BioSMART Volume 4, Nomor 2 Halaman: 32-35 ISSN: 1411-321X Oktober 2002 Seleksi Isolat Bakteri untuk Fermentasi Asam Laktat dari Air Kelapa Varietas Rubescent (Cocos nucifera L. var. rubescent) Selection of isolate bacteria for acid lactic fermentation of coconut water variety of rubescent (Cocos nucifera L. var. rubescent) ENY WIDAYATI, SUTARNO, RATNA SETYANINGSIH Jurusan Bio1ogi, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta 57126 Diterima: 15 April 2002. Disetujui: 31 Juli 2002. ABSTRACT The objectives of the research were to isolate, select lactic acid bacteria from coconut water, examine its activities, and to know the lactic acid concentration produced. Abundance of coconut water was not been used maximally, and therefore potentially pollutes the environment. Coconut water can be used as sources of isolate bacteria and as fermentation substrate. The fermentation could produce lactic acid, a raw material for industries. In this research, isolation and selection of lactic acid bacteria that having high activity in converting coconut water to lactic acid were done. Isolation of the bacteria was done in two different ways, directly and in nutritionenriched media. From each experiment, lactic acid bacteria is isolated by dilution series and grown up on PGY media. Parameters measured for its ability in fermenting lactic acid with coconut water as based ingredient are growth, change of pH, and reduction of glucose. The concentration of lactic acid produced was measured by HPLC. Streptococcus sp., lactic acid bacteria, that able to be isolated and having a high ability in fermenting coconut water. Streptococcus sp. bacteria begin to form lactic acid on day one, and production of the lactic acid occurred for four days. The concentration of lactic acid produced by the bacteria on day four was up to 55,52 mg/lt, with bacteria counting of 11.317.350. Key words: lactic acid bacteria, fermentation, coconut water. PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE Tersedianya air kelapa dalam jumlah besar di Indonesia, merupakan potensi yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Biasanya air kelapa dibuang langsung ke lingkungan sebagai limbah rumah tangga, limbah pasar dan limbah industri rumah tangga. Air kelapa mengandung gula, protein, asam-asam amino, bermacam-macam vitamin dan mineral (Woodroof, 1970), sehingga dengan kandungan nutrien yang relatif lengkap tersebut, air kelapa mempunyai potensi yang baik untuk dimanfaatkan sebagai bahan dasar fermentasi asamasam organik (Fardiaz dkk, 1996). Bakteri penghasil asam laktat merupakan salah satu bakteri yang cenderung tertarik pada habitat yang mengandung gula seperti air kelapa dan bakteri ini akan memfermentasikan senyawa yang ada menjadi asam laktat (Madigan et al. 2000). Asam laktat mempunyai banyak manfaat, misalnya pada industri plastik, industri pangan, serta dalam bidang obat-obatan (farmasi). Melihat begitu banyak manfaat asam laktat maka perlu diketahui isolat bakteri yang mempunyai kemampuan tinggi dalam fermentasi asam laktat dan perlu diketahui juga aktivitas bakteri tersebut dalam menghasilkan asam laktat melalui fermentasi dengan substrat air kelapa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September tahun 2001 sampai dengan bulan Februari tahun 2002 di Sub Laboratorium Biologi dan Sub Laboratorium Kimia Laboratorium Pusat MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Air kelapa yang digunakan dari varietas rubescent yang didapat dari pasar Ledoksari Jebres Solo. Isolasi dan seleksi bakteri penghasil asam laktat Isolasi bakteri penghasil asam laktat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung melalui kultur diperkaya. Isolasi bakteri secara langsung. Bakteri penghasil asam laktat diisolasi dari sampel air kelapa melalui seri pengenceran (10-1 sampai 10-6) yang dilakukan secara aseptis. Masing-masing suspensi (10-3 sampai 10-6) diambil 1 ml, diinokulasikan ke medium PGY agar yang mengandung CaCO3 secara pour plate (taburan) Isolasi bakteri melalui kultur diperkaya. Bakteri penghasil asam laktat diisolasi melalui kultur diperkaya, yang diawali dengan penyimpanan sampel air kelapa (100 ml) selama 72 jam pada suhu 300C. Setelah bakteri tumbuh di permukaan air kelapa tersebut, bakteri diisolasi melalui pengenceran seperti yang dilakukan pada isolasi langsung. © 2002 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta WIDAYATI, dkk. – Bakteri Fermentasi Asam Laktat Air Kelapa Selain itu dilakukan pula pengayaan kultur dengan menggunakan larutan Bayerinck yang dapat menstimulir pertumbuhan bakteri penghasil asam laktat dari air kelapa (Bangun,1993). Seri pengenceran dibuat seperti yang dilakukan dalam isolasi langsung kemudian diambil 1 ml, diinokulasikan ke larutan Bayerinck, setelah itu diinkubasi selama 72 jam pada suhu 300C. Setelah bakteri tumbuh, diisolasi seperti yang dilakukan dalam isolasi langsung. Koloni bakteri penghasil asam laktat dipilih dari semua koloni yang mampu membentuk zona jernih (Bangun,1993). Koloni bakteri tersebut diseleksi lebih lanjut berdasarkan luas zona jernih atau kuning pada medium PGY agar yang mengandung BPC. Koloni yang mempunyai zona jernih lebih luas dipilih untuk percobaan selanjutnya, dipindahkan ke medium agar miring, diinkubasikan pada suhu 300C selama 24-48 jam. Identifikasi bakteri asam laktat Identifikasi bakteri asam laktat terpilih mengacu pada Bergey’s Manual Determinative of Bacteriology (Sneath et al., 1986). Identifikasi yang dilakukan meliputi uji morfologi sel yang melalui pewarnaan gram dan uji biokimia melalui uji katalase dan uji pembentukan gas. 33 diperkaya dengan larutan Bayerinck ini lebih luas jika dibandingkan dengan pembentukan zone jernih dari kedua perlakuan lainnya yaitu yang diawali dengan penyimpanan sampel air kelapa maupun yang diisolasi secara langsung. Hal ini menunjukkan bahwa isolat bakteri yang diisolasi dari kultur yang diperkaya dengan larutan Bayerinck terpacu pertumbuhannya sehingga mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam mengkonversi gula yang terdapat di dalam medium menjadi asam dan dengan penambahan indikator BCP akan bereaksi membentuk warna kuning jernih yang lebih luas. Setelah dilakukan uji morfologi sel dan uji biokimiawi dapat diketahui bahwa bakteri yang berhasil diisolasi tersebut merupakan bakteri asam laktat dan termasuk dalam genus Streptococcus. Hasil identifikasi sampai tingkat genus didasarkan atas ciri-ciri yang terdapat pada bakteri tersebut yaitu mempunyai bentuk bulat, membentuk rantai, gram positif dengan warnanya yang keungu-unguan (violet) (Gambar 1), bersifat katalase negatif yang berarti bahwa bakteri ini tidak menghasilkan enzim katalase yang dapat menghidrolisis senyawa H2O2 yang bersifat racun dan di samping itu isolat bakteri ini juga tidak mempunyai kemampuan membentuk gas dalam uji produksi gas dari glukosa. Uji kemampuan tumbuh isolat bakteri dalam air kelapa Kultur muda (24 jam) dari medium agar miring diinokulasikan ke dalam 10 ml air kelapa, diinkubasi selama 72 jam dan kemampuan tumbuh isolat bakteri ini diketahui melalui pengamatan terhadap perubahan absorbansi dari air kelapa tersebut selama 72 jam dengan menggunakan spektrofotometer Fermentasi Percobaan fermentasi diawali dengan penyiapan inokulum (starter). Kultur bakteri terpilih diinokulasikan ke dalam 50 ml air kelapa, diinkubasikan pada suhu 300C selama 48 jam (Wibowo,1990). Setelah inokulum tumbuh diambil 20 ml, diinokulasikan ke dalam 200 ml (Rachman, 1989) medium air kelapa varietas Rubescent. Fermentasi dilakukan selama tujuh hari dengan pengamatan setiap 24 jam sekali terhadap berikut: (1) kadar asam laktat, yang diukur dengan menggunakan alat HPLC (Adnan,1997), (2) jumlah sel bakteri, yang diamati dengan menggunakan spektrofotometer pada λ 650 nm dari nilai absorbansinya (Fardiaz, 1987), (3) kadar gula reduksi, yang ditentukan dengan menggunakan metode Nelson- Somagy (Suhardi, dkk. 1997), dan (4) pH kultur, yang diamati dengan menggunakan pH meter. HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteri asam laktat hasil seleksi Satu jenis bakteri yang paling banyak menghasilkan asam laktat berhasil diisolasi dari kultur yang diperkaya dengan larutan Bayerinck. Pertumbuhan bakteri tersebut ditandai dengan terjadinya pembentukan zona jernih terluas di sekitar koloni pada medium PGY yang ditambah indikator BCP. Pembentukan zona jernih dari kultur yang Gambar 1. Morfologi sel Streptococcus sp. yang diisolasi dari air kelapa. a. kapsula. b. koloni berbentuk rantai. Produksi asam laktat Hasil yang diperoleh dari analisis konsentrasi asam laktat dengan menggunakan alat HPLC memperlihatkan bahwa selama proses fermentasi terjadi kenaikan produk asam laktat yang cukup menyolok sampai hari ke-4 yaitu mencapai 55,52 mg/lt (Tabel 1). Memasuki hari ke-5 sampai hari ke-7 masih terus terjadi kenaikan produk asam laktat namun kenaikannya relatif kecil (Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa waktu effisien untuk pembentukan asam laktat oleh bakteri Streptococcus sp. adalah 4 hari. BioSMART Vol. 4, No. 2, Oktober 2002, hal. 32-35 34 Konsentrasi asam laktat (mg/lt) 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 Pembentukan asam laktat oleh bakteri Streptococcus sp. melalui lintasan EMP atau glikolisis. Bakteri Streptococcus sp. mempunyai enzim aldolase sehingga bakteri ini mampu mengkonversikan 90% glukosa dalam air kelapa menjadi asam laktat (Moat and Foster, 1988). Produksi asam laktat dari air kelapa ini, memberikan alternatif lain dalam pembuatan asam laktat. Air kelapa dapat dipertimbangkan sebagai bahan dasar produksi asam laktat karena di samping merupakan bahan yang kurang dimanfaatkan sehingga harganya sangat murah, air kelapa juga mempunyai kadar kontaminasi yang lebih kecil sebab termasuk produk alami bukan merupakan sisa suatu proses produksi, produk samping minimum serta terjamin kontinuitas ketersediaannya. Waktu (hari) Gambar 2. Konsentrasi asam laktat selama fermentasi. 7.2 70 konsentrasi asam laktat (mg/lt) 6.8 50 6.6 40 6.4 6.2 30 6 20 5.8 5.6 10 log jumlah bakteri per ml 7 60 5.4 0 5.2 0 1 2 3 4 5 6 7 Waktu/hari Konsentrasi Asam Laktat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus sp. Gambar 3. Pertumbuhan bakteri Streptococcus sp. selama fermentasi. 4.5 4 % Gula reduksi 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0 1 2 3 4 5 6 Waktu (hari) Gambar 4. Perubahan gula reduksi selama fermentasi. 7 Pertumbuhan bakteri Streptococcus selama fermentasi Perubahan jumlah sel bakteri Streptococcus sp. disebabkan karena adanya pertumbuhan bakteri Streptococcus sp. di dalam medium fermentasi. Pertumbuhan bakteri Streptococcus sp. terlihat jelas melalui pengukuran optical density (OD). Melalui hasil pengukuran OD yang kemudian dikonversikan ke jumlah bakteri dapat diketahui terjadinya peningkatan jumlah bakteri. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas bakteri di dalam medium fermentasi. Keadaan tersebut lebih jelas lagi terlihat pada kurva pertumbuhan bakteri Streptococcus sp. (Gambar 3). Dari gambar 3 terlihat mulai hari ke-0 sudah terjadi peningkatan jumlah bakteri yang berarti bahwa inokulum yang dibuat sudah aktif. Mulai hari ke-0 sampai hari ke-4 bakteri Streptococcus sp. mengalami pertumbuhan yang pesat sejalan dengan pembentukan produk asam laktat (Gambar 3). Hal ini disebabkan karena dengan semakin tingginya kecepatan pertumbuhan bakteri Streptococcus sp. akan mengakibatkan peningkatan aktivitas bakteri untuk mengkonversi glukosa. Semakin cepat pemecahan glukosa akan meningkatkan reduksi asam piruvat menjadi asam laktat. Memasuki hari ke-5 sampai hari ke-7 pertumbuhan bakteri Streptococcus sp. sejalan dengan pembentukan asam laktat yang sudah mulai stabil. Hal ini disebabkan adanya kehilangan bakteri yang lambat karena kematian yang diimbangi dengan pembentukan bakteri-bakteri baru melalui pertumbuhan dan pembelahan Gula reduksi Konsumsi gula oleh bakteri Streptococcus sp. dalam fermentasi air kelapa ini diukur dengan menggunakan metode Nelson-Somagyi. Hasil yang diperoleh dari pengukuran gula reduksi dengan menggunakan standar glukosa murni memperlihatkan bahwa selama proses fermentasi terjadi perubahan gula reduksi dari hari ke-0 sampai hari ke-7 mencapai 0,429% Dari gambar 4 jelas terlihat terjadinya perubahan gula reduksi selama proses fermentasi. Perubahan besarnya gula reduksi terlihat sangat menyolok mulai hari ke-0 sampai hari ke-5. Pada hari tersebut kecepatan pertumbuhan bakteri Streptococcus sp. sangat pesat sehingga dengan terjadinya peningkatan pertumbuhan, bakteri Streptococcus sp. ini lebih banyak dalam mengkonsumsi glukosa sebagai sumber nutrisi untuk WIDAYATI, dkk. – Bakteri Fermentasi Asam Laktat Air Kelapa Mulai hari ke-5 sampai hari ke-7 pH cenderung bersifat tetap (stabil). Pada hari tersebut aktivitas bakteri Streptococcus sp. dalam pembentukan asam laktat telah mengalami penurunan sehingga kadar asam laktat dalam medium fermentasi tersebut cenderung bersifat tetap. 5 4.8 4.6 4.4 4.2 pH 35 4 KESIMPULAN 3.8 3.6 3.4 3.2 3 0 1 2 3 4 5 6 7 Waktu/hari Gambar 5. Perubahan pH selama fermentasi. pertumbuhannya. Akibatnya gula reduksi akan semakin berkurang sedangkan pembentukan asam laktat dalam medium fermentasi air kelapa tersebut akan semakin bertambah . Setelah hari ke-5 dan memasuki hari ke-6 perubahan gula reduksi sudah mulai tidak terlihat menyolok dan cenderung mendekati stabil. Setelah hari ke-6 sampai hari ke-7 kadar gula reduksi relatif stabil, hal ini disebabkan karena aktivitas bakteri Streptococcus sp. dalam memproduksi asam laktat telah mengalami penurunan sejalan dengan berkurangnya glukosa sebagai sumber nutrisi bagi pertumbuhan bakteri Streptococcus sp. Derajat keasaman (pH) Pengukuran pH mempunyai tujuan untuk mengetahui tingkat keasaman pada kondisi fermentasi. Melalui hasil pengukuran dapat diketahui bahwa pH terendah mencapai sekitar 3,05. Terjadinya penurunan pH ini sejalan dengan pembentukan asam laktat. Melalui gambar 5 jelas terlihat bahwa mulai hari ke-0 sampai hari ke-5 masih terus terjadi penurunan pH. Hal ini disebabkan karena pada hari tersebut terjadi peningkatan produksi asam laktat. Semakin tinggi produk asam laktat yang dapat dibentuk oleh bakteri Streptococcus sp. akan menyebabkan terjadinya peningkatan gugus H+ sehingga mengakibatkan tingkat keasaman dalam medium fermentasi semakin tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: (1) bakteri Streptococcus sp. yang diisolasi dari air kelapa memiliki kemampuan tinggi dalam fermentasi asam laktat dengan substrat air kelapa, (2) bakteri Streptococcus sp. sudah mulai membentuk asam laktat pada hari ke-1 dan terjadi peningkatan produksi secara pesat sampai hari ke-4, selanjutnya pada hari ke-5 sampai ke-7 pembentukan asam laktat relatif sedikit, dan (3) kadar asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri Streptococcus sp. pada hari ke-4 mencapai 55,52 mg/lt, dengan jumlah bakteri 9.148.916,55/ ml substrat. DAFTAR PUSTAKA Adnan, M. 1997. Teknik Kromatrografi Untuk Analisis Bahan Makanan. Yogyakarta: Penerbit Andi Bangun, A. 1993. Teknik Khusus Penanaman Mikroorganisme. Yogyakarta: PAU Bioteknologi UGM. Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Fardiaz, S., E.D. Nuraini, dan H. Kusumaningrum. 1996. Pemanfaatan air kelapa untuk produksi minuman sehat anti diare melalui proses fermentasi laktat. Buletin Teknologi dan Industri Pangan 7 (2): 47-53. Madigan, M.T., J.M. Martinko, and J. Parker. 2000. Biology of Microorganisme, Brock. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Moat, A.G. and J.W. Foster. 1988. Microbial Physiology. New York: Wiley-Interscience Publication. Rachman, A. 1989. Pengantar Teknologi Fermentasi. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB. Sneath, P.H.A., N.S. Mair, M.E. Sharpe, and J.G. Holt. 1986. Bergey,’s Manual of Systematic Bacteriology. Baltimore: The Williams and Wilkins. Soedijanto dan M. Sianipar. 1991. Kelapa. Jakarta: CV. Yasaguna. Suhardi, S. Sudarmadji, dan B. Haryono. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Wibowo, D. 1990. Dasar-dasar Teknologi Fermentasi. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM. Woodroof, J.G. 1970. Coconut Prodution, Processing, Product. London: Avi Publishing Co. Inc.