60 3) Kesesuaian dengan prosedur kegiatan belajar yang harus

advertisement
60
3) Kesesuaian dengan prosedur kegiatan belajar yang harus ditempuh.
4) Sedangkan unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar.
5) Kualitas hasil akhir yang dapat dicapai.
6) Tingkat hasil belajar
7) Tingkat retensi belajar.
Sedangkan efisiensi pembelajaran dapat diukur dengan rasio antara
keefektifan dengan jumlah waktu yang digunakan dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan. Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan menganalisis
kecenderungan peserta didik untuk berkeinginan terus belajar.
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Obyek50
50
Data merupakan hasil dokumentasi yang di Madrasah Diniyah al-Karim Waru Sidoarjo bagian Tata
Usaha, 10 November 2013.
61
1. Identitas Madrasah Diniyah
a. Nama Madrasah
: Madrasah Diniyah Al-Karim Waru Sidoarjo
b. Alamat Madrasah
:
- Jalan
: Jl. Kyai Zainuddin Ngeni
- Desa/Kelurahan
: Ngeni
- Kecamatan
: Waru
- Telepon
: (031) 71842426
- Kabupaten
: Sidoarjo
- Propinsi
: Jawa Timur
c.
No Statistik Madrasah
: 311235150569
d.
Nama Kepala Madrasah : Khoirul Anam, S,Pd.I
2. Letak Madrasah Diniyah
Lokasi Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru
berada di Jalan Kyai Zainuddin RT 02 RW 02. Desa Kepuh Kiriman
Waru Sidoarjo. Sebelah utara dibatasi oleh jalan Kolonel Sugiyono dan
sebelah barat dibatasi oleh jalan Barito. Tempat Madrasah Diniyah masih
menumpang diatas lahan Mushalla Wakaf dengan luas 50 m2, sudah
bersertifikat.
Madrasah
60
Diniyah
al-Karim
berada
dalam
lingkungan
perkampungan yang disekitarnya juga terdapat sekolah dan instansi
62
lain, seperti : SD-SMP Zainuddin Ngeni, Masjid Zainuddin Ngeni,
komplek perumahan Kepuh Permai Waru.
3. Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran, maka
diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung. Adapun sarana dan
prasarana yang ada di Madrasah Diniyah al-Karim Waru Sidoarjo adalah :
a. Ruang Belajar
: 3 ruang
b. Ruang Tata Usaha
: 1 ruang
c. Ruang Kepala Madrasah
: 1 ruang
d. Ruang Guru
: 1 ruang
e. Kamar mandi/ WC Guru
:
2 ruang
f. Kamar mandi/ WC Santri
:
2 ruang
g. Musholla
:
1 ruang
h. Gudang
: 1 ruang
4. Kondisi pendidik di Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman
Waru Sidoarjo
Jumlah pendidik Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh
Kiriman Waru Sidoarj ada 3 orang, terdiri atas 2 orang laki-laki dan 1
orang perempuan. Pendidikan pendidik Madrasah Diniyah al-Karim
Ngeni Kepuh Kiriman Waru terdiri atas 2 orang berijazah S1, dan 1
63
orang sedang menempuh S1. Kinerja pendidik cukup baik, displin dalam
bekerja, ramah menghadapi santri, terbuka dalam mengatasi masalah
santri.
Di Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru
Sidoarjo ini memiliki 3 pendidik dengan mata pelajaran Fiqih, Akhlaq,
Sejarah Islam, yakni Ustadz Khoirul Anwar, S.Pd.I, al-Qur’an yakni
Ustadzah Khurriyah, S.Pd.I, dan Ustadz Muhammad Shofwan yakni
Bahasa Arab dan Shorf dan semua pendidik mengajar pada satu jenjang
yakni untuk awwaliyah yang terdiri dari 3 rombongan belajar. Dan
masing-masing kelas terdiri dari 12 santri.
5. Kondisi Santri di Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman
Waru Sidoarjo
Jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2012-2013 adalah 36
santri yang terdiri atas 19 santri perempuan dan 17 santri laki-laki. Input
peserta didik Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru
Sidoarjo sebagian besar
dengan kemampuan menengah ke atas, hal
karena mereka merupakan lulusan dari TPQ yang melanjutkan ke jenjang
Madrasah Diniyah. Minat belajar santri pada umumnya sedang. Latar
belakang orang tua santri pada umumnya termasuk ketegori ekonomi
menengah kebawah.
64
6. Visi dan Misi di Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru
Sidoarjo
Visi Madrasah:
“Unggul dalam prestasi dan berakar pada akhlakul karimah yang
berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits serta nilai-nilai budaya bangsa”
Misi Sekolah:
a. Menumbuhkan lulusan yang berperilaku positif, berbudi pekerti
terhadap Tuhan YME.
b. Menumbuhkan lulusan yang bersikap terbuka, positif dan tanggap
terhadap perubahan kemajuan ilmu pengetahuan agama.
c. Menghasilkan lulusan yang matang dalam ilmu al-Qur’an.
7. Tujuan Madrasah
a.
Meningkatkan kelancaran kegiatan pembelajaran dan kegiatan lain
yang berkaitan dengan pembelajaran agama Islam.
b.
Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia.
c.
Menerapkan mutu pendidikan terutama prestasi akademik, nonakademik
baik
melalui
ekstrakulikuler.
kegiatan
intrakulikuler
maupun
65
d.
Menyiapkan SDM – santri – agar mampu bersaing pada era
globalisasi.
e.
Menyiapkan SDM – peserta didik – agar berakhlak mulia.
f. Melengkapi sarana dan prasarana dan fasilitas/media pembelajaran.
B. Penyajian dan Analisis Data
1. Penerapan Progam Tahfidz al-Qur’an dalam Pembelajaran Agama Islam
pada materi Al-Qur’an pada Jenjang Awwaliyah di Madrasah Diniyah
al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru Sidoarjo
a. Tujuan Pembelajaran Agama Islam di Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni
Kepuh Kiriman Waru Sidoarjo
Tujuan pembelajaran merupakan hasil akhir yang ingin dicapai
dari proses pembelajaran. Tujuan akhir suatu pembelajaran akan sangat
mempengaruhi terhadap perkembangan dan pengembangan diri santri
dan lingkungannya. Oleh karena itu, tujuan akhir bukan hanya menjadi
tanggung
jawab
pihak-pihak
penyelenggara
pengajaran
yang
berkecimpung secara langsung saja, namun juga menjadi tanggung
jawab dari pemerintahan yang dinaungi oleh Kementrian Agama yang
membawahinya. Hal ini dapat terlihat dari adanya batasan tujuan akhir
pendidikan/pengajaran yang ditetapkan oleh pemerintah melalui UU RI
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang
berbunyi pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
66
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung
jawab.
Dari tujuan yang ditetapkan di atas, maka ada tiga lapangan yang
ingin dikembangkan oleh pemerintah dalam proses pembelajaran. Tiga
lapangan tersebut adalah :
1)
Mengembangkan potensi diri peserta didik (santri)
2)
Terjalinnya hubungan antara peserta didik dengan Tuhan (sebagai
makhluk beragama)
3)
Terjalinnya hubungan antara peserta didik (santri) dengan
masyarakat lingkungannya (sebagai warga negara)
Jika ditinjau dari tujuan pembelajaran agama Islam yang
dicantumkan oleh Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman
Waru Sidoarjo, yakni untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan
melalui
pemberian
dan
pemupukan
pengetahuan,
penghayatan,
pengamalan, serta pengalaman santri tentang agama Islam, sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan dan
ketakwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
67
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,51 maka (menurut
penulis) dapat diketemukan kesesuaian tujuan antara keduanya tujuan
pengajaran Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru
Sidoarjo dan Pemerintah. Bahkan dalam merealisasikan tujuan pengajaran
tersebut, Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru
Sidoarjo memiliki prosedur pengajaran dimana materi pengajaran alQur’an lebih ditonjolkan. Prosedur ini diterapkan dengan pengamatan
terhadap tingkah laku para santri dalam semua mata pelajaran, tidak
hanya dalam mata pelajaran al-Qur’an saja. Dengan penekanan terhadap
materi-materi seperti fiqih, hadits dan akhlak yang lain pada peserta
didik, maka akan lebih mudah dalam merealisasikan terbentuknya peserta
didik muslim yang memiliki kepribadian mulia, baik terhadap dirinya
sendiri, Tuhan, masyarakat sekitarnya serta bangsa dan negara.
Dengan usaha perealisasian tujuannya tersebut, maka tidak
hanya ranah kognitif dan afektif saja yang ingin dikembangkan dan
dicapai sebagai tujuan akhir dari proses pembelajaran agama Islam di
Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru Sidoarjo, ranah
psikologi pun menjadi ukuran dari tujuan akhir pembelajaran agama
Islam.
51
Khoirul Anwar, Wawancara, di kantor guru, Tanggal 29 November 2013.
68
b. Kurikulum dan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru Sidoarjo
Sebagaimana
kurikulum
madrasah
halnya
pondok
diniyah
pada
pesantren,
dasarnya
pengembangan
merupakan
hak
penyelenggara. Oleh sebab itu, tidak ada kurikulum yang seragam untuk
madrasah diniyah. Akan tetapi, untuk memudahkan pelayanan dan
pembinaan,
Kementrian
Agama
mengembangkan
kurikulum
standard/baku untuk ditawarkan sebagai model kurikulum madrasah
diniyah,52 dalam hal ini Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh
Kiriman Waru Sidoarjo mengikuti dengan apa yang telah diitawarkan
oleh Kementrian Agama yaitu dengan membuat Madrasah Diniyah
dengan berjenjang tingkat awaliyah sehingga mempunyai fungsi untuk
membantu dan menyempurnakan pencapaian tema sentral pendidikan
agama pada sekolah umum terutama dalam hal praktik dan latihan ibadah
serta membaca al-Qur’an.
Dan penerapan materi Pendidikan Agama Islam di Madrasah
Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru Sidoarjo mencakup enam
materi pelajaran yaitu; Fiqh, al-Qur’an, Hadits, Tarikh, Aqidah, Akhlak
dan bahasa Arab. Hal ini
Berdasar pada pengembangan terakhir
kurikulum madrasah diniyah yang dilakukan pada tahun 1994,
52
Kementrian Agama, Pondok Pesantren dan Madrasah
Perkembangannya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2008), hal. 50.
Diniyah
Pertumbuhan
dan
69
khususnya untuk madrasah diniyah awaliyah dan wustha, dengan
menyatukannya dalam satu perangkat, sebagai langkah penyesuaian
dengan kurikulum pendidikan dasar yang ditetapkan sebagai kesatuan..53
Menurut
penulis,
tujuh
materi
yang
ditetapkan
oleh
Kementrian Agama bukan merupakan “harga mati” dalam menentukan
skedul pembelajaran madrasah diniyah. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa dalam kitab-kitab fiqh, baik klasik maupun
kontemporer, masalahn syariah dan muamalah selalu dibahas di
dalamnya, dan bukan merupakan materi ataupun hal yang terpisah dari
Fiqh.
Menurut penulis, terobosan dengan menerapkan progam
tahfidz al-Qur’an pada jenjang awwaliyah yang telah dilakukan oleh
Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru Sidoarjo
bukanlah suatu pelanggaran skedul pendidikan. Bahkan sebaliknya,
terobosan tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah “keberanian” yang
penuh perhitungan dari pihak pengelola pendidikan Madrasah Diniyah alKarim Ngeni Kepuh Kiriman Waru Sidoarjo. Penulis menyebutnya
sebagai suatu keberanian yang penuh perhitungan karena dalam
kenyataannya para santri masih tetap mendapatkan materi yang lain yang
terkandung dalam kurikulum madrasah diniyah bahkan mereka sangat
53
Khoirul Anwar, Wawancara, di kantor guru, Tanggal 29 April 2010
70
antusias dalam pembelajaran tersebut. Terobosan yang dilakukan oleh
madrasah diniyah al-Karim bisa dijadikan acuan bagi madrasah-madrasah
diniyah lain yang mengajarkan pelajaran al-Qur’an dimana perlu adanya
koreksi terhadap apa yang dibutuhkan dalam pencapaian tujuan
pembelajaran sehingga mampu menciptakan suasana belajar yang tepat,
efektif dan efesien.
Di samping materi, suatu proses pembelajaran akan berhasil
apabila ditunjang dengan adanya metode pembelajaran. Kedudukan
metode memang tidak kalah penting dibanding dengan kedudukan materi.
Keduanya merupakan unsur pembelajaran yang saling berkaitan satu
dengan yang lain. Tanpa adanya metode yang pasti proses belajar
memang dapat berjalan, namun tidak akan dapat mencapai hasil yang
maksimal sesuai yang diinginkan. Adanya metode tanpa kejelasan materi
hanya akan menjauhkan santri dari pengetahuan itu sendiri.
Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan caracara yang digunakan untuk menyampaikan bahan pelajaran agama Islam
kepada para santri demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien. Metode yang tepat akan sangat membantu
terhadap proses penyampaian materi yang sesuai dengan harapan dan
tujuan yang ingin dicapai.
71
Di Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru
Sidoarjo banyak variasi metode yang
dalam kegiatan belajar mengajar. Hal
digunakan
oleh
pendidik
ini disesuaikan dengan materi
dari masing-masing pelajaran.
Hal ini dapat terlihat pada metode-metode yang diterapkan di
madrasah diniyah seperti metode sorogan, weton, demontrasi dengan
menggunakan alat peraga, keteladanan (praktik), serta hafalan dan
praktek ibadah, (wacana dan praktik). Dari penerapan metode ini para
santri madrasah diniyah al-Karim Waru tidak hanya mendapatkan
pengetahuan secara teoritik saja, namun juga dapat melaksanakannya
dalam dataran praktis.
Pemberian
transfer
pengetahuan
yang
dilaksanakan
di
madrasah diniyah al-Karim Waru tersebut yang meliputi wilayah kognitif,
afektif, dan psikomotorik dari peserta didik secara ideal telah memenuhi
standar pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh
Kementrian Agama RI yaitu menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, dan mengamalkan hingga mengimani, bertakwa
dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Islam dari sumber
utamanya yaitu kitab suci al-Qur’an dan hadits, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, pelatihan serta penggunaan pengalaman. Tuntutan
untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan
72
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud
kesatuan dan persatuan.
Penerapan progam tahfidz al-Qur’an dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada Materi al-Qur’an pada jenjang awwaliyah
di Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru Sidoarjo
masih belum optimal, hal ini dapat dicermati pada banyaknya kendala
yang dirasakan oleh para santri, dimana pada penerapan progam tahfidz
al-Qur’an, para santri juga memiliki kesibukan diluar jadwal madrasah
diniyah seperti les pelajaran sebagai tambahan tuntutan mereka untuk
memenuhi tugas atau beban pelajaran yang belum mereka pahami dalam
sekolah dan hal itu dilakukan ketika sore hari selang beberapa jam setelah
mereka pulang dari sekolah. Jadi, para santri yang umumnya mereka dari
tingkat sekolah dasar mempunyai waktu yang sangat sedikit untuk bisa
mengulangi hafalan atau menambah jumlah setoran hafalan yang akan
mereka setorkan, hal inilah yang menyebabkan belum optimalnya
penerapan progam tahfidz al-Qur’an di madrasah diniyah ini. Namun
demikian, penerapan progam tahfidz al-Qur’an dalam materi cukup
signifikan terhadap peningkatan motivasi belajar para santri.
2.Faktor penghambat dan pendukung penerapan progam tahfidz alQur’an dalam Pembelajaran agama Islam pada materi al-Qur’an pada
73
jenjang awwaliyah di Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman
Waru Sidoarjo
1. Faktor penghambat penerapan progam tahfidz al-Qur’an dalam
pembelajaran agama Islam pada materi al-Qur’an pada jenjang
awwaliyah di Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru
Sidoarjo
Dalam pelaksanaan pembelajaran agama dengan menerapkan
progam tahfidz al-Qur’an menghadapi persoalan dari berbagai sisi. Di
sini penulis mengidentifikasi beberapa faktor yang menjadi penghambat
dalam penggunaan progam tahfidz al-Qur’an dalam pembelajaran
agama Islam pada materi al-Qur’an pada jenjang awwaliyah di
Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru Sidoarjo,
diantara sebagai berikut:54
1)
Waktu.
Waktu yang disediakan hanya mulai setelah shalat maghrib
sampai dengan shalat isya dan ditambah 20 menit setelah shalat isya
dengan muatan materi yang begitu padat. Tidaklah mungkin
menuntut pemantapan pengetahuan dengan menerapkan progam
54
Hasil Wawancara dengan Ustadzah Khuriyyah dan sejumlah santri jenjang awwaliyah, dengan
pertanyaan sebagai mana terlampir dalam Lampiran Pedoman Wawancara, di Madrasah Diniyah alKarim, 20 November 2013.
74
tahfidz al-Qur’an tanpa diselingi dengan metode lain dalam
pembelajaran di madrasah diniyah hingga terbentuk watak dan
kepribadian agama hanya pada pemberian materi agama di
madrasah diniyah yang waktunya terbatas. Untuk menyiasati
kekurangan waktu pendidik madrasah diniyah al-Karim Waru
Sidoarjo memberikan tugas tagihan. Yaitu para santri diberi tugas
untuk menghafal beberapa ayat yang akan disetorkannya pada
malam hari di rumah dan selanjutnya ditagih setoran hafalannya di
kelas. Selain itu pendidik juga mewajibkan praktek-praktek ibadah
seperti shalat berjamaah, shalat sunnat rawatib dan lainnya.
2)
Kemampuan Siswa
Perbedaan kemampuan para santri merupakan salah satu
kendala pendidik madrasah diniyah dalam mengaplikasikan progam
tahfidz al-Qur’an. Faktor ini merupakan faktor intern para santri,
sehingga para santri mengalami kesulitan belajar dan tentunya hal
ini
menjadi
halangan
pendidik
madrasah
diniyah
dalam
mengaplikasikan progam tahfidz al-Qur’an pada kegiatan belajar
mengajar.
75
Rendahnya kemampuan para santri ini bisa terjadi pada ranah
kognitif seperti rendahnya kapasitas intelektual para santri, jika
keadaannya seperti ini, maka dengan adanya bantuan pendidik dan
partner sebaya masih bisa diatasi. Jika terjadi pada ranah afektif
seperti labilnya emosi dan sikap, sehingga ia mengalami kesulitan
dalam bersosial bahkan cenderung untuk buat semaunya. Maka ini
merupakan gangguan yang sangat sulit diatasi karena perlu waktu
lama untuk menumbuhkan minat belajar dan sosialisasi para santri
tersebut. Tetapi faktor ini tidak membuat pendidik madrasah
diniyah menyerah, akan tetapi terus berusaha untuk mencari solusi
penyelesaiannya.
Ternyata rendahnya kemampuan afektif peserta didik inilah
yang paling berat dirasakan pendidik madrasah diniyah, jika hanya
rendahnya kemampuan kognitif, maka ia hanya perlu bimbingan
dan motivasi. Begitu juga dengan aspek psikimotorik yang
mengalami kekurangan, seperti terganggunya alat indra, maka
cukup dengan menggunakan alat bantu saja.
3)
Media Belajar.
Media belajar yang sekarang dimiliki masih terbatas terutama
yang berkaitan dengan progam tahfidz al-Qur’an, karena itu
76
pendidik madrasah diniyah tidak menilai media belajar dari segi
kecanggihan medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan
perannya dalam membantu mempertinggi proses pembelajaran. Oleh
sebab itu, penggunaan media pengajaran sangat bergantung pada
hal-hal berikut diantaranya ketepatan penggunaan dengan tujuan
pembelajaran, dukungan terhadap bahan pembelajaran, kemudahan
memperoleh media, dan ketrampilan dalam menggunakannya.
Sedangkan dalam pelaksanaan pembelajaran, efektifitasnya dapat
dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran
efektif dan berhasil apabila para santri terlibat secara aktif baik fisik,
mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Sedangkan dari
segi hasil, pembelajaran dikatakan efektif dan berhasil apabila
terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku yang positif pada
diri para santri.
Untuk referensi yang terbatas, biasanya pendidik
madrsah
diniyah hanya membawa al-Qur’an sebagai bahan untuk menyimak
bacaan hafalan al-Qur’an santri atau bahan rujukan bagi para santri.
Bahkan juga para santri membawa buku bacaan dari rumah yang
sekiranya relavan dengan materi pelajaran terutama tentang hafalan
al-Qur’an.
77
2. Faktor pendukung penerapan progam tahfidz al-Qur’an dalam
pembelajaran agama Islam pada materi al-Qur’an pada jenjang
awwaliyah di Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru
Sidoarjo
Kegiatan belajar mengajar tidaklah mungkin dapat berhasil
tanpa faktor yang mendukungnya. Begitu juga dengan progam tahfidz
al-Qur’an dalam pembelajaran agama Islam pada materi al-Qur’an pada
jenjang awwaliyah di Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh
Kiriman Waru Sidoarjo tidaklah mungkin berhasil jika tanpa adanya
faktor pendukung.
Setelah melakukan wawancara dan observasi dapat diketahui
beberapa faktor yang mendukung progam tahfidz al-Qur’an dalam
pembelajaran agama Islam pada materi al-Qur’an pada jenjang
awwaliyah di Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru
Sidoarjo, diantara faktor pendukung tersebut adalah :
1) Sumber Daya Manusia
Tenaga pendidik madrasah diniyah al-Karim Ngeni Kepuh
Kiriman Waru Sidoarjo seluruhnya adalah lulusan pondok
pesantren dengan progam tahfidz al-Qur’an. Mereka mempunyai
kapabilitas di bidangnya, sehingga tidaklah perlu diragukan lagi
78
ilmu al-Qur’an yang dimilikinya. Begitu juga dengan pengetahuan
dan pengalaman keagamaan mereka. Pengalaman dalam mengajar
yang mereka miliki cukuplah bagi seorang pendidik profesional,
sehingga hal ini sangat mendukung kegiatan belajar mengajar
Pendidikan Agama Islam dengan menerapkan progam tahfidz alQur’an.
2) Partner Sebaya.
Dalam kegiatan belajar mengajar biasanya dibentuk kelompokkelompok kecil yang terdiri dua dari beberapa santri. Perbedaan
kemampuan menghafal para santri sangatlah diakui seorang
pendidik, sehingga dalam pembentukan kelompok akan dipilih
beberapa peserta didik secara acak dan masing-masing kelompok
minimal akan ada satu santri yang mempunyai intelektualitas yang
baik dan mempunyai tingkat hafalan yang baik dari temannya.
Inilah yang disebut dengan partner sebaya.
Hal ini dirasa efektif untuk membantu pendidik saat kegitan
belajar mengajar, karena terbatasnya sarana yang ada di madrasah
diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru Sidoarjo dalam
pendayagunaan progam tahfidz. Melalui partner sebaya ini pendidik
berusaha memberikan kepercayaan kepada para santri yang
79
mempunyai kemampuan lebih dalam bidang hafalan al-Qur’an dan
pemahaman tentang materi yang sedang diajarkan dari teman yang
lainnya. Selain itu diharapkan dengan cara ini akan memberikan
semangat kepada yang lainnya. Dengan adanya partner sebaya ini
seorang santri yang belum paham labih nyaman untuk bertanya
pada temannya yang lebih dahulu paham tentang bagaimana strategi
hafalan yang tepat, daripada bertanya kepada gurunya. Ternyata
dengan cara ini pula pendidik madrasah diniyah al-Karim Waru
Sidoarjo
mampu
mengoptimalkan
kemampuan
para
santri,
khususnya dalam pembelajaran al-Qur’an.
3)
Kreatifitas Siswa.
Kreatifitas peserta didik ternyata mampu membantu pendidik
madrasah diniyah dalam memberikan penjelasan materi kepada
peserta didik, terutama dalam penerapan progam tahfidz al-Qur’an.
Pendidik madrasah diniyah merasa terbantu sekali ketika ada santri
yang
mampu
berkomunikasi
dengan
baik
dan
sehingga
mempermudah teman yang lainnya untuk memahami materi yang
sedang disampaikan oleh seorang pendidik.
80
Berikut ini tabel tentang faktor penghambat dan faktor
pendukung
penerapan
progam
tahfidz
al-Qur’an
dalam
pembelajaran agama Islam pada materi al-Qur’an pada jenjang
awwaliyah di Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman
Waru Sidoarjo:
No
Faktor Penghambat
Faktor Pendukung
1
Waktu
Sumber daya manusia
2
Kemampuan siswa
Patner Sebaya
3
Media belajar
Kreatifitas siswa
Tabel 1
Faktor penghambat dan faktor pendukung progam tahfidz alQur’an dalam pembelajaran agama Islam pada materi al-Qur’an pada jenjang
awwaliyah di Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru
Sidoarjo
Keterangan:
Diantara Faktor penghambat progam tahfidz al-Qur’an dalam
pembelajaran agama Islam pada materi al-Qur’an pada jenjang awwaliyah di
Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru Sidoarjo
adalah:
1) Waktu.
81
Waktu yang disediakan hanya dua jam pelajaran dengan muatan
materi yang begitu padat.
2) Kemampuan Santri
Perbedaan kemampuan para santri merupakan salah satu kendala
pendidik madrsah diniyah al-Karim dalam mengaplikasikan progam
tahfidz.
3) Media Belajar.
Media belajar yang sekarang dimiliki masih terbatas.
Faktor Pendukung Penerapan progam tahfidz al-Qur’an dalam
pembelajaran agama Islam pada materi al-Qur’an pada jenjang
awwaliyah di Madrasah Diniyah al-Karim Ngeni Kepuh Kiriman Waru
Sidoarjo, diantaranya adalah:
1) Sumber Daya Manusia
Tenaga pendidik madrasah diniyah al-Karim Ngeni Kepuh
Kiriman Waru Sidoarjo mempunyai kapabilitas di bidangnya.
2) Partner Sebaya.
Dengan partner sebaya dirasa efektif untuk membantu pendidik
saat kegitan belajar mengajar, karena terbatasnya sarana yang ada di
Download