KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL BIRO KOMUNIKASI DAN LAYANAN INFORMASI JI. Dr. Wahidin Raya No.1 Jakarta 10710 TeJepon (021) 3449230 ext. 6347/48; Fax: (021) 3500847 Website:www.kemenkeu.go.id;emaiJ:[email protected] SIARAN PERS Nomor: TanggaJ : [h Db IKLl/2013 Januari 2013 Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengumpulan dana melalui sistem pembayaran pajak dan untuk tujuan kesederhanaan, kemudahan, dan pengenaan pajak yang tepat waktu, Pasal 22 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (Undang-Undang Pajak Penghasilan) memberikan wewenang kepada Menteri Keuangan untuk dapat menetapkan bendaharawan pemerintah, badan-badan tertentu, dan Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut Pajak Penghasilan. Dalam melaksanakan ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Pajak Penghasilan tersebut, Menteri Keuangan mempertimbangkan, antara lain (/) penunjukan pemungut pajak secara selektif, demi pelaksanaan pemungutan pajak secara efektif dan efisien, (it) tidak mengganggu kelancaran lalu lintas barang, dan (iiJ) prosedur pemungutan yang sederhana sehingga mudah dilaksanakan. Ketentuan mengenai dasar pemungutan, kriteria, sifat, dan besarnya pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 sebelumnya diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 (PMK 154/PMK.03/2010). Dalam perkembangannya, terdapat potensi penerimaan pajak dari Wajib Pajak yang belum dapat memenuhi kewajiban perpajakannya secara self assessment, sehingga potensi penerimaan pajak tersebut perlu dipungut melalui mekanisme pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22. Dengan demikian, perlu ditunjuk tambahan pihak-pihak sebagai pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 selain yang telah ditunjuk dalam PMK 154/PMK.03/2010 melalui penyesuaian ketentuan dalam PMK 154/PMK.03/2010. Berdasarkan hal tersebut, untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor perpajakan, Menteri Keuangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.011/2012 tanggal 26 Desember 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain (PMK 224/PMK.011/2012). Dalam PMK 224/PMK.011/2012, ditunjuk tambahan pihak-pihak sebagai pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 sebagai berikut: (f) Badan-badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdiri dari PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel (Persero), dan bank-bank BUMN, dengan tarif 1,5% dari pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahanbahan untuk keperluan kegiatan usahanya, (if) Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri farmasi, dengan tarif 0,3% atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam 1/2 negeri, dan (iii) Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM) dan importir umum kendaraan bermotor, dengan tarif 0,45% atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri. Khusus untuk pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 yang dilakukan oleh BUMN yang ditunjuk dalam PMK ini, diberikan pengecualian atas kewajiban pemungutan yaitu untuk pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya yang jumlahnya paling banyak Rp10 juta dan tidak merupakan pembayaran yang terpecahpecah. Selain itu, PMK 224/PMK.011/2012 juga menambahkan cakupan pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 yang telah ditunjuk dalam PMK 154/PMK.03/2010, sebagai berikut (i) Menambah industri dan eksportir dalam sektor peternakan ke dalam cakupan industri dan eksportir yang ditunjuk sebagai pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 dan (ii) menambahkan ketentuan mengenai cakupan badan usaha yang bergerak di bidang usaha industri baja, yaitu industri baja yang merupakan industri hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan industri antara dan industri hilir. Lebih lanjut diatur dalam PMK ini bahwa pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 oleh tambahan pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 tersebut bersifat tidak final dan dapat diperhitungkan sebagai pembayaran Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan bagi Wajib Pajak yang dipungut. Dengan demikian, Pajak Penghasilan Pasal 22 yang dipungut dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak saat menghitung Pajak kurang atau lebih dibayar pada akhir tahun pajak. Ketentuan dalam PMK 224/PMK.011/2012 ini mulai berlaku setelah 60 hari terhitung sejak tanggal diundangkan. Selanjutnya, secara lengkap PMK 219/PMK.011/2012 tersebut dapat diakses melalui website Kementerian Keuangan Republik Indonesia (www.kemenkeu.go.id). 2/2