Pendidikan Pada Masa Daulah Bani Umaiyah

advertisement
Pendidikan Pada Masa Daulah
Bani Umaiyah dan Bani Abbasyiah
Tiar Indarto
Rifi Wulandari
(0901125227)
(0901125190)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam Untuk Disiplin Ilmu I (IDI I)
Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal sejarahnya. Sejarah merupakan
kejadian masa lampau yang memiliki banyak pelajaran untuk bekal kemajuan
menyongsong masa depan. Al-Qur’an banyak bercerita tentang umat-umat terdahulu, itu
semua adalah sebagai bentuk refleksi untuk menyongsong masa depan dengan
membawa hikmah dari sejarah. Jika umat Islam ingin melihat masa depan yang penuh
dengan cahaya kejayaan, maka umat Islam harus memahami masa lalunya. Masa lalu
yang merupakan kejayaan umat Islam dari generasi terbaik (generasi awal Islam).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Daulah Bani Umayyah
Muawiyah adalah pendiri Daulah Bani Umayyah, ia merupakan putra dari Abu
Sufyan ibn Harb ibn Umayyah ibn Abd Syam ibn Abd Manaf. Ibunya adalah Hindun
binti Utbah ibn Rabiah ibn Abd Syam ibn Abd Manaf. Ibukota negara dipindahkan dari
Madinah ke Damaskus suatu negeri tua di Syam (Palestina, Yordania, Suriah, dan
Libanon) tempat dimana muawiyah dahulunya menjabat sebagai gubernur. Daulah
Umayyah terbagi menjadi dua periode yaitu (41-132 H/661-750 M) di Damaskus
disebut daulah Umayyah I dan sekitar abad ke-6 sampai dengan abad ke-10 di
Andalusia disebut daulah Umayyah II.
Kekhalifahan pada Daulah Bani Umayyah:
1. Muawiyah bin Abu Sufyan, 41-61 H / 661-680 M.
2. Yazid bin Muawiyah, 61-64 H / 680-683 M.
3. Muawiyah bin Yazid, 64-65 H / 683-684 M.
4. Marwan bin al-Hakam, 65-66 H / 684-685 M.
5. Abdul-Malik bin Marwan, 66-86 H / 685-705 M.
6. Al-Walid bin Abdul-Malik, 86-97 H / 705-715 M.
7. Sulaiman bin Abdul-Malik, 97-99 H / 715-717 M.
8. Umar bin Abdul-Aziz, 99-102 H / 717-720 M.
9. Yazid bin Abdul-Malik, 102-106 H / 720-724 M.
10. Hasyim bin Abdul-Malik, 106-126 H / 724-743 M.
11. Al-Walid bin Yazid II, 126-127 H / 743-744 M.
12. Yazid bin al-Walid, 127 H / 744 M.
13. Ibrahim bin al-Walid, 127 H / 744 M.
14. Marwan bin Muhammad, 127-133 H / 744-750 M.
Pada periode Dinasti Bani Umayyah ini terkenal sibuk dengan pemberontakan
dalam negeri dan sekaligus memperluas daerah kerajaan, sehingga pemerintahan
1
Dinasti Bani Umayyah tidak terlalu banyak memusatkan perhatian pada perkembangan
ilmiah dan pendidikan.
Pendidikan pada masa pemerintahan Umayyah bersifat desentrasi yang berarti
pendidikan tidak hanya terpusat di ibu kota Negara saja tapi juga dikembangkan secara
otonom di daerah yang telah dikuasai dengan ekspansi teritorial. Sistem pendidikan
ketika itu belum memiliki tingkatan dan standar umur. Kajian ilmu yang ada pada
periode ini berpusat di Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir, Cordova dan
beberapa kota lainnya, seperti: Basrah dan Kuffah (Irak), Damsyik dan Palestina
(Syam), Fistat (Mesir). Tetapi pada masa pemerintahan daulah bani Umayyah sudah
terdapat klasifikasi bentuk pendidikan, yaitu pendidikan formal dan pendidikan
nonformal. Pendidikan formal yang dimaksud adalah kurikulum pendidikan murni hanya
mencakup ilmu-ilmu agama, sedangkan pendidikan nonformal yang dimaksud adalah
kurikulum pendidikan memuat kurikulum umum seperti kedokteran dan sebagainya.
Lembaga pendidikan pada masa Umayyah sudah cukup berkembang dengan
masa sebelumnya. Adapun lembaga pendidikan Islam pada masa daulah Umayyah
adalah sebagai berikut:
a. Kuttab/Maktab
Kuttab/Maktab berasal dari kata dasar yang sama, yaitu kataba yang artinya
menulis. Sedangkan kataba/maktab berarti tempat untuk menulis, atau tempat
dimana dilangsungkan kegiatan tulis menulis. Kebanyakan para ahli pendidikan
Islam sepakat bahwa keduanya merupakan istilah yang sama dalam arti lembaga
pendidikan Islam tingkat dasar yang mengajarkan membaca dan menulis kemudian
meningkat pada pengajaran Alquran dan pengetahuan agama tingkat dasar.
b. Masjid
Semenjak berdirinya pada masa Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa
sallam, masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kaum
Muslimin, baik yang menyangkut pendidikan maupun sosial ekonomi. Namun yang
lebih penting adalah sebagai lembaga pendidikan. Sebagai lembaga pendidikan
masjid pada awal perkembangannya dipakai sebagai sarana informasi dan
penyampaian doktrin ajaran Islam. Peranan Masjid sebagai pusat pendidikan dan
pengajaran senantiasa terbuka lebar bagi setiap orang yang merasa dirinya tetap
dan mampu untuk memberikan atau mengajarkan ilmunya kepada orang -orang
yang haus akan ilmu pengetahuan.
Pada Dinasti Bani Umayyah, Masjid merupakan tempat pendidikan tingkat
menengah dan tingkat tinggi setelah khuttab. Pelajaran yang diajarkan meliputi Al
Quran, Tafsir, Hadist dan Fiqh. Juga diajarkan kesusasteraan, sajak, gramatika
bahasa, ilmu hitung dan ilmu perbintangan.
c. Majelis Sastra
Majelis sastra merupakan balai pertemuan yang disiapkan oleh khalifah dihiasi
dengan hiasan yang indah, hanya diperuntukkan bagi sastrawan dan ulama
2
terkemuka. Dalam balai-balai pertemuan seperti ini disediakan pokok-pokok
persoalan untuk dibicarakan, didiskusikan dan diperdebatkan.
d. Pendidikan Istana
Pendidikan yang diselenggarakan dan diperuntukkan khusus bagi anak -anak
khalifah dan para pejabat pemerintahan. Kurikulum pada pendidikan istana
diarahkan untuk memperoleh kecakapan memegang kendali pe merintahan atau halhal yang ada sangkut pautnya dengan keperluan dan kebutuhan pemerintah, maka
kurikulumnya diatur oleh guru dan orang tua murid.
B. Daulah Bani Abbasiyah
Daulah Bani Abbasiyah didirikan oleh keturunan Abbas paman Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yaitu: Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn
Abdullah al-Abbas. Kekuasaan Daulah Bani Abbasiyah melanjutkan kekuasaan daulah
umayyah, dengan memindahkan pusat pemerintahan dari Damaskus ke Baghdad
sehingga pusat pemerintahan daulah Abbasiyah berada disekitar bangsa persia.
Kekuasaan daulah Abbasiyah dibagi dalam lima periode, yaitu:
1. Periode I (132 H/750 M-232 H/847 M), masa pengaruh Persia pertama.
2. Periode II (232 H/847 M-334 H/945 M), masa pengaruh Turki pertama.
3. Periode III (334 H/945 M-447 H/1055 M), masa kekuasaan Dinasti Buwaihi,
pengaruh Persia kedua.
4. Periode IV (447 H/1055 M-590 H/1194 M), masa bani saljuk, pengaruh Turki kedua.
5. Periode V (590 H/1104 M-656 H/1250 M), masa kebebasan dari pengaruh Dinasti
lain.
Walaupun dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu
al-Abbas dan Abu Ja’far al-Manshur, tetapi puncak keemasan dari daulah Abbasiyah ini
berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu:
1. Al Mahdi (775-785 M)
2. Al Hadi (785-786 M)
3. Harun al Rasyid (786-809 M)
4. Al Ma’mun (813-833 M)
5. Al Mu’tashim (833-842 M)
6. Al Wasiq (842-847 M)
7. Al Mutawakkil (847-861 M)1
Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa Khalifah Harun AlRasyid (786 M-809 M) dan putranya Al-Ma’mun (813 M-833 M). Kekayaan yang dimiliki
Khalifah Harun Al-Rasyid dan puteranya Al-Ma’mun digunakan untuk kepentingan
1
Suwito & Fauzan. 2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada
media Group. hlm 100
3
sosial seperti: lembaga pendidikan, kesehatan, rumah sakit, pendidikan ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasan.
Dalam perkembangan pemikiran keilmuan keislaman, kita mengenal imam-imam
mazhab hukum yang empat, mereka semua hidup pada masa pemerintahan
Abbasiyah, yaitu ; Imam Abu Hanifah (700-767 M), Imam Malik (713-795 M), Imam
Ahmad ibn Hambal (780-855 M), dan Imam Syafi’i (767-820 M). Disamping itu para
ulama juga mengumpulkan hadits, seperti; al Musnad oleh Ahmad bin Hambal (241
H/885 M). Pengumpulan enam kitab yang dikenal al Kutub as Sittah yang dipelopori
oleh Bukhari (256 H/870 M), Muslim (261 H/875 M), Abu Daud (275 H/888 M), at
Tirmidzi (279 H/892 M), an Nasa’i (303 H/915 M), dan Ibnu Majah (273 H/886 M).
Masa pemerintahan Abbasiyah sering dikatakan sebagai zaman keemasan Islam.
Namun, hal itu tidak berarti membawa seluruhnya berawal dari kreativitas p enguasa
sendiri. Lembaga pendidikan pertama dalam Islam adalah rumah Arqam ibn Abi al Arqam sebagai tempat Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan ayat Al Qur’an hanya saja Daulah Bani Abbasiyah mengembangkannya lebih lanjut sesuai
dengan tuntutan dan kemajuan zaman.
Menurut Hasan Abd. Ali, lembaga-lembaga pendidikan pada periode ini selain
keluarga adalah masjid dan kuttaab, Istana khalifah, rumah-rumah para pangeran,
menteri, dan ulama, kedai-kedai, saudagar buku, salon-salon kesustraan, ribat, rumah
sakit, al-Bimaristan, observatorium dan tempat-tempat experiment ilmiah serta Daar alHikmah, Bait al-Hikmah, dan Daar al-Ilmi ataupun Daar al-Kutub.2 Pendapat Zuhairini
hampir sama dengan pendapat di atas, Zuhairini mengelompokkan lembaga-lembaga
pendidikan Islam seperti Kuttaab, pendidikan rendah di Istana, toko-toko buku, rumah
para ulama (ahli ilmu pengetahuan), badi’ah, rumah sakit, perpustakaan, dan masjid,
sebagai lembaga pendidikan Islam yang bercorak nonformal. 3 Sedangkan lembaga
pendidikan formalnya adalah madrasah.
Menurut Ibnu al Nadhim, Bait al Hikmah dibangun pada masa khalifah Harun arRasyid dan dilanjutkan pada masa khalifah al Amin untuk kemudian direnovasi kembali
oleh khalifah al Ma’mun pada tahun 217 H/832 M dengan biaya sebesar satu juta
dolar.4 Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena
disamping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis, dan
berdiskusi. 5
Perhatian yang tinggi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban
Islam dengan taraf yang belum pernah dicapai sebelumnya, itulah yang dilakukan
Harun ar-Rasyid pada saat menjadi khalifah dengan membangun lembaga pendidikan
dan menunjuk rumah-rumah sebagai tempat belajar begitu pula dengan masjid. Harun
2
Ibid. hlm 15
Ibid. hlm 100
4
M. Mukhlis Fahruddin. 2009. Pusat Peradaban Islam Abad Pertengahan: Kasus Bayt al
Hikmah. El-Harakah, Vol. 11, No. 3. hlm 191
5
Ibid.
3
4
ar-rasyid juga memanfaatkan kekayaannya yang banyak untuk kemanfaatan sosial. Ia
pula yang menjadikan kota baghdad menjadi pusat perdagangan terbesar dan teramai
di dunia, memberikan gaji yang tinggi kepada para ulama dan ilmuwan. Disamping itu
Ia juga memberikan penghargaan yang sangat tinggi pada karya-karya tulis dengan
memberikan imbalan yang mahal. Ia tidak menyia-nyiakan rakyat yang berbuat baik,
tidak melambatkan pembayaran upah dan ia sangat pemurah dan seorang yang gemar
beribadah.
Kemajuan pada Daulah Bani Abbasiyah ini juga ditentukan oleh dua hal, yaitu :
1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih
dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa
pemerintahan bani Abbas, bangsa-bangsa non Arab banyak yang masuk Islam.
Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna.
2. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama pada masa
khalifah al-Manshur hingga Harun ar-Rasyid. Pada fase yang banyak di
terjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua
mulai pada masa khalifah al-Ma’mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak
diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga
berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas.
Bdang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin luas.
Kurikulum pendidikan yang digunakan pada masa pemerintahan Abbasiyah dapat
dibagi menjadi dua, yaitu kurikulum pada pendidikan rendah dan kurikulum pendidikan
tinggi.
a. Kurikulum Pendidikan Rendah
Kurikulum pada pendidikan rendah bervariasi tidak terlepas dari faktor
sosiologis, politis, dan ekonomi umat muslim yang melingkupinya. Sehingga tidak
ada kurikulum khusus yang diikuti oleh seluruh umat islam, dilembaga kuttab
biasanya diajarkan membaca dan menulis al-qur’an, kadang diajarkan bahasa
nahwu dan arudh. Namun demikian, ada perbedaan antara kuttab -kuttab yang
diperuntukkan bagi masyarakat umum dengan yang ada di istana. Di istana orang
tua (para pembesar istana) adalah yang membuat rencana pelajaran tersebut
sesuai dengan anaknya dan tujuan yang dikehendaki. Rencana pelajaran untuk
pendidikan istana ialah pidato, sejarah, peperangan, cara bergaul dengan
masyarakat disamping pengetahuan pokok, sepe rti al-qur’an, syair, dan bahasa.
b. Kurikulum Pendidikan Tinggi
Kurikulum pendidikan tinggi, bervariasi tergantung pada syaikh yang mau
mengajar para mahasiswa tidak terikat untuk mempelajari mata pelajaran tertentu,
demikian juga guru tidak mewajibkan kepada mahasiswa untuk mengikuti kurikulum
tertentu. Sehingga mahasiswa bebas mengikuti halaqah ke halaqah yang lain,
bahkan dari kota ke kota yang lain. Mata pelajaran pada pendidikan tingkat ini
meliputi ilmu fiqh, nahwu, kalam, kitabah, al-arudh, matematika, astronomi,
5
aritmatika, geometri, psikologi, kesusteraan, kedokteran, dan lain-lain. Menurut
Rahman, pendidikan jenis ini disebut pendidikan orang dewasa karena diberikan
kepada orang banyak yang tujuan utamanya adalah untuk mengajarkan mereka
mengenai Alquran dan agama. 6
Pada masa Abbasiyah ilmu menjadi sesuatu yang penting, sehingga masyarakat
banyak antusias dalam menuntut ilmu kepada guru-guru yang dianggap tsiqah
(terpercaya) dan memiliki keluasan ilmu yang tidak diragukan. Menurut Al-Jahiz dalam
Ziauddin Alavi, guru dapat diklasifikasikan ke dalam 3 golongan, yaitu :
a. Guru-guru yang mengajar sekolah kanak-kanak (mu’allim al-kuttab), para mu’allim
kuttab (guru sekolah anak-anak) mempunyai status sosial yang rendah. Hal ini
disebabkan oleh kualitas keilmuan mereka yang dangkal dan kurang berbobot.
Namun tidak semua demikian, ada sebagian diantara mereka yang ahli di bidang
sastra, ahli khat dan fuqaha. Mereka inilah golongan guru muallim al-kuttab yang
dihormati dan dihargai seperti: Al-Hajaja, Al-Kumait, Abdil hamid Al-Katib, Atha bin
Rabah dan lain-lain.
b. Para guru yang mengajar para putra mahkota (Muaddib), berbeda dengan muallim
al-kuttab, para muaddib mempunyai status sosial yang tinggi, bahkan tidak sedikit
para ulama yang mendapat kesempatan untuk menjadi muaddib. Hal ini disebabkan
karena untuk menjadi muaddib diperlukan beberapa syarat, di antaranya adalah
alim, berakhlak mulia, dan dikenal masyarakat.
c. Para guru yang memberikan pelajaran di masjid-masjid dan sekolah-sekolah, guruguru dari golongan ini telah beruntung mendapat kehormatan dan penghargaan
yang tinggi di hadapan masyarakat. Hal ini disebabkan penguasaan mereka
terhadap ilmu pengetahuan yang begitu mendalam (rasikh) dan berbobot. Di antara
mereka adalah guru ilmu syariat, ilmu bahasa, ilmu pasti dan sebagainya. Terdapat
beberapa guru dari golongan ini yang terkenal di kalangan masyarakat, diantaranya
adalah Abul Aswad Ad-Duali, Hasan Al-Basri, Abu Wadaah, Syuraik Al-Qadhi,
Muhamad ibn Al-Hasan, Ahmad ibnu Abi Dawud, dan lain sebagainya. 7
Tiga golongan guru yang dikemukakan Al-Jahiz menggunakan penilaian sudut pandang
sosial guru pada masa tersebut.
Sudah menjadi tradisi Islam pada masa klasik bahwa guru tidak pernah
memberikan waktu kapan peserta didik harus selesai belajar kepadanya, kecuali ia
telah menyelesaikan kitab yang dikajinya (khatam). Peserta didik diberi kebebasan
untuk belajar kepada siapa saja dan kapan saja, bahkan guru tidak pernah
menawarkan pelajaran secara khusus yang harus diselesaikan oleh murid pada waktu
tertentu.
6
Anonymous (tanpa nama). Sistem Pendidikan Pada Masa Bani Umayyah. (online)
tersedia:
http://uusahmadhusaini.blogspot.com/2011/11/sistem-pendidikan-islam-padamasa-bani.html, diakses pada selasa, 11 Desember 2012
7
Ibid.
6
Materi pendidikan pada masa Daulah Bani Abbasiyah tidak jauh berbeda dengan
Daulah Bani Umayyah, dapat dibagi menjadi materi pelajaran yang bersifat wajib yang
didapat pada pendidikan dasar dan materi pelajaran yang bersifat pilihan yang didapat
pada pendidikan tinggi.
Materi pelajaran yang bersifat wajib (ijbaari), yaitu:
a. Al-Qur’an
b. Pokok-pokok agama Islam seperti: wudhu, shalat dan shaum
c. Sedikit ilmu nahwu dan bahasa Arab (maksudnya yang dipelajari baru pokok-pokok
dari ilmu nahwu dan bahasa Arab belum secara tuntas dan detail)
d. Membaca dan menulis
Materi pelajaran yang bersifat pilihan (ikhtiari), yaitu:
a. Fiqih, tafsir, hadits
b. Ilmu-ilmu pasti
c. Ilmu-ilmu alam
d. Semua ilmu nahwu dan sharaf
e. Syair-syair
f. Riwayat (tarikh) Arab
g. Khat atau tulisan indah
Pada masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah tidak jauh berbeda dengan
Daulah Bani Umayyah, metode pengajaran yang digunakan dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam, yaitu:
a. Metode lisan
Metode lisan dapat berupa dikte, ceramah, qira’ah, dan diskusi. Dikte (imla)
adalah metode penyampaian pengetahuan yang dianggap baik dan aman karena
dengan imla ini peserta didik mempunyai catatan yang akan membantunya ketika ia
lupa. Ceramah (al-sama’) adalah guru menjelaskan isi suatu buku dengan hafalan,
sedangkan peserta didik mendengarkannya. Qira’ah biasanya metode ini
digunakan untuk belajar membaca. Diskusi merupakan metode yang khas pada
masa ini.
b. Metode menghafal
Metode menghafal merupakan ciri khas pendidikan pada masa daulah
Abbasiyah. Peserta didik-peserta didik harus membaca secara berulang-ulang
pelajarannya hingga pelajaran tersebut dihafalnya. Sehingga dalam proses
selanjutnya, peserta didik harus mengkontekstualisasikan pelajaran yang telah
dihafalnya.
c. Metode tulisan
Metode tulisan dapat dikatakan sebagai pengkopian buku-buku ulama. Dalam
pengkopian terjadi proses intektualisasi hingga tingkat penguasaan ilmu peserta
didik semakin tinggi, karena dalam pengkopian tidak semata-mata menulis saja dan
melakukan telaah terhadap buku tersebut. Metode tulisan ini juga menguntungkan
7
dalam penggandaan buku, karena pada masa itu belum ada mesin cetak seperti
saat ini, sehingga kebutuhan akan teks buku sedikit teratasi.
Kemunduran Daulah Bani Abbasiyah terjadi sebagaimana periodisasi khalifah
Abbasiyah, masa kemunduran tidang datzng secara tiba-tiba melainkan benih-benih
sudah muncul pada periode pertama. Karena khalifah pada periode pertama sangat
kuat, sehingga benih-benih itu tidak sempat berkembang. Masa kemunduran dimulai
pada periode kedua. Dalam sejarah kekuasaan Abbasiyah apabila khalifah kuat, para
menteri cenderung berperan sebagai pegawai sipil, tetapi ap abilai khalifah lemah,
mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.
Banyak faktor yang menyebabkan Daulah Bani Abbasiyah mengalami
kemunduran, beberapa diantaranya adaah sebagai berikut :
1. Persaingan antar bangsa
Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah
dirasakan sejak awal Khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para Khalifah
adalah orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan, stabilitas
politik dapat terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang Khalifah yang lemah, naik
tahta, dominasi tentara Turki tidak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Daulah
Abbasiyyah sebenarnya sudah berakhir.
2. Kemerosotan ekonomi
Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara moratmarit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk mempe rlemah kekuatan politik
Daulah Bani Abbasiyah. Kedua faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.
3. Konflik keagamaan
Konflik yang melatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara
Muslim dan Zindiq atau Ahlussunnah dengan Syi’ah saja, tetapi juga antara aliran
dalam Islam.
4. Ancaman dari luar
a) Perang salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak
korban.
b) Penyerangan bangsa mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan pada tahun 1258
M. Mereka tidak saja menghancurkan kota baghdad tapi juga menghancurkan
peradaban Islam yang telah maju dengan pesatnya. Dengan begitu berakhirlah
kekuasaan daulah Abbasiyah.
8
BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan pada masa Daulah Bani Umayyah dan Abbasiyah mendapatkan
perhatian istimewa dari para khalifah pada masa tersebut. Sehingga pelayanan
terhadap dunia pendidikan pada masa itu mendapatkan pelayanan terbaik seperti
berdiri perpustakaan-perpustakaan besar dengan koleksinya yang begitu lengkap,
penggalakkan menulis dan menerjemahkan buku untuk kebutuhan teks buku, semua
anak-anak mendapatkan pendidikan dengan merata tanpa membedakan status
ekonomi, pendidikan menyebar secara merata ke seluruh daerah kekuasaan
pemerintahan Islam jadi tidak ada daerah yang tertinggal, dan sebagainya. Dari itu
semua yang menyebabkan ilmu pengetahuan pada masa itu begitu maju, bahkan
dikatakan sebagai pusat peradaban. Disaat barat masih dalam kegelapan, umat
bersinar terang dengan cahaya ilmu pengetahuan yang dimilikinya berkat pendidikan
yang mendapatkan dukungan penuh dari khalifah-khalifah pada masa tersebut.
Sudah seharusnya suatu daulah yang ingin maju peradabannya harus memiliki
sistem pendidikan yang baik yaitu sistem pendidikan yang di dalamnya terdapat nilainilai Islam, bukan sistem pendidikan pesanan yang penuh dengan unsur politik
kepentingan suatu golongan individu maupun kelompok tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, A. dkk. 2009. Makalah Sejarah Pradaban Islam Masa Daulat Abbasiyah.
Universitas islam Riau.
Suwito, &. Fauzan (Eds.). 2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Nizar, Samsul (Eds.). 2008. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah
Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Yatim, Badri. 2005. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA.
Osman, L. A. 1983. Ringkasan Sejarah Islam. Jakarta: Widjaya Jakarta.
Nor, Alfian. 2005. Israiliyat Dalam Tafsir Al-Quran. Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI
Kalimantan, 3, 42-52.
Fahruddin, M. M. 2009. Pusat Peradaban Islam Abad Pertengahan: Kasus Bayt al
Hikmah. El-Harakah, Vol. 11, No. 3, 181-197.
Efendi, Marzon. Pendidikan Islam Masa Bani Umayyah (Filsafat Pendidikan Islam).
http://paremaputri.blogspot.com/2011/05/pendidikan-islam-masa-baniumayyah.html, diakses pada ahad, 9 Desember 2012.
9
Pendidikan
Islam
Pada
Masa
Bani
Umayyah.
(online) tersedia:
http://akitephos.wordpress.com/sejarah-pendidikan-islam/, diakses pada ahad,
9 Desember 2012.
Toriqul Chaer, Moh. Kuttaab: Lembaga Pendidikan Islam Klasik. (online) tersedia:
http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/13/kuttaab -lembaga-pendidikan-islamklasik/, diakses pada ahad, 9 Desember 2012.
Al Hasan, Fahadil Amin, dkk. 2011. Peradaban Islam Pada Masa Daulah Bani Umyyah
II Di Dpanyol/Andalusia Dan Daulah Fatimiyah Di Mesir. (online) tersedia:
http://al-poenya.blogspot.com/2012/04/makalah-peradaban-islam-padamasa.html, diakses pada ahad, 9 Desember 2012.
Umayyah
II
Di
Andalusia.
(online)
tersedia:
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/05/umayyah-ii-di-andalusia.html,
diakses pada ahad, 9 Desember 2012.
Sejarah Perkembangan Pendidikan Daulah Umayyah II Di Andalusia. (online) tersedia:
http://oyayo.blogspot.com/2011/01/sejarah-perkembangan-pendidikandaulah.html, diakses pada ahad, 9 Desember 2012.
Nur Hasan, Muhammad. 2012. Sejarah Peradaban Islam Pada masa Bani Umayyah
(Di
Andalusia).
(online)
tersedia:
http://blog.uinmalang.ac.id/san3la/2012/07/05/sejarah-peradaban-islam-pada-masa-baniumayyah-ii-di-andalusia/, diakses pada ahad, 9 Desember 2012.
2012. Peradaban Islam Pada Masa Daulah Bani Abbasiyah. (online) tersedia:
http://mulyono-jojon.blogspot.com/2012_03_01_archive.html, diakses pada
ahad, 9 Desember 2012.
Khambali. Pendidikan Pada Masa Daulah Umayyah Di Damaskus Dan daulah
Umayyah Di Spanyol. (online) tersedia: http://wacana-pendidikan-islamindonesia.blogspot.com/2012/04/ppendidikan-islam.html, diakses pada ahad, 9
Desember 2012
Konsep
Pendidikan
Di
Masa
Abbasiyah.
(online)
tersedia:
http://arieslailiyah.blogspot.com/2012/05/konsep -pendidikan-di-masaabbasiyah.html, diakses pada ahad, 9 Desember 2012)
(online)
tersedia:
http://istanailmu.com/archives-2012/sekilas-tentang-daulahabbasiyah/html, diakses pada ahad, 9 Desember 2012.
(online) tersedia: http://www.masterfajar.com/2012/09/sejarah-pendidikan-islam-masabani-umayyah/, diakses pada ahad, 9 Desember 2012.
(online)
terrsedia:
terhttp://wacana-pendidikan-islamindonesia.blogspot.com/2012/04/ppendidikan-islam.html, diakses pada ahad, 9
Desember 2012.
Sistem Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayyah. (online) tersedia:
http://uusahmadhusaini.blogspot.com/2011/11/sistem-pendidikan-islam-padamasa-bani.html, diakses pada selasa, 11 Desember 2012.
10
Harisuddin, Ahmad. Potret Pendidikan Islam Di Masa Pemerintahan Bani Umayyah.
(online)
tersedia:
http://banjarhulu.wordpress.com/2012/04/25/potretpendidikan-islam-di-masa-pemerintahan-bani-umayyah/, diakses pada senin,
10 Desember 2012.
11
Download