2012). Secara endogen, prostaglandin E2
(PGE2) dihasilkan oleh lapisan epitel pada saluran pencernaan (Calder, 2009)
berperan mengkontraksikan otot longitudinal pada usus (Katzung, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Aktivitas berlebihan sistem saraf parasimpatis pada otot polos usus juga berperan
penting pada meningkatnya motilitas usus (Neal, 2005), sehingga diperlukan obat
antispasmodik yang dapat menurunkan motilitas usus seperti atropin. Selain
menggunakan obat antispasmodik, pengobatan juga dapat menggunakan tanaman
obat yang harganya lebih murah dan mudah didapat, serta juga diyakini
mempunyai efek samping yang lebih kecil dibandingkan obat antispasmodik
modern.
Indonesia terkenal sebagai negara yang memiliki jumlah tanaman obat
yang beraneka ragam. Tanaman obat sudah dikenal sejak lama sebagai bahan
pengobatan herbal (Suparni, 2012). Salah satu kelompok tanaman obat yang
berpotensi untuk pengobatan herbal adalah suku Scropulariaceae yang memiliki
aktivitas farmakologi meliputi anti sesak napas (Channa dan Dar, 2012),
antispasmodik, antikolinesterase, antiulserogenik, antileismania (Bammidi, et al.,
2011) dan antidiare (Hossain, et al., 2012).
Pugun Tanoh (Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.) termasuk suku
Scropulariaceae yang sering digunakan oleh masyarakat Desa Tiga Lingga,
Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara untuk mengobati sesak napas, batuk
rejan, kudis, memar, bengkak, cacingan, dan sakit perut (Agromedia, 2008).
Masyarakat di kota maluku menggunakan pugun tanoh untuk mengobati kolik dan
malaria (Proseanet, 2009). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Pugun tanoh
juga mempunyai efek penyembuhan luka bakar (Shubhiya, 2013), antiinflamasi
(Juwita, 2009) dan antidiabetes (Sitorus, 2012).
Universitas Sumatera Utara
Aktivitas farmakologi Pugun Tanoh dalam menurunkan kontraksi otot
polos usus belum diuji secara ilmiah, oleh karena itu peneliti melakukan evaluasi
terhadap efek ekstrak Pugun Tanoh terhadap kontraksi otot polos pada ileum.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan pada penelitian ini
adalah:
a. Apakah ekstrak etanol daun Pugun Tanoh (EEPT) memiliki efek relaksasi
terhadap kontraksi otot polos ileum marmut terisolasi yang diinduksi oleh
asetilkolin?
b. Apakah EEPT konsentrasi tertentu memiliki kemampuan yang tidak berbeda
dengan atropin sulfat dalam menurunkan kontraksi otot polos ileum marmut
terisolasi yang diinduksi oleh asetilkolin?
c. Apakah mekanisme kerja efek relaksasi EEPT melalui penghambatan produksi
prostaglandin E2 (PGE2)?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Ho : Ekstrak etanol daun Pugun Tanoh (EEPT) tidak memiliki efek relaksasi
terhadap kontraksi otot polos ileum marmut terisolasi yang diinduksi oleh
asetilkolin.
Universitas Sumatera Utara
Ha : Ekstrak etanol daun Pugun Tanoh (EEPT) memiliki efek relaksasi
terhadap kontraksi otot polos ileum marmut terisolasi yang diinduksi oleh
asetilkolin.
b. Ho : Ekstrak etanol daun Pugun Tanoh konsentrasi tertentu memiliki
kemampuan yang berbeda dengan atropin sulfat dalam menurunkan
kontraksi otot polos ileum marmut terisolasi yang diinduksi oleh
asetilkolin.
Ha : Ekstrak etanol daun Pugun Tanoh konsentrasi tertentu memiliki
kemampuan yang tidak berbeda dengan atropin sulfat dalam menurunkan
kontraksi otot polos ileum marmut terisolasi yang diinduksi oleh
asetilkolin.
c. Ho : Mekanisme kerja efek relaksasi EEPT tidak melalui penghambatan
produksi prostaglandin E2 (PGE2).
Ha : Mekanisme kerja efek relaksasi EEPT melalui penghambatan produksi
prostaglandin E2 (PGE2).
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bahwa ekstrak etanol daun Pugun Tanoh (EEPT) memiliki
efek relaksasi terhadap kontraksi otot polos ileum marmut terisolasi yang
diinduksi oleh asetilkolin.
b. Untuk membandingkan efek relaksasi EEPT dengan atropin sulfat dalam
menurunkan kontraksi otot polos ileum marmut terisolasi yang diinduksi oleh
asetilkolin.
Universitas Sumatera Utara
c. Untuk menguji mekanisme kerja efek relaksasi EEPT melalui penghambatan
produksi prostaglandin E2 (PGE2).
1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Diperoleh bukti ilmiah tentang efek relaksasi ekstrak etanol daun Pugun Tanoh
(EEPT) terhadap kontraksi otot polos ileum marmut terisolasi yang diinduksi
oleh asetilkolin.
b. Dapat diketahui perbandingan EEPT dengan atropin sulfat dalam menurunkan
kontraksi otot polos ileum marmut terisolasi yang diinduksi oleh asetilkolin.
c. Diperoleh informasi tentang mekanisme kerja efek relaksasi EEPT melalui
penghambatan produksi prostaglandin E2 (PGE2).
Universitas Sumatera Utara
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada skema dibawah ini :
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Parameter
-
Karakteristik
Simplisia
Serbuk Simplisia
daun Pugun
Golongan
senyawa kimia
Ekstrak Etanol
daun Pugun
Tanoh
konsentrasi
Kontraksi atau
relaksasi otot
polos ileum
marmut terisolasi
Mikroskopik
Makroskopik
Kadar air
Kadar sari yang larut
dalam etanol
- Kadar sari yang larut
dalam air
- Kadar abu total
- Kadar abu yang tidak larut
dalam asam
-
Alkaloid
Flavonoid
Saponin
Tanin
Glikosida
Antrakuinon
Steroid/Triterpenoida
Nilai tegangan kontraksi
atau relaksasi otot polos
ileum marmut terisolasi
Gambar 1.1 Skema kerangka pikir penelitian
Universitas Sumatera Utara
Download