PENDAHULUAN Latar 8eIakang Penyamakan kulit menghasitkan tiga macarn limbah yaitu padat, cair dan gas. Dari ketiga macam limbah tersebut lirnbah padat yang berupa lumpur kering belum ditangani secara sefius. Lumpur kering limbah penyarnakan kulit (LKLPK) biasanya hanya dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) berupa urug berlapis, sehingga masih ada peluang tejadinya pelindian, dan produksi gas rnetana yang mernbahayakan lingkungan. Penanganan lirnbah cair rnenghasilkan lumpur kering dalam jumiah yang cukup besar (Sharphouse, 1983; Winter, 1984. Sunaryo. 1989). Setiap 1 kg kuli awetan garam basah yang disamak krom menghasilkan 4 liter lumpur basah atau setiap 1000 lembar kulit menghasilkan sekiar 100 m3 lumpur basah setiap harinya (Sharphouse, 1983) Cumpur basah kandungan airnya sangat tinggi (sehtar 96%), sehingga sukar dalarn penanganannya. Salah satu cara penanganan lumpur basah adalah dengan filterpmss. Lumpur dipompakan ke dalam rangkaian plat filter, setelah diekan akan dihasilkan lumpur padat ( f i k r cake) dengan kadar air sekitar 40% (Sharphouse, 1983). Settap 100 m3 lumpur basah akan dihasilkan 12 m3 lumpur padat (Sharphouse, 1983). Lumpur padat seteiah dikeringkan beberapa hari (3-4 hari) diperoleh lurnpur kering. Lurnpur kering lirnbah penyarnakan kulit (LKLPK) disamping tinggi kandungan haranya juga rnengandung logam berat krom yang sangat berbahaya baik bagi biota air. tanaman pangan, hewan maupun manusia. Komposisi kimia LKLPK adalah sebagai berikut: Bahan organik 45.7%, dan bahan anorganik 54,3Oh. Kandungan C organik 21,6%, total N 4,096, P 0,0296, Ca 13.7%, Fe 5.6%. Cr(lll) 3.2% dan Al 0.6% (UNIDO. 1990). Meskipun penyamakan kulit hanya rnenggunakan Cr(lll) sebagai bahan penyamak, tetapi karena dalarn proses pra-penyamakan dan pengendapan krorn menggunakan kalsium karbonat. maka ada peluang terjadinya transfonnasi kimia Cr(lll) rnenjadi Cr(VI) (Winter. 1984). Logam berat rnempunyai sifat merusak kehidupan lingkungan karena tidak mudah didegradasi, toksik pslda konsentrasi tertentu, terakurnulasi pada organisrne dan terkonsentrasi pada rantai rnakanan (Alrneida dan Boaventura, 1997). penyamakan kulit dikenal kurang Cr(lll) yang terdapat pada limbah cair toksik dibanding dengan Cr(VI), tetapi pembuangan limbah yang mengandung Cr(lll) ke lingkungan harus dibatasi karena Cr(lll) dapat berubah rnenjadi Cr(V1) bila berternu oksidator tertentu (Almeida dan Boaventura, 1997). Adanya ligan organik, oksidator anorganik (MnO*) dan kondisi asarn di dalam tanah dapat rneningkatkan mobilitas Cr(lll) (Macchi et a/..1991: Almeida dan Boaventura, 1997). Krom valensi Ill kurang toksik dibanding valensj VI, tidak koresif dan tidak iritatitif, dalam jumlah kecil sangat diperlukan untuk metabolisme karbohidrat bagi rnamalia (Rai et at.. 1987). Cr(ll1) lebih stabil dan tingkat toksisitasnya hanya seperseribu dibandingkan dengan Cr(VI) Chirwa dan Wang, 2000). Cr(lH) dalam jumlah kecil sangat diperlukan untuk metabotisme karbohidrat pada manusia (Rutland, 1991. Chirwa dan Wang, 2000). Menurut Harrison dan Hoare (1980) Cr(lll) berperan sebagai actiwe ingredient dan disebut sebagai Glucose tolerance factor (GTF) yang penting untuk rnengoptirnalkan aktivitas insulin dalam jaringan marnalia. Krom vatensi VI mempunyai kelarutan yang tinggi, dan be- sangat toksik, korosif, karsinogenik (Rai et a/.. 1987; Kendrick et at.. 1992). dan mutagenik (Petrilli dan Flora, 1977; Llovera et at., 1993) karena dapat membentuk senyawa kompleks makromolekul dalam set dan marnpu menembus membran sd biologi dengan cepat dan mengalami reduksi di dalam sel (Rai et a/., 1987). Pada manusia Cr(VI) rnenyebabkan iritasi dan korosi pada kulit dan saluran pernafasan (Solisio et a/.. 2000). Pada tanaman Cr(VI) menyebabkan ke~sakanpada sistem perakaran -- (Notohadiprawiro. 1995). pigmen fotosintesis, penurunan enzim nihat reduktase dan sintesis protein (Vajpayee et a/., 1999). Cr(Vl) menyebabkan gqaia kanker pada hewan percobaan (Heryando-Palar. 1994). Marmut yang diberi perfakuan asam kromat dan kalsium krornat menunjukkan adanya gqala kanker pada paru-parunya, sedangkan yang diberi perlakuan Cr(lll) tidak ada gejala tersebut. Cr(VI) juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan air, ikan lebih tahan terhadap Cr(VI), tetapi kehidupan air yang lebih rendah lebih sensitif terhadap logam ini (Winter, 1984: Rump dan Krist, 7992). Pada konsentrasi 10-20 mgn. Cr(lll) sudah menghambat aktivitas biologi pada limbah, sedangkan Cr(Vl) lebih rendah lagi yaitu hanya pada konsentrasi 2-1 0 mgn (Rump dan Krist, 1992). Oieh karena itu perlu dicari metode penurunan kandungan Cr(VI) yang sederhena, murah dan aman. Logam berat termasuk krom dapat dipisahkan secara fisika. ffsiko-kimia, dan elektrokimia. Misalnya dengan cara tukar ion (Tiravanti et at. 1997), reduksi dan presipitasi (Macchi et a/,1991; Almeida & Boaventura, 1997)). uttrafiltrasi dan reverse osmosis (Cassano et at, 1997). reduksi galvanik (AWo dan Sedahmed, 1998), presipitasi elektro-kimia dwikutub (Kongssricharoem dan Polprasert, 1996). serapan dengan bahan sorben anorganik (Lehrnann et a/., 1999) dan karbon aktii (Ranganathan, 2000). Biosorpsi logam berat dapat dilakukan dengan rnernanfaatkan substrat alarn seperti lirnbah pertanian, rnikroorganisrne, lirnbah hutan. kasein. dan pulp gula beet (Senthilkurnaar et a/. 2000). Pengambilan logarn berat secara kimia dianggap tidak efasien karena rnenggunakan bahan kimia yang cukup banyak. sedangkan bila menggunakan rnikrob biaya cukup rnurah dan bromassa mudah didapat (Kapoor dan Viraraghavan, 1995). Pengambilan logarn berat secara biologi rnenggunakan jasa biornassa rnikroorganisrne termasuk- bakteri, ragi, algae dan jarnur (Gadd. 1992; Kapoor dan Viraraghavan. 1995) merupakan pilihan yang tepat karena teknologinya sederhana dan biayanya rnurah. Biomassa mikrob mudah diperoleh dari alarn ataupun dari limbah industn rnakanan dan minurnan. Beberapa jenis m~krobtelah digunakan untuk mengambil ion logarn berat, misalnya bakteri (Kornori et al., 1990; Solisio et a/., 2000). ragi (Ferraz & Teixeira. 1999; Al-Saraj et al., 2000), algae (Yesim-Sag et a/., 1998). dan jarnur (Yesim-Sag 81 Kutsal. 1996; Yesirn-Saq et a/.. 1998; Kapoor & Viraraghavan. 1998; Tobin & Roux, 1998; Kapaor et al., 1999; Prakasharn et a/., 1999; Yesirn-Saq & Kutsal, 2000). Mekanisme biosorpsi logam oleh rnikrowganisme sangat kornpleks dan bergantung pada interaksi fisikokirnia antara ion logam dan sisi-sisi pengikatan logarn pada dinding rnembran sel rnikroorganisme (Gadd, 1992). Proses pengarnbilan ion logarn berat dari larutan dikelornpokkan rnenjadi tiga yatu: 1. biosorpsi ion logam pada permukaan rnikroorganisme, 2. pengarnbilan ion logam ke dalarn intraselular, 3. transformasi kimia ion logarn oleh rnikroorganisrne(Yesirn-Saq dan Kutsal, 2000). Reduksi Cr(VI) secara biologi (menggunakan jasa bakteri, jamur dan ragi) rnerupakan pilihan yang tepat karena (1) tejadi pada pH netral dan suhu normal (2040 OC), (2) tidak rnemerlukan reagen kimia dalam jumlah yang cukup besar. (4) tidak rnernerlukan energi yang besar dan hanya terbentuk sedikii lurnpur, (5) Cr(lll) yang terbentuk relatif tidak berbahaya bagi sebagian besar organisme, dan (6) mikroorganismeyang telah digunakan untuk reduksi kromal dapal digunakan lagi setelah logam kromnya dipisahkan dari sel mikrob (Komori et a/.,1990). Reduksi Cr(VI) di dalam sel mikrob terkait erat dengan proses rnetabolisme aktii . . (Llovera et a/.,19931, biasanya melibatkan sistem transport, dan enzim tertentu seperti krornat reduktase (Gadd, 1992; Wang dan Xiao, 1995). sitokrom c3 (Lovley dan Phillips. 1994) dan enzirn lain yang belum dikenal (Lovley dan Phillips, 7994). Biosorpsi dengan jamur merupakan salah satu pilihan untuk mengambil ionlogam berat dari lamtan (Kapoor dan Viraraghavan, 1995; 1998) karena disamping biayanya murah, biornassa jamur mudsh didapat. Jamur dan ragi mampu mengakurnulasi hararnilcro seperti Cu, Zn dan Mn serta logam non hara seperti U, Ni, Cd, Sn dan Hg dalam jumlah yang jauh lebih tinggi dari kebutuhannya (Gadd. 1990, 1992). Sel hidup AspergiI1u.s niger, Mucor dan Pennicillium terbukti dapat mengabsarbsi berbagai ion logam berat (Kapaor dan Viraraghavan, 1998) karena dinding sel jamur tersusun oleh polisakarida kitin dan kiosan, pofisakarida ini dikenal mempunyai afinitas yang tinggi terhadap logarn berat (Chui et a/. 1996). Hasil penelitisn Chui et ale(1996) menunjukkan b a h a kitin dan kiisan mampu rnenyerap lebih dari 9O0A ion logam Cr(l1l). Pengambilan (uptake) logan~ berat mengikutsertakan proses-proses pengkomplekan, koordinasi, kelasi, tukar ion, adsorpsi dan mikropresipitasi tergantung pada substratnya (Solisio et at.. 2000). Jarnur A. nigerlelah digunakan untuk rnengarnbil logam berat Ni. Pb, Cd dan Cu dari larutan (Kapoor dan Viraraghavan, 1998). tetapi beiurn pernah digunakan untuk rnengabif logam Cr dari larutan. Fusariom sp dan A. niger yang diiiolasi dari lurnpur kering limbah penyarnakan kuli temyata sangat misten terhadap logarn krorn (Wibowoi 2001), Oleh karena itu kedua macam jarnur ini dipilih sebagai laiosorben untuk percobaan reduksi dan biosorpsi logarn krorn. Pengomposan rnelibatkan berbagai jenis mikrob yaitu bakteri, jarnur actinomyoetes, ragi, dan protozoa (Haga. 1990; Polprasert, 1995). Mikroorganisrne berfungsi untuk rnendegradasi bahan organik kornpleks rnenjadi senyawa-senyawa sederhana sehingga rnenjadi lebih tersedia bagi tanaman. Transformasi C organik rnenjadi GO2 secara aerob rnenghasilkan panas dalam jurnlah yang cukup besar, sehingga marnpu rnembunuh organisme patogen {Haga, 1990; Potprasert, 1995: Smith, 1996). Logarn berat sangat sukar didegradasi oleh rnikroorganisme, logam berat hanya dapat diiransformasi rnenjadi bentuk yang kurang toksik secara biologi (Gadd, 1992). C w l ) diubah menjadi Cr(lll) oleh ensirn k m a t reduktase yang dihasi4kan oleh sel mikrob termasuk jarnur dan bakteri (Gadd. 1992); Proses pengornposan sebagian diyakini rnempunyai kernampuan rnereduksi C w l ) rnenjadi Cr(lll) (PeneIitiin I). Bakteri melibatkan banyak jenis rnikroorganisrne, fermentatit baik aerob dan anaerob, mesofif dan termofil terdapat pada kornpos. Pseudomonas, KlebHIa dan Bacillus sp tekh diidentifikasi terdapat pada kornpos (Tournela et al., 2000). Pseudomonas sp, E. cdi, C l ~ i u m sp, Megatetfum dan Semtis, sp juga ditemukan pada turnpukan kompos (Miller. 1996). Beberapa jenis jarnur rnesofil diemukan pada turnpukan kornpos, Aspergillus sp dan Penicilium sp - adalah dua spesies jarnur paling urnurn dijumpai pada kornpos. Kedua jenis jarnur ini rnempunyai kemampuan mengakumulasi logarn berat (Gadd, 1992). Biornetanogenesis mewpakan salah satu stabilisasi limbah organik secara anaerob, bahan organik diurai rnenjadi monomer-monomer. asam-asarn organik rantai pendek. alkohoi. asam asetat, CH4dan sedikit HZ.C02 H2S. NH3, NO, . serta hara (nitrat dan nitrit, serta mineral) (Zinder, 1986 dan Polprasert, 1995). Gas-gas rumah kaca (CH4 dan NO.) tersebut ikut terbakar selarna pemakaian gas sebagai sumber energi, sehingga pernanasan global. tidak lagi rnernbahayakan lingkungan termasuk Biornetanogenesis rnelibatkan behagai jenis bakteri yaitu bakteri fermentatif atau hidrolitik, bakteri asidogenik, bakteri asetogenik dan bakteri metan. Beberapa jenis bakteri yaitu Bacillus sp, Pseudomonas fluoreens (Wang dan Xiao, 1995), Escherichia coli (Chirwa dan Wang, 2000), Agrobacterium radiobacter (Llovera et a/., 1993). Desulfovibflo vulgaris (Loveley & Phillips, 1994), Enterobacter cloacae (Komori et a/.. 1990; Manahan, 1992) dan Sphaemtilus natans (Solisio et a/.. 2000) mampu mereduksi Cr(Vlj menjadi Cr(lll). Disarnping mampu menghasilkan rnetana biornetanogenesis diharapkan marnpu mereduksi Cr(V1) di dalam lumpur kering karena biornetanogenesis rnelibatkan bennacam-macam bakteri, terutama bakteri anaerob. Kedua proses ini yaitu pengomposan dan biometanogenesis diharapkan rnedadi dua jenis rnetode pengolahan lumpur kering yang rnurah dan memberi manfaat yang besar bagi pabrik penyamakan kulit. Biornetanogenesis dilakukan untuk rnengdah limbah penyamakan kulit dan mereduksi krorn LKLPK karena di Indonesia teknologi ini belurn digunakan untck rnengolah linbah cair penyarnakan kuli dan LKLPK. Kornpos dan slun yang dihasilkan oleh pengomposan dan biornetanogenesis rnasih rnengandung ham N, P dan K dalarn jurnlah yang cukup tinggi, sehingga sangat bennanfaat untuk mernelihara dan meningkatkan tingkat kesuburan tanah. serta rneningkatkan produksi tanarnan pakan temak, sayuran dan hortikultura. Logarn berat tennasuk krorn VI selarna proses pengornposan akan diransformasi rnenjadi krom Ill yang bersifat imobil, tidak terlarut dan lembarn (Zorpas et ai., 2000), sehingga sukar diabsorbsi oleh tanaman. Pelet rnereduksi luas perrnukaan. .- sehingga unsur ham dan logam berat rnenjadi lebih sukar diabsorbsi oleh tanaman, dengan dernikian diharapkan lebih efisien dan marnpu rneurunkan toksisitas logam berat. Pemakaian LKLPK yang telah dikornposkan rnerninimalkan bahaya karena Cr(VI) yang terdapat di dararnnya sebagian telah direduksi menjadi Cr(lll). Pengomposan rnampu rnenghilangkan senyawa-senyawa fitutoksik (Jacob, 1990), sehingga kompos arnan digunakan untuk memupuk tanarnan pertanian. Di dalam penelitian ini digunakan bayam cabut untuk mengevaluasi kualitas kornpos dan toksisitas krorn karena bayarn cabut umumya pendek dan cepat perturnbohannya. Hanya bagian batang dan daun yang dianalisis kandungan kromnya karena kedua bagian te-but yang biasa dikonsurnsi baik oleh temak rnaupun rnanusia. Tujuan Penelitian Penelitian ini dikerjakan dengan tujuan utarna rnenurunkan kandungan Cr(VI) LKLPK rnelalui pengornposan den biometanogenesis, rnernbuktikan bahwa biornassa jarnur Fusarium sp dan Aspengillus niger dapat rnereduksi Cr(VI) dan digunakan untuk mengambil logam krom dari larutan, serta membuktikan bahwa logam krom yang tefdapat di dalam kompos sukar diserap oleh tanaman. Tujuan lainnya adalah mengevaluasi kualitas fisik, kimia dan biologi pupuk organik (kompos) yang diproduksi dari kombinasi feses,sapi perah, jerami padi, dan LKLPK, mempelajari efek toksisitas krom terhadap produksi bayam cabut baik yang dipupuk kompos curah maupun pelet. Hipotesis Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: biomassa jamur Fusarium sp dan A. niger marnpu menyerap dan mereduksi Cr(VI) karena dinding selnya tersusun oleh kitin dan kiiosan, kedua senyawa ini dikenal rnempunyai afinitas yang tinggi terhadap logam berat. Pengornposan dan biometanogenesis mampu menuwnkan kandungan Cr(VI) dan mereduksi Cr(VI) menjadi Cr(ll1) karena kedua proses tersebut melibatkan berbagai jenis mikrob termasuk bakteri, jamur dan actinomycetes. Aplikasi kompos yang mengandung LKLPK tidak meningkatkan kandungan krom bayam cabut karena sebagian Cr(VI) telah terduksi menjadi Cr(l1l). dan terdapat penghalang absorpsi Cr(lll) ke dalam tananlan yaitu Cr(lll) terikat pada partikel lempung dan bahan organik. Tanaman yang dipupuk kompos yang mengandung krom rnampu tumbuh dan Wrproduksi, karena kompos sudah bebas dari fitotoksin dan krom telah diiransfomasi menjadi bentuk tecpresipitasi dan Iembam sehingga sukar diserap oleh tanaman. Manfaat P e n e l i n Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan di pabrik penyarnakan kuli untuk mengolah limbah cair ataupun padat secara biologi khususnya menggunakan jasa bakteri dan jarnur benang, agar buangan akhimya tidak membahayakan bagi lingkungan setta memberi manfaat yang sebesar-besamya bagi pengambil kebijakan dalam menetapkan kriteria pelarangan pemakaian limbah padat sebagai pernbenah tanah.