MATERI PERTEMUAN KE 5 AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

advertisement
MATERI PERTEMUAN KE 5
AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1
LIKUIDASI PERSEKUTUAN
Oleh karena adanya resiko normal yang dihadapi ketika melakukan kegiatan
usaha, mayoritas persekutuan yang dimulai pada suatu tahun tertentu kemungkinan akan
menghadapi permasalahan dalam kurun waktu tiga tahun serta mengalami proses
pembubaran atau terminasi (termination) dan likuidasi (liquidation). Pengakhiran bisnis
suatu persekutuan biasanya merupakan suatu peristiwa yang emosional bagi para sekutu
yang terlibat. Sekutu-sekutu tersebut mungkin telah menaruh harapan yang tinggi atas
bisnisnya serta telah menginvestasikan sejumlah besar sumber daya pribadi dan waktu
dalam bisnis itu. Akhir dari persekutuan sering kali merupakan akhir dari impian-impian
bisnis. Para akuntan biasanya mendampingi proses likuidasi dan harus mengakui hak-hak
sah dari sejumlah besar pihak yang terlibat dalam persekutuan: para sekutu individual,
kreditor persekutuan dan sekutu individu, pelanggan, serta pihak-pihak lain yang
memiliki hubungan bisnis dengan persekutuan.
Pengunduran diri atau Disosiasi (dissociation)
Pengunduran diri atau disosiasi (dissociation) adalah konsep hukum untuk
pengunduran diri sekutu karena:
1. Sekutu meninggal
2. Sekutu secara suka rela mengundurkan diri (missal: pensiun)
3. Keputusan pengadilan, seperti :
a. Sekutu terlibat dalam tindakan yang melanggar hukum yang secara signifikan
berakibat negatif bagi persekutuan.
b. Sekutu melanggar perjanjian persekutuan
c. Sekutu menjadi debitur dalam kebangkrutan
d. Sekutu
individual
sudah tidak
berdasarkan perjanjian persekutuan.
mampu
melaksanakan kewajibannya
Tidak seluruh disosiasi menimbulkan pembubaran persekutuan. Banyak disosiasi hanya
melibatkan pembelian kepemilikan sekutu yang mengundurkan diri dibandingkan
melakukan terminasi dan membubarkan bisnis persekutuan.
Pembubaran (dissolution)
Pembubaran (dissolution) merupakan pengakhiran persekutuan. Kejadiankejadian yang dapat menyebabkan pembubaran dan terminasi bisnis persekutuan adalah
sebagai berikut:
1. Dalam
persekutuan,
sewaktu-waktu,
seorang
sekutu
dapat
mengeluarkan
pemberitahuan pengunduran diri dari persekutuan. Pengunduran diri sewaktu-waktu
ini dapat terjadi, sebagian besar, hanya dalam bentuk pemahaman secara lisan
diantara para sekutu dan tidak ada ketentuan pasti atau tindakan spesifik yang
diambil. Perjanjian persekutuan dapat menghindari kejadian seperti ini yang dapat
menyebabkan bubarnya persekutuan dengan memasukan, misalnya sebuah ketentuan
untuk membeli kepemilikan sekutu yang keluar dari persekutuan.
2. Pada persekutuan yang didirikan dengan batas waktu dan tujuan tertentu, pembubaran
dapat terjadi karena:
a. Seorang sekutu meninggal atau mengundurkan diri karena melakukan
kesalahan, paling tidak terdapat setengah sekutu yang tinggal memutuskan
menghentikan bisnis persekutuan.
b. Ketika seluruh sekutu setuju untuk menghentikan persekutuan, atau
c. Ketika batas waktu atau tujuan yang dimaksud telah terpenuhi atau selesai.
3. Adanya keputusan pengadilan bahwa :
a. Tujuan ekonomis persekutuan tampaknya tidak dapat tercapai,
b. Seorang sekutu terlibat dalam suatu tindakan terkait dengan bisnis
persekutuan yang membuat bisnis persekutuan tidak mungkin dilanjutkan
secara praktik, atau
c. Ketika tidak memungkinkan untuk meneruskan bisnis persekutuan secara
praktik sejalan dengan perjanjian persekutuan.
Pada saat pembubaran, persekutuan memulai proses terminasi bisnis persekutuan.
Terminasi (winding up) dan likuidasi (liquidation)
Terminasi dan likuidasi persekutuan dimulai setelah pembubaran persekutuan.
Persekutuan tetap beroperasi untuk tujuan khusus, yaitu penyelesaian proses penghentian
bisnis. Proses terminasi mencakup transaksi-transaksi yang diperlukan untuk melikuidasi
persekutuan, seperti penagihan piutang, termasuk piutang sekutu, konversi aset non kas
menjadi kas, pembayaran kewajiban persekutuan, dan distribusi saldo bersih yang tersisa
kepada para sekutu dalam bentuk kas sesuai proporsi kepemilikan modal. Jika perjanjian
persekutuan tidak memberikan rasio khusus untuk likuidasi, maka laba atau rugi yang
terjadi selama proses likuidasi didistribusikan berdasarkan rasio normal laba dan rugi
yang biasa digunakan selama operasi persekutuan.
Pinjaman dari sekutu
Kewajiban para sekutu atas pinjaman yang dilakukan kepada persekutuan
memiliki status yang sama dengan kewajiban persekutuan kepada kreditur pihak ketiga.
Jadi, tidak ada saling hapus diantara kewajiban dengan akun modal sekutu. Kewajiban
persekutuan ke sekutu individual ini harus dibayar selama proses terminasi persekutuan.
Defisit akun modal sekutu
Dalam proses likuidasi, tiap sekutu yang memiliki akun modal defisit harus
melakukan kontribusi kepada persekutuan untuk menghilangkan defisit modal tersebut.
Persekutuan melakukan distribusi likuidasi, dalam bentuk kas, kepada tiap sekutu dengan
saldo modal kredit. Jika seorang sekutu gagal melakukan kontribusi untuk
menghilangkan defisit modalnya, maka seluruh sekutu harus melakukan kontribusi,
sesuai dengan proporsi pembagian kerugian, berupa tambahan jumlah yang diperlukan
untuk membayar kewajiban persekutuan.
Laporan likuidasi dan realisasi persekutuan
Untuk mengarahkan dan meringkas proses likuidasi persekutuan, sebuah laporan
likuidasi dan realisasi harus disiapkan. Laporan ini, yang biasa disebut dengan “Laporan
likuidasi”, adalah dasar pembuatan ayat jurnal untuk mencatat likuidasi. Laporan ini
menyajikan pengaruh likuidasi terhadap akun-akun neraca persekutuan dalam bentuk
kertas kerja. Laporan menunjukan konversi aset menjadi kas, alokasi keuntungan atau
kerugian kepada para sekutu, dan distribusi kas kepada para kreditor dan sekutu.
LIKUIDASI SEKALIGUS
Likuidasi persekutuan secara sekaligus (lump-sump liquidation) merupakan suatu
proses likuidasi di mana seluruh aset dikonversikan menjadi kas dalam waktu yang
sangat pendek, kreditur eksternal dibayar, dan pembayaran tunggal secara gabungan
kepada para sekutu atas bagian modal yang disetorkan. Meskipun kebanyakan likuidasi
persekutuan terjadi selama periode yang lebih panjang, likuidasi bersamaan merupakan
fokus yang baik untuk menjelaskan konsep utama likuidasi persekutuan.
Realisasi aset
Pada umumnya, sebuah persekutuan mengalami kerugian ketika menjual asetnya.
Persekutuan dapat saja melakukan penjualan cuci gudang karena akan tutup di mana
persediaan diturunkan nilainya sehingga mencapai di bawah harga jual normal dengan
maksud untuk mendorong penjualan dengan segera. Seringkali, persediaan yang tersisa
dapat dijual kepada perusahaan yang mengkhususkan diri dalam pembelian aset usaha
yang mengalami likuidasi. Mebel, peralatan dan aset perusahaan lainnya dapat
ditawarkan dengan harga diskon atau dijual kepada pihak likuidator.
Piutang usaha umumnya ditagihkan oleh persekutuan. Kadangkala persekutuan
menawarkan potongan tunai dalam jumlah besar untuk pembayaran piutang tepat waktu
yang penagihannya malah dapat menunda proses terminasi persekutuan. Alternatif yang
lain adalah piutang usaha tersebut dijual kepada perusahaan anjak piutang (factor), yaitu
perusahaan yang mengkhususkan diri dalam pembelian piutang usaha dan dengan segera
membayar uang tunai kepada pihak penjual piutang. Persekutuan mencatat penjualan
piutang tersebut seperti halnya penjualan aset yang lain. Secara umum, pihak anjak
piutang hanya membeli piutang usaha perusahaan yang paling baik dengan harga
dibawah nilai tercatat, namun beberapa anjak piutang masih berniat untuk membeli
seluruh piutang dan membayar dengan harga yang jauh dibawah nilai tercatatnya.
Aset-aset persekutuan, termasuk piutang dari sekutu dan sejumlah kontribusi yang
disyaratkan kepada sekutu untuk menutupi modal defisit, digunakan untuk membayar
kreditur persekutuan. Kewajiban kepada sekutu individual, misalnya, kewajiban yang
timbul atas pinjaman yang dibuat persekutuan dari sekutu, mempunyai status yang sama
dengan kreditur pihak ketiga: kreditur diluar tidak memiliki prioritas melebihi sekutu
yang memberi pinjaman kepada persekutuan. Pinjaman antar sekutu dan persekutuan
harus didokumentasikan secara lengkap, seperti dalam bentuk wesel bayar, untuk
mengindikasikan dengan jelas bahwa transaksi tersebut adalah pinjaman dan bukan
kontribusi modal atau penarikan. Pinjaman ini juga dikenakan bunga sampai dibayar,
kecuali terdapat hal lain yang disetujui oleh persekutuan dan sekutu individual. Pinjaman
kepada dan dari sekutu harus diselesaikan selama proses terminasi. Jumlah yang tersisa
kemudian dibayar, dalam bentuk kas, kepada para sekutu sehubungan dengan hak mereka
dalam distribusi likuidasi.
Beban likuidasi
Proses likuidasi biasanya dimulai dengan menjalankan aset dan kewajiban
persekutuan yang diketahui. Nama dan alamat kreditur serta jumlah yang terutang dari
masing-masing pihak harus dicatat. Kreditur yang belum terjadwal akan diketahui selama
proses likuidasi. Proses likuidasi juga melibatkan beberapa beban seperti biaya hukum
dan akuntansi tambahan. Persekutuan juga menanggung biaya penghentian usaha, seperti
biaya iklan khusus dan biaya mencari agen penjual peralatan yang khusus. Beban ini
dialokasikan terhadap akun modal para sekutu dalam rasio distribusi laba dan rugi.
Ilustrasi likuidasi sekaligus
Persekutuan ABC dengan para sekutu Agung, Bagus dan Citra, pada 1 Mei 2014
dilikuidasi. Pada tahun 2013, mereka menyesuaiakan persentase distribusi laba rugi
berdasarkan besarnya peran masing-masing sekutu. Hasil penyesuaian distribusi laba rugi
tersebut adalah: Agung 40%, Bagus 40% dan Citra 20%. Ringkasan neraca saldo
perusahaan per tanggal 1 Mei 2014, pada saat para sekutu memutuskan untuk melikuidasi
usaha, adalah sebagai berikut:
Persekutuan ABC
Neraca saldo
1 Mei 2014
Rekening
Debet
Kredit
Kas
10.000.000
Aset nonkas
90.000.000
Kewajiban
42.000.000
Modal Agung (40%)
34.000.000
Modal Bagus (40%)
10.000.000
Modal Citra (20%)
14.000.000
Total
100.000.000
100.000.000
Persamaan dasar akuntansi, yaitu Aset – Kewajiban = Ekuitas Pemilik, dapat digunakan
dalam akuntansi persekutuan. Dalam kasus ini, ekuitas pemilik adalah jumlah akun
modal sekutu adalah sebagai berikut:
Aset
-
Kewajiban
=
Ekuitas Pemilik
100.000.000 -
42.000.000
=
58.000.000
Kasus 1. Persekutuan masih solven dan tidak terdapat defisit dalam akun modal
sekutu.
Aset nonkas dijual dengan harga Rp 80.000.000 pada tanggal 1 Mei 2014 dengan
kerugian sebesar Rp 10.000.000. Kreditur eksternal dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada
tanggal 20 Mei 2014 dan sisa kas sebesar Rp 48.000.000 didistribusikan kepada para
sekutu pada tanggal 30 Mei 2014.
Laporan realisasi dan likuidasi untuk kasus 1, berisi hanya akun-akun neraca
ditiap kolom, dimana seluruh aset nonkas disajikan dalam satu akun. Pada saat unit usaha
melakukan likuidasi, hanya akun-akun neraca yang merupakan akun relevan; sedangkan
laporan laba rugi adalah untuk kelangsungan usaha. Proses likuidasi disajikan berdasar
urutan kejadian dalam baris-baris kerja. Jadi, kertas kerja mencakup seluruh proses
realisasi dan likuidasi serta merupakan dasar ayat jurnal untuk mencatat proses likuidasi.
Observasi penting lainnya adalah sebagai berikut:
1. Saldo sebelum likuidasi diperoleh dari neraca saldo pada tanggal 1 Mei 2014
2. Kerugian sebesar Rp 10.000.000 didistribusikan langsung kepada akun modal para
sekutu.
3. Kreditur eksternal dibayarkan sebelum distribusi kas kepada para sekutu.
4. Pembayaran kepada para sekutu dilakukan dengan saldo modal kredit.
5. Saldo pascalikuidasi sebesar nol, yang menandakan bahwa seluruh akun telah ditutup
dan persekutuan benar-benar telah dilikuidasi dan dihentikan sepenuhnya.
Persektuan ABC
Laporan likuidasi dan realisasi persekutuan
Likuidasi sekaligus
Keterangan
Saldo
sebelum
likuidasi
1 Mei
Penjualan
asset dan
distribusi
kerugian
sebesar
10.000.000
Pembayaran
untuk
kreditur
eksternal
Pembayaran
sekaligus
kepada
sekutu
Saldo
pascalikuidasi
Kas
10.000.000
Asset
nonkas
90.000.000
Kewajiban
Agung 40%
Bagus 40%
Citra 20%
(42.000.000)
(34.000.000)
(10.000.000)
(14.000.000)
80.000.000
(90.000.000)
4.000.000
4.000.000
2.000.000
90.000.000
(42.000.000)
0
(42.000.000)
42.000.000
(30.000.000)
(6.000.000)
(12.000.000)
48.000.000
(48.000.000)
0
0
(30.000.000)
30.000.000
(6.000.000)
6.000.000
(12.000.000)
12.000.000
0
0
0
0
0
0
Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan merupakan dasar untuk ayat jurnal yang
mencatat proses likuidasi sebagai berikut:
15 Mei 2014
Kas
80.000.000
Modal Agung
4.000.000
Modal Bagus
4.000.000
Modal Citra
2.000.000
Asset non kas
90.000.000
(realisasi seluruh asset nonkas persekutuan ABC dan distribusi kerugian sebesar
Rp 10.000.000 dengan menggunakan rasio laba dan rugi)
20 Mei 2014
Kewajiban
42.000.000
Kas
42.000.000
(pembayaran kepada kreditur eksternal)
30 Mei 2014
Modal Agung
30.000.000
Modal Bagus
6.000.000
Modal Citra
12.000.000
Kas
48.000.000
(pembayaran sekaligus kepada para sekutu)
Kasus 2. Persekutuan masih solven dan timbul defisit pada akun modal sekutu
Defisit dalam akun modal sekutu dapat terjadi jika saldo kredit akun modal sekutu
terlampau rendah untuk dapat menanggung beban kerugian yang ditentukan. Defisit
modal dapat terjadi kapan saja selama proses likuidasi. Defisit tersebut dapat dihilangkan
melalui salah satu dari dua cara berikut:
1. Para sekutu menginvestasikan kas atau aset lain untuk mengeliminasikan defisit
modal.
2. Defisit modal sekutu didistribusikan kepada sekutu yang lain berdasarkan rasio
pembagian laba dan rugi yang terjadi.
Pendekatan yang digunakan
bergantung pada kondisi solvensi sekutu yang
mengalami defisit modal. Seorang sekutu yang secara pribadi masih solven dan memiliki
kekayaan bersih untuk mengeliminasikan defisit modal harus melakukan investasi
tambahan pada persekutuan untuk menutupi defisit tersebut. Disisi lain, jika sekutu
tersebut secara pribadi tidak solven, yaitu kewajiban pribadi melebihi aset pribadinya,
maka sekutu yang lain menanggung defisit sekutu yang tidak solven dengan
mengalokasikan ke dalam akun modal masing-masing sesuai dengan rasio pembagian
laba dan rugi yang berlaku.
Distribusi sekaligus berikut mengilustrasikan poin-poin ini:
1. Laporan keuangan pribadi ketiga sekutu tersebut adalah sebagai berikut:
Keterangan
Agung
Bagus
Aset pribadi
150.000.000
12.000.000
42.000.000
Kewajiban pribadi
(86.000.000)
(16.000.000)
(14.000.000)
64.000.000
(4.000.000)
28.000.000
Kekayaan (defisit) pribadi
Citra
2. Aset nonkas persekutuan dijual seharga Rp 35.000.000 pada tanggal 15 Mei 2014 dan
kerugian sebesar Rp 55.000.000 dialokasikan kepada akun modal para sekutu.
3. Kreditur eksternal dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada tanggal 20 Mei 2014.
4. Oleh karena Bagus secara pribadi tidak solven, maka defisit modal Bagus sebesar
Rp 12.000.000 dialokasikan ke sekutu lainnya.
5. Sisa kas sebesar Rp 4.000.000 didistribusikan kepada para sekutu sebagai
pembayaran sekaligus pada tanggal 30 Mei 2014
Laporan realisasi dan likuidasi untuk kasus 2 sebagai berikut:
Persekutuan ABC
Laporan likuidasi dan realisasi persekutuan
Likuidasi sekaligus
Keterangan
Saldo
sebelum
likuidasi
1 Mei
Penjualan
aset dan
distribusi
kerugian
sebesar
55.000.000
Pembayaran
untuk
kreditur
eksternal
Kas
10.000.000
Asset
nonkas
90.000.000
Kewajiban
Agung 40%
Bagus 40%
Citra 20%
(42.000.000)
(34.000.000)
(10.000.000)
(14.000.000)
35.000.000
(90.000.000)
22.000.000
22.000.000
11.000.000
45.000.000
(42.000.000)
0
(42.000.000)
42.000.000
(12.000.000)
12.000.000
(3.000.000)
3.000.000
0
0
(12.000.000)
12.000.000
(12.000.000)
(3.000.000)
Distribusi
defisit sekutu
yang insolven
4/6 x
12.000.000
2/6 x
12.000.000
Kontribusi
Citra untuk
menutupi
modal defisit
Pembayaran
sekaligus
kepada
sekutu
Saldo
pascalikuidasi
8.000.000
3.000.000
1.000.000
0
0
(4.000.000)
0
4.000.000
1.000.000
(1.000.000)
4.000.000
(4.000.000)
0
0
(4.000.000)
4.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
Penjelasan dari laporan diatas adalah sebagai berikut:
1. Kerugian sebesar Rp 55.000.000 dari realisasi aset nonkas dialokasikan menurut rasio
pembagian laba rugi para sekutu, yaitu 40% untuk Agung, 40% untuk Bagus dan 20%
untuk Citra. Bagian Bagus atas kerugian penghapusan aset sebesar Rp 22.000.000
menimbulkan defisit akun modal sebesar Rp 12.000.000. Bagus secara pribadi tidak
solven dan tidak mampu untuk melakukan investasi tambahan untuk menghapus
defisit modal.
2. Kreditur eksternal dibayar sebelum dilakukan distribusi kepada para sekutu.
3. Defisit Bagus sebesar Rp 12.000.000 didistribusikan kepada Agung dan Citra
menurut rasio laba dan rugi yang berlaku. Agung menanggung dua pertiga (4/6) dari
deficit Bagus dan Citra menanggung sebesar sepertiga (2/6).
4. Distribusi atas defisit Bagus menimbulkan defisit dalam akun modal Citra. Citra
harus memberikan kontribusi Rp 1.000.000 untuk menutup defisit modalnya.
5. Pembayaran sekaligus dilakukan kepada Agung sebesar kredit modal Rp 4.000.000
6. Saldo pascalikuidasi seluruhnya adalah nol, yang menunjukan bahwa seluruh akun
telah ditutup dan persekutuan secara penuh telah dilikuidasi dan dihentikan.
Kasus 3. Persekutuan tidak solven dan defisit timbul dalam akun modal sekutu
Sebuah persekutuan tidak solven jika kas yang ada dan kas yang dihasilkan dari
penjualan aset tidak cukup untuk membayar kewajiban persekutuan. Dalam kasus ini,
sekutu secara individual bertanggungjawab untuk sisa kewajiban persekutuan yang belum
terbayar. Ilustrasi berikut ini menunjukan persekutuan yang tidak solven dan terdapat
defisit dalam akun modal salah satu sekutu.
1. Agung dan Citra secara pribadi masih solven dan Bagus secara pribadi tidak solven
seperti pada kasus 2.
2. Aset non kas dijual sebesar Rp 20.000.000 pada tanggal 15 Mei 2014
3. Kreditur eksternal dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada tanggal 20 Mei 2014
Laporan realisasi dan likuidasi kasus 3 seperti berikut ini:
Persekutuan ABC
Laporan likuidasi dan realisasi persekutuan
Likuidasi sekaligus
Keterangan
Saldo
sebelum
likuidasi
1 Mei
Penjualan
aset dan
distribusi
kerugian
sebesar
70.000.000
Kas
10.000.000
Asset
nonkas
90.000.000
20.000.000
(90.000.000)
30.000.000
0
Kewajiban
Agung 40%
Bagus 40%
Citra 20%
(42.000.000)
(34.000.000)
(10.000.000)
(14.000.000)
28.000.000
28.000.000
14.000.000
(6.000.000)
18.000.000
(18.000.000)
0
(42.000.000)
Distribusi
defisit sekutu
yang insolven
4/6 x
18.000.000
2/6 x
18.000.000
Kontribusi
Agung dan
Citra untuk
menutupi
modal defisit
Pembayaran
untuk
kreditur
eksternal
Saldo
pascalikuidasi
12.000.000
30.000.000
12.000.000
0
(42.000.000)
6.000.000
(6.000.000)
0
6.000.000
6.000.000
(6.000.000)
42.000.000
(42.000.000)
0
(42.000.000)
42.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Penjelasan dari liustrasi diatas sebagai berikut:
1. Kerugian sebesar Rp 70.000.000 dialokasikan kepada para sekutu menurut rasio
pembagian laba dan rugi yang ada. Alokasi ini menimbulkan defisit akun modal
Bagus sebesar Rp 18.000.000
2. Karena Bagus secara personal tidak solven, maka defisit sebesar Rp 18.000.000
dialokasikan kepada Agung dan Citra sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi
antara keduanya, yaitu 40:60 untuk Agung dan 20:60 untuk Citra. Distribusi defisit
Bagus menghasilkan defisit sebesar Rp 6.000.000 untuk Agung dan Rp 6.000.000
untuk Citra.
3. Agung dan Citra melakukan kontribusi modal tambahan untuk menyelesaikan defisit
modal yang masing-masing nilainya sebesar Rp 6.000.000
4. Saldo kas persekutuan sebesar Rp 42.000.000 yang telah tersedia digunakan untuk
membayar kreditur eksternal.
5. Saldo pascalikuidasi seluruhnya adalah nol, yang menunjukan bahwa seluruh akun
telah ditutup dan persekutuan secara penuh telah dilikuidasi dan dihentikan.
Dalam kasus 3 ini Agung dan Citra melakukan kontribusi modal tambahan untuk
mengeliminasi defisit modal mereka. Ketika seorang sekutu harus menutupi defisit modal
sekutu lainnya, sekutu yang mampu menutupi dapat menuntut sekutu yang gagal
menutup defisitnya tersebut. Kegagalan Bagus sebesar Rp 12.000.000 pada kasus 2 dan
Rp 18.000.000 pada kasus 3, mengharuskan Agung dan Citra untuk menutupi modal
defisit Bagus. Agung dan Citra dapat menuntut secara hukum kepada Bagus dan
dimasukan sebagai kewajiban pribadi Bagus. Walaupun Bagus secara pribadi insolven,
Agung dan Citra kemungkinan dapat memperoleh sebagian jumlah yang ditanggungnya.
TUGAS
Maman, Mirvan dan Miki adalah para sekutu dalam JayaLand Property dan membagi
laba dengan rasio 5:3:2. Neraca per tanggal 30 Juni 2014, pada saat mereka memutuskan
untuk melikuidasi usaha adalah sebagai berikut:
Kas
Asset nonkas
Total aset
20.000.000 Utang usaha
150.000.000 Pinjaman dari Mirvan
Modal Maman
Modal Mirvan
Modal Miki
170.000.000 Total kewajiban dan ekuitas
Aset nonkas dijual sebesar Rp 110.000.000
Diminta:
a. buatlah laporan realisasi dan likuidasi persekutuan,
b. buatlah jurnal yang diperlukan
c. jawaban dikirim lewat email ke alamat: [email protected]
d. jawaban diterima paling lambat satu hari setelah jadwal kuliah
e. keterlambatan pengiriman ada pengurangan nilai
30.000.000
10.000.000
80.000.000
36.000.000
14.000.000
170.000.000
Download