1. Tinjauan Umum

advertisement
Tinjauan Umum
1. Tinjauan Umum
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2008 diprakirakan tumbuh melambat bila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. PDB diprakirakan akan tumbuh sebesar
6,1% (yoy), lebih rendah bila dibandingkan triwulan IV-2007 yang mencapai 6,3%
(yoy). Di sisi permintaan, melambatnya pertumbuhan ekonomi tersebut terutama
didorong oleh perlambatan pertumbuhan investasi dan konsumsi swasta.
Melemahnya daya beli masyarakat sebagai akibat peningkatan tekanan inflasi dan
penurunan keyakinan konsumen merupakan faktor utama penyebab melambatnya
pertumbuhan konsumsi swasta. Sementara itu, kinerja ekspor juga berpotensi untuk
tumbuh lebih rendah dari prakiraan sejalan dengan melemahnya permintaan
eksternal. Seiring dengan perlambatan pertumbuhan konsumsi swasta dan ekspor,
investasi dan impor juga diprakirakan tumbuh melambat. Di sisi penawaran, hampir
seluruh sektor ekonomi tumbuh melambat pada triwulan I-2008 termasuk sektorsektor utama yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan
restoran. Sementara itu, masa panen raya di awal tahun diprakirakan akan
mendorong pertumbuhan di sektor pertanian.
Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami tekanan yang cukup
berat, khususnya dari sisi neraca modal dan finansial yang bersumber dari arus
masuk modal jangka pendek yang tidak sebesar perkiraan serta meningkatnya
penempatan aset residen di luar negeri. Akibatnya, secara keseluruhan surplus NPI
triwulan I-2008 tercatat sebesar US$1,0 miliar
miliar, lebih rendah dari perkiraan awal
triwulan. Namun demikian, perkembangan kinerja transaksi berjalan relatif masih
tetap solid. Perkembangan harga komoditas ekspor internasional selama triwulan
I-2008 yang meningkat tajam dikombinasikan dengan meningkatnya kegiatan
perdagangan intratrade regional Asia menjadi faktor yang kondusif bagi peningkatan
nilai ekspor Indonesia. Dengan berbagai perkembangan tersebut, realisasi posisi
cadangan devisa sampai dengan akhir Maret 2008 mencapai US$59,0 miliar atau
setara dengan 5,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri (ULN) Pemerintah.
Dengan kinerja NPI yang cukup kuat tersebut, indikator kerentanan eksternal masih
membaik dan memberikan sumbangan terhadap upaya memitigasi gejolak eksternal
dan pembalikan arus modal asing.
Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat
dibandingkan dengan tahun 2007. Di satu sisi, permintaan domestik berupa
konsumsi rumah tangga dan investasi akan semakin berperan dalam menggerakkan
roda perekonomian. Di sisi lain, peranan ekspor akan berkurang sebagai konsekuensi
dari kondisi global yang kurang kondusif. Tantangan eksternal akan memberikan
tekanan berat pada stabilitas makroekonomi dalam negeri. Tekanan tersebut
diprakirakan akan terjadi pada sisi inflasi, sementara pergerakan nilai tukar rupiah
diprakirakan tetap stabil. Di sisi fiskal, kebijakan fiskal tahun 2008 diarahkan untuk
1
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008
menjaga kesinambungan fiskal dengan tetap berupaya memberikan stimulus fiskal,
termasuk diantaranya adalah program stabilisasi harga pangan.
Laju inflasi IHK pada triwulan I-2008 meningkat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Secara tahunan, inflasi IHK pada triwulan I-2008 mencapai 8,17%
(yoy), meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,59%
(yoy). Peningkatan inflasi IHK tersebut disebabkan oleh meningkatnya tekanan dari
faktor eksternal di samping adanya tekanan dari faktor domestik. Berdasarkan
komponennya, tingginya inflasi pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh
peningkatan inflasi inti dan volatile food. Peningkatan inflasi inti tersebut terkait
dengan masih adanya tekanan dari imported inflation yang juga mendorong
peningkatan ekspektasi. Sementara itu, meningkatnya inflasi volatile food terkait
dengan dampak peningkatan komoditas pangan internasional dan terbatasnya
pasokan.
Penurunan suku bunga pinjaman dan suku bunga simpanan masih terus berlanjut
di triwulan I-2008 meskipun BI Rate tetap stabil. Pada Februari 2008, suku bunga
Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI) tercatat sebesar 12,96% dan
12,71%, lebih rendah dibandingkan posisi pada akhir triwulan IV-2007 sebesar
13,00% dan 13,01%. Sementara itu, suku bunga Kredit Konsumsi (KK) juga
mengalami penurunan menjadi 15,36% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya
sebesar 16,13%. Di sisi penghimpunan dana, rata-rata suku bunga deposito periode
1 bulan pada Februari 2008 tercatat sebesar 6,95%, sedikit menurun dibandingkan
akhir triwulan sebelumnya. Sementara itu, IHSG pada akhir laporan ditutup pada
level 2447 atau melemah 10,9% dibandingkan triwulan sebelumnya. Meskipun
mengalami rebound, IHSG cenderung lebih fluktuatif dibandingkan dengan periode
sebelumnya terutama sejalan dengan berbagai gejolak eksternal yang terjadi di
perekonomian global.
Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat
dibandingkan dengan tahun 2007. Di satu sisi, permintaan domestik berupa
konsumsi rumah tangga dan investasi akan semakin berperan dalam menggerakkan
roda perekonomian. Di sisi lain, peranan ekspor akan berkurang sebagai konsekuensi
dari kondisi global yang kurang kondusif. Tantangan eksternal akan memberikan
tekanan berat pada stabilitas makroekonomi dalam negeri. Tekanan tersebut
diprakirakan akan terjadi pada sisi inflasi, sementara pergerakan nilai tukar rupiah
diprakirakan tetap bergerak stabil. Di sisi fiskal, kebijakan fiskal tahun 2008 diarahkan
untuk menjaga kesinambungan fiskal dengan tetap berupaya memberikan stimulus
fiskal, termasuk diantaranya adalah program stabilisasi harga pangan.
Peranan sinergi kebijakan moneter dan fiskal akan menjadi semakin penting dalam
memitigasi dampak negatif gejolak eksternal terhadap prospek perekonomian. Bank
Indonesia akan tetap konsisten mengarahkan kebijakan moneternya untuk mencapai
sasaran inflasi guna mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi. Laju inflasi
IHK tahun 2008 diprakirakan akan berada pada kisaran 6,0%-6,5% dengan
2
Tinjauan Umum
kecenderungan menuju batas atas kisaran atau berada di atas sasaran yang
ditetapkan Pemerintah sebesar 5%+1%.
Prospek perekonomian Indonesia pada tahun 2008 masih akan menghadapi
beberapa risiko yang bersumber dari gejolak eksternal maupun kondisi domestik,
serta tantangan berupa masih tingginya level komponen permanen pembentuk
inflasi
inflasi. Risiko dari eksternal berupa potensi perlambatan ekonomi dunia yang lebih
dalam, harga komoditas internasional yang lebih tinggi dari prakiraan, serta kondisi
pasar keuangan yang belum stabil. Sementara itu, risiko dari dalam negeri berupa
kemungkinan produksi minyak dalam negeri yang lebih rendah dibandingkan
dengan prakiraan semula, terhambatnya kelanjutan dari implementasi proyek
infrastruktur, serta kondisi distribusi barang kebutuhan pokok yang belum
sepenuhnya lancar.
Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan tetap melaksanakan kebijakan moneter secara
terukur dan hati-hati dengan terus mencermati berbagai dinamika perekonomian.
Keputusan Bank Indonesia pada awal April 2008 untuk mempertahankan BI Rate
pada tingkat 8,00% didasari evaluasi yang dilakukan secara menyeluruh terhadap
perkembangan dan prospek ekonomi global, regional, dan domestik serta
pencapaian terhadap sasaran inflasi tahun 2008 dan 2009 yang ditetapkan oleh
Pemerintah. Bank Indonesia memandang, tidak berubahnya BI Rate pada tingkat
8,00% masih mampu memberikan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia
ke depan sejalan dengan masih tersedianya ruang gerak bagi bank untuk
menurunkan suku bunga lebih lanjut. Bank Indonesia juga akan senantiasa
mencermati perkembangan aktivitas ekonomi dan inflasi, termasuk sumber-sumber
inflasi, dalam waktu-waktu mendatang. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia
berpandangan bahwa dengan koordinasi yang semakin baik dan kerja keras seluruh
pihak, maka dampak ketidakpastian perekonomian global dapat diminimalisir dan
momentum pertumbuhan ekonomi dapat dipelihara.
3
Download