KASUS GAGAL JANTUNG KELOMPOK 5 HESTI RIANA SARI REZEKILAH SHINTA CHRISTIANI SUBJECT Jantung berdebar Sesak nafas OBJECT RAD+RVH Cardiomegali 60% Nadi 88 x/menit-1 (N: 80 x/menit-1) RR 21 x/menit-1 (20 x/menit-1) TD = 110/80 mmHg Cl = 91,1 mmol/L (N=101-111 mmol) PROBLEM MEDIK Gagal jantung stadium C ASSESMENT PLAN & MONITORING Obat yang diberikan: 1. Lasix (Furosemid), IV 1-0-0 Mek: menghambat reabsorbsi Na dan Cl pada lengkung henle dan tubulus distal, mempengaruhi sisem kotransport ikatan Cl sehingga meningkatkan ekskresi air, Na, Cl dan Mg. KI: hipersensitif terhadap furosemid dan sulfonilurea, anuria, koma hepatikum. ES: hipotensi ortostatik, gangguan GI, penglihatan kabur, sakit kepala. IO: ACEI (meningkatkan efek hipotensi dari ACEI). 2. Spironolakton, PO, 1-0-1 Mek: bersaing dengan aldosteron pada reseptor di tubulus distal ginjal, meningkatkan NaCl dan ekskresi air selama konversi ion K+ dan H+ juga dapat memblok efek aldosteron pada otot polos arteriolar. KI: hipersensitif, insufisiensi ginjal akut, hiperkalemia, hamil. Lanjutkan terapi dengan Lasix (Furosemid) 20 mg, IV, 1-0-0. Kombinasi diuretik baik digunakan pada pasien gagal jantung stadium C dimana dapat menghilangkan udem perifer pada pasien gagal jantung (DiPiro, 191). Spironolakton tetap digunakan karena merupakan first line terapi untuk pasien gagal jantung stadium c dimana dapat menginhibisi ventricular remodeling (DiPiro, 195). Spirola (Spironolakton) 25 mg, PO, 01-0. Pemberian obat diberikan siang hari karena jika malam hari akan mengganggu kenyamanan pasien. Kombinasi valsartan dan spironolakton menyebabkan terjadinya hiperkalemia namun hal ini dapat dicegah dengan kombinasi menggunakan furosemid dimana dapat menyebabkan hipokalemia (interaksi yang menguntungkan) (DIH, 2009). ES: ginekomastia, gangguan GI, perdarahan pasca menopause, IO: ACEI, diuretik hemat kalium, suplemen kalium. 3. Valsartan, PO, 1x1 Mek: menggeser angiotensin II dari reseptor angiotensin I dan menghasilkan efek penurunan tekanan darah melalui mengantagonis vasokontriksi yang diinduksi angiotensin I, pembebasan aldosteron, katekolamin vasopresin arginin, pengambilan air dan respon hipertropik. KI: hipersensitif, hamil dan laktasi. ES: pusing (17%), peningkatan BUN (17%). IO: ACEI, diuretik hemat kalium, suplemen kalium, litium. 4. ISDN, PO, 3x1 Mek: menstimulasi c-GMP intraseluller sehingga dapat menyebabkan relaksasi otot polos baik pada arteri maupun vena. Menurunkan tekanan ventrikel kiri (preload) dan dilatasi arterial sehingga menurunkan resistensi arterial (afterload). Hal ini akan dapat menurukan kebutuhan oksigen sekaligus adanya dilatasi arteri koroner akan memperbaiki aliran darah pada daerah sistemik. KI: anemia, hindari penggunaan sildenafil, tadalafil, vardenafil, trauma kepala, perdarahan otak. Valsartan tetap dilanjutkan karena termasuk 2nd line untuk menggantikan ACEI sebagai 1st line. ACEI tidak diberikan karena pasien mengeluh mengalami batuk, dikhawatirkan jika ACEI diberikan akan memperparah batuk akibat adanya ESO (DiPiro, 190). Sedangkan untuk β bloker tidak digunakan karena dapat menyebabkan hipoglikemia pada pasien HF dengan DM (DiPiro, 198). Valsartan-NI, PO, 1-0-0. ISDN tetap digunakan apabila sewaktu-waktu terjadi serangan. Isorbid (Isosorbide dinitrate) 5 mg, PO, 3x1, Prn S.L Monitoring: TD ≤ 140/90 mmHg RR 20/menit Nadi 80/menit Kadar kalium (interaksi ARB+spironolakton) Gejala mual dan muntah ES: gangguan GI, sakit kepala, hipotensi postural. IO: meningkatkan efek hipotensi dengan antihipertensi, alkohol, β-bloker Pasien mendapatkan terapi paracetamol, tetapi obat ini tidak tepat karena pasien tidak mengalami demam dimana pada hasil pemeriksaan fisik, suhu tubuh pasien masih dalam rentang normal yaitu 3637 °C. Pasien menderita DM tipe 2 yang telah diterapi namun tidak adekuat Glucobay memiliki efek samping gangguan gastrointestinal yang tinggi sehingga sebaiknya dihentikan 5. Paracetamol, PO, 3x1 Mek: bekerja secara langsung pada pusat pengatur panas di hipotalamus dan menghambat sintesa prostaglandin di SSP. KI: hipersensitif. ES: gangguan fungsi hati (pada dosis besar dan penggunaan jangka lama) IO: antikonvulsan, barbiturat, isoniazid, vitamin K 6. Oksigen (O2) Penggunaan oksigen sudah tepat untuk menangani sesak nafas yang dialami pasien, namun jika pernafasan kembali normal maka tidak perlu dilanjutkan pengunaannya. 7. PZ life time Pengunaan sudah tepat untuk mencegah kehilangan elektrolit. Untuk selanjutnya tidak perlu diberikan. (DIH, 2009) Kaki kanan sulit digerakka n Gula puasa 263 mg/dL (N: 76110 mg/dL) Gula 2 Diabetes Mellitus Tipe II Obat yang telah diberikan: 1. Glucodex (Gliclazide), PO, 01-0 Mek: menstimulasi dengan pelepasan insulin dari sel β-pankreas, untuk jam PP 275 mg/dL (N: 90130 mg/dL) Gula acak 216 mg/dL (N: 100-140 mg/dL mengurangi output glukosa dari hati, menurunkan konsentrasi glukosa plasma. KI: DM tipe I, diabetik ketoasidosis, hipersensitif terhadap sulfonilurea, gangguan ginjal atau hati, wanita hamil dan menyusui. ES: gangguan gastrointestinal (nyeri, mual, diare, konstipasi), ruam kulit, pusing dan sakit kepala. IO: interaksi dengan insulin dapat menyebabkan hipoglikemia 2. Glucobay (Acarbose), PO, 3x1 Mek: menghambat enzim α-amilase pankreas sehingga secara keseluruhan menghambat pencernaan dari absorpsi karrbohidrat. KI: hipersensitif terhadap acarbose, diabetik ketoasidosis, obstruksi usus parsial atau keseluruhan, penyakit usus kronis lainnya. ES: diare (31%), nyeri perut (19%), perut kembung (74%) IO: kortikosteroid, digoksin 3. Novomix 20 IU, SC, 1-0-1 Mek: bekerja melalui reseptor membran jaringan target dengan memfasilitasi masukkan glukosa ke dalam otot adiposa dan jaringan lainnya KI: hipoglikemia ES: hipoglikemia, edema pengunaannya (DIH, 2009). Pasien HF dengan komplikasi DM pengobatan yang direkomendasikan adalah golongan biguanid dan tiazolidindion. Namun tiazolidindion tidak dapat diberikan pada pasien gagal jantung stadium C karena menyebabkan retensi garam dan cairan serta meningkatkan perburukan gagal jantung. Oleh karena itu obat Glucodex (Gliclazide) diganti dengan obat golongan Biguanid yaitu Metformin (Glucophag) 500 mg, PO, 0-1-1 untuk mengobati pasien DM tipe 2 yang dikombinasi dengan insulin, karena umumnya terapi untuk DM tipe 2 menggunakan terapi kombinasi antara obat-obatan antihiperglikemik oral dan insulin. Metformin dapat meningkatkan sensitivitas insulin baik di hati maupun di jaringan perifer sehingga menyebabkan peningkatan uptake glukosa (Dipiro, 194). Terapi Insulin tetap diberikan namun diganti dengan insulin long acting (Lantus) untuk pasien geriatri sehingga kadar glukosa darah tetap terkontrol dan pemberian obat dalam frekuensi yang rendah (1x1 sebelum tidur). Mekanisme : bekerja melalui reseptor ikatan membran jaringan target untuk metabolisme KH, protein, lemak, dan memfasilitasi masukan (DIH, 2009) glukosa kedalam jaringan lemak dan otot adiposa, menghambat produksi glukosa hepatik, menghambat lipolisis dan proteolsis dan meningkatkan sintesis protein (DiPiro, 1216). Monitoring: Gula puasa 76-110 mg/dL Gula 2 jam pp 90-130 mg/dL Gula acak 100-140 mg/dL Hipogelikemia (lemah, lesu, pusing) Batuk Tengg orokan perih - Batuk Mual Munta - Mual h Batuk yang terjadi disebabkan karena adanya gangguan pada sistem pernafasan akibat adanya penumpukan cairan di paru-paru (edema). Obat yang telah diberikan: Fluimucyl (Asetilsistein), PO, 3x1 Mek: mengurangi visikositas sekret dengan memecah ikatan disulfida pada mukoprotein, memfasilitasi pengeluaran sekret melalui batuk (DIH) KI: hipersensitif ES: reaksi anafilaksis (17%), IO: Mual yang terjadi dapat disebabkan karena efek samping obat Glucobay yang dikonsumsi sebelumnya. Obat yang telah diberikan: Ranitidine, IV, 2x1 Mek: menghambat secara kompetitif histamin pada reseptor H2 sel-sel parietal lambung yang menghambat Hentikan penggunaan Fluimucyl karena pasien telah diberikan diuretik untuk mengurangi edema pada paru sehingga pasien tidak mengalami gangguan pernafasan lagi. Namun jika batuk sangat mengganggu dapat diberikan kembali. Fluimucyl (Asetilsistein) 200 mg, PO, 3x1,Prn. Hentikan penggunaan obat Rantidine karena obat yang menyebabkan mual telah dihentikan. - WBC 11700/L (N: 7,5 ± 3,5 x 109/L) Urine leukosit 1012/lps (N: 01/lps) Urine epitel 3-6/lps (N: 0-1/lps) ISK sekresi asam lambung dan konsentrasi H+ berkurang (DIH). KI: hipersensitif ES: gangguan gastrointestinal, sakit kepala, ruam kulit, IO: obat antijamur, cefpodoxime, cefuroxime Obat yang diberikan: Ceftriaxone, IV, 2x1 Mek: menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan berikatan dengan satu atau lebih ikatan protein penisilin yang selanjutnya akan menghambat tahap transpeptidase sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri sehingga menghambat biosintesis dinding sel bakteri (American Pharmacist Association, 2009). KI: hipersensitif terhadap sefalosporin, ES: indurasi, kehangatan, sesak (517%) IO: warfarin, garam kalsium, vaksin tifoid Ceftriaxone tidak tepat digunakan karena bukan merupakan lini pertama terapi ISK pada pasien geriatri sehingga sebaiknya diganti dengan Trimezol (Trimetroprim dan Sulfametoxazol) (DiPiro, hal 1904). Mek trimetropim: menghambat dihidrofolat reduktase, dan memblokade produksi dari asam tetrahidrofolik dari asam dihidrofolik. Mek Sulfametoksasol: menghambat sintesis bakteri dari asam dihidrofolat dengan berkompetisi dengan asam aminobenzoat. (DIH, 2009) Primadex, PO, 3x1. Setiap 1 DS (double strength) tablet ekuivalen dengan 400 mg Sulfametoxazol dan 80 mg Trimetroprim Monitoring: Dilakukan cek WBC, urine epitel, urine leukosit. Jika sudah normal maka pengobatan dihentikan tetapi jika belum normal maka pengobatan dilanjutkan. TERAPI NON FARMAKOLOGI DM 1. 2. HT 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. HF Mengurangi konsumsi karbohidrat berlebih (45-65% per hari) Olahraga teratur (latihan aerobik meningkatkan resistensi insulin, mengontrol glikemia, mengurangi faktor resiko kardivaskular) (30 menit/hari, 3 kali seminggu) (DiPiro, 1215) Mengontrol asupan garam (2,3 g/hari) Konsumsi kalium (buah dan sayuran 4,7 g/hari) pada pasien dengan fungsi ginjal normal Mengkonsumsi makanan yang kaya buah-buahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak Olahraga teratur (aerobik 30 menit/hari, hampir setiap hari dalam seminggu) Mengurangi konsumsi alkohol sebanyak 2 gelas (30 mL) (DiPiro, 149) Pembatasan cairan (maksimal 2L/ hari), agar tidak memperberat kerja jantung Diet Na sekitar 2-3gram/ hari Istirahat yang cukup pada pasien gagal jantung Olahraga teratur seperti berlari kecil dan bersepeda 20 menit per hari Kurangi makanan yang mengandung kalium seperti pisang KIE 1. 2. 3. 4. 5. Menjelaskan Lasix Spirola Valsartan-NI Isorbid Gluchopage pada pasien tentang cara pakai obat sebagai berikut: : IV/1 kali sehari pada pagi hari setelah makan : PO/1 kali sehari pada pagi hari setelah makan : PO/1 kali sehari pada pagi hari dengan atau tanpa makanan : PO/3 kali sehari bila perlu, diberikan pada saat perut kosong ½ jam sebelum makan : PO/2 kali sehari setelah makan pagi dan malam hari 6. 7. 8. Lantus : SC/1 kali sehari pada malam hari sebelum tidur Fluimucyl : PO/3 kali sehari bila batuk, diminum setelah makan Primadex : PO/3 kali sehari setelah makan Menjelaskan pada pasien terapi non farmakologi yang harus dijalani Menjelaskan tentang perlunya kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat untuk mendukung keberhasilan terapi Menjelaskan kepada pasien cara penggunaan insulin yaitu posisikan jarum suntik dengan sudut 90° atau tegak lurus. Bagian yang disuntikkan antara lain lipatan perut, lengan, paha dengan dicubit dan jarum diputar searah jarum jam secara perlahan