Gas Metana, from zero to HERO Perubahan iklim telah menjadi masalah bagi seluruh umat manusia saat ini. Bagaimana tidak, perubahan iklim telah menyebabkan banyak negara di dunia mengalami bencana yang tidak disangka-sangka. Pemanasan global sebagai salah satu penyebab perubahan iklim mengakibatkan naiknya suhu udara dan menyebabkan berbagai persoalan yang diakibatkan tidak seimbangnya alam. Angin topan, hujan secara terus-menerus sehingga mengakibatkan banjir, naiknya permukaan air laut adalah sebagian dampak dari pemanasan global. Mengapa pemanasan global terjadi? Sebenarnya pemanasan global atau istilah umumnya adalah global warming telah lama didengungkan. Peristiwa ini terjadi akibat efek gas rumah kaca yaitu gas hasil pembakaran atau hasil dari metabolisme yaitu berupa gas CO2, CH4 dan NOX telah melebihi ambang batas kewajaran. Mahluk fotosintetik tidak mampu lagi mengolah gas-gas ini, sehingga gas-gas tersebut kemudian mengumpul pada lapisan atmosfer dan mencegah panas radiasi matahari keluar dari atmosfer bumi, maka terjadilah kenaikan suhu dipermukaan bumi seperti yang terjadi pada rumah kaca, oleh karena itu gas-gas tersebut dikenal sebagai gas rumah kaca. Gambar 1. Efek rumah kaca (ulincool.wordpress.com) CH4 atau gas metana dikenal sebagai salah satu gas yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas ini umumnya dihasilkan sebagai produk samping dari peristiwa metanogenesis yang dilakukan oleh bakteri-bakteri metanogenesis. Kebanyakan gas metana dihasilkan dari kotoran-kotoran yang berasal dari hewan karena kotoran-kotoran tersebut adalah medium yang cocok untuk bakteri-bakteri metanogenesis. Bakteri-bakteri tersebut memanfaatkan sisa-sisa karbohidrat, protein dan lemak yang ada pada kotoran secara anaerobik untuk tumbuh dan berkembang. Melalui peristiwa metanogenesis, bakteri-bakteri tersebut berhasil membentuk makanannya sendiri dan menghasilkan gas metana sebagai produk samping. Dengan bertambahnya penduduk manusia dan meningkatnya jumlah konsumsi daging ternak, maka bertambahlah produksi gas metana yang dihasilkan, sehingga semakin banyak gas metana yang dilepaskan semakin besar resiko terjadinya pemanasan global. Akan tetapi, akhir-akhir ini gas metana banyak dimanfaatkan oleh manusia. Karena sifatnya yang mudah terbakar, gas metana dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Oleh manusia, gas metana yang dihasilkan dari peristiwa metanogenesis dengan sengaja ditangkap dan dikumpulkan. Hal ini dilakukan selain mengurangi efek rumah kaca juga diperoleh manfaat yaitu sumber energi alternatif. Bahkan untuk memperoleh gas metana yang lebih banyak dan cepat, kadang kala manusia melakukan rekayasa terhadap pertumbuhan dan perkembangan dari bakteri penghasil gas metana. Manusia membuat suatu wadah tertutup sehingga udara sedikit atau tidak dapat masuk ke dalam wadah. Hal ini sengaja dilakukan untuk mengoptimalkan peristiwa yang disebut fermentasi anaerobik, yaitu peristiwa dimana bakteri anaerobik mendapatkan mengolah makanannya secara optimal dengan tanpa adanya oksigen. Dengan terjadinya peristiwa ini, gas metana yang dihasilkan lebih optimal. Gas metana kemudian dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk generator sehingga generator dapat bergerak dan menghasilkan listrik atau dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar kompor gas. Karena dimanfaatkan sebagai bahan bakar selanjutnya gas metana dikenal sebagai biogas. Oleh para peneliti, peristiwa metanogenesis yang melibatkan konsorsium bakteri kemudian dikembangkan untuk pengolahan limbah organik yang diperoleh dari limbah rumah tangga, restoran maupun hotel yang kebanyakan dari kandungan limbah ini adalah berupa sisa-sisa makanan atau limbah organik lainnya seperti limbah pertanian. Proses degradasi atau dekomposisi limbah organik melalui proses fermentasi secara anaerobik ini dapat menghasilkan kandungan gas metana lebih dari 50% dari gas yang dihasilkan sehingga gas ini bisa langsung dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Untuk dapat memproduksi biogas sebanyak-banyaknya maka dilakukan peningkatan skala yaitu ke skala industri. Untuk produksi biogas pada skala industri digunakan limbah organik yang sangat banyak dan untuk menampungnya maka dibuat juga wadah yang sangat besar. Wadah dalam skala industri dikonstruksi dan dikontrol sedemikian mungkin sehingga kondisi di dalam wadah menjadi kondisi optimum bagi bakteri metanogenesis untuk tumbuh dan berkembang dan menghasilkan biogas secara maksimal. Wadah tersebut dikenal dengan istilah bioreaktor atau biodigester. Biogas hasil produksi ditampung pada wadah yang juga sangat besar lalu dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik ataupun didistribusikan untuk kebutuhan bahan bakar rumah tangga. Adapun dalam skala industri, selain memperoleh keuntungan dari produksi biogas sebagai bahan bakar alternatif, sisa hasil dari proses fermentasi tersebut juga dapat digunakan sebagai pupuk organik. Gambar 2. Wadah penampung biogas (IUT Global Pte Ltd) Oleh karena itu, selain mengurangi efek rumah kaca dengan memanfaatkan gas metana sebagai sumber energi alternatif, menggunakan limbah organik baik itu adalah limbah rumah tangga atau limbah pertanian sebagai material dasar dalam menghasilkan gas metana dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat penumpukan sampah dan mengurangi penggunaan areal untuk penampungan sampah. Selain itu juga diperoleh manfaat berupa sisa hasil fermentasi limbah organik tersebut dapat digunakan sebagai pupuk organik. Keadaan ini adalah sangat cocok apabila diaplikasikan di Indonesia. Maka daripada itu, pandangan orang masa kini telah berubah. Gas metana yang dulunya dibenci karena menyebabkan efek rumah kaca, sekarang malah akan dicari oleh banyak orang oleh karena manfaatnya sebagai sumber bahan bakar alternatif dan keuntungan lainnya secara tidak langsung. Khairul Anam Mahasiswa Pasca Sarjana IPB Program Studi Bioteknologi