BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
1.
Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatanikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasikan diri
mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2003). Keluarga merupakan
anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah,
adopsi atau perkawinan (Setiadi, 2006). Menurut Peraturan Pemerintah
No.21 tahun 1994 Bab I ayat 1, keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau
ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Akhmadi, 2009).
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai arti yang
strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sistem
keluarga merupakan sistem terbuka atau sistem sosial yang hidup, terdiri dari
beberapa sub-sub atau komponen yaitu pasangan suami isteri, orangtua,
anak, kakak adik (sibling), kakek-nenek-cucu, dan sebagainya. Semua sistem
ini saling berinteraksi, saling ketergantungan, dan saling menentukan satu
sama lain serta membentuk norma-norma atau ketentuan-ketentuan yang
harus ditaati oleh seluruh anggota keluarga tersebut (Wahini dalam
Trisfariani, 2007).
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
2. Tipe Keluarga
Secara tradisional, dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a. Keluarga inti (Nuclear Family) yang terdiri dari suami, istri, dan anak
mereka— anak kandung, adopsi, atau keduanya,
b. Keluarga besar (Extended Family) yang terdiri dari keluarga inti dan
orang-orang yang masih memiliki hubungan darah seperti kakek/nenek,
paman/bibi, dan sepupu (Friedman, 2003).
Secara Modern, dikelompokkan menjadi :
a. Tradisional Nuclear, adalah keluarga inti (ayah,ibu, dan anak) tinggal
dalam satu rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam satu
ikatan perkawinan.
b. Reconstituted Nuclear, adalah pembentukan dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah
dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun
dari perkawinan baru.
c. Niddle Age/Age Couple, adalah keluarga dimana suami sebagai pencari
uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak
sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karir.
d. Dyadic Nuclear, adalah suami istri yang sudah berumur dan tidak
mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
e. Single Parent, adalah keluarga dimana satu orang tua sebagai akibat
perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di
rumah atau di luar rumah (Setiadi, 2006).
3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, antara lain :
a. Patrineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
b. Matrineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ibu.
c. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga Kawin, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri (Setiadi, 2006).
Menurut Setyowati dan Murwani, 2008) struktur keluarga terdiri atas:
a.
Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga berfungsi untuk, membuat anggota keluarga
bersifat terbuka dan jujur, selalu menyelesaikan konflik keluarga, berfikiran
positif dan tidak mengulang – ulang isu dan pendapat sendiri.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Komunikasi dalam keluarga berfungsi agar anggota keluarga yakin
dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang disampaikan jelas
dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik sehingga
anggota keluarga lain yang menerima pendapat tersebut dapat mendengarkan
dengan baik, memberikan umpan balik, dan melakukan validasi.
b.
Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksudkan dengan posisi atau status
adalah posisi individu dalam masyarakat sebagai suami, istri, anak, orang
tua, dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh
masing – masing individu dengan baik. Misalnya sebagai oarng tua ketika
salah seorang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa maka
sebaiknya orang tua harus memberikan dukungan dan perhatiannya bukan
mengucilkannya.
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan individu untuk mengendalikan atau
mempengaruhi sehingga mengubah perilaku anggota keluarga yang lain ke
arah positif. Misalnya ketika salah seorang anggota keluarga mengalami
gangguan
jiwa
maka
orang
tua
mempunyai
kemampuan
untuk
mempengaruhi perilaku dan sikap anggota keluarga yang lain ke arah yang
positif. Ada beberapa macam tipe struktur kekuatan yaitu, legitimat power
(hak untuk mengontrol), referent power (seseorang yang ditiru atau sebagai
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
role model), reward power (kekuasaan penghargaan), coercive power
(kekuasaan paksaan atau dominasi), dan affective power (kekuasaan afektif).
d.
Nilai – nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan
peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
4.
Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas
dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Freedman (dalam
Setiadi, 2008) membagi tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus
dilakukan, yaitu:
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan sekecil apapun
yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan
tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu
segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa
besar perubahannya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat dan sesuai dengan keadaan keluarga , dengan pertimbangan siapa
diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat
agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi, terutama dalam
mengatasi gangguan jiwa keluarga harus mengambil tindakan dengan segera
agar tidak memperburuk keadaan klien. Jika keluarga mempunyai
keterbatasan sebaiknya meminta bantuan orang lain di lingkungan sekitar
keluarga.
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit terutama
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau pergi ke
pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang
lebih parah tidak terjadi.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan keperibadian anggota keluarga..
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan lembaga kesehatan yang ada).
5. Peran Keluarga
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukanya dalam suatu sistem (Mubarak, 2009).
Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat
homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari seseorang
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
peran dalam situasi sosial tertentu (Mubarak, 2009). Peran keluarga adalah
tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga.
Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat (Setiadi, 2008).
Menurut Setiadi (2008) setiap anggota keluarga mempunyai peran
masing-masing. Peran ayah yang sebagai pemimpin keluarga yang mempunyai
peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa
aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat
kelompok sosial tertentu. Peran ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh
dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota
masyarakat kelompok sosial tertentu. Sedangkan peran anak sebagai pelaku
psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.
6. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk memenuhi
kebutuhan psikososial terutama bagi pasien gangguan jiwa. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari
seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan
iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang
berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi
afektif adalah:
1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antara keluarga dengan anggota keluarganya yang mengalami
gangguan jiwa, sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling
mendukung.
2) Saling menghargai, keluarga harus menghargai, mengakui keberadaan dan
hak anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa serta selalu
mempertahankan iklim yang positif.
Ikatan kekeluargaan yang kuat dikembangkan melalui proses identifikasi dan
penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga terutama pada
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sangat membutuhkan
perhatian dan dukungan dari keluarganya. Keluarga harus mengembangkan
proses identifikasi yang positif sehingga anggota keluarga dapat meniru
tingkah laku yang positif tersebut.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
setiap anggota keluarga, yang menghasilkan interaksi sosial. Keluarga
merupakan tempat setiap anggota keluarga untuk belajar bersosialisasi.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Keberhasilan perkembangan yang dicapai anggota keluarga melalui interaksi
atau hubungan antara anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
c. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga.
d. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah dan merawat terjadinya penyakit.
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi
status
kesehatan
keluarga.
Kesanggupan
keluarga
melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksankan tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan (Setyowati & Murwani, 2008).
B. Diabetes Mellitus
1. Pengertian
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan atau defenisi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar
pankreas atau disebabkan kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin
(Ditjen Bina Farmasi & ALKES, 2005).
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak
normal, suatu resiko komplikasi spesifik perkembangan mikrovaskular dan
ditandai
dengan
adanya
peningkatan
komplikasi
perkembangan
makrovaskuler. Secara umum, ketiga elemen diatas telah digunakan untuk
mencoba menemukan diagnosis atau penyembuhan diabetes (Mogensen,
2007).
Pada beberapa populasi tetapi bukan semuanya, defenisi diabetes oleh
distribusi glukosa adalah pendistribusian glukosa ke seluruh jaringan dimana
berbeda distribusi glukosa pada setiap individual dengan atau tanpa diabetes.
Selain itu distribusi glukosa juga dapat menjadi parameter untuk penyakit
diabetes atau dengan kata lain, nilai defenisi diagnosis untuk diabetes
didasarkan pada nilai distribusi glukosa pada tingkat populasi bukan sering
atau tidaknya berolahraga. Besarnya komplikasi mikrovaskuler pada retina
dan ginjal spesifik menuju ke diabetes. Selain itu terjadinya komplikasi
makrovaskuler dapat menyebabkan kematian pada penderita diabetes. Hal ini
ditunjukkan bahwa nilai glukosa yang tidak normal seharusnya ditemukan
sebagai peningkatan cepat dari nilai glukosa, yang mana diapresiasikan
dengan peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler (Mogensen, 2007).
2. Etiologi
Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui dengan pasti
tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah penyebab utama
dan faktor herediter memegang peranan penting.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
a.
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut
Juvenille Diabetes, gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia
(meningkatnya kadar gula darah) (Bare & Suzanne, 2002). Faktor genetik
dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden
lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan) misalnya
coxsackievirus B dan streptococcus sehingga pengaruh lingkungan
dipercaya mempunyai peranan dalam terjadinya DM ( Bare & Suzanne,
2002). Virus atau mikroorganisme akan menyerang pulau – pulau
langerhans pankreas, yang membuat kehilangan produksi insulin. Dapat
pula akibat respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang
sel bata pankreas. Faktor herediter, juga dipercaya memainkan peran
munculnya penyakit ini (Bare & Suzanne, 2002).
b.
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran
terjadinya NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang sangat
besar. Riset melaporkan bahwa obesitas salah satu faktor determinan
terjadinya NIDDM sekitar 80% klien NIDDM adalah kegemukan.
Overweight
membutuhkan
banyak
insulin
untuk
metabolisme.
Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan
insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
menurun atau mengalami gangguan. Faktor resiko dapat dijumpai pada
klien dengan riwayat keluarga menderita DM adalah resiko yang besar.
Pencegahan utama NIDDM adalah mempertahankan berat badan
ideal. Pencegahan sekunder berupa program penurunan berat badan,
olah raga dan diet. Oleh karena DM tidak selalu dapat dicegah maka
sebaiknya sudah dideteksi pada tahap awal tanda-tanda atau gejala yang
ditemukan adalah kegemukan, perasaan haus yang berlebihan, lapar,
diuresis dan kehilangan berat badan, bayi lahir lebih dari berat badan
normal, memiliki riwayat keluarga DM, usia diatas 40 tahun, bila
ditemukan peningkatan gula darah (Bare & Suzanne, 2002).
3. Patofisiologi
a. DM Tipe I
Pada
Diabetes
tipe
I
terdapat
ketidakmampuan
pankreas
menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans.
Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post
prandial (Corwin, 2000).
Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan
muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic)
sehingga pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria)
dan rasa haus (polidipsia) (Corwin, 2000). Defisiensi insulin juga
mengganggu metabolisme protein dan lemak sehingga terjadi penurunan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
berat badan akan muncul gejala peningkatan selera makan (polifagia).
Akibat yang lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan glukosa
yang disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya
berupa pemecahan lemak dan terjadi peningkatan keton yang dapat
mengganggu
keseimbangan
asam
basa
dan
mangarah
terjadinya
ketoasidosis (Corwin, 2000).
b.
DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan
pada reseptor kurang dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah
tetap saja glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel akan
kekurangan glukosa (Corwin, 2000). Mekanisme inilah yang dikatakan
sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan maka
harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Namun
demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II (Corwin, 2000).
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
4. Pathway
Genetik
Autoimun/i
diopanik
Obesitas /
penyakit kronis
Diabetes
millitus
Perusakan imunologik sel beta
yg memproduksi insulin
Defisiensi insulin
hiperglikemi
Sekresi insulin kurang
Penurunan sel pulau
langerhans
Penurunan
kesadaran
diorientasi
glikosuria
Diuresis osmosis
Proses autoimun
Resiko cidera
Pengeluaran urin
Resiko infeksi
Resiko kekurangan
Keseimbangan kalori kurang
Kurang pengetahuan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan
Gambar 2.1. Pathway Diabetes Mellitus
Sumber : Bare & Suzanne (2002) ; Corwin (2000) dan Doengoes (2000)
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
5. Diagnosa
Kriteria untuk diagnosis termasuk pengukuran kadar A1c hemoglobin
(HbA1c), kadar glukosa darah sewaktu atau puasa, atau hasil dari pengujian
toleransi glukosa oral. The American Diabetes Association mendefinisikan
diabetes mempunyai dua kemungkinan yaitu pada pengukuran kadar glukosa
darah puasa,ia menunjukkan bacaan sebanyak minimal 126 mg / dL setelah
puasa selama 8 jam. Kriteria lainnya adalah kadar glukosa darah sewaktu
minimal 200 mg / dL dengan adanya kelainan berupa poliuria, polidipsia,
penurunan berat badan, kelelahan, atau gejala karakteristik lain dari diabetes.
Pengujian kadar glukosa sewaktu dapat digunakan untuk skrining dan
diagnosis, namun sensitivitas hanyalah 39% hingga 55% (Barclay, 2010).
Uji diagnostik yang utama untuk diabetes adalah tes toleransi glukosa
oral, di mana pasien akan diminta untuk berpuasa selama 8 jam dan
kemudian ditambah dengan beban 75 g glukosa. Diagnosis terhadap diabetes
akan ditegakkan sekiranya kadar glukosa darah melebihi 199 mg / dL. Selain
itu, kadar glukosa darah puasa dianggap abnormal sekiranya berkisar antara
140-199 mg / dL selepas 2 jam mengambil beban glukosa. American
Diabetes Association mendefinisikan terdapat gangguan pada kadar glukosa
darah puasa sekiranya KGD diantara 100-125 mg / dL (Barclay, 2010).
Pengujian tingkat HbA1c, yang tidak memerlukan puasa sangat berguna baik
untuk diagnosis atau skrining. Diabetes dapat didiagnosa sekiranya kadar
HbA1c adalah minimum 6,5% pada 2 pemeriksaan yang terpisah. Antara
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
keterbatasannya adalah, mempunyai uji sensitivitas yang rendah dan terdapat
perbedaan pada interpretasi mengikut ras, ada tidaknya anemia, dan pada
penggunaan obat-obatan yang tertentu ( Barclay L,2010). Dengan demikian,
meminum larutan glukosa 50 g (Glucola; Ames Diagnostik, Elkhart, Indiana)
adalah tes yang paling umum dilakukan untuk Gestational Diabetes dimana
diperlukan 75-g atau 100-g uji toleransi glukosa oral untuk mengkonfirmasi
hasil tes skrining yang positif (Barclay L, 2010).
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala diabetes mellitus menurut (Bare & Suzanne, 2002)
a. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane
dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat
atau hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam
sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai
akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic
(poliuria).
b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah
dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor
haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum
(polidipsia).
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya
kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan
menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan
lebih banyak makan (poliphagia).
d. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel
kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari
itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot
mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.
e. Malaise atau kelemahan
7. Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak untuk meningkatan
pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai
usaha, antaranya :
a. Perencanaan Makanan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan
kecukupan gizi baik yaitu : Karbohidrat sebanyak 60 – 70 % 2) Protein
sebanyak 10 – 15 % 3) Lemak sebanyak 20 – 25 % Jumlah kalori
disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah
kalori dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal = (TB-100) x 90%,
sehingga didapatkan :
1) Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
2) Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
3) Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
4) Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
b. Latihan Jasmani yang dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu) selama kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan
kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Sebagai contoh olah raga
ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit, olehraga sedang
berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging (Iwan S,
2010).
c. Obat Hipoglikemik :
1) Sulfonilurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.
b) Menurunkan ambang sekresi insulin.
c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal
dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit
lebih.Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
dan orangtua karena resiko hipoglikema yang berkepanjangan,
demikian juga gibenklamid. Glukuidon juga dipakai untuk pasien
dengan gangguan fungsi hati atau ginjal (Iwan S, 2010).
2) Biguanid
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin.Sebagai obat
tunggal dianjurkan pada pasien gemuk (IMT 30) untuk pasien yang
berat lebih (IMT 27-30) dapat juga dikombinasikan dengan golongan
sulfonylurea (Iwan S, 2010).
3) Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun
NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam
ketoasidosis (Bare & Suzanne, 2002).
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali
dengan diet (perencanaan makanan) (Bare & Suzanne, 2002).
DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral
dosif maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis
rendah dan dinaikkan perlahan – lahan sesuai dengan hasil glukosa darah
pasien. Bila sulfonylurea atau metformin telah diterima sampai dosis
maksimal tetapi tidak tercapai sasaran glukosa darah maka dianjurkan
penggunaan kombinasi sulfonylurea dan insulin (Bare & Suzanne, 2002).
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
d. Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu
pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang
bertujuan
menunjang
perubahan
perilaku
untuk
meningkatkan
pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai
keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan psikologik kualifas
hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan diabetes (Bare & Suzanne, 2002).
8. Komplikasi
Jika gula darah tidak terkontrol dengan baik beberapa tahun kemudian
akan timbul komplikasi. Komplikasi akibat diabetes yang timbul dapat berupa
komplikasi akut dan kronis.
a.
Komplikasi akut
Komplikasi yang muncul secara mendadak. Keadaan bisa fatal jika tidak
segera ditangani. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah (Harrison, et
al, 2005) :
1) Hipoglikemi
Menurut Fishbein dan Palumbo, hipoglikemia adalah suatu
keadaan di mana konsentrasi atau kadar gula di dalam darah terlalu
rendah (<60mg/dl), yang dapat terjadi pada pasien yang menerima
suntikan insulin dan obat anti diabetes. Hipoglikemia ini terjadi jika
pemberian dosis insulin atau obat anti diabetes tidak tepat, latihan fisik
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
atau olah raga berlebihan, menunda jadwal makan setelah minum obat,
serta kebiasaan konsumsi alkohol.
2) Ketoasidosis
Pada diabetes melitus yang tidak terkendali dengan kadar gula
darah yang tinggi dan kadar hormon yang rendah, tubuh tidak dapat
menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Sebagai gantinya tubuh
akan memecah lemak untuk sumber energi pemecahan lemak tersebut
kemudian menghasilkan badan-badan keton di dalam darah (ketosis).
Ketosis ini menyebabkan derajat keasaman (PH) dalam darah menurun
(asidosis). Pada pasien dengan ketoasidosis diabetik umumnya
memilki riwayat asupan kalori (makanan) yang berlebihan atau
penghentian obat diabetes atau insulin. Gejala yang timbul dapat
berupa kadar gula darah tinggi (>240 mg/dl). Terdapat keton dalam
urin, buang air kecil banyak hingga dehidrasi, napas berbau aseton,
lemas hingga koma.
3) Hiperosmolar Non-Ketotik (HONK)
Pada keadaan tertentu gula darah dapat sedemikian tingginya sehingga
darah menjadi kental. Dalam keadaan seperti ini dinamakan
Hiperosmolar Non-Ketotik (HNOK), atau Diabetic Hiperosmolar
Syndrome (DHS). Kadar glukosa darah dapat mencapai nilai
600mg/dl. Glukosa dapat menarik air keluar sel dan selanjutnya keluar
bersama urin, dan tubuh mengalami dehidrasi. Penderita diabetes
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
dalam keadaan ini menunjukkan gejala nafas cepat dan dalam, banyak
kencing, sangat haus, lemah, kaki dan tulang kram, bingung, nadi
cepat, kejang dan koma. Hiperglikemia dapat terjadi jika masukan
kalori yang berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin yang
didahului stress akut.
b. Komplikasi kronik
Komplikasi ini terjadi karena glukosa darah berada di atas normal
berlangsung secara selama bertahun-tahun. Komplikasi timbul secara
perlahan, kadang tidak diketahui, tetapi berangsur semakin berat dan
membahayakan. Yang termasuk dalam komplikasi kronik adalah
(Harrison, et al, 2005):
1) Mikrovaskular
a) Penyakit Mata
(1) Retinopati (nonproliferatif/proliferatif)
(2) Macular edema
b) Neuropati
(1) Sensorik dan motorik (mononeuropati dan polineuropati)
(2) Autonomik
c. Nefropati
2) Makrovaskular
a) Penyakit arteri koronari
b) Penyakit vaskular perifer
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
c) Penyakit cerebrovaskular
3) Lain-lain
a) Gastrointestinal
(1) Gastroparesis
(2) Diare
b) Genitourinary
(1) Uropati/disfungsi ereksi
(2) Ejakulasi retrograde
c) Dermatologi
d) Infeksi
e) Katarak
f) Glaukoma
Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Download