Ringkasan Khotbah

advertisement
Ringkasan Khotbah - 12 Des'10
Berperang Menghadapi Iblis
Efesus 6:10-20
Pdt. Andi Halim, S.Th.
Banyak orang yang belum mengerti bagaimana hidup bergereja yang benar, gereja dianggap
seperti restoran, bioskop lalu menilai pembicara memuaskan atau tidak, cocok atau tidak dan
sebagainya. Namun yang jelas gereja adalah tempat di mana anak-anak Tuhan dibina,
digembleng, dilengkapi untuk menjadi prajurit-prajurit Kristus. Kalau sekedar memuaskan
telinga apakah setelah itu kita menerapkan Firman yang didengar dari pembicara yang
menyenangkan dalam hidup gereja dan hidup sehari-hari?
Misalkan soal rajin membaca Kitab Suci dan mengenal dengan benar pengertian Kitab Suci
adalah soal seumur hidup, tidak cukup asal rindu belajar karena kalau salah baca, salah dengar
dan salah mengerti bisa makin fatal. Tapi ini bukan jadi alasan bersukacita bagi mereka yang
malas membaca karena takut sesat. Yang tidak rajin pun juga tidak mentaati Firman. Malas
tidak benar, rajin belum tentu benar. Maka yang benar adalah rajin dalam mengenal kebenaran
Kitab Suci dengan benar.
Dalam penutup suratnya di Efesus 6 Paulus mau menyatakan hidup sebagai orang Kristen
tidak mungkin santai, nyaman danpenuh kesenangan. Ini memang natur kita secara umum: cari
enak dan nyaman. Tetapi Alkitab justru tidak pernah menyatakan hal ini. Beberapa waktu lalu
kita belajar damai sejahtera bisa berarti kemarahan, misalnya dari orang-orang Farisi yang mau
membunuh Yesus Kristus waktu mendengar kebenaran yang dinyatakan, demikian Yohanes
Pembaptis yang dipenggal oleh Herodes, Stefanus yang dirajam batu sampai mati karena
beritakan Injil. Inilah damai sejahtera dari Allah. Tuhan akan memimpin mereka yang
memberitakan Injil, Petrus berkhotbah pertama kali 3000 orang bertobat, tapi kali berikutnya dia
malah masuk penjara. Maka tidak ada jaminan mereka yang hidup di dalam Tuhan akan tenang
dan aman terus.
1/5
Ringkasan Khotbah - 12 Des'10
Jadi menurut Paulus orang Kristen hidup seperti berperang. Dia tidak mungkin santai-santai,
mabuk-mabukan padahal musuh ada di depannya. Dia akan terus waspada dan hati-hati
terhadap serangan musuh. Demikianlah keadaan orang percaya. Kita semua sedang
berperang. Kalau damai sejahtera identik dengan nyaman dan enak adakah nabi yang hidup
dengan nyaman dan enak? Musa ber“sauna” di padang pasir di tengah rakyat Israel yang tegar
tengkuk yang sering memberontak kepada Allah. Itulah hidup sebagai orang percaya. Maka
orang percaya yang tidak bergumul dan bergolak perlu dipertanyakan apakah ia sedang hidup
menjalankan kehendak Allah. Maka bertanyalah apakah kita sedang menjalankan kehendak
Tuhan atau menjalankan kehendakku sendiri? Menyenangkan diri sendiri atau menyenangkan
Tuhan.
Pola hidup Alkitab bukan cari aman tetapi penuh resiko dan konsekuensi yang perlu dihadapi.
Hidup untuk menyatakan kebenaran, bukan untuk cari aman, orang yang mendengar mungkin
marah dan nggak suka.
Perang di Alkitab bukan secara fisik tetapi secara non-fisik. Pembunuhan karakter misalnya,
orang dijelek-jelekkan sampai masa depan, keluarga, dan kesehatannya rusak. Tapi
peperangan rohani adalah peperangan yang jauh lebih mengerikan: kita sedang melawan Iblis
(Ef.6:11) maka perlu memakai seluruh senjata Allah.
Kira-kira bagaimana serangan Iblis kepada gereja Tuhan? Mungkin kita berpikir aman-aman
saja. Kalau orang dalam perang merasa aman maka tidak akan berjaga-jaga, itulah
kesempatan musuh menghancurkan. Salah satu strategi Iblis yang paling jitu adalah
membelokkan arah seharusnya yang berpusat kepada Allah menjadi berpusat kepada manusia.
Bukannnya kepada kemuliaan Tuhan tetapi kepada kemuliaan manusia, kepentingan manusia.
Sekarang sudah banyak gereja yang tidak lagi bertujuan bagi kepentingan Allah tetapi bagi
kepentingan manusia untuk memuaskan apa yang diinginkan: kesehatan, bisnis, jodoh, punya
rumah. Orientasinya akhirnya selalu kepada diri sendiri. Inilah strategi setan. Gereja sekarang
juga banyak melayani keinginan manusia. Gereja semacam ini sudah salah fungsi, seperti
gunung Kawi dibawa ke gereja. Padahal gereja seharusnya berfungsi untuk hidup bagi
kemuliaan Allah.
Saya sering mendengar ada orang yang waktu single giat melayani Tuhan, setelah menikah
malah tidak lagi. Alasannya sekarang dituntut istri malah mengurangi pelayanan. Seharusnya
sewaktu berkeluarga semakin dobel dalam melayani. Ini yang saya tanyakan dalam pembinaan
pra-nikah: apa tujuanmu menikah? Ada yang menjawab karena calon cantik, ada yang karena
2/5
Ringkasan Khotbah - 12 Des'10
umur, ada yang karena kebutuhan seks atau keturunan. Jadi seputar itu saja. Ini salah, tujuan
menikah menurut Alkitab sudah terkandung dalam 1Kor.10:31, yaitu semua yang dilakukan itu
untuk kemuliaan Allah. Itulah salah satu sebabnya mengapa saya agak terlambat menikah.
Saya bergumul takut kalau setelah menikah saya makin tidak bisa melayani Tuhan. Jangan
sampai setelah menikah malah pasangan saya menghalangi saya tidak bisa melayani Tuhan.
Komitmen saya lebih baik tidak menikah daripada setelah itu tidak bisa melayani Tuhan.
Setelah menikah ternyata banyak masalah, tidak lancar dan mulus. Tuhan mengijinkan semua
itu terjadi agar saya dapat menghadapi tantangan yang lebih berat lagi. Maka hidup Kristen
tidak ada yang lancar, enak nikmat, tanpa masalah. Orang yang hidup lancar dan mulus tidak
mungkin dewasa. Satu orang melayani Tuhan berarti setelah menikah ada dua orang percaya
yang melayani Tuhan. Satu orang memuliakan Tuhan dan dua orang memuliakan Tuhan pasti
lebih bagus dua orang.
Dalam dunia mahasiswa ada kebiasaan saat mau berkonsentrasi skripsi lalu jadi alasan
berhenti melayani, tapi herannya masih bisa pacaran. Waktu skripsi juga masih bisa makan,
minum, dan mandi. Lalu pelayanan tidak ada waktu? Saya tidak setuju hal ini. Waktu saya
masuk skripsi saya atur waktu 2 jam setiap hari jam 10 sampai 12 malam di perpustakaan buat
skripsi tapi saya masih melayani di tiga tempat sampai saya menyelesaikan skripsi tepat waktu.
Satu malam sebelum esok sidang skripsi saya masih ikut persekutuan doa. Ini sudah komitmen
saya waktu bertobat. Jadi hidup untuk orang percaya tidaklah untuk diri sendiri.
Kalau hidup melayani Tuhan lalu makin sukses, sehat, dan lain-lain artinya kita hidup melayani
Tuhan demi kepentingan diri sendiri. Inilah tipu muslihat Iblis bagi gereja pada masa kita.
Kepentingan diri malah disuburkan di gereja-gereja. Akan tetapi Paulus memberikan kita cara
untuk melawan godaan Iblis:
Ay.14. pertama prajurit berdiri tegak, ia siap menjalankan setiap tugas. Ia juga
berikatpinggangkan kebenaran (truth, aletheia) yaitu yang berasal dari Allah yang mutlak,
bukan kebenaran relatif seperti dalam jaman posmodern sekarang, di mana setiap orang
dianggap punya kebenaran masing-masing. Keadilan dalam bahasa Inggris righteousness
dalam bahasa aslinya adalah dikaiosune adalah aplikasi dari aletheia, maka aplikasi kebenaran
adalah integritas hidup. Itulah sikap melawan Iblis. Lalu kerelaan, inilah tuntutan kita sebagai
orang percaya dalam pelayanan, jangan karena terpaksa atau karena pamrih: mau cari fasilitas.
Ini bukan hamba Tuhan, tapi bos. Hamba Tuhan harus siap rela melayani bahkan saat tidak
dibayar/ dikasih honor sekalipun.
Satu saat STRIS tidak ada biaya untuk honor sampai saya bilang pada para dosen bahwa
mungkin tidak ada honor atau minim sekali, tetapi mereka tetap berkomitmen. Mengapa ada
3/5
Ringkasan Khotbah - 12 Des'10
kerelaan? Karena ada darah Kristus, bukan mau cari kekayaan. Di GRII siap pikul salib, jangan
cari kaya. Kalau anak buah Pdt Stephen Tong mentalnya mental bayaran padahal rajin atau
tidak honornya sama maka pilih kerja berat atau kerja ringan? Pasti pilih ringan. Kalau sampai
mental hamba Tuhan seperti itu semua maka gerakan Reformed pasti hancur. Kemarin usai
KKR natal pulang sampai rumah pukul 12 malam saya masih harus persiapan khotbah untuk
hari ini.
Bagaimana melawan Iblis? Ay.16, gunakan perisai iman (ini bukan konsep karismatik, apa yang
saya inginkan itu yang kita dapatkan: ajaran setan), berpusat pada Allah bukan pada diri
sendiri. Bukan Tuhan menuruti diri saya tetapi saya taat kepada Tuhan. Iman bukan
kehendakku tetapi kehendak Tuhan yang akan terjadi dalam kehidupan dan itulah yang terbaik,
mempercayakan hidup dan merasa aman kepada-Nya mau diapakan sekalipun. Perempuan
yang menikah berarti trust kepada calon suaminya. Kalau sudah curiga jangan menikah.
Percaya kepada manusia bisa mengecewakan, percaya kepada Allah tidak mungkin
mengecewakan. Ia punya maksud yang baik, saya tetap percaya kepada-Nya. Ia tidak
dipengaruhi kondisi, godaan, kesulitan dan sebagainya. Gembala yang Baik itu bukan hanya
membawa kita ke padang rumput hijau dan air yang tenang tetapi juga dibawa ke dalam
lembah kekelaman.
Melawan Iblis, ay.17, dengan Firman Allah. Ini adalah fondasi dan prinsip, tidak boleh
meremehkan dan tidak belajar sungguh-sungguh, kalau tidak bagaimana kita bisa jadi berkat
dan bagikan kepada orang lain? Inilah komitmen kita untuk belajar Firman dalam kelompok
kecil untuk tahun depan, saling bertanya, berbagi, menguatkan dan belajar cinta Firman. Gereja
yang bertumbuh tidak ada jaminan makin banyak orang yang hadir kebaktian tetapi jemaatnya
makin belajar, mencintai Firman dan tidak malas. Ia juga belajar menjadi berkat bagi orang lain.
Tidak hanya menikmati pertumbuhan diri tetapi juga mau membimbing orang lain untuk
bertumbuh. Iblis ingin menghalangi kita dalam berperang dan dalam bertumbuh. Kalau kita
malas belajar Firman, PI dan pegang ajaran yang paling prinsip maka kita sudah dikelabui Iblis.
Dalam gerakan Reformed kita begitu penuh dengan sarana belajar. Pemimpin yang baik waktu
lihat anak buahnya pintar ia akan belajar lebih lagi.
Terakhir ay.18 kita dinasehati untuk berdoa, ini adalah tema yang kurang menjadi minat kita, ini
terlihat dalam persekutuan doa kita, juga rally doa natal kita. Kenapa doa penting? Bukan untuk
merubah Tuhan tetapi untuk merubah diri kita sendiri. Paulus sendiri, yang sudah hebat dalam
memberitakan injil, juga masih minta didoakan. Kita perlu saling mendoakan. Doa bukan
sesuatu yang sia-sia. Dari rally doa natal panitia yang sudah bekerja sungguh-sungguh dan
mengalami banyak halangan ini dan itu lalu menyerahkan kepada Tuhan lalu kita melihat
kemarin ada 3200 orang yang hadir. Puji Tuhan! Ini anugerah dan kasih karunia Tuhan yang
diberikan karena kita berdoa. Ini sama seperti penginjilan harus dilakukan meskipun sudah ada
penetapan Tuhan, karena semua sudah ada dalam penetapan Tuhan. Jadi penetapan Allah
4/5
Ringkasan Khotbah - 12 Des'10
dalam keselamatan justru digenapi dalam penginjilan. Doa Paulus bukan untuk kepentingan diri
sendiri. Ia hanya minta diberikan keberanian untuk memberitakan injil dan dipakai Tuhan, dalam
orientasi demi kemuliaan Allah, bukan kepentingan diri sendiri.
Kok sedikit-sedikit kemuliaan Tuhan? Kapan buat saya? Tuhan Yesus mengatakan manusia
hidup bukan dari roti saja tapi dari Firman Tuhan. Ini berarti prioritas, hidup bersumber dari
Allah. Di bagian lain Ia juga mengatakan agar kita jangan kuatir, kalau tidak kita cari uang
setengah mati seperti orang yang tidak mengenal Allah. Ini bukan berarti kita tidak perhatikan
keluarga dan pekerjaan, tapi jangan sampai kita perhatikan keluarga dan pekerjaan lalu
meninggalkan gereja, gereja dijadikan barang sisa karena harus keluarkan uang. Keluarga dan
pekerjaan penting bagi kita untuk memuliakan Tuhan dan bersaksi. Tapi ketiga hal ini sama
penting. Tinggal bagaimana kita bagi waktu dengan baik dan bertanggung jawab kepada Allah
dalam segala hal yang dilakukan.
Allah menciptakan kita semua ada tujuannya, tujuan kita bukan di dalam diri kita. Kenikmatan
paling puncak bagi hidup orang percaya adalah boleh bergaul dam mempersembahkan diri
kepada Tuhan, bukan cari uang, kenikmatan seksual, hidup keluarga dengan nyaman, tetapi
hidup dekat dan melayani Tuhan. Orang yang terus memuaskan diri tidak akan pernah puas.
Mereka yang menikmati Allah akan menikmati kenikmatan kekal yang tidak pernah habis.
Kiranya itu yang menjadi tujuan hidup kita.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh Pengkhotbah – BA.)
5/5
Download