PENGARUHHARGA DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP

advertisement
PENGARUHHARGA DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP
LOYALITASPELANGGANDITOKOPRIMA CAHAYA BANGUNAN BATAM
TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Ahli Madya
Oleh:
IRWAN SIN DJAYA
NIM. 11002991
PROGRAM STUDI AKUTANSI
AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN
BATAM
2016
ABSTRAK
PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP
LOYALITAS PELANGGAN DI TOKO PRIMA CAHAYA BANGUNAN BATAM
Oleh:
Irwan Sin Djaya
Dosen Pembimbing:
Yunita Sari, SE, M.S.I
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variable-variabel bebas yaitu Kualitas
Pelayanan (X1), Harga (X2) terhadap Loyalitas Pelanggan (Y) pada Pelanggan Toko Prima
Cahaya Bangunan Batam. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanasi, yaitu penelitian
yang bertujuan untuk mempelajari, mendeskripsi, mengungkapkan, dan menyelidiki hubungan
kausalitas antara variabel bebas dengan variabel terikat. Data yang digunakan adalah data primer
dan data sekunder yang diperoleh melalui kuesioner, studi dokumentasi, dan wawancara.
Penelitian ini menggunakan 34 responden sebagai sampel penelitian yang dilakukan berdasarkan
purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa secara simultan kualitas
pelayanan (X1) dan Harga (X2) berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan (Y) Toko
Prima Cahaya Bangunan Batam. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa dua variabel
yaitu kualitas pelayanan (X1) dan harga (X2) berpengaruh dan signifikan terhadap loyalitas
pelanggan (Y) Prima Cahaya Bangunan Batam
Kata kunci: harga,kualitas Pelayanan dan Loyalitas Pelanggan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Konsumen merupakan sosok individu atau kelompok yang mempunyai peran urgent
bagi perusahaan. Hal ini disebabkan keberadaan konsumen mempunyai akses terhadap
eksistensi produk di pasaran sehingga semua kegiatan perusahaan akan diupayakan untuk
bisa memposisikan produk agar dapat diterima oleh konsumen. Eksistensi kebutuhan yang
sifatnya heterogen kemudian menjadi dasar bagi konsumen untuk melakukan tindakan
pemilihan atas tersedianya berbagai alternatif produk. Tindakan konsumen itu sendiri
merupakan suatu refleksi dari rangkaian proses tahapan pembelian dimana implikasi atas
tindakannya tersebut akan mengantarkan pada suatu penilaian bahwa produk dapat diterima
oleh pasar atau justru terjadi penolakan oleh pasar (Mabruroh, 2003: 22 ).
Toko bangunan adalah suatu toko kecil konvensional atau tradisional yang menjual
berbagai macam barang kebutuhan bahan bangunan di mana pembeli tidak bisa mengambil
barangnya sendiri karena rak toko yang belum modern dan menjadi pembatas antara
penjual dan pembeli.
Dengan semakin banyaknya bisnis ritel yang muncul maka persaingan dalam bisnis
ritel semakin ketat, untuk dapat memenangkan persaingan agar tidak ditinggalkan
pelanggan, maka pelaku binis ritel harus mampu bersaing. Salah satu hal yang dapat
dilakukan perusahaan adalah mempertahankan pasar mereka melalui
program
pengembangan loyalitas pelanggan. Ini merupakan salah satu strategi perusahaan untuk
mempertahankan bisnis dan profit perusahaan (Arlan Rully, 2006 : 71 ).
Imbalan dari loyalitas sendiri bersifat jangka panjang dan kumulatif, jadi semakin
lama seorang pelanggan loyal terhadap suatu produk/jasa, semakin besar
laba
yang
diperoleh perusahaan dari seorang calon pelanggan (Griffin, 2007 : 17 ).
Melihat uraian tersebut, bisnis ritel seperti toko bangunan seharusnya memiliki
rancangan strategi yang tepat dalam mencapai tujuan mempertahankan pelanggan dan
membuat mereka setia. Dengan persaingan yang semakin ketat, di mana semakin banyak
produsen yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, bisnis ritel
harus diletakkan di lokasi yang tepat serta menempatkan orientasi kepada harga dan
kualitas pelayanan sebagai tujuan.
Faktor lokasi usaha merupakan faktor yang menentukan
keberhasilan suatu
bisnis (Jeni Raharjani, 2006 : 5 ). Strategi lokasi usaha adalah salah satu determinan
yang paling penting dalam perilaku konsumen, perusahaan harus memilih lokasi yang
strategis dalam menempatkan tokonya di suatu kawasan yang dekat dengan keramaian dan
aktivitas masyarakat. Lokasi juga mempunyai peran penting dalam membangun loyalitas
pelanggan. Dengan memiliki lokasi yang strategis dan mudah dijangkau oleh konsumen,
maka semakin besar kemungkinan konsumen akan kembali datang untuk melakukan
pembelian.
Selain faktor lokasi, persepsi harga merupakan faktor yang sangat penting yang
dapat mempengaruhi keputusan pembelian. Harga yang rendah atau terjangkau menjadi
pemicu untuk meningkatkan kinerja pemasaran (Ferdinand, 2006 : 11 ).
Namun persepsi harga juga dapat menjadi indikator kualitas sebuah produk/jasa.
Di mana suatu produk/jasa dengan kualitas tinggi akan berani dipatok dengan harga yang
tinggi pula. Persepsi harga dapat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan
untuk kembali melakukan pembelian suatu produk.
Kualitas layanan juga merupakan faktor penting dalam pemasaran. Hal tersebut
sepaham dengan pendapat kualitas
pelayanan di mana kualitas layanan adalah upaya
pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk
mengimbangi harapan pelanggan (Tjiptono, 2006 : 18 ).
Sulistiyono (2006 : 21 ) mengatakan bahwa unsur-unsur yang membentuk
pelayanan yang berkualitas merupakan perpaduan dari kualitas manusia yang dicerminkan
oleh perilaku atau sikap pribadi dalam berinteraksi dengan para pelanggan. Tetapi
komponen dan unsur layanan sulit diinventorikan, jadi dapat dikatakan bahwa pelayanan
berkaitan dengan proses, di mana produk yang dinikmati oleh pelanggan berupa
pengalaman. Senada dengan hal tersebut, berdasarkan kesimpulan dari penelitian
Gronroos, persepsi kualitas layanan adalah fungsi dari apa yang diterima secara aktual oleh
pelanggan (kualitas teknis) dan bagaimana cara pelayanan tersebut disampaikan (kualitas
fungsional). Jika kinerja di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja melebihi
harapan, pelanggan amat puas atau senang.
Bisnis ritel baik secara konvensional maupun modern semakin banyak berdiri di
berbagai tempat, baik di kota besar maupun di kota kecil seperti Batam. Di Batam sendiri
terdapat banyak toko bangunan baik yang konvensional maupun modern.
Peniliti memilih Toko Prima Cahaya Bangunan sebagai objek penelitian
dikarenakan peneliti berpendapat bahwa Toko Prima Cahaya Bangunan merupakan tempat
penjualan bahan-bahan bangunan yang ingin memperbaiki diri untuk meningkatkan
penjualan. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan hendaknya
juga dilakukan oleh Toko Prima Cahaya Bangunan Batam.
Dengan adanya informasi dan masalah yang diterima penulis,
maka penulis
memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul
“PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS
PELANGGAN DI TOKO PRIMA CAHAYA BANGUNAN BATAM”.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah harga berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan pada Toko
Prima Cahaya Bangunan Batam?
2. Apakah kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas
pelanggan pada Toko Prima Cahaya Bangunan Batam?
3. Apakah harga dan kualitas pelayanan secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap loyalitas pelanggan pada Toko Prima Cahaya Bangunan Batam?
1.3.
Batasan Masalah
Agar permasalahan yang diteliti dan oleh karena keterbatasan peneliti maka peneliti
hanya meneliti di Toko Prima Cahaya Bangunan Batam yang terletak di Ruko Manalagi
Blok A No. 9 Batam Centre dengan jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung dari bulan Mei
sampai dengan Juli 2016. Penelitian ini menggunakan variabel Harga dan Kualitas Pelayanan
terhadap Loyalitas Pelanggan.
1.4.
Tujuan Penelitian
Dengan memperhatikan permasalahan yang telah di uraikan, maka dapat
diuraikan tujuan dalam melakukan penelitian, di antaranya :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara harga terhadap
loyalitas pelanggan pada Toko Prima Cahaya Bangunan Batam;
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas
pelayanan terhadap loyalitas pelanggan pada Toko Prima Cahaya Bangunan Batam;
3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara
harga dan kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan pada Toko Prima Cahaya
Bangunan Batam.
1.5.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka diharapkan akan mempunyai
manfaat dan nilai tambah terhadap pemahaman tentang pengaruh harga dan kualitas
pelayanan terhadap loyalitas pelanggan di Indonesia. Di samping itu, penelitian ini
diharapkan akan mempunyai manfaat:
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang relevan dan bahan
kajian ke arah pengembangan harga dan kualitas pelayanan dan loyalitas pelanggan. Sedangkan
manfaat bagi perusahan bisa menjadi masukan dan pertimbangan dalam mengembangkan dan
meyempurnakan kebijakan perusahaan ke depannya, terutama yang berhubungan harga dan
kualitas pelayanan serta loyalitas pelanggan sehingga bisa mempertahankan dan menambah
jumlah pelanggan bagi perusahaan.
1.5.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memiliki kemanfaatan sebagai
berikut :
a.
Bagi peneliti, hasil penelitian ini digunakan untuk mengetahui penerapan teori yang
diperoleh di bangku kuliah dengan realita yang terjadi di lapangan perihal masalah
pengaruh harga dan kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan.
b.
Bagi Toko Prima Cahaya Bangunan Batam, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi perusahaan untuk menerapkan strategi pengambilan keputusan
dalam rangka meningkatkan pelayanan (service) kepada konsumen serta dapat
digunakan sebagai pertimbangan dalam mengembangkan dan menyempurnakan
kebijakan yang dikeluarkan.
c.
Sebagai referensi atau masukan bagi peneliti lain yang mempunyai permasalahan serupa
serta dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut.
d.
Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, hasil studi ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dan menambah khazanah ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan
dengan harga dan kualitas pelayanan serta loyalitas pelanggan.
1.6
Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini lebih jelas dan terfokus pada permasalahan yang
dibahas, maka perlu disusun suatu sistematika penulisan yang tepat. Skripsi ini disusun
dalam 5 (lima) bab dengan rincian sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian beserta dengan manfaat penelitian
serta sistematika penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang pendekatan dan metode penelitian yang
digunakan yang terdiri dari landasan teori, hubungan variabel,
penjelasan dari penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran serta
perumusan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan dan menjelaskan tentang variabel penelitian
dan definisi penelitian, jenis dan sumber data yang diperlukan serta
metode analisis yang digunakan dalam penelitan ini.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil penelitian yang kemudian dibahas untuk
menyampaikan jawaban atas masalah-masalah penelitian.
BAB V
KESIMPULAN
Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran
sebagai masukan bagi perusahaan serta temuan-temuan yang diperoleh
dari hasil analisis dari pembahasan bab-bab sebelumnya, dan
keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian serta rekomendasi yang
disarankan dapat memberi manfaat untuk peneliti masa yang akan
datang.
BAB II
TINAJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu
2.1.1
Loyalitas Pelanggan
Loyalitas merupakan kesediaan konsumen untuk terus berlangganan pada sebuah
perusahaan dalam jangka panjang, dengan membeli dan menggunakan barang dan jasanya
secara berulang-ulang dan lebih baik lagi secara ekslusif dan dengan sukarela
merekomendasikan produk perusahaan tersebut kepada teman-teman dan rekan-rekannya
(Lovelock dan Wright, 2007 : 22 ).
Loyalitas secara umum dapat diartikan kesetiaan seseorang atas suatu produk atau
jasa. Loyalitas konsumen merupakan manifestasi dan kelanjutan dari kepuasan konsumen
dalam menggunakan produk maupun jasa yang diberikan oleh suatu perusahaan, serta untuk
menjadi konsumen tetap dari perusahaan tersebut (Hatane Samuel dan Foedjawati,
2006 : 30 ). Kesetiaan pelanggan dapat diukur dengan sikap dan perilaku (Kotler dan
Keller, 2006 : 17 ).
Ukuran pertama dapat dilihat dari perilaku pelanggan pada pengulangan untuk
memperoleh atau membeli kembali produk/jasa yang pernah dinikmati. Sedangkan ukuran
sikap mengacu pada sebuah intensitas untuk memperoleh kembali dan merekomendasikan
kepada orang lain.
Pelanggan yang loyal atau setia adalah orang yang melakukan pembelian berulang
dari perusahaan yang sama serta memberikan
informasi
yang positif kepada pihak
potensial lain dari mulut ke mulut (Andreassen dan Lindestad Basu Swastha Dharmmesta,
2009 : 33 ).
B erdasarkan pendekatan antitudinal dan behavioural, loyalitas mengikuti empat
tahap yakni sebagai berikut:
1. Loyalitas Kognitif
Konsumen yang mempunyai loyalitas pada tahap ini menggunakan sebuah
basis informasi yang memaksa menunjuk pada suatu merek atas merek
lainnya, loyalitasnya hanya didasarkan pada aspek kognisi saja. Sebagai
contoh, sebuah pasar swalayan secara konsisten berusaha memberikan harga
yang lebih rendah yang ditawarkan para pesaingnya.
2. Loyalitas Afektif
Pada tahap kedua ini didasarkan pada aspek afektif kosumen. Ali Hasan (2008
: 30 ) mengemukakan bahwa sikap afektif merupakan fungsi dari kognisi
(pengharapan) pada periode awal pembelian (masa prakonsumsi) dan
merupakan fungsi dari sikap sebelumnya plus kepuasan di periode berikutnya
(masa pasca konsumsi).
Johnson, Anderson, dan Fomell
(dalam
Ali Hasan 2008: 86-87)
mengemukakan bahwa kepuasaan merupakan sebuah konstrak kumulatif yang
dapat dimodelkan sebagai model dinamis kepuasan pasar. Secara matematis
model tersebut digambarkan sebagai berikut: Karena pendekatan behavioral
menekankan pada tindakan riil konsumendalam melakukan pembelian ulang,
terlihat adanya dua masa konsumsi (konsumen sudah melakukan pembelian)
dan 2 (dua) masa pasca konsumsi. Intervensi yang sangat kuat dari aspek
afektif dapat segera terlihat, baik sebagai sikap maupun sebagai komponen
afektif tentang kepuasan dalam loyalitas dalam tahap kedua. Loyalitas tahap
ini jauh lebih sulit diubah, karena loyalitasnya sudah masuk ke dalam benak
konsumen sebagai afektif, bukan sebagai sebuah kognisi yang mudah
berubah. Afektif memiliki sifat yang tidak mudah diubah karena sudah
terpadu dengan kognisi dan evaluasi kosnumen secara keseluruhan tentang
suatu merek (oskamp, dalam Ali Hasan, 2008 : 35 ).
Munculnya loyalitas afektif didorong oleh faktor kepuasan. Namun belum
menjamin adanya loyalitas. Niat yang diutarakan konsumen merupakan
sebuah pertanda awal munculnya loyalitas.
3. Loyalitas Konatif
Dimensi Konatif (niat melakukan) dipengaruhi oleh perubahan-perubahan
afektif terhadap merek. Konasi menunjukkan suatu niat atau komitmen untuk
melakukan sesuatu ke sebuah tujuan tertentu. Niat merupakan fungsi dari niat
sebelumnya (pada masa prakonsumsi). Maka loyalitas konatif merupakan
suatu kondisi loyal yang terdapat sebauh komitmen mendalam untuk
melakukan pembelian. Berdasarkan riset Crosby dan Taylor (Ali Hasan, 2008
: 25 ) menggunakan model runtutan psikologis: keyakinan sikap niat yang
memperlihatkan komitmen (niat) melakukan, menyebabkan preferensi tetap
stabil untuk jangka panjang. Jenis komitmen ini sudah melampaui tahap
afektif, bagian dari properti motivasional untuk mendapatkan merek yang
disukai. Afektif hanya menunjukkan kecenderungan motivasional, sedangkan
komitmen melakukan menunjukkan suatu keinginan untuk menjalankan
tindakan. Keinginan untuk membeli ulang atau menjadi loyal itu hanya
merupakan tindakan yang diantisipasi tetapi belum terlaksana.
4. Loyalitas Tindakan
Merupakan sebuah tindakan yang sangat penting bagi pemasar, tetapi
penginterpretasian loyalitas hanya pada pembelian ulang saja tidak cukup, karena
pelanggan yang membeli ulang belum tentu mempunyai sebuah sikap positif
terhadap barang ataupun jasa yang dibeli. Pembelian ulang bukan dilakukan
bukan karena puas, melainkan mngkin karena tepaksa atau faktor lainnya. Oleh
karena itu, untuk mengenali perilaku loyal dilihat dari dimensi ini ialah dari
komitmen pembelian ulang yang ditujukan pada suatu merek produk dalam kuun
waktu tertentu secara teratur. Banyak yang menyaksikan betapa sulitnya
menjamin bahwa pelanggan akan membeli kembali dari penyedia yang sama jika
ada pilihan lain yang lebih menarik dari segi harga maupun pelayanannya. Dilihat
dari aspek perilaku atau tindakan, atau kontrol tindakan (Pratkanis, Breckler dan
Greenwald, Foxall dan Goldsmith, Bagozzi, Baumgartner dan Yi, dalam Ali
Hasan, 2008 : 33 ),
Umumnya dalam kontrol tindakan, niat yang diikuti oleh motivasi, merupakan
kondisi yang mengarah pada kesiapan bertindak dan keinginan untuk mengatasi
hambatan untuk mencapai sesuatu dan penyelesaian hambatan. Hal ini
menunjukkan bahwa loyalitas dapat menjadi kenyataan melalui runtutan loyalitas
kognitif, kemudian loyalitas afektif dan loyalitas konatif dan akhirnya sebagai
loyalitas tindakan (loyalitas yang disertai dengan komitmen dan tindakan).
Pelanggan yang terintegrasi penuh pada tahap loyalitas tindakan dapat
dihipotesiskan sebagai pelanggan yang rendah tingkat kerentanannya untuk
berpindah ke tempat lain. Dengan kata lain, loyalitas tindakan ini hanya sedikit
bahkan sama sekali tidak memberi peluang pada pelanggan untuk berpindah ke
tempat lain. Pada loyalitas konasi dan tindakan, kerentanan pelanggan lebih
terfokus pada faktor persuasi dan keinginan untuk mencoba produk lain.
Menurut M. Hutsman, 2005, dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
setiap peningkatan 5% pada kesetian pelanggan dapat meningkatkan
keuntungan
25%-85%.
keberhasilan suatu
Dengan
perusahaan
demikian
ditentukan
dapat
oleh
dikatakan
loyalitas
bahwa
pelanggan.
Loyalitas dapat dicapai melalui dua tahap (Philip Kotler, 2008 : 25 )
yaitu:
1. Perusahaan
harus mempunyai kemampuan dalam memberikan
kepuasan kepada konsumennya agar konsumen mendapatkan
suatu pengalaman positif.
2. Perusahaan
harus
mempunyai
cara
hubungan
yang
lebih
dengan
jauh
untuk
mempertahankan
konsumennya
dengan
menggunakan kesetiaan yang dipaksa (Forced Loyalty) supaya
konsumen ingin melakukan pembelian ulang.
2.1.2 Kualitas Pelayanan
Layanan secara umum ialah rasa menyenangkan yang diberikan kepada orang lain
disertai kemudahan–kemudahan dan memenuhi segala kebutuhan mereka(Siagian,dalam
Julita, 2005 : 19 ). Sehingga pelayanan merupakan suatu bentuk prosedur yang diberikan
dalam upayanya memberikan kesenangan–kesenangan kepada orang lain, dalam hal ini
kepada pelanggan.
Pelayanan mengandung pengertian setiap kegiatan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak pula berakibat
kepemilikan sesuatu (Philip Kotler, 2009 : 26 ). Menurut Kotler dan Amstrong (2009 :
37 ), layanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu
pihak kepada pihak lain. Pada dasarnya jasa tidak berwujud dan tidak mengakibatkan
kepemilikan apapun. Produksi jasa mungkin berkaitan dengan produk fisik atau tidak.
Kualitas layanan adalah suatu daya tanggap dan realitas dari jasa yang diberikan
perusahaan (Kotler dalam Wisnalmawati, 2005 : 27 ). Kualitas pelayanan harus dimulai
dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini berarti bahwa
kualitas yang baik bukanlah berdasarkan persepsi penyediaan jasa, melainkan berdasarkan
persepsi pelanggan.
Terdapat lima dimensi kualitas layanan yang diidentifikasikan oleh Parasuraman,
Zeithaml dan Berry dalam Tjiptono (2008) meliputi:
1. Tampilan Fisik (Tangible)
Tampilan fisik merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam
menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan
kemampuan sarana dan prasarana fisik harus dapat diandalkan, keadaan
lingkungan sekitarnya adalah bukti dari pelayanan yang diberikan.
2. Kehandalan (Reliability)
Kehandalan yaitu kemampuan untuk memberikan jasa sesuai dengan
yang dijanjikan dengan akurat dan handal. Hal ini sangat penting bagi
sebagian pelanggan, sehingga mereka bersedia mengeluarkan biaya
tambahan agar perusahaan melakukan transaksi sesuai dengan yang
dijanjikan. Hal ini dapat digambarkan dengan kecepatan pelayanan.
3. Daya Tanggap (Responsiveness)
Daya tanggap merupakan kesediaan untuk membantu
memberikan
pelayanan
dengan
pelanggan dan
segera dan tepat. Dimensi ini
menentukan kecepatan dalam menghadapi permintaan, pertanyaan,
keluhan serta kesulitan pelanggan. Dimensi ini dapat digambarkan
dengan tanggap dalam menghadapi keluhan, kesediaan membantu
pelanggan dan kecepatan pelayanan.
4. Jaminan (Assurance)
Jaminan merupakan pengetahuan dan keramahan
karyawan serta
kemampuannya untuk memberikan
dipercaya
kesan
dapat
dan
penuh keyakinan.
5. Kepedulian (Emphaty)
Kepedulian adalah memiliki rasa memperhatikan dan memelihara
kepada masing-masing pelanggan. Bentuk-bentuk
layanan
tidak
terlepas dari tiga macam hal menurut Moenir (2005 : 21 ), yaitu:
1. Layanan Secara Lisan
Layanan dengan cara lisan dilakukan oleh petugas-petugas di
bidang hubungan masyarakat, bidang layanan informasi dan
bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau
keterangan kepada siapapun yang memerlukan.
2. Layanan Secara Tulisan
Layanan melalui tulisan merupakan bentuk pelayanan yang paling
menonjol dalam pelaksanaan tugas, tidak hanya dari segi jumlah
tetapi juga dari segi peranannya.
3. Layanan Melalui Perbuatan
Pada umumnya layanan melalui perbuatan 70-80% dilakukan
oleh petugas-petugas tingkat menengah dan bawah, oleh karena
itu faktor keahlian dan ketrampilan sangat menentukan terhadap
perbuatan atau pekerjaan.
Kualitas layanan adalah salah satu tolok ukur dalam menentukan keputusan
pembelian oleh seorang pengguna jasa, karena melalui kualitas pelayanan dapat dinilai
kinerja dan puas atau tidaknya konsumen dengan layanan yang diberikan oleh penyedia
jasa.
Sabihaini (2005 : 17) menyimpulkan bahwa peningkatan kualitas jasa akan
memberikan dampak yang baik untuk meningkatkan loyalitas. Bloomer, Ruyter dan
Peeters (2007 : 20 ) menyatakan bahwa mendapatkan kualitas jasa memiliki pengaruh
langsung terhadap loyalitas dan mempengaruhi loyalitas melalui kepuasan. Hasil yang
sama juga diperlihatkan oleh hasil penelitian Andreasson dan Lindestad (2005 : 33).
2.1.3 Harga
Harga menurut Kotler dan Amstrong (2006 : 14 ) adalah sejumlah uang yang
ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Sedangkan menurut Dharmesta dan Irawan
(2006 : 22 ), harga adalah sejumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.
Menurut Fandy Tjiptono (2008 : 30 ) ada 2 (dua) faktor
utama yang perlu
dipertimbangkan dalam menetapkan harga, yaitu :
1.
Faktor Internal Perusahaan
a. Tujuan Pemasaran Perusahaan
Faktor utama yang menentukan dalam penetapan
harga adalah tujuan pemasaran
perusahaan. Tujuan tersebut bisa berupa maksimalisasi laba, mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan, meraih pangsa pasar yang besar, menciptakan
kepemimpinan dalam hal kualitas, mengetahui persaingan, melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lain–lain.
b. Strategi Bauran Pemasaran
Harga hanyalah salah satu komponen dari bauran pemasaran. Oleh karena itu harga
perlu dikoordinasikan dan saling mendukung bauran pemasaran lainnya.
c.
Biaya
Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus ditetapkan agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
d.
Organisasi
Manajemen perlu memutuskan siapa di dalam
organisasi yang harus menetapkan
harga menurut caranya masing–masing.
e.
Penawaran
Manajemen perlu membuat penawaran yang menarik sesuai dengan tujuan perusahaan.
2.
Faktor Eksternal Lingkungan
a.
Sifat Pasar dan Permintaan
Setiap perusahaan perlu memahami sifat pasar dan permintaan yang
dihadapinya, apakah pasar persaingan sempurna, persaingan monopolistik,
oligopoli, dan monopoli.
b.
Informasi–informasi
Persaingan
yang dibutuhkan
untuk menganalisis
karakteristik
persaingan yang dihadapi antara lain meliputi jumlah perusahaan, ukuran
relatif setiap anggota dan diferensiasi produk.
c.
Unsur-unsur Persaingan Lainnya
Selain faktor–faktor di atas, perusahaan
juga
perlu mempertimbangkan
faktor–faktor kondisi ekonomi.
Menurut Fandy Tjiptono (2008 : 28 ), setelah harga ditetapkan maka harga tersebut
dapat dimodifikasi agar menarik konsumen dengan cara:
1.
Diskon, yaitu pengurangan karena perbedaan jumlah produk yang dibeli,
waktu pembelian dan waktu pembayaran. Contoh: pembelian 1 (satu) lusin
barang dikenakan diskon 20%.
2.
Harga geografis, yaitu penetapan harga karena ongkos
angkut yang dibayar
oleh pembeli. Contoh: toko memberikan fasilitas pengantaran barang
(delivery) dengan dikenakan biaya antar Rp 20.000,-.
3.
Harga psikologis, yaitu pemberian harga dalam menggunakan angka ganjil
untuk memberikan kesan harga lebih murah. Contoh: harga barang senilai Rp
100.000,- diberi harga Rp 99.900,-.
4.
Harga promosi, yaitu harga di bawah daftar harga yang bertujuan untuk
menarik pelanggan baru atau menghabiskan persediaan. Contoh: Obral atau
sale di akhir tahun dengan tujuan untuk menghabiskan persediaan di tahun
tersebut sehingga di tahun berikutnya bisa menjual stok baru.
5.
Harga produk baru, yaitu penetapan harga yang akan dipengaruhi oleh daur
hidup suatu produk.
Harga sering kali digunakan sebagai indikator nilai bilamana indikator tersebut
dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pada tingkat harga tertentu, bila manfaat yang dirasakan
konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat pula (Fandy Tjiptono, 2008 : 41 ).
Pengaruh persepsi harga terhadap loyalitas juga telah dibuktikan oleh hasil penelitian
Anindita (2010 : 22 ) yang menyimpulkan bahwa harga yang dipersepsikan baik oleh
pelanggan akan memberikan dampak positif untuk meningkatkan loyalitas.
2.2
Tujuan Penelitian Terdahulu
Peneliti terdahulu Praditha Permanan Yudha (2008 : 19 ) meneliti mengenai loyalitas
konsumen oleh Variabel bebas yang digunakan adalah kualitas produk, kualitas pelayanan,
harga dan kepuasan konsumen mengambil sampel di McDonald’s Java Supermall Semarang.
Hasil penelitian ini menunjukkan variabel bebas (kualitas produk, kualitas pelayanan harga dan
kepuasan konsumen) berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen. Hasil analisis
kuantitatif menghasilkan persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 0.443 X 1 + 0.612 X 2 + 0.183 X 4
Di mana keempat variabel tersebut berpengaruh sebesar 54.5% terhadap loyalitas
konsumen McDonald’s Java Supermall Semarang.
Peneliti kedua, Indah Dwi Kurniasih (2012 :17) dengan judul Pengaruh Harga dan Kualitas
Pelayanan terhadap Loyalitas Pelanggan pada Bengkel Ahass 0002 : Astra Motor Siliwangi
Semarang.
Variabel yang diteliti adalah Pengaruh Kepuasan Pelanggan (X1), Kualitas Pelayanan
(X2) dan harga (X3), Loyalitas Pelanggan (Y). Hasil penelitian menunjukkan variabel kepuasan
pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel loyalitas sebesar 44.7%. Variabel
kualitas pelayanan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kepuasan
sebesar 63.6%. Variabel harga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel
kepuasan sebesar 61.6%. Variabel kepuasan pelanggan, kualitas Pelayanan dan harga
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel loyalitas sebesar 66.4%.
Peneliti ketiga, Nuraini (2010 : 23) dengan judul Analisis Pengaruh Kualitas Produk,
Kualitas Pelayanan, Desain Produk, Harga dan Kepercayaan terhadap Loyalitas Pelanggan (studi
pada Optik Salfar). Variabel yang diteliti Kualitas produk (X1), Kualitas Pelayanan (X2), Desain
Produk (X3), Harga (X4), Kepercayaan (X4) dan Loyalitas Pelanggan (Y). Variabel kualitas
produk diperoleh koefisien 0.153 menunjukkan pengaruh positif dan signifikan 0.048. Varaibel
kualitas produk diperoleh koefisien 0.153 menunjukkan pengaruh positif dan signifikan 0.048.
Variabel kualitas pelayanan diperoleh koefisien 0.176 menunjukkan pengaruh positif dan
signifikan 0.013. Variabel desain produk diperoleh koefisien 0.271 menunjukkan pengaruh
positif dan signifikan 0.002. Variabel harga produk diperoleh koefisien 0.269 menunjukkan
pengaruh positif dan signifikan 0.000. Variabel kepercayaan diperoleh koefisien 0.318
menunjukkan pengaruh positif dan signifikan 0.000.
2.3
Kerangka Konseptual dan Hipotesis
2.3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual penelitian menggambarkan
hubungan dari variabel
independen, dalam hal ini adalah kepuasan pelanggan (X1), kualitas pelayanan (X2) dan
harga (X3) terhadap variabel dependen yaitu loyalitas pelanggan (Y) yang dilakukan oleh
konsumen. Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat disusun
sebuah kerangka pemikiran teoritis seperti yang tersaji dalam gambar berikut.
Kualitas Pelayanan
Loyalitas Pelanggan
Harga
Gambar Kerangka Pemikiran
2.4
Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu ide untuk mencari fakta yang harus dikumpulkan.
Hipotesis adalah suatu pertanyaan sementara atau dugaan yang paling memungkinkan yang
masih harus dicari
kebenarannya.
Hubungan antara variabel dalam penelitian ini
memiliki hipotesis sebagai berikut:
H1: Kepuasan pelanggan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan pada
Toko Harapan Mulia Batam.
H2: Kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan pada
Toko Harapan Mulia Batam.
H3: Harga dan kualitas pelayanan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
loyalitas pelanggan pada Toko Harapan Mulia Batam.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian
Toko Prima Cahaya Bangunan ialah toko yg menjual berbagai macam jenis tentang
keperluan bahan banguan, toko ini bertempat di Ruko Manalagi Blok A No. 9 Batam Center,
Batam. Toko ini berdiri sejak 15 Januari 2016 oleh Bapak Tonyanto dan memiliki 4 (empat)
orang karyawan, serta modal pertama didapat dari hasil tabungan beliau selama 12 (dua belas)
tahun bekerja di suatu perusahaan swasta.
3.2
Populasi Dan Sampel
3.2.1 Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2013 : 18 ), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
subjek/objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Menurut Ferdinand (2013 : 22 ), populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang
berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat
perhatian peneliti karena dipandang sebagai sebuah semesta penelitian. Populasi dari penelitian
ini adalah 34 orang pelanggan di Toko Prima Cahaya Bangunan .
Sampel :
N
1+n(e)2
:
50
1+50(0,1)2
:
50
1+50(0,01)
:
50
1+0,5
:
50
3.2.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2013 : 14 ), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel merupakan subyek dari populasi, terdiri dari beberapa
anggota populasi. Subyek ini diambil karena dalam banyak kasus tidak mungkin meneliti seluruh
anggota populasi.
3.2.3 Teknik Pengambil Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive
sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang pengambilan
objeknya sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dengan dengan menggunakan rumus
sampel (Sugiyono, 2008 : 12 ).
3.3
Data Penelitian
3.3.1 Jenis Dan Sumber Data
Data merupakan sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran tentang suatu
keadaan. Informasi yang diperoleh memberikan keterangan, gambaran atau fakta
mengenai suatu persoalan dalam bentuk kategori huruf atau bilangan.
a. Data Primer
Menurut Umar (2010 : 24), data primer merupakan data yang diperoleh dari
sumber pertama, data primer ini dapat diperoleh dari hasil wawancara,atau hasil
pengisian kuesioner. Jadi data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
dari sumbernya, diamati, dan dicatat untuk pertama kalinya melalui wawancara
atau hasil pengisian kuesioner. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari
hasil penyebaran kuisioner pada sampel yang telah ditentukan yaitu tentang
pengaruh harga dan kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan pada Toko
Prima Cahaya Bangunan.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara (Deva Aprianti, 2010 : 34). Sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data. Data sekunder diperoleh dari berbagai bahan pustaka, baik berupa buku,
jurnal-jurnal dan dokumen lainnya yang ada hubungannya dengan materi kajian.
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data
3.3.2.1 Kuesioner
Menurut Ferdinand (2006 : 23 ), kuisioner adalah daftar pertanyaan yang mencakup
semua pertanyaan yang akan digunakan untuk mendapatkan data, baik yang dilakukan melalui
telepon, surat, maupun tatap muka. Kuisioner dibuat dengan menggunakan pertanyaan tertutup
yaitu model pertanyaan di mana pertanyaan tersebut telah disediakan jawabannya, sehingga
responden hanya memilih alternatif jawaban yang sesuai dengan pendapat atau pilihannya
(Supardi, 2005 : 34). Tujuan kuesioner adalah memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan
survei ,memperoleh informasi dengan tingkat keandalan dan tingkat keabsahan setinggi
mungkin. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dilakukan sendiri oleh responden tanpa
bantuan dari pihak peneliti serta pertanyaan yang diajukan pada responden harus jelas.
Dengan melakukan penyebaran kuesioner responden untuk mengukur persepsi responden
digunakan Skala Likert. Skala likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur
variabel penelitian, seperti sikap, pendapat, dan persepsi sosial seseorang atau sekelompok orang
(Sugiyono, 2008 : 31 ). Pertanyaan dalam kuesioner dibuat dengan menggunakan skala 1-5 untuk
mewakili pendapat dari responden. Nilai untuk skala tersebut adalah :
a. Sangat Setuju : 5
b. Setuju : 4
c. Ragu-ragu : 3
d. Tidak Setuju : 2
e. Sangat Tidak Setuju : 1
3.4
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu variabel dependen dan
variabel independen. Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti.
Dalam analisis skripsi, nuansa sebuah masalah tercermin dalam variabel dependen. Sedangkan
variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik yang
pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif. Dalam analisis skripsi, akan terlihat
bahwa variabel yang menjelaskan mengenai jalan atau cara sebuah masalah dipecahkan adalah
variabel-variabel independen (Ferdinand, 2006 : 27 ).
Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara
variabel independen dan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat
diamati dan diukur. Sugiyono (2014 : 33 ) menjelaskan bahwa variabel merupakan suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang, objek, organisasi atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Definisi
operasional variabel diperlukan dalam menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabelvariabel yang terkait dalam suatu penelitian,sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu
statistik dapat dilakukan secara benar. Variabel penelitian ini dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu:
1. Variabel bebas ( independen variable )
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel independen adalah Pengaruh Harga (X1) dan Kualitas Pelayanan
(X2) dan Loyalitas Pelanggan (Y1).
1. Harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari barang. Indikator yang digunakan untuk variabel harga adalah:
a. Harga yang ditawarkan lebih rendah dari harga pesaing.
b. Pemberian potongan harga atau discount.
c. Kesesuaian antara harga dan kualitas.
2. Kepuasan pelanggan adalah sejauh mana anggapan kinerja produk memenuhi
harapan pembeli. Bila kinerja produk lebih rendah ketimbang harapan
pelanggan, maka pembelinya merasa puas atau amat gembira. Kualitas
Pelayanan adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu
pihak pada pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud, serta tidak
menghasilkan kepemilikan sesuatu. Kualitas Pelayanan diukur melalui
indikator :
a. Karyawan melayani pelanggan dengan cepat.
b. Keramahan dan kesopanan para pegawai dalam melayani pelanggan.
c. Tanggap terhadap keluhan pelanggan.
3. Variabel terikat ( dependent varaible)
Variabel dependen adalah yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Loyalitas Pelanggan (Y).
Loyalitas Pelanggan merupakan reaksi atau akibat dari terciptanya kepuasan
pelanggan sebagai implementasi dari keberhasilan pelayanan yang berkualitas
dalam memenuhi harapan pelanggan .Produk dan pelayanan yang memuaskan,
akan membuat pelanggan loyal dan melakukan pembeliaan ulang di perusahaan
atau toko tersebut. Indikator yang digunakan adalah :
a. Pelanggan melakukan pembelian ulang.
b. Pelanggan menunjukkan kekebalan terhadap tarikan pesaing.
c. Pelanggan merekomendasikan kepada orang lain.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel
Konsep Variabel
Harga (X1)
menyatakan
bahwa “Kualitas
produk adalah
kemampuan suatu
produk untuk
melakukan fungsifungsinya”.
(Kotler dan
Armstrong,
2004:347)
Indikator
1. Harga yang
ditawarkan lebih
rendah dari harga
pesaing.
2. Pemberian potongan
harga.
3. Kesesuaian harga dan
kualitas.
Ukuran
Skala
Tingkat harga yang
ditawarkan.
Likert
Tingkat pemberian
potongan harha.
Likert
Tingkat kesesuaian
harga dan kualitas.
Likert
Kualitas
Pelayanan
(X2)
Kualitas jasa
tingkat
keunggulan yang
diharapkan dan
pengendalian atas
tingkat
keunggulan
tersebut untuk
memenuhi
keinginan
pelanggan
Tingkat Bukti Fisik
(Tangible)
Tingkat
Empati
(Emphaty)
Tingkat Keandalan
(Reliability)
Tingkat
Daya
Tanggap
(Responsivenes)
Tingkat Jaminan
Ordinal
6. BuktiFisik (Tangible Tingkat Bukti Fisik
Ordinal
1. Bukti
2.
3.
4.
5.
Fisik
(Tangible )
Empati (Emphaty)
Keandalan
(Reliability)
Daya
Tanggap
(Responsiveness)
Jaminan (Assurance)
)
7. Empati (Emphaty)
8. Keandalan
(Reliability)
9. Daya
Tanggap
(Tangible)
Tingkat
Empati
(Emphaty)
Tingkat Keandalan
(Reliability)
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
(Responsiveness)
Jaminan
(Assurance)
10.
Loyalitas
Pembelian rutin
Pelanggan (Y) pelanggan yang
didasarkan pada
unit pengambilan
keputusan
(Griffin, 2005:4)
3.5
1. Pembelian
ulang
secara teratur.
2. Pembelian diluar lini
produk
yang
ditawarkan.
3. Merekomendasikan
kepada orang lain.
4. Kekebalan terhadap
pesaing.
Tingkat
Daya
Tanggap
(Responsiveness)
Tingkat
Jaminan
(Assurance )
Ordinal
Ordinal
Tingkat pembelian
ulang ketika produk
mengalami
kerusakan.
Ordinal
Tingkat pembelian
produk lain.
Ordinal
Tingkat
merekomendasikan
produk
kepada
orang lain.
Tingkat kesetiaan
menggunakan
produk.
Ordinal
Ordinal
Metode Analisis Data
Agar data yang dikumpulkan tersebut dapat bermanfaat, maka harus diolah dan dianalisis
terlebih dahulu sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Adapun
analisis yang digunakan adalah sebagai berikut :
3.5.1 Uji Validitas
Menurut Ferdinand (2006 : 21 ) untuk mengukur validitas terdapat beberapa instrumen
yang dapat digunakan, yaitu validitas konstruk, menggambarkan mengenai kemampuan sebuah
alat ukur untuk menjelaskan sebuah konsep. Dan menurut Ghozali (2006 : 29 ) uji validitas
digunakan unutuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dapat
dinyatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan suatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut. Kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung > r table.
Menurut Priyatno (2010 : 16), validitas adalah teknik untuk mengukur sejauhmana
ketepatan dan kecermatan terhadap apa yang akan di ukur. Uji validitas digunakan untuk
mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut (Ghozali 2013 : 22).
Uji validitas ini akan dilakukan dengan penggunaan program SPSS (Statistical Package for
SocialSciences) versi 16. Teknik yang digunakan untuk uji validitas adalah teknik Bivariate
Pearson, dengan kriteria penilaian uji validitas sebagai berikut (Ghozali, 2013):
a. Apabila nilai Pearson Correlation (r hitung) lebih besar dari r tabel maka
pertanyaan yang dibuat dikategorikan valid.
b. Apabila nilai Pearson Correlation (r hitung) lebih kecil dari r tabel maka
pertanyaan yang dibuat dikategorikan tidak valid.
3.5.2 Uji Reliabilitas
Realibilitas merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menguji sejauh mana
pengukuran memberikan hasil yang relatif stabil bila dilakukan pengukuran kembali. Menurut
Ghozali (2006 : 34), suatu kuesioner dikatakan reliable handal jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu variabel dikatakan reliable
jika memiliki cronbach alpha > 0.06. Menurut Priyatno (2010 : 17), uji reliabilitas digunakan
untuk mengetahui sejauhmana konsistensi alat ukur tersebut, apakah alat pengukur yang
digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Uji reliabilitas
adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2013 : 22 ). Uji reliabilitas ini akan dilakukan
dengan penggunaan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 16.
Untuk menguji reliabilitas kuesioner adalah koefisien Cronbach Alpha, dengan kriteria
penilaian uji reliabilitas sebagai berikut (Ghozali, 2009 : 18):
a. Apabila koefisien Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 maka suatu konstruk atau
variabel dikatakan reliabel.
b. Apabila koefisien Cronbach Alpha lebih kecil dari 0,6 maka suatu konstrukatau
variabel dikatakan tidak reliabel.
3.6
Pengujian Hipotesis
3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik
Uji ini dilakukan unutuk mengetahui bahwa data yang diolah adalah sah (tidak dapat
penyimpangan), Uji asumsi klasik dapat dilakukan agar model regresiyang digunakan dapat
memberikan hasil yang representatif. Uji asumsi klasik yang digunakan peneliti adalah sebagai
berikut:
3.6.1.1 Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2013 : 37 ), uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variable dependen dan variabel independen mempunyai distribusi data normal atau
mendekati normal. Uji normalitas ini akan dilakukan dengan penggunaan program SPSS
(Statistical Package for Social Sciences) versi 16. Beberapa cara yang digunakan untuk menguji
normalitas data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Histogram adalah pengujian dengan menggunakan ketentuan bahwa
data normal berupa bentuk lonceng (Bell Shape). Data yang baik adalah
data yang memiliki pola distribusi normal. Data dikatakan normal
apabila kurva berbentuk kemiringan yang cenderung imbang, baik disisi
kanan maupun sisi kiri.
b. Grafik Normality Probability Plot, dasar pengambilan keputusan
menurut Ghozali (2013 : 16) adalah sebagai berikut :
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak
menunjukkan poladistribusi normal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
c. Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S), uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)
dilakukan dengan membuat hipotesis :
Ho : Data residual tidak berdistribusi normal.
Ha : Data residual berdistribusi normal.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) adalah sebagai berikut :
Jika tingkat signifikansi < 0,05 maka Ho diterima
Jika tingkat signifikansi > 0,05 maka Ha diterima
3.6.1.2 Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2013 : 35), uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada kolerasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan
penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Auto korelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu yang
berkaitan satu sama lainnya. Auto korelasi pada sebagian besar kasus ditemukan pada regresi
yang datanya adalah time series, atau berdasarkan waktu berkala, seperti bulanan, tahunan dan
seterusnya (Santoso,2010:216 : 28 ). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya auto korelasi maka
dapat dilihat dari uji Durbin - Watson (DW Test) dengan ketentuan sebagai berikut (Santoso,
2010:219) :
1. Angka Durbin Watson di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif.
2. Angka Durbin Watson di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada
autokorelasi.
3. Angka Durbin Watson di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.
3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresiterjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yanglain (Ghozali, 2006 :
26 ). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Priyatno (2010 :
31 ), uji heteroskedastisitas adalah keadaan dimanaterjadi ketidaksamaan varian dari residual
untuk semua pengamatan pada modelregresi. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresiterjadi ketidaksamaan variance dari residual pengamatan ke
pengamatan yang lain.Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas (Ghozali, 2013 : 27).
Uji
heteroskedastisitas
ini
akan
dilakukan
dengan
penggunaan
program
SPSS
(StatisticalPackage for Social Sciences) versi 16. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode pengujian dengan Scatter Plot . Dasar analisis uji heterokedastisitas menurut Ghozali
(2013 : 34)
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
3.6.1.4 Uji Multikolonieritas
Jika pada model persamaan regresi mengandung gejala multikolinearitas, berarti terjadi
korelasi (mendekati sempurna) antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika padamodel persamaan regresi mengandung
gejala multikolinearitas, berarti terjadikorelasi (mendekati sempurna) antar variabel bebas. Suatu
model regresi yang bebas multiko adalah mempunyai nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai
VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari 10 (Ghozali, 2006 : 28). Menurut Ghozali (2013 :
27), Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Uji multikolonieritas ini akan dilakukan dengan
penggunaan program SPSS(Statistical Package for Social Sciences) versi 16. Menurut Ghozali
(2013 : 19), dasar pengambilan keputusan atas uji multikolonieritas adalah sebagai berikut :
a. Apabila nilai Tolerance Value lebih besar dari 0,1 atau VIF
(VariaceInflation Factor) lebih kecil dari 10, maka tidak terjadi
multikolonieritas.
b. Apabila nilai Tolerance Value lebih kecil dari 0,1 atau VIF (Variace
InflationFactor) lebih besar dari 10, maka terjadi multikolonieritas.
3.6.2 Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui besar kontribusi dan pengaruh masingmasing variabel bebas yaitu kompetensi, independensi dan etika auditor terhadap variabel terikat
yaitu kualitas audit. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan program SPSS untuk melihat
hasil uji F, uji t dan uji R2.
3.6.2.1 Uji t / Parameter Individual
Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/indpenden secara individual dalam menerangkan variasi variabeldependen (Ghozali,
2013). Kriteria yang dipakai untuk membuat keputusan terhadaphasil uji hipotesis yang diuji
adalah berdasarkan tingkat signifikansi sebesar 0,05 yang merupakan probabilitas kesalahan
sebesar 5%. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika tingkat signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
Jika tingkat signifikansi < 0,05 maka Ha diterima
Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh variabel-variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y) secara terpisah. Pengujian ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh masing-masing variabel kreativitas iklan,kredibilitas endorser dengan daya tarik iklan
sebagai intervening terhadap efektivitas iklan.
3.6.2.2 Uji F / Uji Anova
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh semua variabel (X) secara
bersama-sama dapat mempengaruhi variabel dependen (Y1). Uji anova atauuji F pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel dependen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel dependen/terikat (Ghozali, 2013 :
30). Kriteria yang dipakai untuk membuat keputusan terhadap hasil uji hipotesis yang diuji
adalah berdasarkan tingkat signifikansi sebesar 0,05 yang merupakan probabilitas kesalahan
sebesar 5%. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
Jika tingkat signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
Jika tingkat signifikansi < 0,05 maka Ha diterima
3.6.2.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisiendeterminasi adalah antara nol (0)
dan satu (1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas (Ghozali, 2013 : 26). Uji R2 digunakan
untuk menjelaskan hubungan antara variabel dan adanya faktor lain yang mempengaruhi
hubungan tersebut. Sedangkan nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel bebas
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasivariabel
terikat. Kelemahan penggunaan koefisien determinasi R2 adalah bias terhadap variabel terikat
yang ada dalam model. Oleh karena itu banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan
nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi yang baik.
Download