BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Di era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat persaingan dalam dunia
usaha di Indonesia semakin kuat dan tinggi. Perusahaan-perusahaan saling
bersaing untuk memberikan suatu produk yang bermutu dan berkualitas untuk
konsumen dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu bidang industri yang
bersaing dengan ketat adalah industri toiletries (industri produk perawatan
pribadi) yaitu shampo untuk rambut manusia. Industri shampo merupakan salah
satu dari sekian banyak industri yang menggambarkan ketatnya persaingan.
Persaingan industri toiletries, khususnya shampo di Indonesia dikuasai oleh dua
perusahaan besar yaitu Unilever dan P&G. Produk-produk dari kedua perusahaan
tersebut sudah dikenal dalam ingatan konsumen yang menggunakan shampo.
Dalam industri shampo banyak perusahaan menggunakan beberapa merek dalam
masing-masing segmen untuk menjangkau lebih banyak target pasar. Salah satu
yang termasuk ke dalam industri toiletries adalah Unilever yang mengeluarkan
produk shampo Clear. Strategi pendekatan yang dilakukan PT Unilever tak
sekadar pada fungsi produk, tapi juga inovasi produk dan kemasan yang beragam
sehingga bisa masuk ke semua segmen usia.
Segmen pasar ini lebih berpotensi menyerap produk berkualitas dan
mementingkan manfaat atau nilai yang diterima dari suatu produk oleh karena itu
PT. Unilever selalu berusaha mengembangkan inovasi tekhnologi maupun dalam
menciptakan terobosan-terobosan baru.
Pengertian pemasaran bukan hanya menjual saja, tetapi secara lebih luas
adalah pemenuhan kebutuhan konsumen. Pemasaran adalah suatu proses sosial
dan manajerial seseorang ataupun kelompok dalam memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai
dengan pihak lain. Seorang individu ataupun kelompok memuaskan kebutuhan
dan keinginan mereka dengan produk dan secara luas produk didefinisikan
sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan kepada seseorang untuk memuaskan suatu
kebutuhan atau keinginan (Kotler,2002)
Shampo Clear merupakan salah satu brand shampo anti ketombe yang
sudah sukses dalam level internasional. Pertama kali diluncurkan di Indonesia
pada tahun 1975 untuk memberikan solusi mengatasi ketombe yang
menjadi problem sebagian besar pria maupun wanita. Iklim tropis di Indonesia
memang membuat ketombe menjadi salah satu masalah yang umum dihadapi
hampir sebagian besar masyarakat. Inilah yang menjadi landasan shampo clear
untuk terus melakukan inovasi produk shampo anti ketombe terbaik di
Indonesia. From zero to hero, ungkapan tersebut sangat mewakili gambaran
perjalanan Shampo Clear menjadi salah satu brand shampo anti ketombe
terbaik di Indonesia. Sejak penjualannya pertama kali, shampo clear secara
konsisten mengalami pertumbuhan yang baik setiap tahunnya. Kesan atau
Image sebagai produk shampo keren di kalangan anak muda dan pekerja awal usia
18-25 tahun berhasil tertanam dengan baik.
Shampo Clear adalah sebuah produk inovatif yang sangat berpotensi untuk
terus berkembang dimasa yang akan datang. Untuk meraih pangsa pasar yang
lebih besar, shampo Clear melakukan berbagai strategi untuk menciptakan
keunggulan dalam bersaing. Salah satu strategi yang dikembangkan perusahaan
adalah menjaga konsistensi mutu dan kualitas produk. Strategi tersebut dilakukan
untuk menjagacitra merek dalam persepsi konsumen. Untuk mempertahankan
citra positif dalam diri konsumen, shampo clear terus mempertahankan standar
mutu dan kualitas yang mereka miliki, serta melakukan proses inovasi dan
pengembangan produk untuk penyempurnaan produk.
Ketatnya persaingan dalam bisnis shampo di Indonesia ditandai dengan
munculnya berbagai perusahaan atau organisasi bisnis yang bergerak dalam
bidang yang serupa serta menghasilkan produk yang sejenis. Untuk itu perusahaan
yang menjadi pemimpin pasar dituntut untuk tetap dapat menghasilkan produk
yang unggul, dan tetap dapat menjaga pangsa pasarnya serta statusnya sebagai
pemimpin pasar di tengah keberdaan para kompetitor-kompetitornya. Kotler dan
Keller (2008) menyatakan kunci keberhasilan pemasaran jangka panjang yang
menjadi mimpi oleh semua pemasar adalah menciptakan hubungan yang kuat dan
erat dengan pelanggan.
Kebiasaan itu terbentuk melalui pembelian dan interaksi yang sering
selama periode waktu tertentu. Loyalitas pelanggan merupakan bukti hubungan
yang kuat dan erat antara pelanggan dengan produsen. Tjiptono (2000)
menyatakan loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan terhadap suatu
merek, toko atau pemasok berdasarkan sifat yang sangat positif dalam pembelian
jangka
panjang.
Ciri
konsumen
yang
memiliki
loyalitas
tinggi
(Griffin,2005)adalah orang-orang yang melakukan pembelian berulang-ulang,
membeli antar lini produk dan jasa, mereferensikan kepada orang lain, dan
menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing. Berikut ini adalah tabel
yang
menunjukkan
adanya
fenomena
penurunan
penjualan
yang
juga
mengindikasikan penurunan loyalitas pelanggan terhadap shampo Clear di
Indonesia dari tahun 2012-2015.
Tabel 1.1
MarketshareShampo Clear
2012-2015
Merek
2012
2013
2014
2015
Clear
20,50%
23,10%
22,50%
21.4%
Dove
6,10%
5,50%
6,10%
8.4%
Lifebuoy
11,70%
11,40%
10,90%
9.7%
Pantene
29,20%
27,30%
25,10%
22.1%
Sunsilk
20,30%
18,50%
16,50%
18.2%
Sumber:www.topbrand-award.com, 2016
Dari data Top Brand Index diketahui Shampo merek Pantene mengalami
penurun sebesar 1,9% pada tahun 2012 ke tahun 2013, turun lagi sebesar 2,2%
pada tahun 2013 ke tahun 2014, dan turun lagi 3% pada tahun 2014 ke tahun
2015. Shampo merek Clear menunjukkan kecendrungan menurun hanya pada
tahun 2014 dan 2015 sebesar 0,6% dan 1,1%. Shampo merk Lifebouy mengalami
penurunan terus-menerus dari tahun 2012 sampai 2015. Sampo merk Dove
menunjukan kecendrungan naik pada tahun 2014 dan 2015. Shampo merk Sunslik
juga mengalami fluktuatif kenaikan pada tahun 2014 ke 2015.
Untuk mendukung variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini, di
lakukanlah studi pendahuluan / menggunakan prasurvey terhadap 30 responden
yang merupakan konsumen yang loyal terhadap shampo merek Clear di fakultas
Ekonomi Universitas Semarang. Studi pendahuluan ini dilakukan pada bulan
Oktober 2016 sebelum melakukan penelitian tentang loyalitas konsumen yang
menggunakan shampo merk clear. Hasil wawancara dapat dilihat pada tabel pra
survei berikut ini:
Tabel 1.2
Hasil Pra Survey
No.
Variabel yang mempengaruhi
Responden
Frekuensi Responden
loyalitas pelanggan
1
Iklan
30 Orang
8%
2
Citra Merk
30 Orang
20%
3
Endorse Celebrity
30 Orang
12%
4
Inovasi Produk
30 Orang
17%
5
Kualitas Produk
30 Orang
33%
6
Harga
30 Orang
7%
7
Kemudahan
30 Orang
3%
Sumber: Data primer yang diolah, Oktober 2016
Dari hasil pra survei diatas, masing-masing responden menjawab dengan
berbagai jawaban. Setelah di tinjau dan diamati, jawaban masing-masing
responden dikelompokkan menjadi 7 variabel yaitu kualitas produk, citra merek,
harga, Endorse Celebrity, Inovasi Produk, Kemudahan dan iklan. Jawaban
diperoleh dari pertanyaan yang bersifat terbuka yaitu “Apa alasan anda tidak
memakai produk lain (shampo clear) ?”. Dari pertanyaan tersebut, variabel
kualitas produk mempunyai frekuensi paling tinggi yaitu 20 responden, untuk
citra merek frekuensinya sebesar 12 responden, variabel Inovasi Produk
frekuensinya sebesar 12 responden, sedangkan untuk inovasi produk frekuensinya
10 responden, dan untuk Endorse Celebrity frekuensinya 7 responden, iklan
frekuensinya sebesar 5 responden, harga dan kemudahan produk sebesar 4 dan 2
frekuensi responden. Dari hasil pra survei tersebut dua variabel yang memiliki
frekuensi tertinggi di jadikan variabel dalam penelitian ini.
Produk merupakan barang untuk jasa yang hasilnya digunakan untuk
konsumen guna memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan (Mraz,1997).
Demikian produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar
untuk mendapat perhatian, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi untuk meliputi
barang secara fisik, jasa kepribadian, tempat, organisasi dan gagasan atau buah
pikiran. (Mraz,1997) mengatakan bahwa produk adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, digunakan, dikonsumsi yang akan
memuaskan semua kebutuhan atau keinginan. Seringkali dibenak konsumen
sudah terpatri bahwa produk perusahaan tertentu lebih baik dibanding produk
sejenis dari perusahaan lainnya dan konsumen akan membeli produk yang mereka
yakini lebih berkualitas dan memiliki keunggulan kompetitif.
Setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usahanya khusus untuk
kegiatan pemasaran memiliki suatu tujuan adalah untuk meningkatkan penjualan
bagi perusahaan, salah satunya dengan cara mempertahankan citra merek dimata
konsumen terlebih dimata para pelanggan yang meletakkan loyalitasnya pada
perusahaan. Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi keputusan pembelian
adalah citra merek (brand image). Menurut Kotler dan Amstrong (2001), brand
image merupakan seperangkat keyakinan konsumen mengenai merek tertentu.
Kotler dan Amstrong (2008) menyatakan merek merepresentasikan persepsi dan
perasaan konsumen atas sebuah produk dan kinerjanya semua hal tentang arti
produk atau jasa kepada konsumen. Merek sebenarnya adalah cerminan dari janji
yang diucapkan oleh produsen terhadap konsumen atas kualitas produk yang akan
mereka hasilkan, merek terbukti dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan yang
dilakukan oleh konsumen, (Iryanita,2014).
Semakin
ketat
persaingan
yang
terjadi,
menuntut
perusahaan
melaksanakan kegiatan bisnisnya dengan melakukan pelanggan sebagai fokus
utamanya sehingga mengharuskan perusahaan untuk secara cermat menentukan
kebutuhan pelanggan bukan dari sudut pandang perusahaan melainkan dari sudut
pelanggan demi memuaskan kebutuhan mereka, yang bisa dibentuk melalui iklan
di media massa. Selain itu bahwa tidak ada yang lebih baik bagi kegiatan selain
mempunyai pelanggan setia yang terus menerus membeli berulang kali, dan
mereka adalah dasar bagi setiap bisnis atau usaha yang mantap. Handoyo (2004)
menyatakan iklan cenderung dapat menarik konsumen untuk melakukan
pembelian terhadap suatu obyek. Oleh karena itu, untuk menghasilkan iklan yang
baik, suatu perusahaan dituntut untuk menjalankan elemen-elemen dari kreativitas
iklan yang meliputi AIDCA, antara lain: perhatian (attention), minat (interest),
keinginan (desire), rasa percaya (conviction), dan tindakan (action). Iklan harus
kreatif dan menarik perhatian khalayak sasarannya agar menimbulkan minat dan
rasa ingin tahu lebih lanjut tentang produk yang ditawarkan, sehingga akan
menggerakkan keinginan untuk memiliki atau menikmati produk tersebut. Iklan
juga harus dapat meyakinkan bahwa produk yang diiklankan merupakan produk
yang bermutu dan bermanfaat agar konsumen tidak goyah lagi dan tetap percaya
sehingga akan sesegera mungkin melakukan tindakan pembelian.
Dharmamesta (1999) menyatakan faktor harga juga berkaitan dengan
faktor loyalitas konsumen. Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang
kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari
barang beserta pelayanannya (Swastha,2009). Harga selain merupakan jalan
masuknya uang ke perusahaan, juga berhubungan dengan kualitas produk atau
jasa. Perusahaan harus mampu menciptakan strategi penentuan harga yang tidak
hanya memberi keuntungan bagi perusahaan, namun juga memuaskan
pelanggannya.
Tanpa adanya saluran distribusi yang baik, maka volume penjualan yang
akan dicapai tidak akan terealisasi. Oleh sebab itu, pihak perusahaan harus
menentukan dengan tepat saluran distribusi yang sesuai dengan produk yang
dihasilkan. Adanya kesalahan dalam pemilihan saluran distribusi dapat
mengakibatkan tidak sampainya produk dalam jumlah dan waktu yang tepat ke
tangan konsumen yang dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi
perusahaan. Seperti yang dijelaskan Djaslim Saladin (2004) mendefinisikan
Saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang
terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa untuk digunakan
atau dikonsumsi.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan melakukan penelitian
tentang
“ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
LOYALITAS PELANGGAN MEREK SHAMPO CLEAR (Studi Kasus di
Universitas Semarang Kota Semarang)”. Tetapi di karenakan keterbatasan
penulis dalam hal waktu dan biaya, maka penelitian ini hanya akan penulis
fokuskan di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Univeristas Semarang.
1.2.Rumusan Masalah
Dalam menghadapi persaingan yang sangat komplek saat ini, perusahaan
tidak hanya mampu menarik hati konsumen untuk membeli produknya, konsumen
yang mempunyai loyalitas terhadap suatu merek juga perlu mendapatkan
perhatian yang serius, apabila kualitas produk dari perusahaan tersebut semakin
lama menurunkan kualitasnya maka akan cepat pula menurunnya citra merk
perusahaan tersebut, bukan semata kualitas produk ataupun citra merk yang
terkena imbasnya, perusahaan juga harus menetapkan harga yang seuai dengan
lingkungan konsumen, selain itu iklan juga sangat berarti untuk mempertahankan
konsumen yang sudah loyal dalam membeli suatu produk, tidak hanya kualitas
produk, citra merk, harga, dan iklan, perusahaan harus memperhatikan saluran
distribusinya, agar barang cepat sampai kepada konsumen, kalau tidak
diperhatikan konsumen akan membeli produk lain dari perusahaan lain pula.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, bagaimana cara
meningkatkan loyalitas pelanggan agar terus membeli produk shampo merek
clear, maka pertanyaan penelitian yangdapat dikemukakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Kualitas Produk terhadap Loyalitas Konsumen
shampo clear?
2. Bagaimana pengaruh Citra Merk terhadap Loyalitas Konsumen shampo
clear?
3. Bagaimana pengaruh Harga terhadap Loyalitas Konsumen shampo clear?
4. Bagaimana pengaruh Iklan terhadap Loyalitas Konsumen shampo clear?
5. Bagaimana pengaruh Saluran distribusi terhadap Loyalitas Konsumen
shampo clear?
1.3.Tujuan dan KegunaanPenelitian
1.3.1.Tujuan Penelitian
Dalam melakukan penelitian perlu dilakukan tujuan penelitian terlebih
dahulu, agar tidak kehilangan arah dalam pembahasannya. Adapun tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh Kualitas Produk terhadap Loyalitas Konsumen
shampo clear.
2. Menganalisis pengaruh Citra Merk terhadap Loyalitas Konsumen shampo
clear.
3. Menganalisis pengaruh Harga terhadap Loyalitas Konsumen shampo clear.
4. Menganalisis pengaruh Iklan terhadap Loyalitas Konsumen shampo clear.
5. Menganalisis pengaruh Saluran Distribusi terhadap Loyalitas Konsumen
shampo clear.
1.3.2.Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak.
Hasil dariPenelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang
membacanya maupun yang terkait secara lansung di dalamnya, yaitu
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat menambah pengetahuan penulis
mengenai pengaruh kualitas produk, citra merk, dan inovasi produk, iklan,
dan saluran distribusi terhadap loyalitas konsumen. Sebagai sarana
penerapan dan penggunaan teori yang di dapat dalam mata kuliah
manajemen pemasaran.
2. Bagi Akademik
Menambah wawasan dan menambah ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan
sebagai pembanding bagi pembaca yang ingin melaksanakan penelitian di
bidang yang sama pada waktu yang akan datang.
III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Variabel Penelitian dan Difinisi Operasionl
3.1.1.Variabel Penelitian
Penelitian merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan kebenaran
atau fakta, yang dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis data secara
teliti, jelas, serta sistematis, dan dapat dipertanggung jawabkan atau dapat diuji
kebenarannya (Ferdinand,2006). Variabel penelitian adalah ubahan yang memiliki
variasi nilai (Ferdinand,2006). Dalam penelitian ini variabel yang digunakan
antara lain sebagai berikut:
1. Variabel bebas (Variabel independen)
Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan
atau timbulnya variabel dependen atau terikat. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah

Kualitas Produk (X1)

Citra Merek (X2)

Harga (X3)

Iklan (X4)

Saluran Distribusi (X5)
2. Variabel Terikat
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam
penelitian
ini
adalah
Variabel
bebas
atau
dependent
variable
dilambangkan dengan huruf “Y”. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah Loyalitas Pelanggan (Y).
3.1.2.Definisi Operasional
Notoatmodjo (2005) menyatakan definisi operasional untuk membatasi
ruang lingkup atau pengertian variabel–variabel yang diamati atau diteliti.
Definisi operasional variabel ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada
pengukuran atau pengamatan terhadap variabel–variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrumen (alat ukur).
Tabel 3.1
Definisi Operasional
NO
1
NAMA
VARIABEL
Kualitas Produk
2
Citra Merek
DEFINISI
VARIABEL
Kualitas produk
adalah bentuk
penilaian atas produk
yang akan dibeli,
apakah sudah
memenuhi apa yang
diharapkan konsumen.
Citra merek adalah
persepsi dan
keyakinan yang
dilakukan oleh
konsumen, seperti
tercermin dalam
asosiasi yang terjadi
dalam memori
konsumen.
INDIKATOR
SUMBER
1.
2.
3.
4.
Kinerja
Keandalan
Karakteristik produk
Daya tahan produk
Durianto,dkk,
(2001)
1.
Simbol yang sudah
dikenal
Reputasi merek yang
sudah dikenal
Percaya pada kualitas
mereknya
Sutisna (2003)
2.
3.
3
Harga
4
Iklan
5
Saluran Distribusi
6
Loyalitas
Pelanggan
Harga adalah jumlah
uang yang telah
disepakati oleh calon
pembeli dan penjual
untuk ditukar dengan
barang atau jasa
dalam transaksi bisnis
normal.
Iklan adalahsegala
bentuk presentasi
nonpribadi dan
promosi gagasan,
barang, atau jasa oleh
sponsor
tertentu yang harus
dibayar
1.
2.
3.
Terjangkau
Bersaing
Sesuai kualitas
1.
Menarik sehingga
mudah diingat
Mengerti Kandungan
pesan
Informasi sesuai
mutu produk
Goenadhi
(2009)
saluran yang
digunakan oleh
produsen untuk
menyalurkan barang
tersebut dari produsen
sampai ke konsumen
atau pemakai industry
kekuatan hubungan
antara sikap relatif
individu terhadap
suatu kesatuan
(merek, jasa, toko,
atau pemasok) dan
pembelian ulang
1.
2.
3.
Kecukupan Jumlah
Intensitas Pelayanan
Kelengkapan Produk
Mohammad H.P.
Wijaya (2013)
1.
2.
3.
Pembelian Ulang
Perekomendasian
Perasaan
setelah
membeli
Durianto,dkk,
(2001)
2.
3.
Wijayanti (2008)
Sumber: disarikan dari berbagai jurnal, 2016
3.2.Objek Penelitian, Populasi, dan Sampel
3.2.1.Objek Penelitian
Objek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah loyalitas
Pelanggan Shampo Clear pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Semarang Kota Semarang.
3.2.2.Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono,2008). Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang
berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa
yang ,menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai
sebuah semesta penelitian (Ferdinand,2011). Populasi dalam penelitian ini
adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas
Semarang.
Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota
populasi (Ferdinand,2011). Sampel adalah bagian dari populasi.Teknik
sampling dalam penelitian ini adalah non probability sampling, dimana
elemen populasi dipilih atas dasar availabilitasnya (misalnya karena mereka
memang dengan sukarela mau menjadi responden) atau karena pertimbangan
pribadi peneliti bahwa mereka dapat mewakili populasi (Ferdinand, 2011.
Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling non probability
sampling dengan jenis purposive sampling (sampel bertujuan) yaitu
pemilihan sampel secara subyektif, dengan kriteria mahasiswa aktif fakultas
ekonomi jurusan manajemen yang masih membeli shampo clear. Alasan
pemilihan
sampel
menggunakan
non
probability
sampling
untuk
mempermudah menemukan responden. Penentuan ukuran sampel dalam
penelitian
ini
(Sugiyono,2007) :
dilakukan
dengan
rumus
Slovin
sebagai
berikut
n=
N
1+Ne2
Keterangan :
n = sampel;
N = populasi;
e = nilai presisi 90% atau sig = 0,1.
Dengan rumus tersebut maka dapat dihitung sampel penelitian ini dengan
rumus sebagai berikut :
n=
3034
1 + (3034 x 0,12)
n = 96,80
Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan hasil sampel sebanyak
96,80responden atau dibulatkan menjadi 100 responden.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1.Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian iniadalah data primer dan data
sekunder. Berikut adalah penjelasan dari kedua jenis data tersebut:
a. Data Primer
Adalah data yang langsung didapat dari sumbernya, dikumpulkan sendiri
oleh peneliti dan pertama kalinya dicatat untuk menjawab masalah risetnya
(Supranto dalam Haryobudi, 2010). Data yang diambil berdasarkan kuisioner
yang dibagikan kepada responden. Adapun yang termasuk dalam data primer
adalah identitas responden, tanggapan responden terhadap variabel penelitian.
b. Data Sekunder
Adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain, bukan oleh peneliti, untuk
tujuan lain (Supranto dalam Haryobudi, 2010).Data sekunder dalam penelitian ini
berasal dari studi pustaka dari berbagai jurnal, literature, dan data yang diambil
dari internet atau media cetak.
3.3.2.Sumber Data
Data yang diperlukan dari dalam penelitian ini adalah data primer.Dimana
penelitian ini bersumber dari jawaban langsung responden atas kuisioner yang
diajukan.
3.4.Metode Pengumpulan Data
3.4.1.Kuesioner
Pengumpulan data adalah prosedur sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah pengumpulan data melalui daftar pertanyaan, yang sering disebutkan
secara umum dengan nama kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2007). Dengan
kuesioner ini, responden diminta untuk mengisi jawaban dari setiap pertanyaan
yang tersedia dengan skala pengukuran 1sampai dengan 5.
3.4.2.Skala Pengukuran
Skala adalah alat pengukur data atau kongkritnya jenis pertanyaan seperti
apa yang digunakan untuk menghasilkan data (Ferdinand, 2013:202). Skala yang
mengukur suatu sikap masyarakat terhadap sesuatu tertentu maka digunakan skala
likert (Iskandar, 2009:83). Untuk keperluan analisis kuantitatif dalam penelitian
ini, diberikan lima alternatif jawaban kepada responden dengan menggunakan
skala 1 sampai dengan 5, seperti skala berikut ini:
1. Sangat Setuju (SS)
=5
2. Setuju (S)
=4
3. Kurang Setuju (KS)
=3
4. Tidak Setuju (TS)
=2
5. Sangat Tidak Setuju (STS) = 1
3.4.3.Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan waawancara yaitu dengan cara
memberikan beberapa pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya kepada
responden. Metode wawancara ini dilakukan disaat sebelum atau sesudah
responden mengisi kuisioner yang diajukan.
3.4.4.Studi Pustaka
Metode pengumpulan data dengan studi pustaka yaitu pengambilan data
dengan jalan membaca buku-buku yang ada hubungannya atau dapat digunakan
sebagai sumber dalam bentuk teori-teori dari para ahli ekonomi sebagai acuanteori
dalam penelitian ini.
3.5.Metode Analisis
3.5.1.Metode Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif yaitu suatu analisis data yang diperlukan terhadap data
yang diperoleh dari hasil responden yang diberikan, kemudian dilakukan analisis
berdasarkan metode statistik dan data tersebut diklasifikasikan kedalam kategori
tertentu dengan menggunakan tabel untuk mempermudah dalam menganalisis.
Alat analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
3.5.1.1.Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner (Ghozali,2011). Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan
kuesioner mampu mengungkapkan loyalitas pelanggan shampo clear. Uji
signifikasi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel.

r hitung > r tabel, maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

r hitung < r tabel, maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid.
3.5.1.2.Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas
dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan
reliabel jika memberikan nilai (α) 0,60 (Ghozali,2011).
3.5.1.3.Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi normal atau tidak.Karena
model regresi yang baik memiliki distribusi data yang normal. Pembuktian apakah
data tersebut memiliki distribusi normal atau tidak dapat dilihat pada bentuk
distribusi datanya, yaitu pada histrogram maupun normal Probability plot. Pada
histrogram, data dikatakan memiliki distribusi yang normal jika data tersebut
berbentuk seperti lonceng.Sedangkan pada normal Probability plot, data
dikatakan normal jika ada penyebaran titik-titik disekitar garis diagonal dan
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Ghozali (2011) menyebutkan, jika
data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas. Cara lain adalah dengan uji statistc
non parametic kolomagorovsmirnov uji ini digunakan untuk menguji apakah
residual terdistribusi secara normal atau tidak. Jika tingkat signifikansi diatas 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal (Imam Ghozali, 2011).
b. Uji Multikoloniearitas
Uji multikolonieritas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas Dalam model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (Ghozali,2011).
Multikolonieritas dapat dideteksi dengan manganalisis matrik korelasi variabelvariabel bebas atau dengan menggunakan perhitungan nilai Tolerance dan VIF.
Jika antara variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (lebih dari 0,900) maka
hal ini menunjukkan adanya multikolinieritas, atau jika nilai Tolerance kurang
dari 0,100 atau nilai VIF lebih dari 10, maka hal ini menunjukkan adanya
multikolonieritas (Ghozali,2011).
c. Uji Heteroskedastisitas
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Namun jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,2011). Salah satu cara untuk mendeteksi atau
tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antar prediksi
variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya
heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola titik pada
grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang
telah diprediksi dan sumbu X adalah residual yang telah di-standardized
(Ghozali,2011:139). Dasar analisisnya sebagai berikut :

Jika ada pola tertentu, seperti titk-titik yang ada membentuk suatu pola yang
teratur (bergelombang melebar kemudian menyempit) maka terjadi
heteroskedastisitas.

Jika tidak ada pola yang jelas seperti titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka hal ini mengindikasikan tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Ada beberapa cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas pada pengujian heteroskedastisitas dengan metode grafik lazim
dipergunakan meskipun menimbulkan bias, karena pengamatan antara satu
pengamat dengan pengamat lain bias menimbulkan perbedaan persepsi. Oleh
karena itu, penggunaan uji statistic diharapkan menghilangkan unsur bias tersebut.
Salah satu uji statistik yang lazim dipergunakan adalah uji Glejser.
Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan variabel-variabel bebas
terhadap nilai absolute residualnya (Gujarati,2004). Sebagai pengertian dasar,
residual adalah selisih antara nilai observasi dengan nilai prediksi dan absolute
adalah nilai mutlaknya.
Dasar analisis :
Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
independen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Jika probabilitas
signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%, maka dapat disimpulkan model
regresi tidak mengandung heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2011).
3.6 Teknik Analisis
3.6.1.Regresi Linier Berganda
Regresi berganda dilakukan terhadap model lebih dari satu variabel bebas,
untuk diketahui pengaruhnya terhadap variabel terikat (Santoso,2000). Pada
regresi berganda variabel bebas (X) yang diperhitungkan pengaruhnya terhadap
variabel terikat (Y), jumlahnya lebih dari satu. Dalam penelitian ini, variabel
bebas (X) adalah kualitas produk (X1), citra merek (X2), dan harga (X3) iklan
(X4), Saluran distribusi (X5), sedangkan variabel terikatnya adalah Loyalitas
Pelanggan (Y). Sehingga persamaan regresinya adalah sebagai berikut
(Sugiyono,2004):
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X3 + b5X5 e
Dimana :
Y = Loyalitas Pelanggan (variabel terikat)
X1 = Variabel Kualitas Produk (variabel bebas)
X2 = Variabel Citra Merek (variabel bebas)
X3 = Variabel Harga (variabel bebas)
X4= Variabel Iklan (variabel bebas)
X5=Variabel Saluran Distribusi (variabel bebas)
a = Konstanta
b1 = Koefisien regresi variabel kualitas produk
b2 = Koefisien regresi variabel citra merek
b3 = Koefisien regresi variabel harga
b4 = Koefisien regresi variabel iklan
b5 = Koefisien regresi variabel Saluran Distribusi
e = Error
3.6.2.Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
ketepatan dalam analisis regresi, dimana hal yang ditunjukkan oleh besarnya
koefisien (R2) antara 0 (nol) dan 1 (satu). Koefisien determinasi (R2) nol variable
bebas sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. Apabila koefisien
determinasi semakin mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas
(X) berpengaruh terhadap variabel terikat (Y). Selain itu koefisiensi determinasi
dipergunakan untuk mengetahui persentase variabel terikat (Y) yang disebabkan
oleh variabel bebas (X).
3.6.3.Uji Parsial t (parsial)
Uji t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali,2006).
Pengujian parsial regresi dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel bebas
secara individual mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat dengan asumsi
variabel yang lain itu konstan.
Dasar pengambilan keputusan:
a. Jika probabilitas (signifikansi) > 0,05 (α) atau T hitung < T tabel
berarti hipotesa tidak terbukti maka H0 diterima Ha ditolak, bila
dilakukan uji secara parsial.
b. Jika probabilitas (signifikansi) < 0,05 (α) atau T hitung > T tabel
berarti hipotesa terbukti maka H0 ditolak dan Ha diterima, bila
dilakukan uji secara parsial.
3.6.4.Uji F (Simultan)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.Derajat
kepercayaan yang digunakan adalah 5%. Apabila nilai F hasil perhitungan lebih
besar dari nilai F tabel maka hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa semua
variabel independen secara stimultan berpengaruh signifikan tehadap variabel
dependen (Gunjarati,2001).
Dasar pengambilan keputusan:
a. Jika probabilitas (signifikansi)> 0,05 (α) atau F hitung < F tabel
berarti hipotesis tidak terbukti maka H0 diterima Ha ditolak bila
dilakukan secara simultan.
b. Jika probabilitas (signifikansi)< 0,05 (α) atau F hitung > F tabel
berarti hipotesis terbukti maka H0 ditolak dan Ha diterima bila
dilakukan secara simultan.
Download