BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi sekarang ini berjalan dengan sangat cepat dan memegang peranan panting dalam berbagai aspek. Kemampuan dalam menyimpan dan mengingat informasi dapat dimanfaaatkan tanpa harus bergantung pada manusia. Dengan menyimpan informasi dan himpunan anatara penalaran yang memadai memungkinkan komputer memberikan kesimpulan atau mengambil keputusan yang kualitasnya sama dengan kemampuan seorang pakar bidang keilmuan tertentu. Dalam bidang kedokteran, saat ini sudah memanfaaatkan teknologi komputer yaitu sistem pakar untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Sistem pakar adalah suatu sistem yang dirancang untuk dapat menirukan keahlian seorang pakar dalam menjawab pertanyaan dan memecahkan suatu masalah. Dengan bantuan sistem pakar seseorang yang bukan pakar dapat menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah serta mengambil keputusan yang biasanya dilakukan oleh seorang pakar. Sebagai contoh dapat memberikan informasi yang akurat tentang keluhan masyarakat atau pasien yang menderita suatu penyakit dan dapat memberikan kesimpulan penyakit apa saja yang di derita oleh pasien tersebut, misalnya penyakit epilepsi yang diderita. Penyakit epilepsi yaitu jenis penyakit yang ada dalam otak atau pada sel saraf, kondisi ini dapat mengakibatkan seseorang mengalami kejang secara berulang. Kerusakan dan perubahan di dalam otak diketahui sebagai penyebab pada sebagian kecil kasus epilesi. Namun pada sebagian besar kasus yang pernah terjadi penyebab pastinya masih belum diketahui. Di 1 2 dalam otak manusia terdapat neuron sel-sel syaraf yang merupakan bagian dari sistem saraf. Setiap sel saraf saling berkomunikasi dengan menggunakan implus listrik. Penyakit epilepsi digolongkan dalam sindrom otak yang kronis dengan bermacam-macam etiologi yang menpunyai ciri adanya serangan parosismal dan berakibatnya terlepasnya muatan neuron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik serta laboratik [1]. Menurut data WHO (World Health Organization) menunjukkan epilepsi menyerang 70 juta dari penduduk dunia. Epilepsi dapat terjadi pada siapa saja di seluruh dunia tanpa batasan ras dan sosial ekonomi. Angka kejadian epilepsi masih tinggi terutama di negara berkembang yang mencapai 114 per 100.000 penduduk per tahun. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan dengan negara yang maju dimana angka kejadian epilepsi berkisar antara 24-53 per 100.000 penduduk per tahun. Angka prevalensi penderita epilepsi aktif berkisar antara 4-10 per 1000 penderita epilepsi. Jumlah penduduk Indonesia berkisar 220 juta, maka diperkirakan jumlah penderita epilepsi baru 250.000 per tahun. Dari berbagai studi diperkirakan prevalensi epilepsi berkisar antara 0,5-4%. Rata-rata prevalensi epilepsi 8,2 per 1000 penduduk. Prevalensi epilepsi pada bayi dan anak-anak cukup tinggi, sedangkan pada dewasa muda dan pertengahan mengalami penurunan, kemudian meningkat lagi pada kelompok usia lanjut [2]. Ilmu matematika Modern dengan bantuan seorang pakar dapat dijadikan suatu sistem yang mampu menghitung besarnya kemungkinan keberadaan suatu penyakit. Sistem pakar merupakan suatu program untuk meniru penalaran seorang pakar dengan keahlian pada suatu pengetahuan tertentu, misalnya akan membantu dokter untuk melakukan diagnosa terhadap pasien dengan lebih cepat, efektif dan efisien. Hal ini dapat mengurangi kesalahan dalam menetukan suatu jenis penyakit. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam sistem pakar antara lain sebagai berikut [3]: 3 1. Analytical hierarchy Process (AHP): metode yang tekniknya menganalisa suatu variabel dan membentuknya menjadi sebuah hiraki. 2. Dept first Search (DFS): melakukan penelusuran secara mendalam dari simpul akar bergerak turun ke tingkat dalam yang berurutan. 3. Breadth First Search (BFS): melakukan pencarian dimulai dari simpul akar yang ada pada setiap tingkat diuji sebelum pindah ketingkat selanjutnya. 4. Forward Chaining (pelacakan ke depan): memulai dari awal atau dengan sekumpulan data menuju kesimpulan di belakang.. 5. Backward Chaining (pelacakan ke belakang): kebalikan dari pelacakan kebelakang, memulai dari penalaran atau hipotesa menuju fakta-fakta pendukung. 6. Certainty Factor (Faktor kepastian): menganalisis informasi yang ada dengan ungkapan seperti mungkin, kemungkinan besar, hampir pasti dan pasti. 7. Fuzzy Tsukamoto: metode penarikan kesimpulan setiap konsukuen pada aturan yang berbentuk IF-THEN harus direpresentasikan dengan suatu himpunan sama dengan fungsi keanggotaan yang mononton. 8. Fuzzy Mamdani: metode yang sering digunakan dalam aplikasi karena strukturnya yang sederhana, yaitu menggunakan operasi MIN-MAX atau MAX-PRODUCT. 9. Fuzzy Sugeno: penalaran metode ini hampir sama dengan mamdani, hanya hasil konsekuen sistem tidak berupa himpunan fuzzy melainkan berupa konstanta atau persamaan linier. 10. Naive Bayes: asumsi yang sangat kuat akan independensi dari masingmasing kondisi atau kejadian. Semua metode sistem pakar memiliki kelebihan dan kekeurangan masing-masing serta memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Alasan menggunakan metode navie bayes dalam penarikan kesimpulan sistem pakar ini karena memiliki tingkat akurasi yang baik dibanding metode lain. Metode navie bayes sangat cocok karena sistem pakar penyakit epilepsi ini 4 memiliki data yang banyak sehingga memberikan kemudahan dalam menghitung serta menentukan kemungkinan jenis dan gejala penyakit yang ditimbulkan. Naive bayes mempunyai karakteristik seperti menghitung kemungkinan epilepsi untuk hipotesis menambah atau mengurangi tingkat kebenaran suatu hipotesis dan bisa menggabungkan pengetahuan sebelumnya dengan data uji coba, memprediksi banyak hipoteis sesuai beban probabilitas yang dihasilkan, dan terukur sebagai standar untuk metode klasifikasi lainnya. Dari penelitian sebelumnya yang berjudul ”sistem pakar diagnosa penyakit mata menggunakan metode naive bayes” yang ditulis oleh Wahyudi Setiawan dan Sofie Ratnasari. Penelitian ini membahas tentang aplikasi sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit mata. Data yang digunakan untuk penelitian terdiri dari 52 gejala dan 15 penyakit mata. Sistem pakar yang dibangun menggunakan metode naive bayes classifier. Terdapat dua tahapan kerja dari aplikasi ini. Pertama, sistem meminta pasien untuk menginputkan gejala-gejala yang dialami. Kedua, sistem akan secara otomatis menampilkan hasil diagnosis dari penyakit mata yang diderita oleh pasien melalui perhitungan naive bayes classifier. Hasil diagnosis sistem selanjutnya dibandingkan dengan hasil diagnosis dari pakar sebenarnya. Ujicoba sistem menggunakan data sebanyak 12 pasien penyakit mata. Dari hasil percobaan, prosentase kesesuaian diagnosis sebesar 83%. Dari penelitian tersebut di ambil kesimpulan bahwa metode naive bayes sangat cocok digunakan untuk membantu mendiagnosa suatu penyakit dikarenakan mempunyai asumsi tingkat akurasi yang tinggi dan menggunakan data yang valid [4]. Kekurangan metode naive bayes adalah asumsi independence antar atribut membuat akurasi berkurang karena biasanya ada keterkaitan. Oleh karena itu sistem pakar sangat penting dalam membantu memecahkan masalah di bidang-bidang spesialisasi tertentu, khususnya dalam mempermudah dan mempercepat proses mendiagnosa penyakit epilepsi 5 untuk mendapatkan solusi pencegahan terbaik maka penulis melakukan penelitian dan memcoba merancang, membangun serta menunangakannya dalam bentuk tugas akhir yang berjudul “Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Epilepsi Menggunakan Metode Naive Bayes Classifier”. 1.2 Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimana sistem pakar mampu membantu mendiagnosa jenis dan gejala penyakit epilepsi yang di alami oleh penderita dan menggunakan metode navie bayes sebagai penarikan kesimpulan terhadap penyakit epilepsi. 1.3 Batasan Masalah Agar tidak terlepas dari maksud dan tujuan maka penulis akan membatasi pokok permasalahan pada sebagai berikut: 1. Sistem pakar ini hanya membahas diagnosa penyakit epilepsi berdasarkan jenis dan gejala-gejalanya serta solusi penanganan dari penyakit tesebut. 2. Metode yang digunakan adalah metode navie bayes. 3. Perancangan sistem ini menggunakan bahasa pemrograman PHP dan database MySQL. 4. Data yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 72 gelaja dan 12 jenis penyakit epilepsi. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan metode naive bayes pada sistem pakar penyakit epilepsi untuk mendapatkan hasil kesimpulan sehingga dapat mempermudah bagi penderita penyakit epilepsi dalam mengetahui jenis dan gejala yang dialami dan dapat melakukan penanganan lebih lanjut terhadap penyakit ini. 6 1.5 Manfaat Penelitian Dari penelitian tugas akhir ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak, antara lain sebagai berikut: 1. Bagi Penulis a. Melengkapi tugas dan syarat kelulusan Strata-1 jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro. b. Menambah wawasan, pengetahuan pengalaman dan dapat menguji kemampuan peneliti untuk membuat suatu sistem pakar. c. Menerapkan ilmu yang telah didapat dari studi atau bangku kuliah secara langsung mulai dari penganalisa sistem atas dasar spesifikasi sampai pembuatan perangkat lunaknya. 2. Bagi Universitas Dian Nuswantoro a. Dalam laporan tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi acuan universitas untuk mengukur tolak ukur keberhasilan mahasiswa dalam pemahaman selama di bangku kuliah. b. Dapat mengtahui korelasi antara ilmu yang diberikan di bangku kuliah dengan kondisi industri kenyataannya. c. Sebagai bahan evaluasi di bidang akademik untuk perbaikan kurikulum. d. Dapat dijadikan referensi bagi mereka yang akan melakukan penelitian dalam bidang dan tema yang berbeda. 3. Bagi User (Pengguna) a. Memberikan kemudahan kepada orang awam untuk mendiagnosa penyakit epilepsi. b. Bagi penderita dan masyarakat selaku user bisa menggunakan sistem ini agar dapat mengetahui lebih dini jenis dan gejalagejala penyakit epilepsi. 7 c. Dapat melakukan penanganan lebih lanjut terhadap penyakit ini setelah mengetahui jenis dan gejala penyakit epilepsi yang dialami.