bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar modal atau pasar ekuitas (equity market) adalah tempat bertemu
antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal
merupakan sebuah sarana bagi perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana
jangka panjang dengan cara menjual surat berharga seperti saham (stock) atau
obligasi (bond). Saham adalah surat bukti kepemilikan sebagian perusahaan,
sedangkan obligasi adalah suatu kontrak yang mengharuskan peminjam
(perusahaan yang membutuhkan dana atau yang menjual obligasi) untuk
mengembalikan pokok pinjaman beserta bunga yang telah disepakati dalam
kurun waktu tertentu (Jogiyanto, Teori Portofolio Analisis Investasi, 2008).
Maraknya transaksi jual-beli saham di Indonesia menandakan bahwa pasar modal
di Indonesia semakin digemari oleh para investor, baik investor asing maupun
investor dalam negeri. Sudah banyak financial research yang menunjukkan
bahwa beberapa karakteristik sebuah perusahaan (seperti ukuran perusahaan,
nilai atau harga saham perusahaan tersebut di masa lalu) berguna dalam
memprediksi stock return di masa depan. Salah satunya adalah penelitian dari
Banz (1981) dan Fama dan French (1993), yang memberikan bukti bahwa
perusahaan kecil (karakteristik perusahaan) mempunyai nilai positif CAPM.
Dalam berinvestasi, investor menghadapi berbagai risiko dan ketidakpastian.
Oleh karena itu, investor harus dapat memanfaatkan berbagai informasi yang ada
sebagai bahan pertimbangan sebelum berinvestasi pada suatu perusahaan. Salah
satu informasi yang dapat digunakan adalah informasi yang terdapat pada laporan
keuangan. Laporan keuangan menyajikan berbagai informasi terkait karakteristik
sebuah perusahaan seperti ukuran perusahaan, kinerja atau performanya,
likuiditas perusahaan, dan sebagainya.
Menurut Munawir (2002:238), terdapat beberapa rasio yang dapat
digunakan dalam melakukan analisis fundamental yaitu rasio
1
profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah
satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan adalah dengan
melihat pertumbuhan profitabilitas sebuah perusahaan. Rasio profitabilitas
merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam mengelola asetnya. Apabila rasio profitabilitas sebuah perusahaan
menunjukkan tren positif, maka berarti perusahaan tersebut memiliki
kemampuan untuk mengelola aset yang dipunyai secara optimal. Contoh dari
rasio profitabilitas adalah Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA), Net
Profit Margin (NPM). Pada penelitian ini rasio profitabilitas diwakili oleh Net
Profit Margin. Alasan peneliti menggunakan Net Profit Margin sebagai wakil
dari rasio profitabilitas adalah karena rasio ini mampu menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bagi perusahaan secara langsung. Net Profit
Margin menunjukkan setiap satu rupiah penjualan menghasilkan x rupiah net
income. Contoh PT ABC memiliki profit margin sebesar 15%, maka artinya
setiap satu rupiah penjualan PT ABC menghasilkan 0,15 rupiah net income. Jadi
dapat disimpulkan bahwa nilai net profit margin yang tinggi akan mempengaruhi
ekspektasi investor untuk berinvestasi pada perusahaan yang bersangkutan.
Semakin tinggi minat investor pada perusahaan tersebut akan berakibat pada
naiknya harga saham, sehingga peningkatan nilai net profit margin dapat
mempengaruhi kenaikan return saham yang didapatkan.
Jenis rasio kedua adalah rasio likuiditas. Rasio likuiditas adalah rasio yang
digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Contoh rasio likuiditas adalah current ratio, quick ratio,
operating cash flow ratio. Pada penelitian ini rasio likuiditas diwakili oleh
Current Ratio. Current ratio merupakan salah satu jenis rasio likuiditas yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban
jangka pendeknya. Current ratio dihitung dengan membandingkan aset jangka
pendek perusahaan dengan kewajiban jangka pendek perusahaan. Semakin tinggi
nilai current ratio, maka perusahaan dianggap semakin mampu dalam melunasi
kewajiban jangka pendeknya. Current ratio juga dapat memberikan gambaran
mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan cash untuk melunasi
kewajibannya. Jadi semakin tinggi nilai rasio likuiditas perusahaan berarti
2
perusahaan dinilai mampu mengelola modal perusahaan dan semakin kecil pula
risiko gagal bayar perusahaan tersebut, sehingga perusahaan dinilai mampu
memenuhi kebutuhan operasionalnya dan dapat menjaga performa kinerjanya.
Hal tersebut tentu meningkatkan minat investor karena perusahaan tersebut
dianggap memiliki kemampuan dalam melunasi kewajibannya sehingga memiliki
risiko gagal bayar yang rendah dan nilai perusahaan tersebut akan naik seiring
dengan meningkatnya minat investor.
Jenis rasio ketiga adalah rasio aktivitas. Rasio aktivitas adalah rasio yang
menunjukkan kemampuan efisiensi perusahaan dalam melakukan kegiatan
bisnisnya. Contoh rasio aktivitas adalah inventory turnover, dan asset turnover.
Pada penelitian ini rasio aktivitas diwakili oleh rasio total assets turnover. Rasio
assets turnover menunjukkan jumlah rupiah yang dihasilkan dari tiap rupiah aset
yang dimiliki perusahaan. Sehingga rasio ini berfungi untuk melihat seberapa
efisien sebuah perusahaan dalam menggunakan aset untuk menghasilkan
revenue. Semakin tinggi nilai rasio assets turnover maka semakin bagus. Rasio
ini juga dapat mengindikasikan strategi pricing sebuah perusahaan. Perusahaan
dengan strategi low pricing cenderung memiliki nilai aset turnover yang tinggi,
sedangkan perusahaan dengan strategi diferensiasi (high profit margin) memiliki
nilai rasio aset turnover yang rendah. Numerator pada rasio perputaran total aset
adalah penjualan, sehingga apabila nilai rasionya tinggi maka nilai penjualan
(operasional) perusahaan juga tinggi. Hal tersebut berarti apabila terdapat
peningkatan volume penjualan dan total asset yang digunakan tetap, maka
perusahaan dinilai efektif dalam mempergunakan asset untuk menghasilkan laba.
Hal ini tentu mempengaruhi ekspektasi investor untuk menanamkan modal pada
perusahaan yang bersangkutan, karena semakin tinggi nilai rasio ini berarti
perusahaan semakin baik (makin efektif) dan mampu menghasilkan laba lebih
besar.
Rasio keempat adalah Rasio solvabilitas. Rasio solvabilitas atau leverage
ratio adalah rasio yang digunakan untuk melihat komponen pembiayaan dalam
mendapatkan aset pada sebuah perusahaan. Contoh rasio yang masuk kedalam
kategori rasio solvabilitas adalah debt to equity ratio, long term debt to equity
ratio, equity multiplier, debt to asset ratio. Dalam penelitian ini rasio solvabilitas
3
diwakili oleh Debt to equity ratio. Debt to equity ratio adalah rasio yang
menunjukkan proporsi kewajiban sebuah perusahaan terhadap modal atau ekuitas
yang dimilikinya. Debt to equity ratio dihitung dengan cara membandingkan
total kewajiban perusahaan dengan total modal atau ekuitas yang dimiliki oleh
perusahaan. Semakin besar nilai rasionya maka berarti semakin besar pula
kewajiban atau hutang yang ditanggung oleh perusahaan. Tingginya komponen
utang dalam modal perusahaan berarti laba dari perusahaan yang diterima oleh
pemegang saham akan berkurang karena perusahaan diwajibkan untuk membayar
utangnya terlebih dahulu, baru bisa membagikan laba pada pemegang saham.
Dapat disimpulkan bahwa apabila perusahaan memiliki nilai debt to equity besar
selain memiliki risiko gagal bayar yang besar, laba yang dibagikan pada investor
juga sedikit sehingga tentu berpengaruh terhadap persepsi investor (investor
cenderung menghindari perusahaan dengan rasio DER tinggi).
Peristiwa (event) didefinisikan sebagai informasi publik di pasar yang
mempengaruhi nilai satu atau lebih perusahaan pada saat yang sama. berdasarkan
tipenya suatu peristiwa dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu
pengumuman (announcement) dan kejadian (Jogiyanto, Studi Peristiwa: Menguji
Reaksi Pasar Modal Akibat Suatu Peristiwa, 2010). Pendekatan yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi peristiwa (event study),
karena pengumuman
laporan keuangan merupakan
salah satu bektuk
announcement. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin meneliti keempat rasio
yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu: Net Profit Margin (NPM), Total Assets
Turnover (TAT), Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR) terkait
hubungannya dengan return saham. Alasan pemilihan perusahaan dalam
kelompok manufaktur adalah karena perusahaan manufaktur merupakan
perusahaan terbanyak yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Berdasarkan uraian
di atas, peneliti ingin menuangkan ide penelitian tersebut dalam sebuah skripsi
yang berjudul “Analisis Pengaruh Informasi Laporan Keuangan (Rasio
Keuangan) terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Indonesia pada Periode 2012”.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka
penelitian ini dilakukan untuk meneliti kembali beberapa rasio yang telah
disebutkan pada latar belakang masalah yaitu : Net Profit Margin, Total Assets
Turnover, Debt to Equity Ratio, dan Current Ratio. Sehingga rumusan masalah
dalam bentuk pertanyaan penelitian adalah: “Apakah informasi laporan keuangan
yang diwakili oleh keempat rasio yang telah dipilih oleh peneliti memiliki
pengaruh terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Indonesia?”
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan diadakannya penelitian ini adalah
untuk :
a. Memperoleh bukti empiris dengan cara menguji pengaruh Net Profit
Margin, Total Assets Turnover, Debt to Equity Ratio,dan Current Ratio
terhadap return saham perusahaan yang tergabung dalam kelompok
manufaktur pada periode 2012.
b. Menguji besarnya pengaruh Net Profit Margin, Total Assets Turnover,
Debt to Equity Ratio,dan Current Ratio terhadap return saham perusahaan
yang tergabung dalam kelompok manufaktur pada periode 2012.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a.
Peneliti
1. Untuk mempraktikkan teori yang diperoleh ketika menempuh masa
study, serta memberikan bukti empiris terkait pengaruh informasi
akuntansi terhadap harga saham perusahaan.
2. Menambah wawasan dan ilmu yang lebih mendalam mengenai kondisi
pasar modal di Indonesia.
5
b.
Investor
Khususnya untuk investor perusahaan manufaktur, yaitu sebagai
tambahan bahan pertimbangan dalam membuat keputusan investasi,
khususnya investasi instrumen saham, yaitu dengan mempertim-bangkan
rasio-rasio yang dapat dilihat pada laporan keuangan.
1.5 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini :
Bab I
: PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metoda penelitian, serta sistematika pembahasan.
Bab II
: LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan pemahaman dan gambaran umum mengenai akuntansi,
akuntansi kaitannya sebagai sumber informasi, analisa laporan keuangan, kegiatan
investasi pasar modal di Indonesia; sejarah pasar modal di Indonesia; pengertian
saham; jenis-jenis saham, serta nilai yang terkandung dalam selembar saham;
keterbatasan analisis rasio; pengertian mengenai rasio yang diteliti, serta
hubungannya terhadap harga saham; dan perumusan hipotesis penelitian.
Bab III : METODA PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang metoda penelitian yang digunakan, identifikasi
variabel yang digunakan, proses pengumpulan data, beserta data yang diperlukan
dalam penelitian ini (sampel yang dipakai, beserta kriterianya), penjelasan
mengenai metoda analisis yang digunakan.
Bab IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi analisa data yang telah dikumpulkan dengan menggunakan uji
validitas dan reliabilitas, analisis regresi, uji asumsi klasik, pengujian hipotesis,
dan pembahasan hasil yang didapat.
Bab V
: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian, keterbatasan penelitian, serta
saran bagi penelitian selanjutnya.
6
Download