BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu aktivitas yang penting bagi perusahaan, karena setiap perusahaan ingin bertahan dan terus berkembang. Tetapi seringkali masyarakat awam menyamakan pemasaran dengan penjualan. Pandangan semacam ini perlu diubah. Karena penjualan hanya merupakan salah satu aspek dari pemasaran. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pemasaran, maka penulis mengutip beberapa pendapat pakar pemasaran, yaitu: Kotler-Keller (2009;6) yang dialihbahasakan oleh Molan mendefinisikan pemasaran adalah : Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Definisi lain dari pemasaran menurut Stanton yang di kutip oleh Swastha (2010;5) mengungkapkan bahwa : Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Dari beberapa pendapat di atas pada dasarnya pengertian dari pemasaran tidak jauh berbeda. Pemasaran tidak terbatas pada kegiatan yang dijalankan perusahaan, tetapi diarahkan untuk menciptakan pertukaran antara perusahaan dengan pelanggan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. 7 8 2.2 Pengertian Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan bagian dari aktivitas pemasaran yang mempunyai peranan yang cukup penting dalam mempengaruhi konsumen untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi bauran pemasaran menurut beberapa ahli: Kotler-Keller (2009;17) yang di alih bahasakan oleh Molan, yaitu : Bauran Pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran merupakan seperangkat alat yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi konsumen terhadap keputusan pembelian di pasar. Juga dapat mempengaruhi permintaan terhadap produknya dan perangkat tersebut akan menentukan tingkat keberhasilan pemasaran bagi perusahaan, dan ditujukan untuk dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Perangkat dari bauran pemasaran menurut McCarthy (dalam Kotler 2005;18) diklasifikasikan menjadi 4P yaitu (Product, Price, Place, Promotion). Adapun pengertian dari masing – masing bauran pemasaran adalah sebagai berikut : 1. Produk (Product) Penawaran yang berwujud dari perusahaan kepada pasar yang mencakup keragaman produk, kualitas produk, design, ciri, warna merek, kemasan, ukuran, pelayanan, garansi dan imbalan. 2. Harga (Price) Sejumlah uang yang dibayar pelanggan untuk produk tertentu. Perusahaan menentukan harga seperti memberikan daftar harga, diskon, potongan harga khusus, periode pembayaran, syarat kredit. 3. Distribusi (Place) Suatu tempat yang digunakan untuk melakukan berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk dan produk tersebut dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran, yaitu dengan meyediakan saluran 9 pemasaran, cakupan transportasi. pasar, pengelompokan, lokasi, persediaan, 4. Promosi (Promotion) Meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran. Promosi penjualan, periklanan, tenaga penjual, public relation, pemasaran langsung. Menurut Tjiptono (2009;145) di dalam perusahaan jasa bauran pemasaran ditambah menjadi 7P, adapun 3P itu adalah : 5. Orang (People) Perusahaan dapat membedakan dirinya dengan cara merekrut dan melatih karyawan yang lebih mampu dan lebih dapat diandalkan dalam berhubungan dengan pelanggan, dari pada karyawan pesaingnya. 6. Lingkungan Fisik (Physical Environment) Perusahaan jasa dapat mengembangkan lingkungan fisik yang lebih atraktif. 7. Proses (process) Perusahaan jasa dapat merancang proses penyampaian jasa yang superior, misalnya home banking yang dibentuk oleh bank tertentu. 2.3 Jasa 2.3.1 Pengertian Jasa Dalam pemasaran terdapat dua macam pemasaran, yaitu pemasaran produk dan pemasaran jasa. Pemasaran pada mulanya berkembang dari penjualan produk fisik, sementara itu pertumbuhan jasa yang luar biasa mendorong timbulnya perhatian pada industri jasa. Beberapa definisi Jasa menurut para pakar, adalah: Kotler-Keller (2009:111) menyatakan bahwa : Jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu. Produksinya mungkin saja terkait atau mungkin juga tidak terkait dengan produk fisik. Menurut Zeithaml dan Bitner yang dikutip oleh Alma (2009:243) : Jasa adalah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk dikonsumsi secara bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan 10 nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan, santai, sehat) bersifat tidak berwujud. Dari definisi tersebut Kotler menyatakan bahwa jasa pada dasarnya merupakan suatu yang tidak berwujud, yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Dalam memproduksi suatu jasa dapat menggunakan bantuan suatu produk fisik tetapi bisa juga tidak. Disamping itu juga jasa tidak mengakibatkan peralihan hak suatu barang secara fisik atau nyata, jadi jika seseorang pemberi jasa memberikan jasanya kepada orang lain, maka tidak ada perpindahan hak milik secara fisik. 2.3.2 Karakteristik Jasa Jasa memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dari produk berupa barang dan berdampak pada strategi mengelola dan memasarkannya. Karakteristik jasa menurut Kotler-Keller (2009;112) : 1. Tidak Berwujud (intangibility) Berbeda dari produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum dibeli. Orang yang menjalani operasi wajah tidak dapat melihat hasilnya yang sesungguhnya sebelum ia membeli jasa tersebut, dan pasien di ruang praktik psikiater tidak dapat mengetahui hasil yang sesungguhnya 2. Tidak Terpisahkan (inseparability) Biasanya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Hal ini tidak berlaku bagi barang – barang fisik, yang diproduksi, disimpan sebagai persediaan, didistribusikan melalui banyak penjual, dan dikonsumsi kemudian. 3. Bervariasi (variability) Karena tergantung pada siapa memberikannya dan kapan dan di mana diberikan, jasa sangat bervariasi. Beberapa dokter memiliki keramahan sangat baik dengan pasien, yang lain kurang sabar dengan pasien – pasiennya. 4. Tidak tahan lama (perishability) Jasa tidak dapat disimpan. Sifat jasa yang mudah rusak (perishability) tersebut tidak akan menjadi masalah apabila permintaan tetap berjalan lancar. Jika 11 permintaan berfluktuasi, perusahaan – perusahaan jasa menghadapi masalah yang rumit. Jadi dari pendapat Kotler di atas, dapat disimpulkan bahwa jasa memiliki karkteristik yang berbeda dengan barang berwujud. Hal ini berakibat bahwa dalam pemasarannya jasa akan memerlukan penanganan yang berbeda. 2.3.3 Klasifikasi Jasa Sebagai konsekuensi dari adanya berbagai macam variasi bauran antara barang dan jasa di atas, maka sulit untuk menggeneralisir jasa bila tidak melakukan pembedaan lebih lanjut. Banyak pakar yang melakukan klasifikasi jasa, di mana masing-masing ahli menggunakan dasar pembedaan yang disesuaikan dengan sudut pandangnya masing-masing. Secara garis besar, klasifikasi jasa dapat dilakukan berdasarkan tujuh kriteria menurut Lovelock yang dikutip oleh Tjiptono (2006;8) yaitu : 1. Segmen pasar Berdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa yang ditujukan pada konsumen akhir (misalnya taksi, asuransi jiwa, katering, jasa tabungan dan pendidikan) dan jasa kepada pelanggan organisasional (misalnya biro periklanan, jasa akuntansi dan perpajakan, dan jasa konsultan manajemen). Perbedaan utama di antara kedua segmen bersangkutan terletak pada alasan dan kriteria spesifik dalam memilih jasa dan penyedia jasa, kuantitas jasa yang dibutuhkan, dan kompleksitas pengerjaan jasa yang diperlukan. 2. Tingkat keberwujudan Kriteria ini berhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik dengan konsumen. Berdasarkan kriteria ini, jasa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : Rent goods service Dalam tipe ini, konsumen menyewa dan menggunakan produk tertentu berdasarkan tarif yang disepakati selama jangka waktu spesifik. Konsumen hanya dapat menggunakan produk tersebut, karena 12 kepemilikannya tetap menyewakannya. di Contohnya tangan pihak penyewaan perusahaan mobil, yang videogame, VCD/DVD, OHP (Overhead Projector), komputer, villa, dan apartemen. Owned goods service Pada owned goods service, produk-produk yang dimiliki konsumen direparasi, dikembangkan atau ditingkatkan unjuk kerjanya, atau dipelihara/ dirawat oleh perusahaan jasa. Jenis jasa ini juga mencakup perubahan bentuk pada produk yang dimiliki konsumen. Contohnya jasa reparasi (arloji, mobil, sepeda motor,komputer dan lain-lain), pencucian mobil, perawatan rumput lapangan golf, perawatan taman, pencucian pakaian (laundry and dry cleaning), dan lain-lain. Non goods service Karakteristik khusus pada jenis ini adalah jasa personal bersifat intangible (tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan kepada para pelanggan. Contohnya supir, baby sitter, dosen, tutor, pemandu wisata, ahli kecantikan, dan lain-lain. 3. Keterampilan penyedia jasa Berdasarkan tingkat keterampilan penyedia jasa, terdapat dua tipe pokok jasa. Pertama, Professional service (seperti dosen, konsultan manajemen, konsultan hukum, pengacara, konsultan perpajakan, konsultan sistem informasi, dokter, fotografer profesional, akuntan, psikolog, perawat dan arsitek). Kedua non professional service (seperti jasa supir taksi, tukang parkir, pengantar surat, pengangkut sampah, pembantu rumah tangga dan penjaga malam) 4. Tujuan Organisasi Jasa Berdasarkan tujuan organisasi, jasa dapat dibagi menjadi commercial service atau profit service (misalnya: penerbangan, bank dan jasa parsel) dan non-profit service (misalnya: sekolah, panti asuhan, perpustakaan dan museum). 13 5. Regulasi Dari aspek regulasi, jasa dapat dibagi menjadi regulated service (misalnya pialang, angkutan umum, dan perbankan) dan nonregulated service (seperti makelar, katering dan pengecatan rumah) 6. Tingkat intensitas karyawan Berdasarkan tingkat intensitas karyawan (keterlibatan tenaga kerja), jasa dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu equipment based service, seperti cuci mobil otomatis dan ATM (Automatic Teller Machine) dan people-based service, seperti: satpam dan jasa akuntan. People-based service masih dapat dikelompokkan menjadi kategori tidak terampil dan pekerja profesional (Kotler, 1994). Jasa yang padat karya (People-based) biasanya ditemukan pada perusahaan yang memang memerlukan banyak tenaga ahli dan apabila pemberian jasa itu harus dilakukan di rumah atau di tempat usaha pelanggan. Perusahaan juga akan bersifat padat karya bila proses penyampaian jasa kepada satu pelanggan memakan waktu sehingga perusahaan membutuhkan personil yang relatif banyak untuk melayani pelanggan yang lain. Sementara itu perusahaan yang bersifat equipment-based mengandalkan penggunaan mesin dan peralatan canggih yang dapat dikendalikan dan dipantau secara otomatis atau semi otomatis. Ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga konsistensi kualitas jasa yang diberikan. 7. Tingkat kontak penyedia jasa Berdasarkan tingkat kontak ini, secara umum jasa dapat dibagi menjadi high-contact service (seperti: universitas, bank, dokter dan pegadaian) dan low contact service (misalnya: bioskop). 2.3.4 Strategi Pemasaran Jasa Perusahaan jasa sangat bervariasi dan kompleks, karena banyak elemen yang mempengaruhinya seperti sistem internal organisasi, lingkungan fisik, iklan dan komentar dari mulut ke mulut, dan sebagainya. Oleh karena itu Groonos yang dikutip oleh Kotler menegaskan bahwa pemasaran jasa tidak hanya membutuhkan 14 pemasaran eksternal tetapi juga pemasaran internal dan interaktif. Ada beberapa strategi pemasaran yang dapat diterapkan perusahaan jasa seperti yang dikemukakan oleh Gronroos yang dikutip Kotler-Keller (2009;117) yaitu : 1. Pemasaran Eksternal Menggambarkan pekerjaan biasa untuk menyiapkan, menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa tesebut kepada konsumen. 2. Pemasaran internal Menggambarkan pekerjaan untuk melatih dan memotivasi karyawannya untuk melayani pelanggan dengan baik. 3. Pemasaran Interaktif Menggambarkan kemampuan karyawan dalam melayani klien. Karena klien tersebut menilai jasa bukan hanya berdasarkan mutu teknisnya tetapi juga berdasarkan mutu fungsionalnya. Perusahaan Pemasaran internal Pemasaran eksternal layanan kebersihan / pemeliharan Karyawan layanan keuangan / perbankkan Pemasaran Interaktif Industri Restoran Pelanggan Sumber: Kotler-Keller (2009;117) Gambar 2.1 Tiga Jenis Pemasaran dalam Industri Jasa 15 2.4 Kualitas Pelayanan 2.4.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Sebenarnya tidaklah mudah mendefinisikan kualitas dengan tepat. Definisi kualitas pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaian untuk mengimbangi harapan pelanggan. Definisi kualitas pelayanan menurut Wyckof yang dikutip oleh Tjiptono (2006;59) yaitu : Kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Definisi lain dari kualitas jasa menurut Lovelock-Wright (2009;96) yaitu sebagai berikut : Kualitas jasa adalah evaluasi kognitif jangka panjang pelanggan terhadap penyerahan jasa suatu perusahaan. Kualitas jasa yang baik akan menciptakan kepuasan konsumen. Kualitas jasa yang baik biasanya menampakkan hasil yang berupa semakin banyak pelanggan yang tetap bertahan serta kenaikan penjualan. Ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu yang diharapkan dan yang dirasakan (expected service dan perceived service). Apabila jasa yang diterima atau dirasakan sesuai yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya, jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, konsumen akan meninggalkan perusahaan karena merasa tidak puas. Dengan demikian kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten. 2.4.2 Dimensi Kualitas Pelayanan Langkah pertama dalam program penilaian kualitas adalah menentukan apa yang diukur. Suatu pengukuran memang hanya akan efisien bila dipahami apa yang akan diukur sebelum bertanya bagaimana mengukurnya. Dalam hal ini tentu 16 saja setiap perusahaan jasa memiliki pandangan sendiri-sendiri. Salah satu cara utama membedakan sebuah perusahaan jasa adalah memberikan jasa berkualitas tinggi dari pesaing secara konsisten. Dan kuncinya adalah memenuhi atau melebihi harapan kualitas jasa pelanggan. Lima penentu mutu jasa menurut Parasuraman, Zeithaml, Berry yang dikutip Kotler-Keller (2009;123), kelimanya disajikan secara berurut berdasarkan tingkat kepentingannya : 1. Tangibles(Berwujud) yaitu penampilan fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan dan bahan komunikasi. 2. Empathy (Empati) yaitu kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan khusus pada masing – masing pelanggan. 3. Reliability (Keandalan)yaitu kemampuan melaksanakan layanan yang dijanjikan secara meyakinkan dan akurat. 4. Responsiveness (Daya tanggap) yaitu kesediaan membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat. 5. Assurance (Jaminan) yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan mereka menyampaikan kepercayaan dan keyakinan. Dimensi kualitas jasa tersebut dipergunakan dalam menilai seberapa jauh antara harapan konsumen dan kenyataan yang dirasakan olehnya terhadap pelayanan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan. 2.5 Kepuasan Konsumen 2.5.1 Pengertian Kepuasan Konsumen Sebenarnya konsep kepuasan konsumen masih bersifat abstrak. Pencapaian kepuasan dapat merupakan proses yang sederhana maupun kompleks. Dalam hal ini peranan setiap individu dalam suatu pelayanan jasa sangatlah penting dan berpengaruh terhadap kepuasan yang dibentuk. 17 Banyak pakar yang memberikan definisi mengenai Kepuasan Konsumen. Kepuasan menurut Lovelock-Wright yang di alih bahasakan oleh Widyantoro (2009;102) : Kepuasan adalah keadaan emosional, reaksi pasca pembelian mereka dapat berupa kemarahan, ketidakpuasan, kejengkelan, netralitas, kegembiraan, atau kesenangan. Definisi lain dari pakar pemasaran Kotler-Keller yang di alih bahasakan oleh Molan (2009;177) menyatakan bahwa : Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang diharapkan. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pengertian kepuasan konsumen mencakup perbedaan antara harapan konsumen dengan kinerja yang dirasakan. Harapan konsumen merupakan perkiraan atau keyakinan konsumen tentang apa yang diterimanya bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu produk (barang atau jasa). Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi konsumen terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli. 2.5.2 Strategi Kepuasan Konsumen Upaya mewujudkan kepuasan konsumen bukanlah hal yang mudah. Namun upaya perbaikan atau penyempurnaan kepuasan dapat dilakukan dengan berbagai strategi. Pada prinsipnya strategi kepuasan konsumen akan menyebabkan para pesaing harus bekerja keras dan memerlukan biaya tinggi dalam usahanya merebut konsumen suatu perusahaan. Tjiptono (2006;160) ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk dapat meningkatkan kepuasan konsumen, di antaranya : a) Relationship marketing Dalam strategi ini, hubungan transaksi antara penyedia jasa dan pelanggan berkelanjutan, tidak berakhir setelah penjualan selesai. Dengan kata lain, 18 dijalin suatu kemitraan jangka panjang dengan pelanggan secara terusmenerus sehingga diharapkan dapat terjadi bisnis ulangan (repeat business). b) Strategi superior customer service Perusahaan yang menerapkan strategi ini berusaha menawarkan pelayanan yang lebih unggul dari pada pesaingnya. Untuk mewujudkannya dibutuhkan dana yang besar, kemampuan sumber daya manusia, dan usaha gigih. Meskipun demikian, melalui pelayanan yang lebih unggul, perusahaan yang bersangkutan dapat membebankan harga yang lebih tinggi pada jasanya. Akan ada kelompok konsumen yang tidak berkeberatan dengan harga mahal tersebut. Selain itu perusahaan dengan pelayanan superior akan meraih laba dan tingkat pertumbuhan yang lebih besar daripada pesaingnya yang memberikan pelayanan inferior. c) Strategi Unconditional Guarantees/Extraordinari Guarantees Untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, perusahaan jasa dapat mengembangkan augmented service terhadap core service-nya, misalnya dengan merancang generasi tertentu atau dengan memberikan pelayanan purnajual yang baik. Pelayanan purnajual ini harus pula menyediakan media yang efisien dan efektif untuk menangani keluhan. Meskipun hanya membiarkan konsumen melepaskan emosinya, itu sudah cukup baik. Minimal persepsi terhadap kepuasan dan kewajaran akan meningkat jika perusahaan mengakui kesalahannya dan menyampaikan permohonan maaf, serta memberikan semacam ganti rugi yang berharga bagi konsumen. d) Strategi Penanganan Keluhan yang Efektif Penanganan keluhan yang baik memberikan peluang untuk mengubah seorang pelanggan yang tidak puas menjadi pelanggan yang puas (atau bahkan pelanggan ’abadi’). 19 2.5.3 Dimensi Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen merupakan hal yang bersifat subjektif dan abstrak. Namun demikian bukan berarti terlalu sulit untuk mengukurnya karena berbagai metode untuk mengukur kepuasan konsumen telah dikembangkan oleh beberapa ahli. Kotler-Keller (2009;72) yang di alih bahasakan oleh Molan mengidentifikasikan empat metode untuk mengukur kepuasan konsumen, yaitu : 1. Sistem keluhan dan saran Organisasi yang berpusat pada pelanggan mempermudah para pelanggannya guna memasukan saran dan keluhan. Sejumlah perusahaan yang berpusat pada pelanggan menyediakan nomer telepon bebas pulsa hot lines. 2. Survey kepuasan pelanggan Sejumlah penelitian menunjukan bahwa para pelanggan kecewa pada satu dari setiap empat pembelian, kurang dari 5 persen yang akan mengadukan keluhan. Kebanyakan pelanggan akan membeli lebih sedikit atau berpindah pemasok. Perusahaan yang tanggap mengukur kepuasan pelanggan secara langsung dengan melakukan survey secara berkala. Sambil mengumpulkan data pelanggan perusahaan tersebut juga perlu bertanya lagi guna mengukur minat membeli ulang dan mengukur kecenderungan atau kesediaan merekomendasikan perusahaan dan merek ke orang lain. 3. Belanja siluman (ghost shopping) Perusahaan dapat membayar orang untuk berperan sebagai calon pembeli guna melaporkan titik kuat dan titk lemah yang dialami sewaktu membeli produk perusahaan dan pesaing. Pembelanja misterius itu bahkan dapat menguji cara karyawan penjualan di perusahaan itu menangani berbagai situasi. Para manajer itu sendiri harus keluar dari kantor dari waktu ke waktu, masuk ke situasi penjualan di perusahaannya dan di para pesaingnya dengan cara menyamar dan merasakan sendiri perlakuan yang mereka terima. Cara yang agak mirip dengan itu adalah para manajer 20 menelepon persahaan mereka sendiri guna mengajukan pertanyaan dan keluhan dalam rangka melihat cara menangani telepon. 4. Analisis pelanggan yang hilang Perusahaan harus menghubungi para pelanggan yang berhenti membeli atau yang telah beralih ke pemasok lain guna mempelajari alasan kejadian itu. Yang penting dilakukan bukan hanya melakukan wawancara terhadap pelanggan yang keluar segera setelah berhenti membeli yang juga penting adalah memantau tingkat kehilangan pelanggan. 2.6 Loyalitas Pelanggan 2.6.1 Definisi Loyalitas Perilaku setelah pembelian suatu produk ditentukan oleh kepuasan atau ketidak puasan akan suatu produk sebagai akhir dari proses penjualan. Bagaimana perilaku pelanggan dalam melakukan pembelian kembali, bagaimana sikap pelanggan dalam mengekspresikan produk yang dipakainya dan perilaku lain yang menggambarkan reaksi pelanggan atas produk yang telah dirasakannya. Setiap perusahaan pasti menginginkan konsumen yang loyal karena konsumen yang loyal akan memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Selain itu, konsumen yang loyal merupakan tujuan akhir dari setiap perusahaan. Definisi loyalitas menurut Oliver dalam Kotler dan Keller (2009:138) adalah : “Komitmen yang dipegang secara mendalam untuk membeli atau mendukung kembali produk atau jasa yang disukai dimasa depan meski pengaruh situasi dan usaha pemasaran berpotensi menyebabkan pelanggan beralih.” Menurut Griffin (2007:274) loyalitas adalah : “Perilaku pembelian yang didefinisikan sebagai pembelian nonrandom yang diungkapkan dari waktu ke waktu oleh beberapa unit pengambilan keputusan.” 21 Pengertian loyalitas yang didefinisikan oleh Hurriyati (2005:128) yang dikutip oleh Uus Md Fadli, dkk (2013) yaitu : “Loyalitas adalah komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.” Beberapa pengertian loyalitan pelanggan menurut para ahli di atas dapat disimpulkan, bahwa loyalitas pelanggan merupakan kesetiaan konsumen terhadap perusahaan atau terhadap suatu produk/jasa tertentu dengan disertai tindakan yaitu melakukan pembelian ulang atau berkunjung kembali dan konsumen bersedia mengembangkan kembali hubungan baik dengan produk/jasa dari perusahaan. 2.6.2 Karakteristik Loyalitas Pelanggan Konsumen yang loyal merupakan aset tak ternilai bagi perusahaan. Perusahaan harus dapat membangun hubungan yang baik dengan konsumen untuk mendapatkan loyalitas konsumen itu sendiri. Bagaimana menilai konsumen itu loyal atau tidak, Tjiptono (2005:116) mengemukakan beberapa karakteristik dari pelanggan yang loyal, diantaranya adalah : 1. Melakukan pembelian ulang yang konsisten Pelanggan membeli kembali produk yang sama yang ditawarkan perusahaan. 2. Merekomendasikan produk perusahaan kepada orang lain Pelanggan melakukan komunikasi dari mulut ke mulut berkenaan dengan produk tersebut kepada orang lain. 3. Konsumen tidak mudah beralih kepada produk pesaing Pelanggan tidak tertarik terhadap tawaran produk sejenis dari pesaing. 22 2.6.3 Dimensi Loyalitas Pelanggan Menurut Griffin (2005:31), karakteristik loyalitas pelanggan banyak dikaitkan dengan perilaku (behavior) daripada dengan sikap. Pelanggan yang loyal adalah : 1. Melakukan pembelian ulang (makes regular repeat purchases). 2. Membeli produk lain dari produsen yang sama (purchase across product and service line). 3. Merekomendasikan kepada orang lain (refers other). 4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing (demonstrates an immunity to the full of the competition). 2.6.4 Tahap-tahap Loyalitas Pelanggan Lima tahap pembentukan loyalitas untuk dapat menjadi pelanggan yang loyal, perantara harus melalui beberapa tahapan. Proses ini berlangsung lama, dengan penekanan dan perhatian yang berbeda untuk masing-masing tahap. Dengan memperhatikan masing-masing tahap dan memenuhi kebutuhan dalam tahap tersebut, perusahaan memiliki peluang yang lebih besar untuk membentuk calon perantara menjadi pelanggan loyal dan klien perusahaan. Memiliki konsumen yang loyal merupakan asset yang berharga bagi perusahaan karena perusahaan akan mendapatkan keuntungan jangka panjang. Menurut Griffin (2005:35) menyatakan bahwa tahap-tahap tersebut adalah: 1. Suspect Meliputi semua orang yang mungkin akan membeli barang/jasa perusahaan tetapi belum tahu apapun mengenai perusahaan dari barang/jasa yang ditawarkan. 2. Prospect Adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan produk/jasa tertentu dan mempunyai kemampuan untuk membelinya. Para prospect ini meskipun mereka belum melakukan pembelian, mereka telah mengetahui 23 keberadaan perusahaan dan produk yang ditawarkan, karena seseorang telah merekomendasikan produk kepadanya. 3. Disqualified Yaitu prospect yang telah mengetahui keberadaan produk tertentu tapi tidak mempunyai kebutuhan akan produk tersebut atau tidak mempunyai kemampuan untuk membeli produk tersebut. 4. First Time Customer Yaitu konsumen yang membeli untuk pertama kalinya. Mereka masih menjadi konsumen dari perusahaan pesaing. 5. Repeat Customer Yaitu konsumen yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua kali atau lebih, atau membeli dua macam yang berbeda dalam dua kesempatan yang berbeda pula. 6. Clients Clients membeli produk yang ditawarkan yang mereka butuhkan. Mereka membeli secara teratur. Hubungan dengan jenis pelanggan ini sudah kuat dan berlangsung lama, yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh produk pesaing. 7. Advocates (Penganjur) Seperti layaknya clients, advocates membeli seluruh produk yang ditawarkan yang ia butuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur. Sebagai tambahan, mereka mendorong teman-teman mereka yang lain agar membeli produk tersebut. Ia membicarakan tentang produk tersebut, melakukan pemasaran untuk perusahaan tersebut dan membawa konsumen untuk perusahaan tersebut. 2.6.5 Tipe-tipe Loyalitas Pelanggan Dalam cakupan yang lebih luas, loyalitas pelanggan dapat didefinisikan sebagai komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko atau pemasok berdasarkan sikap yang positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten. Definisi tersebut mencakup dua komponen yang penting, yaitu loyalitas 24 sebagai perilaku dan loyalitas sebagai sikap. Kombinasi kedua komponen tersebut menghasilkan empat situasi kemungkinan loyalitas atau disebut juga dengan tipe loyalitas pelanggan. Tipe-tipe loyalitas pelanggan menurut Dick dan Swastha yang dikutip oleh Tjiptono (2005:110) diantaranya adalah : 1. No Loyalty Bila sikap dan perilaku pembelian ulang pelanggan sama-sama lemah, maka loyalitas tidak terbentuk. Ada dua penyebabnya, yang pertama sikap yang lemah (mendekati netral) dapat terjadi bila suatu produk atau jasa baru diperkenalkan atau perusahaan tidak mampu mengkomunikasikan keunggulan unit produknya. Penyebab kedua berkaitan dengan dinamika pasar, dimana merek-merek yang berkompetisi dipersepsikan serupa atau sama. 2. Sparious Loyalty Bila sikap yang relatif lemah disertai pola pembelian ulang yang kuat, maka yang terjadi adalah sparious loyalty. Situasi semacam ini ditandai dengan pengaruh faktor non sikap terhadap perilaku, misalnya faktor situasional. Situasi ini dapat dikatakan pula inertia, dimana konsumen sulit membedakan berbagai merek dalam kategori produk dengan tingkat keterlibatan rendah, sehingga pembelian ulang dilakukan atas dasar pertimbangan situasional, seperti familiarity (penempatan produk yang strategis pada rak pajangan atau lokasi di persimpangan jalan yang ramai. 3. Latent Loyalty Situasi latent loyalty tercermin bila sikap yang kuat disertai pola pembelian ulang yang lemah. Situasi yang menjadi perhatian besar para pemasar ini disebabkan pengaruh faktor-faktor non sikap yang sama kuat atau bahkan cenderung lebih kuat daripada faktor sikap dalam menentukan pembelian ulang. Contohnya, seseorang yang bersikap positif terhadap restoran tertentu, namun tetap saja mencari variasi karena pertimbangan harga atau preferensi terhadap berbagai variasi makanan. 25 4. Loyalty Situasi ini merupakan situasi ideal yang paling diharapkan para pemasar, dimana konsumen bersikap positif terhadap produk atau produsen (penyedia jasa) dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten. 2.6.6 Tingkat Loyalitas Pelanggan Menurut Hurriyati (2005:134) yang dikutip oleh Uus Md Fadli, dkk (2013) menyatakan tahapan loyalitas pelanggan dibagi menjadi lima tingkatan adalah : 1. Teorrist Customers, yaitu pelanggan yang suka menjelek-jelekkan perusahaan dikarenakan tidak suka atau pernah tidak puas dengan layanan yang diberikan perusahaan. 2. Transactional Customers, yaitu pelanggan yang memiliki hubungan dengan perusahaan yang sifatnya sebatas transaksi, pelanggan seperti ini membeli satu, dua kali, sesudah itu dia tidak mengulangi pembelian atau tidak melakukan pembelian lagi, sifatnya kadang-kadang. 3. Relationship Customers, yaitu pelanggan ini nilai ekuitasnya lebih tinggi dibanding dua jenis pelanggan. Pelanggan ini telah repeat buying dan pola hubungannya dengan produk atau merek perusahaan adalah relasional. 4. Loyal Customers, pelanggan jenis ini tidak hanya melakukan repeat buying, tetapi lebih jauh lagi sangat loyal dengan produk, dan perusahaan. Bila ada orang lain yang menjelekkan perusahaan, pelanggan ini tetap bertahan, dia tetap bertahan seburuk apapun orang menjelekkan perusahaan. 5. Advocator Customers, pelanggan dengan tingkat tertinggi pelanggan seperti ini sangat istimewa dan excellent, mereka menjadi asset terbesar perusahaan bila perusahaan memilikinya. Advocator Customers adalah pelanggan yang selalu membela produk dan merek perusahaan, pelanggan yang menjadi juru bicara yang baik kepada pelanggan lain dan pelanggan yang marah apabila ada orang lain menjelek-jelekkan merek perusahaan. 26 2.7 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis PT Fastfood Indonesia Tbk adalah perusahaan yang berbasis di Indonesia terlibat dalam kegiatan makanan dan restoran. Perusahaan telah memperoleh lisensi untuk menggunakan merek KFC dari Yum Brands Inc!, Yang memiliki Kentucky Fried Chicken International Holdings, Inc Perusahaan ini menawarkan katering dan jasa pengiriman untuk pelanggan di Jakarta. Perusahaan mengoperasikan 338 outlet restoran di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan luar Jabodetabek daerah di Indonesia. (http://companydatabase.org/c/ restaurant-holding-companies/international-restaurants/restaurants-catering/ restaurant-brands/chicken-out-holdings/pt-fast-food-indonesia-tbk.html). KFC dengan pangsa pasar 42 persen melayani lebih dari 12 juta pelanggan setiap hari di 109 negara dan teritori di seluruh dunia. KFC beroperasi 5.200 restoran di Amerika Serikat dan lebih dari 15.000 restoran internasional. Induk perusahaan KFC adalah Yum! Merek, Inc, terbesar restoran dunia perusahaan dalam hal restoran sistem, dengan lebih dari 37.000 lokasi di lebih dari 120 negara dan teritori dan mempekerjakan lebih dari satu juta rekan. Yum! adalah peringkat nomor 239 pada Daftar Fortune 500, dengan pendapatan melebihi 11000000000 $ pada tahun 2008. (http://www.kfcfranchise.com/about-KFC-fried-chicken- business.php). Industri restoran (fastfood) siap saji dewasa ini menghadapi persaingan yang semakin ketat. Sedangkan sebagaimana telah kita ketahui bahwa kinerja suatu produk tidak terlepas dari kegiatan kualitas pelayanan dan promosi yang dilaksanakan oleh perusahaan. Artinya, kualitas pelayanan dan promosi yang dilaksanakan suatu perusahaan memiliki peranan yang sangat besar dalam menjual dan memperkenalkan suatu produk kepada konsumen. Suatu perusahaan dalam menentukan strategi pemasarannya harus menentukan bauran pemasaran yang akan dijalankannya. Pada perusahaan jasa, strategi pemasarannya tidak cukup hanya dengan menggunakan pendekatan pemasaran tradisional (4P yaitu product, price, place, promotion) tetapi harus ditunjang dengan adanya sistem jasa yang baik sehingga konsumen merasa puas dan menjadi loyal terhadap perusahaan, selain 4P diperluas lagi menjadi 7P jika 27 ingin dipergunakan dalam perusahaan jasa. Adapun 7P tersebut adalah Product (produk), Price (harga), Place (tempat), Promotion (promosi), People or Participant (orang), Physical Evidence (bukti fisik), Process (proses), semuanya itu tergabung dalam marketing mix. (Kotler, 2007;166) Pemasaran yang awalnya dari penjualan produk fisik, kemudian berkembang seiring dengan pertumbuhan bisnis jasa itu sendiri yang mendorong timbulnya perhatian pada industri jasa. Menurut Zeithamal dan Bitner yang dikutip oleh Alma (2007:243) dalam Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, bahwa: Jasa adalah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk dikonsumsi secara bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan, santai, sehat) bersifat tidak berwujud. Jasa adalah sesuatu yang diproduksi dan dikonsumsi bersamaan. Dalam hal ini pelanggan dibawa ke dalam kontak langsung dengan operasi. Pelanggan merupakan suatu sumber penting dari ketidakpastian yang sulit dikendalikan. Jasa lebih dari sekedar hasil yang tidak terlihat, jasa merupakan interaksi sosial antara produsen dan konsumen. Semakin banyak perusahaan yang bergerak di sektor jasa, maka semakin tinggi pula persaingan diantara mereka. Maka dari itu perusahaan jasa harus berusaha meningkatkan kualitas jasa agar unggul dalam persaingan. Menurut Lovelock–Wright (2007;96) mengemukakan bahwa: Kualitas Jasa adalah Evaluasi kognitif jangka panjang pelanggan terhadap penyerahan jasa suatu perusahaan. Jadi kualitas jasa sangat penting untuk menghasilkan jasa yang memuaskan bagi konsumen. Sebuah perusahaan selalu berusaha untuk tetap bisa bertahan dan berkembang dalam persaingan dalam konsep pemasaran modern, hal tersebut ditentukan lewat keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang untuk memberikan kepuasan kepada pelanggannya. Lima penentu mutu jasa menurut Parasuraman, Zeithaml, Berry yang dikutip Kotler dan Keller (2007;123), kelimanya disajikan secara berurut berdasarkan tingkat kepentingannya : 28 1. Reliability (Keandalan) yaitu kemampuan melaksanakan layanan yang dijanjikan secara meyakinkan dan akurat. 2. Responsiveness (Daya tanggap) yaitu kesediaan membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat. 3. Assurance (Jaminan) yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan mereka menyampaikan kepercayaan dan keyakinan. 4. Empathy (Empati) yaitu kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan khusus pada masing – masing pelanggan. 5. Tangibles (Berwujud) yaitu penampilan fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan dan bahan komunikasi. Banyak perusahaan berfokus pada kepuasan tinggi karena banyak pelanggan yang tidak merasa puas, mudah berubah pikiran bila mendapat tawaran yang lebih baik. Mereka yang amat puas lebih sukar untuk mengubah pikirannya. Kepuasan tinggi atau kesenangan menciptakan kelekatan emosional terhadap perusahaan. Setiap tindakan atau kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk memuaskan konsumen dampaknya dapat langsung dirasakan oleh konsumen. Sehingga konsumen bisa langsung mengambil kesimpulan apakah dirinya puas atau tidak atas jasa yang diberikan perusahaan. Menurut Tjiptono (2006 ; 146) kepuasan pelanggan adalah sebagai berikut: kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian/diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Tingkat kepuasan konsumen dapat diukur dengan melihat apakah kualitas jasa telah memenuhi harapan atau tidak. Oleh karena itu perusahaan dapat mengetahui unsur-unsur jasa mana yang harus ditingkatkan kualitasnya dan meminimalkan ketidakpuasan konsumen. Bila seorang konsumen merasa puas mereka akan lebih sering menggunakan jasa-jasa yang ditawarkan dari perusahaan tersebut. Keuntungan lainnya adalah bahwa perusahaan memiliki pelanggan yang berpotensi untuk melakukan pembelian dan jika merasa puas mereka akan setia terhadap perusahaan. Bukan itu saja, konsumen yang setia itu akan ikut serta 29 dalam mempromosikan perusahaan dengan cara menceritakan kepuasan yang mereka peroleh dari perusahaan. Penciptaan kualitas menjadi salah satu karateristik dasar dalam orientasi pemasaran modern yaitu lewat pemberian perhatian lebih terhadap konsumen serta menciptakan pelayanan yang cukup kuat. Implikasi dari hal tersebut menjadikan kualitas suatu pelayanan terhadap para konsumen agar mendapatkan pelanggan yang loyal dari pelayanan itu sendiri di benak pikiran konsumen dan menjadikan motivasi dasar bagi konsumen dalam melakukan pembelian ulang. Menurut Tjiptono (2009;23), loyalitas adalah situasi dimana konsumen bersikap positif terhadap produk atau produsen (penyedia jasa) dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten. Setiap perusahaan dalam bidang apapun itu akan adanya persaingan, dengan ini di perusahaan bengkel itu sendiri terdapat persaingan yang berbagai macam cara dilakukan oleh pihak perusahaan tersebut. Persaingan dalam dunia otomotif atau bisa kita sebut dengan kata bengkel, bengkel yang sekarang semakin marak dengan kelebihan yang masing-masing berbeda, salah satunya dengan cara mereka memberikan pelayanan (service) atau dengan memberikan harga (special price) yang jauh dari bengkel pesaing lainnya ataupun dari produk (product). Menurut Wykof yang dikutip oleh Tjiptono (2009;59), bahwa kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan terciptanya tingkat kepuasan pelanggan yang optimal maka mendorong terciptanya loyalitas di benak pelanggan yang merasa puas tadi. Service Quality (kualitas pelayanan) dipandang sebagai kekuatan hubungan antara sikap relatif seseorang dan bisnis Berdasarkan kerangka pemikiran, maka hipotesis yang diajukan oleh penulis adalah “kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan”. 30 Kualitas pelayanan 1. Bukti langsung (Tangibles) 2. Kehandalan (Realibility) 3. Daya tanggap (Responsiveness) 4. Jaminan (Assurance) 5. Empati (Empathy) Kotler dan Keller (2009;72) Loyalitas pelanggan 1. Pembelian ulang 2. Pembelian lini produk lain dari produsen yang sama 3. Merekomendasikan produk kepada orang lain 4. Kekebalan terhadap daya saing produk kompetitor Kepuasan pelanggan 1. Sistem keluhan dan saran 2. Survei kepuasan konsumen 3. Pelanggan misterius (Ghost Shopper) 4. Analisis Kehilangan Pelanggan Parasuraman, Zeithaml, Berry dalam Kotler dan Keller (2007;123) Griffin (2005:31) Gambar 2.3 Paradigma Penelitian 31 2.8 Penelitian Terdahulu No Nama Judul 1 Vina Agustina, (2012) Universitas Diponegoro Semarang 2 Rizki Fajar Kusumo Putro (2009) Universitas Sebelas Maret Surakarta 3 Isti Wahyuni (2008) Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Analisis pengaruh kualitas Pelayanan, kepuasan pelanggan, dan Nilai pelanggan dalam Meningkatkan loyalitas pelanggan Joglosemar Bus Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Dengan Kepuasan Pelanggan Sebagai Variabel Pemediasi (Studi pada pelanggan Fixed-Wire Line Phone di Surakarta) Pengaruh sistem pelayanan dan kepuasan terhadap Loyalitas nasabah BMT Mitra Usaha Mulia Tempel Sleman 4 Syahnan Rajawali (2011) Universitas Sumatera Utara Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan dan Hubungannya dengan Loyalitas Konsumen Carefour di Kota Medan 5 Muhammad Nurohman (2010) Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen Pada Toko Alfamart Brebes Hasil penelitian Kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan, nilai pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan Kepuasan pelanggan memediasi pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara sistem pelayanan terhadap loyalitas nasabah. Kepuasan sebagai variabel moderating (variabel penguat) antara hubungan sistem pelayanan dengan loyalitas nasabah Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan dan memiliki hubungan dengan loyalitas konsumen Kualitas Pelayanan berpengaruh Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen 32 Berdasarkan penelitian terdahulu yang ditulis oleh beberapa peneliti membuktikan bahwa penelitian yang penulis tulis dengan judul pengaruh kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen KFC terhadap loyalitas pelanggan bukan hasil jiplak, adaptasi. Tetapi murni hasil penelitian penulis, hal ini mempertegas originalitas dari tulisan di atas tersebut.