pengaruh penerapan corporate governance terhadap manajemen

advertisement
PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG
TELAH GO PUBLIC DI BEI
EKA SEFIANA
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
Agensi teori mengakibatkan hubungan yang asimetri antara pemili k dan
pengelolaUntuk menghindari terjadi hubungan yang asimetri tersebut dibutuhkan suatu
konsep yaitu konsep Good Corporate Governance yang bertujuan menjadikan perusahaan
menjadi lebih baik dan sehat dengan keempat prinsipnya yaitu transparency,
accountability, fairness, dan responsibility.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh penerapan corporate
governance yang diukur dengan proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris
dan keberadaan komite audit terhadap tindakan manajemen laba yang yang dihitung dengan
menggunakan discretionary accruals model Jones. Sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang bergerak di bidang perbankan yang telah go public di BEI pada tahun
2007 -2008.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini mengg unakan purposive sampling.
Dengan metode tersebut diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 54
perusahaan perbankan dari 27 perusahaan perbankan tiap tahunnya.
Dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda, hasil dari penelitian ini
bahwa variabel independen terbukti tidak berpengaruh untuk mengurangi tindakan
manajemen laba. Hal ini dikarenakan penerapan corporate governance masih terbilang
baru di Indonesia jadi tujuannya belum secara efektif dapat dirasakan. Selain itu, penerapan
GCG sudah mulai banyak diterapkan dalam dunia usaha namun pelaksanaanya masih
belum dapat terpenuhi secara baik.
Kata kunci : perbankan, corporate governance, manajemen laba
I.
PENDAHULUAN
Penerapan corporate governance didasarkan pada teori agensi. Teori agensi dapat
dijelaskan dengan hubungan antara manajemen dengan pemilik. Manajemen sebagai agen,
secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik
(principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontra k.
Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana
masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran
yang dikehendaki (Irfan, 2002) sehingga munculah informasi asimetri antara manajemen
(agent) dengan pemilik (principal) yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer
1
untuk melakukan manajemen laba ( earnings management) dalam rangka menyesatkan
pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan.
Oleh karena itu, dibutuhkan pengawasa n yang efektif oleh pihak-pihak yang berkaitan
dalam pengelolaan perusahaan. Salah satu pihak yang merupakan bagian terpenting dari
terlaksananya konsep GCG ini adalah dewan komisaris yang terdiri dari komisaris
independen. Dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan
(Egon dalam FCGI, 2008) karena dewan komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi
manajemen, sedangkan manajemen bertanggungjawab untuk meningkatkan efisiensi dan
daya saing perusahaan, sehingga dewan komisaris dapat menga wasi segala tindakan
manajemen dalam mengelola perusahaan termasuk kemungkinan manajemen melakukan
earnings management atau manjemen laba.
Saat ini telah banyak penelitian mengenai efektifitas good corporate governance dan
pengaruhnya terhadap manjemen la ba, antara lain: Hastuti (2005), Ujiyantho dan Pramuka
(2007), Isnanta (2008), Mintara (2008).
Hasil yang diungkapkan pun berbeda -beda, antara lain: menurut Ujiyantho dan
Pramuka (2007) mengungkapkan bahwa keberadaan komisaris independen berpengaruh
terhadap manajemen laba artinya keberadaan komisaris independen pada dewan komisaris
akan mengurangi tindakan manajemen laba. Namun pendapat tersebut bertolak belakang
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Isnanta (2008) dan Mintara (2008) bahwa
keberadaan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dikarenakan
penerapan corporate governance baru dirasakan dampaknya dalam waktu yang panjang,
setelah semua aturan dilaksanakan sesuai mekanisme yang ada. Dalam penyesuaian ini
membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga belum terbukti berpengaruh secara
signifikan terhadap manajemen laba.
Menurut Hastuti (2005) bahwa perusahaan sebagaian besar melakukan manajemen
laba melalui income decreasing. Hal ini diduga dilakukan untuk kepentingan pengh indaran
pajak.
Beberapa penelitian di atas merupakan penelitian terhadap perusahaan -perusahaan
yang listing di BEJ selain sektor perbankan. Oleh karena itu, perlu suatu penelitian tentang
efektifitas corporate governance pada industri perbankan karena indu stri perbankan
memerlukan perhatian tersendiri, karena karakteristik dan kompleksitas industri perbankan
yang berbeda dengan sektor lain (Effendi, 2009). Karakterisitk yang membedakan sektor
perbankan dengan sektor lainnya adalah (Susilo dan Simarmata, 200 7) perbankan sebagai
lembaga intermediasi di bidang keuangan yang dalam menjalankan usahanya menghadapi
berbagai macam risiko usaha dan kegagalan kegiatan perbankan mempunyai pengaruh luas
terhadap sektor ekonomi lainnya, baik makro maupun mikro, selain it u sebagai industri
jasa, bank harus dapat memberikan pelayanan yang baik sesuai dengan fungsinya. Oleh
karena itu, sektor perbankan menjadi sektor yang highly regulated yang mempunyai
lembaga otoritas perbankan yang secara khusus melakukan pengawasan dan p embinaan.
Hal lain yang menjadi karakteristik perbankan adalah etika dan kehati -hatian yang
merupakan aspek sangat penting bagi suatu bank.
Kebutuhan untuk menerapkan prinsip GCG adalah bagian penting dalam setiap
transaksi perbankan. Bank Indonesia selaku regulator lembaga perbankan telah
mengeluarkan banyak peraturan yang terkait lang sung dengan upaya penerapan GCG salah
satunya adalah dengan mengeluarkan peraturan No. 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006
2
tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum yang selanjutnya
diubah dengan Peraturan No. 8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum
(FCGI, 2008).
Oleh karena itu, konsep good corporate governance diharapkan bisa berfungsi
sebagai alat untuk memonitor kinerja bank dan untuk membe rikan keyakinan kepada para
investor bahwa mereka akan menerima return yang sesuai dengan investasi yang telah
ditanamkannya.
Atas dasar uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
“Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada
Perusahaan Perbankan yang telah Go Public di BEI”.
II.
2.1
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Proporsi Komisaris Independen dan Manajemen Laba
Fama dan Jensen (1983) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa
non-executive director (komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam
perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan
manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen
merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan
yang good corporate governance .
Beasley (1996) dalam Isnanta (2008) menyarankan bahwa masuknya dewan
komisaris yang berasal dari luar perusahaan meningkatkan efektivitas dewan tersebut dalam
mengawasi manajemen untuk mencegah kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitiannya
juga melaporkan bahwa komposisi dewan komisaris lebih penting untuk mengurangi
terjadinya kecurangan pelaporan keuangan, daripada kehadiran komite audit. Analisis lain
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik komisaris yang berasal dari luar
perusahaan (outsider director) juga berpengaruh terhadap kecenderungan terjadinya
kecurangan pelaporan keuangan. D alam penelitian rumusan hipotesi s yang akan diajukan
sebagai berikut:
H1 : Proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba
2.2
Ukuran Dewan Komisaris dan Manajemen L aba
Penelitian mengenai ukuran dewan komisaris telah dilakukan diantaranya adalah oleh
Ujiyantho dan Pramuka (2007) yang mengambil sampel pe rusahaan sektor manufaktur
yang terdaftar di BEJ selama tahun 2002 -2004, menguji pengaruh keberadaan dewan
komisaris terhadap manajemen laba. Ujiyantho dan Pramuka mengemukakan bahwa jumlah
dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba karena besar kecilnya dewan
komisaris bukanlah menjadi faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan terhadap
manajemen perusahaan. Akan tetapi efektivitas mek anisme pengendalian tergantung pada
nilai, norma dan kepercayaan yang diterima dalam suatu organisasi serta peran dewan
komisaris dalam aktivitas pengendalian (monitoring) terhadap manajemen.
Namun hasil penelitian Ujiyantho dan Pramuka tidak mendukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh Nasution dan Setyawan (2007), berdasarkan hasil penelitian mereka
bahwa makin banyaknya dewan komisaris dalam perusahaan berhasil mengurangi
manajemen laba yang terjadi. Hal ini menunjukan bahwa komisaris independen telah
3
efektif dalam menjalankan tanggungjawabnya mengawasi kualitas pelaporan keuangan
demi membatasi manajemen laba di perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena dengan
makin banyak anggota komisaris independen maka proses pengawasan yang dilakukan
dewan ini makin berkualitas dengan makin banyaknya pihak independen dalam perusahaan
yang menuntut adanya transpa ransi dalam pelaporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu
hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
H2 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajamen laba
2.3
Keberadaan Komite Audit dan Manajemen Laba
Berdasarkan peraturan BI No. 8/4/PBI/2006 menyatakan tentang tugas komite audit
adalah melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan audit serta
pemantauan atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan proses pelaporan
keuangan.
Wedari (2004) menguji pengaruh interaksi antara dewan komisaris dan komite audit
terhadap praktik manajemen laba. Dengan menggunakan sampel perusahaan non finansial
yang listing di BEJ untuk tahun 1994 hingga 2002, Wedari menunjukkan interaksi dewan
komisaris dengan komite audit justru berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Penelitian Veronica dan Utama (2005) menguji pengaruh keberadaan komite audit
dalam perusahaan terhadap manajemen laba. Penelitian tersebut melaporkan bahwa
variabel keberadaan komite audit tidak b erpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan,
artinya keberadaan komite audit tidak mampu mengurangi manajmen laba yang terjadi
diperusahaan.
Oleh karena itu, rumusan hipotesis selanjutnya adalah:
H3: Keberadaaan komite audit berpengaruh terhadap manajem en laba
III. METODE PENELITIAN
3.1
Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Objek dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar dalam
Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2008. Pengambilan objek pada penelitian ini
dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2002) dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif
sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
Adapun kriteria yang digunakan untuk memili h sampel adalah sebagai berikut: (1)
Perusahaan perbankan yang sudah go public atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2007-2008, (2) Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahuna n untuk
periode 31 Desember 2007 -2008 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp ) dan (3) Data yang
tersedia lengkap mengenai dewan komisaris dan komisaris independen serta data yang
diperlukan untuk mendeteksi manajemen laba. Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh
sampel sebanyak 27 perusahaan perbankan dengan 54 pengamatan.
Data diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), situs BEJ di
www.idx.co.id serta dari situs masing-masing perusahaan sampel.
4
3.2
Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen
a. Proporsi Komisaris Independen adalah persentase jumlah dewan komisaris
independen terhadap jumlah total komisaris yang ada dalam susunan dewan
komisaris perusahaan sampel.
b. Ukuran Dewan Komisaris adalah jumlah total anggota dewan komisaris
perusahaan.
c. Keberadaan Komite Audit merupakan variabel dummy, jika perusahaan sampel
memiliki komite audit maka diber nilai 1, ika perusahaan sampel tidak memiliki
komte audit maka akan diberi nilai 0.
2. Variabel Dependen
Variabel Dependen dalam penelitian i ni adalah manajemen laba. Penggunaan
discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan
menggunakan Modified Jones Model (Dechow et al., 1995), model tersebut
dituliskan sebagai berikut:
TAit = Nit – CFOit
Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persaman regresi Ordinary Least
Squere (OLS) sebagai berikut:
TAit/Ait-1 = β1 (1 / A it-1) + β2 (ΔRev t / Ait-1) + β3 (PPE t / Ait-1) + e
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals
(NDA) dapat dihitung dengan rumus :
NDAit = β1(1/A it-1) + β2(ΔRev t/Ait-1 - ΔRect/Ait-1) + β3(PPE t/Ait-1)
Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut:
DAit = TAit / Ait-1 – NDAit
Keterangan :
DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
TAit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t
Nit
= Laba bersih perusahaan i pada periode ke -t
CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t
Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t -1
ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t
PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t
ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
e
= error terms
3.3
Teknik Analisis Data
Analisis statistik deskriptif digunakan un tuk mengetahui nilai rata-rata, minimun,
maksimum dan standar deviasi dari variabel -variabel yang diteliti. Selain itu, dilakukan uji
asumsi klasik (normality, multicollinearity, autokorelasi dan heterokedastisitas). Pengujian
hipotesis pengaruh penerapan corporate governance terhadap manajemen laba (H 1, H2, H3)
digunakan alat analisis regresi berganda. Model persamaan regresi tersebut sebagai berikut
:
5
DA = β0+ β1PKI+ β2UDK + β3 KKA + e
Keterangan :
DA
= Discretionary Accruals
PKI
= Proporsi Komisaris Independen
UDK
= Ukuran Dewan Komisaris
KKA
= Keberadaan Komite Audit
Β0
= Konstanta
β1 – β3
= Koefisien regresi
e
= error terms
IV. HASIL DAN PEMBAHAS AN
4.1. Hasil Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah seluruh perusahaan perbankan yang
telah go public di BEI pada tahun 2007-2008. Adapun jumlah perusahaan perbankan yang
telah go public di BEI sebanyak 28 perusahaan. Namun yang memenuhi krieteria dalam
penelitian ini sebanyak 27 perusahaan.
4.2 Statistik Deskriptif
Dari hasil statistik deskriptif (lampiran) dapat diketahui bahwa mean dari Proporsi
Komisaris Independen adalah 54.56%, hal ini menunjukan bahwa rata -rata jumlah
Komisaris Independen yang dimilki perusahaan sampel telah memenuhi syarat, hal ini
sesuai dengan yang ditetapkan oleh BI bahwa jumlah Komisaris Independen paling kurang
50% dari jumlah total dewan komisaris.
Ukuran Dewan Komisaris memiliki mean 4.80 yang men unjukan bahwa jumlah total
Dewan Komisaris yang dimilki masing -masing perusahaan sampel telah memenuhi syarat
yang ditentukan oleh BI yaitu paling kurang 3 orang atau sama dengan jumlah total Dewan
Direksi.
Variabel Keberadaan Komite Audit memiliki mean 0 .89, artinya perusahaan yang telah
memiliki komite audit sebanyak 89% dari seluruh perusahaan sampel. Hal ini menunjukan
bahwa perusahaan sampel telah memiliki komite audit dan telah melaksanakan peraturan
yang telah dibuat oleh BI bahwa perusahaan harus m emilki komite audit.
Mean Discretionary Accruals adalah 0.12730, hal ini menunjukan tingkat manajemen
laba yang rendah artinya rata -rata perusahaan tidak melakukan menejemen laba, hanya
sebagian kecil saja yang melakukan manajemen laba.
4.3 Uji Aumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik yang dipersyaratkan untuk model regresi dilakukan dan diperoleh
kesimpulan bahwa semua asumsi telah terpenuhi berdasarkan hasil berikut (lampiran): 1) Uji
berdasarkan dari hasil grafik normal probability plot menunjukkan penyebaran data yang
berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal , dari grafik tersebut dapat
disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.
2) Nilai Variance Inflation Factor untuk masing-masing variabel independen dalam persamaan
pertama memiliki nilai kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen. 3) Nilai Durbin6
Watson sebesar 1.744 terletak pada daerah penerimaan sehingga tidak terjadi autokor elasi.
4) Grafik scatter plot persamaan pertama menunjukkan tidak ada pola tertentu dimana titik -titik
(point-point) menyebar secara acak dan disekitar angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian
dalam persamaan regresi tersebut tidak terjadi masalah heterokedas tisitas.
4.4 Pengujian Hipotesis
Dari hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi (p) variabel Proporsi Komisaris
Independen = 0.151. Pada tingkat signifikansi (α) 0. 05, ternyata nilai p (0.151) > α = 0.05,
dengan demikian H01 diterima, artinya proporsi komisaris independen pada perusahaan
sampel tidak berpengaruh untuk mengurangi manajemen laba. Hasil penelitian ini tidak
mendukung hasil penelitian dari dalam Isnanta (2008), Nasution dan Setyawan (2007 ) yang
menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap praktek
manajemen laba di perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dinyatakan oleh Ujiyantho dan Pramuka (2007) bahwa proporsi dewan komisaris
independen tidak berpengaruh untuk mengurangi manajemen l aba pada perusahaan. Hal ini
dapat dijelaskan bahwa pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan
mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk
menegakkan Good Corporate Governance (GCG) di dalam perusahaan (S ylvia dan
Siddharta dalam Ujiyantho dan Setyawan, 2007).
Ukuran dewan komisaris pada perusahaan sampel tidak berpengaruh untuk
mengurangi manajemen laba. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi (p) variabel UDK =
0.059. Pada tingkat signifikansi (α) 0. 05, ternyata nilai p (0.059) > α = 0.05 dengan
demikian H02 diterima. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yan g dilakukan oleh
Nasution dan Setyawan (2007) bahwa perusahaan yang memiliki dewan komisaris dalam
jumlah banyak maka tindak manajemen laba yang dilakukan perusahaan juga semakin
banyak. Kondisi tersebut dapat disebabkan karena sulitnya koordinasi antar anggota dewan
tersebut dan hal ini menghambat proses pengawasan yang harusnya menjadi tanggung
jawab dewan komisaris. Selain itu, besar kecilnya dewan komisaris bukanlah menjadi
faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Akan
tetapi efektivitas meknisme pengendalian tergantung pada nilai, norma dan kepercayaan
yang diterima dalam suatu organisasi (Jennings dalam Ujiyantho) serta peran dewan
komisaris dalam aktivitas pengendalian (monitoring) terhadap manajemen .
Dengan nilai signifikansi (p) variabel KKA = 0.097 . Pada tingkat signifikansi (α) 0. 05,
ternyata nilai p (0.097) > α = 0.05, dengan demikian H03 diterima berarti keberadaan komite
audit pada perusahaan sampel tidak berpengaruh untuk mengurangi manajemen laba.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa komite audit yang ada di perusahaan sebagai
salah satu mekanisme corporate governance tidak mampu mengurangi tindak manipulasi
laba oleh manajemen. Hal ini berarti bahwa ada atau tidak adanya komite audit dalam suatu
perusahaan belum tentu dapat mengurangi manajemen laba, hal ini dikarenakan mengingat
lemahnya praktik Corporate Governance di Indonesia. Sama halnya dengan komisaris
independen, proses penunjukkan anggota komite audit masih belum jelas dan terbuka,
sehingga keindependensiannya masih patut diragukan. Pemilihan anggota yang masih
memiliki hubungan kekerabatan marak t erjadi. Integritas komite audit sendiri masih harus
dipertanyakan. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak negatif pada aplikasi Corporate
7
Governance dan merendahkan kualitas informasi yang diberikan perusahaan karena
banyaknya kesempatan untuk memanipul asi dan mempermainkan data.
Hasil uji f diperoleh tingkat signifikansi f 0.093 lebih besar dari α = 0.05 (0.093>0.05)
maka H0 diterima atau dapat diartikan bahwa secara serentak (bersama -sama) variabel
independen (proporsi komisaris independen, ukuran dew an komisaris dan keberadaan
komite audit) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian dari Isnanta (2008) bahwa corporate governance tidak terbukti berpengaruh
secara signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini bera rti bahwa diterapkannya corporate
governance dalam suatu perusahaan belum tentu perusahaan tersebut benar -benar sehat
atau terbebas dari tindakan manajemen laba. Hal ini disebabkan karena penerapan
corporate governance merupakan hal yang baru di Indonesia, sehingga penerapannya
belum dapat dilaksanakan secara optimal oleh masing -masing perusahaan. Tidak
berpengaruhnya variabel independen terhadap manajemen laba kemungkinan disebabkan
karena penerapan GCG baru dirasakan dampaknya dalam waktu yang panjang, se telah
semua aturan dilaksanakan sesuai mekanisme yang ada. Dalam penyesuaian ini
membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga belum terbukti berpengaruh secara
signifikan terhadap manajemen laba.
Nilai R2 adalah sebesar 0.119 berarti sebesar 11.9% dari total variasi dependen dapat
dijelaskan oleh model yang disajikan. Variabel proporsi komisaris independen, ukuran
dewan komisaris dan keberadaan komite audit mampu menjelaskan variabel discretionary
accruals sebesar 11.9% sedangkan sisanya 88.1% dijelaskan ol eh faktor lain yang tidak
termasuk di dalam model penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada faktor -faktor
lain di luar faktor proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan keberadaan
komite audit yang berpengaruh terhadap adanya tindakan manajemen laba seperti leverage
atau rasio antara total kewajiban dengan total asset yang menunjukan proporsi penggunaan
utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar
pula risiko yang dihadapi investor sehingga inves tor akan meminta tingkat keuntungan
yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan
praktik manajemen laba (Sartono dalam Budiasih, 2007). Selain itu, tingkat leverage yang
tinggi akan meningkatkan manajemen laba untuk men ghindari kemungkinan pelanggaran
perjanjian utang (Astuti, 2004).
Selain faktor leverage yang bisa mempunyai pengaruh besar terhadap manajemen
laba, faktor lainnya adalah ukuran perusahaan. Menurut Halim, Meiden dan Tobing (2005)
bahwa semakin besar suatu perusahaan maka semakin besar pula kesempatan manajer
untuk melakukan manajemen laba dimana perusahaan besar memiliki aktivitas operasional
yang lebih kompleks selain itu perusahaan besar juga lebih dituntut untuk memenuhi
ekspektasi investor yang lebih tinggi.
Selain kedua faktor di atas tentunya masih banyak lagi faktor lain yang dapat
mempengaruhi manajemen laba. Namun penulis hanya menuliskan 2 faktor saja yaitu
faktor leverage dan ukuran perusahaan karena kedua faktor tersebut banyak digunakan
untuk melakukan pengujian terhadap manajemen laba seperti penelitian yang dilakukan
oleh Halim, Meiden dan Tobing (2005), Handriyono (2005), Juniarti dan Corolina (2005),
Ma’ruf (2006), Budiasih (2007) dan Astuti (2004). Dari hasil penelitian yang dilakukan
terbukti bahwa faktor leverage dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap manajemen laba.
8
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan sebelumnya, dip eroleh
simpulan bahwa Variabel independen dalam peneli tian ini yang diukur menggunakan
proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan keberadaan komite audit dapat
disimpulkan bahwa ketiga variabel pengukuran tersebut tidak berpengaruh terhadap praktik
manajemen laba, hal ini dikarenakan penerapan corporate governance yang dilakukan oleh
perusahan-perusahaan sampel disebabkan karena untuk pemenuhan regulasi saja. Selain itu,
penerapan corporate governance masih merupakan hal yang baru di Indonesia dan efek
dari penerapan corporate governance tersebut baru dapat dirasakan dalam jangka waktu
panjang.
Adapun saran yang ingin penulis berikan untuk para peneliti selanjutnya maupun
perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Menambah periode penelitian menjadi lebih panjang agar efek dari mekanisme corporate
governance dapat lebih dirasakan dalam mengurangi manajemen laba di perusahaan.
2. Bagi perusahaan diharapkan dapat menerapkan GCG di dalam perusahaannya dan bagi
perusahaan yang sudah menerapkan GCG diharapkan penerapan GCG tersebut sesuai
dengan tujuan dikeluarkannya GCG yaitu agar terciptanya perusahaan yang sehat dan
bersih.
DAFTAR PUSTAKA
Alijoyo, Antonius dan Subarto Zaini, 2004. Corporate governance suatu pengantar:
peranan dewan komisaris dan komite audit dalam pelaksanaan corporate
governance. Indeks: Jakarta.
Astuti, 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen Laba Di
seputar Right Issue. Universitas Slamet Riyadi: Surakarta
Budiasih, 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba . Universitas
Udayana: Bali.
Effendi Arief, 2009. The Power Of Good Corporate G overnance: Teori dan Implementasi.
Salemba Empat: Jakarta.
FCGI, 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Edisi Ketiga, Jakarta.
_____, 2004. Corporate Governance Suatu Pengantar: Peranan Dewan Komis aris dan
Komite Audit Dalam Pelaksanaan Corporate G overnance. Jakarta.
Gideon SB Boediono. 2005 dalam Isnanta. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme
Corporate Governace dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur.
Simposium Nasional Akuntansi VIII.
9
Handriyono. 2005. Manajemen Laba (Earning Management) dan Pemilihan Metode
Akuntansi Pada Saat IPO (Studi Pada Bursa Efek Jakarta) . Jurnal Ekonomi
Modernisasi.
Hastuti, Theresia, 2005. dalam Ayu 2006. Hubungan Antara GCG dan Struktur
Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VII.
Isnanta, 2008. Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap
Manajemen Laba dan Kinerja. UII: Yogyakarta.
Juniarti dan Corolina. 2005. Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pertaan
Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan-Perusahaan Go Public. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Vol. 7 No.2.
Ma’ruf, Muhamad. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Manajemen Laba
Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta. UII: Yogyakarta.
Mintara, 2008. Pengaruh Implementasi Corporate Governance terhadap Pengungkapan
Informasi, UII: Yogyakarta.
Nasution dan Setiawan, 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen
Laba Di Industri Perbankan Indonesia. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X.
Pranata, 2007. Pengaruh Penerpan Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan, UII: Yogyakarta.
Sarwono, Jonathan, 2006. Analisis dan Data Penelitian Menggunakan SPSS. Andi:
Yogyakarta.
Setyawan, Ari, 2006, Hubungan Antara Corporate Governance dengan Kinerja
perusahaan. UII: Yogyakarta.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Keempat, CV. Alfabeta: Bandung.
Sutojo, Siswanto dan E. John Aldridge, 2008. Good Corporate Governance:Tata Kelola
Perusahaan yang Sehat. PT. Damar Mulia Pustaka: Jakarta.
Sylvia Veronica N.P. Siregar dan Siddharta Utama, 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan
Laba (Earnings Management) . Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI
Tjager, I.N., Alijoyo, F. A., Djemat, H.R., dan Soembodo, B., 2003.
Governance. Prenhalindo: Jakarta.
10
Corporate
Ujiyantho dan Pramuka, 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan
Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan go publik Sektor Manufaktur), Jurnal
Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.
Uyanto, Stanislaus S, 2006. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Edisi Kedua Cetakan
Pertama. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Wedari, Linda Kusumaning. 2004 . Analisis Pengaruh Proporsi D ewan Komisaris dan
Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajamen Laba . Simposium Nasional
Akuntansi 7.
Yuniasih dan Wirakusuma, 2007. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good C orporate
Governance sebagai Variabel Pemoderasi, Universitas Udayana: Bali.
Zarkasyi, Wahyudin, 2008. Good Corporate Governance:Pada Badan Usaha Manufaktur,
Perbankan dan Jasa Keuangan Lainnya. CV. Alfabeta: Bandung.
www.fcgi.go.id
www.idx.co.id
www.iicg.org
11
Download