BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian

advertisement
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan the
post test only control group design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) dalam
mencegah kerusakan histopatologi ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) yang
diinduksi gentamisin. Setelah melalui proses penelitian, kemudian dilakukan
pengambilan organ ginjal kiri dan kanan dari semua sampel tikus percobaan.
Kemudian dilakukan pembuatan preparat histopatologi dan selanjutnya dilakukan
penghitungan kerusakan sel tubulus ginjal dengan mikroskop untuk mengetahui
jumlah kerusakan inti sel tubulus proksimal ginjal dari tiap-tiap kelompok.
Dalam penelitian ini digunakan metode preventif (pencegahan), dengan
cara pemberian ekstrak kulit manggis dilakukan 7 hari sebelum penginduksian
gentamisin dan selama pengiduksian gentamisin. Hal ini bertujuan untuk
memberikan perlindungan awal terhadap ginjal tikus putih yang akan dipaparkan
dengan gentamisin. Hal tersebut disebabkan kandungan senyawa pada kulit
manggis yang dapat berfungsi sebagai penghambat proses inflamasi yang
disebabkan akumulasi gentamsin pada tubulus ginjal Nakatani et al. (2002).
Sehingga diharapkan efek perlindungan ekstrak kulit manggis tersebut dapat
menghambat kerusakan ginjal yanng disebabkan oleh gentamisin.
64
65
A. Penilaian Kerusakan Sel Tubulus Proksimal Ginjal
Penelitian eksperimental dan klinis oleh Francescato et al. (2012)
menunjukkan bahwa pengamatan histopatologi ginjal dapat diamati
melalui beberapa hal, di antaranya: nekrosis sel tubular, pelebaran lumen
tubular, perusakan membran dalam tubular, pembengkakan/perataan sel
tubulus proksimal dengan brush border yang menghilang, edema
interstisial yang menyebar, dan inflamasi sel interstisial. Kerusakan
tubulointerstisial didefinisikan sebagai nekrosis tubular, infiltrasi sel
inflamasi, pelebaran lumen tubular atau atrofi tubular (Francescato et al.,
2012). Nekrosis tubular, salah satu tandanya dapat didefenisikan dengan
kerusakan inti selnya. Hal tersebut dikarenakan faktor terpenting penyebab
terjadinya kematian sel-sel tubuler ginjal akibat gentamisin adalah
bercampurnya obat dengan sitosol sel, karena gentamisin dapat masuk ke
dalam nukleus setelah obat masuk ke dalam sel (Quiros et al., 2010).
Penilaian kerusakan inti sel dapat diamati dengan melihat gambaran inti
sel yaitu berupa piknosis, karioreksis dan kariolisis. Pemilihan pengamatan
terhadap sel tubulus proksimal ginjal dikarenakan gentamisin berpotensi
untuk merusak ginjal, karena obat ini berakumulasi pada sel-sel ginjal
terutama pada sel-sel tubulus proksimal ginjal yang dapat menyebabkan
kematian sel-sel tubuler (Souza et al., 2009).
B. Kerusakan Histopatologi Sel Tubulus Proksimal oleh Gentamisin
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok kontrol negatif
memiliki perbedaan rerata jumlah kerusakan sel tubulus proksimal ginjal
66
yang signifikan terhadap semua kelompok. Peningkatan jumlah kerusakan
sel tubulus ginjal akibat induksi gentamisin dapat dilihat pada nilai rerata
kerusakan inti sel tubulus proksimal ginjal kelompok kontrol negatif yaitu
sebesar 11.04 sel. Hal ini menunjukkan bahwa induksi gentamisin pada
kelompok kontrol negatif cukup berhasil.
Kelompok kontrol negatif dalam penelitian ini menunjukkan hasil
yang signifikan dalam merusak sel tubulus ginjal. Hal tersebut didukung
oleh teori bahwa semua aminoglikosida dapat menyebabkan berbagai
derajat ototoksisitas dan nefrotoksisitas (Katzung, 1997). Gentamisin dapat
menyebabkan apoptosis dan nekrosis pada sel tubuler ginjal yang
disebabkan karena akumulasi obat yang dapat dipicu oleh beberapa faktor
seperti derajat iskemi pada beberapa parenkim ginjal. Akumulasi di dalam
sel terjadi karena di dalam sel tubulus proksimal terdapat reseptor
endositik
yang
membawa kation-kation seperti protein, xenobiotik,
contohnya aminoglikosid ke dalam sel-sel tubuler. Gentamisin dalam
endosit melewati kompartemen endosom dan berakumulasi terutama di
lisosom, badan golgi, dan retikulum endoplasma. Akumulasi obat dalam
Retikulum Endoplasma (RE) menyebabkan hambatan proses sintesis
protein yang akan menghentikan siklus sel (Lopez-novoa et al., 2011).
Penelitian eksperimental dan klinis oleh Francescato et al. (2012),
telah
membuktikan
bahwa pengobatan dengan gentamisin dapat
menimbulkan nekrosis tubular dengan gagal ginjal yang bersifat akut.
Prinsip efek samping gentamisin adalah tubular nekrosis dengan gagal
67
ginjal akut. Penyembuhan fungsi ginjal karena gentamisin berlangsung
lambat dan mungkin tidak komplit karena kemungkinan terjadi kerusakan
nefron yang permanen (irreversible). Setelah terakumulasi, gentamisin
dapat masuk ke dalam nukleus setelah obat masuk ke dalam sel (Quiros et
al., 2010). Nefrotoksisitas akibat gentamisin pada hewan coba tikus
menunjukkan gambaran nekrosis tubular dengan ditandai oleh gambaran
kerusakan inti sel tubulus proksimal ginjal. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa penginduksian gentamisin efektif telah merusak inti sel
tubulus proksimal ginjal tikus putih.
C. Efek Ekstrak Kulit Manggis terhadap Kelompok Perlakuan
Terdapat perbedaan rerata jumlah kerusakan sel tubulus ginjal tikus
putih antara kelompok kontrol normal, kelompok kontrol negatif,
kelompok perlakuan dosis 1, 2 dan 3. Pada kelompok kontrol normal
diberikan sonde lambung NaCMC 0.5% yang bertujuan sebagai
pembanding kondisi ginjal tikus yang normal terhadap kelompok lain.
Sedangkan pada kelompok kontrol negatif diberikan injeksi gentamisin
intramuskular dengan dosis 100 mg/kg BB. Untuk kelompok perlakuan
dosis 1, 2 dan 3, masing-masing diberikan ekstrak kulit manggis dengan
dosis 62.5 mg/kg BB, 125 mg/kg BB, dan 250 mg/kg BB ditambah
gentamisin intramuskular dengan dosis 100 mg/kg BB. Rerata hasil
penghitungan jumlah kerusakan inti sel tubulus proksimal ginjal pada
masing-masing kelompok yaitu, 3.98, 11.04, 6.02, 3.99 dan 7.15. Terdapat
inti sel tubulus proksimal yang rusak pada kelompok normal, dapat
68
disebabkan oleh
kondisi ginjal tikus itu sendiri, maupun dikarenakan
proses pembuatan preparat. Pemberian gentamisin pada kelompok kontrol
negatif memberikan efek merusak terbesar terhadap kerusakan inti sel
tubulus ginjal. Sedangkan untuk kelompok yang diberikan ekstrak kulit
manggis, menunjukkan jumlah kerusakan yang lebih sedikit dibandingkan
dengan
kelompok kontrol negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak kulit manggis telah memberikan pengaruh terhadap
gambaran histopatolgi ginjal tikus yang telah diinduksi oleh gentamisin.
Penurunan jumlah kerusakan sel tubulus ginjal pada kelompok
perlakuan dosis 1, 2 dan 3 dimungkinkan karena terjadinya penghambatan
proses inflamasi pada sel tubulus ginjal. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oeh Nakatani et al. (2002) melakukan penelitian aktifitas
antiinflamasi in
vitro dari gamma mangostin terhadap sintensa
prostaglandin E2 dan siklooksigenase (COX) dalam sel glioma tikus C6.
Melalui percobaan enzimatik in vitro, gamma mangostin mampu
menghambat aktifitas enzim COX-1 dan COX-2. Baik prostaglandin E2
dan COX adalah mediator terpenting dalam terjadinya reaksi inflamasi.
Senyawa yang terkandung di dalam kulit manggis dan paling bermanfaat
bagi tubuh manusia, adalah xanthone, khususnya alpha mangostin dan
beta mangostine. Nilai kandungan xanthone-nya pun mencapai 17.00020.000 Oxygen Radical Absorbance Capasity
(ORAC) per 100 ons
(sekitar 2.835 g kulit). Lebih besar dari wortel dan jeruk yang kadarnya
hanya 300 ORAC dan 2.400 ORAC. ORAC merupakan kemampuan
69
antioxidan menetralkan radikal bebas. Antioksidan ini dapat membantu
mengobati kerusakan sel akibat oksidasi radikal bebas, menghambat
proses penuaan, dan penyakit degeneratif (Mardiana, 2011). Selain itu
ekstrak kulit manggis juga memiliki efek antioksidan. Moongkarndi et al.
(2004) menyatakan bahwa ekstrak metanol kulit buah manggis berpotensi
sebagai antioksidan. Selanjutnya, Weecharangsan et al. (2006) melakukan
penelitian aktivitas antioksidan beberapa ekstrak kulit buah manggis yaitu
ekstrak air, etanol 50% dan 95%, serta etil asetat. Metode yang digunakan
adalah penangkapan radikal bebas 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil. Hasilnya
menunjukkan bahwa semua ekstrak mempunyai potensi sebagai penangkal
radikal bebas.
Pemberian ekstrak herbal selain bermanfaat, namun juga dapat
menyebabkan kerusakan ginjal. Hal tersebut salah satunya dibuktikan oleh
penelitian Suparman et al. (2013). Penelitian tersebut mengenai pemberian
ekstrak daun kedondong secara oral ditinjau dari histopatologi ginjal tikus
putih, menunjukan hasil bahwa pemberian ekstrak daun kedondong
(Spondias dulcis G.Forst) dengan rentang dosis 100 mg/kg BB sampai
dengan dosis 400 mg/kg BB selama 14 hari menyebabkan gangguan
histopatologi pada organ ginjal tikus putih (Rattus norvegicus).
D. Dosis Ekstrak Kulit Manggis yang Memberikan Efek Perlindungan
Maksimal terhadap Sel Ginjal yang Telah Diinduksi Gentamisin
Kelompok perlakuan yang diberi ekstrak kulit manggis dengan
dosis 125 mg/kg BB tidak menunjukkan perbedaan jumlah kerusakan inti
70
sel tubulus proksimal yang signifikan terhadap kelompok kontrol normal.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan dosis tersebut, ekstrak kulit manggis
dapat memberikan efek perlindungan yang paling maksimal terhadap
kerusakan sel tubulus ginjal yang diinduksi gentamisin. Sedangkan untuk
kelompok perlakuan yang diberikan dosis 62.5 mg/kg BB dan 250 mg/kg
BB, menunjukkan hasil dengan perbedaan yang cukup signifikan terhadap
kelompok kontrol normal namun tidak sesignifikan terhadap kelompok
kontrol negatif. Hal tersebut dapat disebabkan karena besarnya efek
pemberian ekstrak kulit manggis dalam mencegah kerusakan histopatologi
ginjal merupakan akibat dari konsentrasi zat aktif yang mencapai reseptor
dan jenis ikatannya dengan reseptor (Wahyono, 2007). Menurut teori
pendudukan
reseptor
(receptor
occupancy),
intensitas
efek
obat
berbanding lurus dengan fraksi reseptor yang diikat oleh obat. Apabila
seluruh reseptor telah diduduki oleh obat, maka peningkatan dosis obat
menjadi tidak berarti. Hubungan antara dosis obat dengan besarnya efek
dapat digambarkan sebagai kurva dosis-intensitas efek yang berbentuk
hiperbola (Setiawati et al., 2007). Oleh karena itu, dosis yang dapat
memberikan efek maksimal adalah dosis 125 mg/kg BB. Efek mencegah
kerusakan histopatologi ginjal belum maksimal ketika dosisnya masih 62.5
mg/kg BB karena masih banyaknya reseptor yang belum terikat dan
berkurang ketika dosisnya menjadi 250 mg/kg BB karena jumlah ikatan
sudah melebihi jumlah reseptor.
71
E. Kelemahan Penelitian
1.
Ekstrak kulit manggis yang digunakan belum spesifik, karena ekstrak
yang digunakan merupakan ekstrak dari kulit manggis langsung tanpa
dilakukan isolasi untuk memilih senyawa tertentu. Sehingga tidak
diketahui secara pasti senyawa apakah yang memiliki pengaruh dalam
mencegah kerusakan histopatologi ginjal.
2.
Dosis yang digunakan dalam penelitian ini kurang beragam, sehingga
tidak bisa didapatkan gambaran hasil pada dosis yang lebih beragam.
3.
Pembacaan preparat tidak dapat mengidentifikasi gambaran dari
masing-masing ginjal tikus dari tiap kelompok dikarenakan kurangnya
jumlah peralatan pengawetan organ.
Download