INKLUSI dan PARTISIPASI POLITIK • Partisipasi politik merupakan salah satu aspek penting dalam demokrasi (a hallmark of political modernization) Asumsi dasarnya: dalam negara demokratis kedaulatan ada di tangan rakyat. • Partisipasi politik biasanya indikator yang signifikan untuk mengukur keabsahan dari sebuah pemerintahan yang berkuasa. • Partisipasi politik pada dasarnya merupakan suatu bentuk keikutsertaan warga negara baik langsung maupun tidak langsung dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya, termasuk di dalamnya adalah memilih wakil-wakilnya yang akan duduk di pemerintahan. • Prinsip Demokrasi: dari, oleh dan untuk rakyat diwujudkan dalam suatu “partisipasi politik”. • Asumsi partisipasi adalah: orang yang paling tahu apa yang terbaik bagi dirinya orang itu sendiri segala keputusan politik yg menyangkut kehidupan warga masyarakat perlu melibatkan seluruh warga masyarakat yang ada karena masyarakatlah yang mengetahui apa yang menjadi kebutuhannya sendiri. Realitas tidak selalu spt asumsi tsb partisipasi politik kadang bisa hasilkan sesuatu yang negatif, bahkan destruktif, bagi masyarakat kegiatan partisipasi dimobilisasi, bukan sukarela dari masyarakat. Partisipasi politik, dalam batasan tertentu hanya dijadikan sebagai alat legitimasi kekuasaan. • POLITIK “milik” elit: kelas atas & menengah • “tugas politik” seorang Pemimpin Politik: “mengatasi” resistensi elit & kelas menengah • TIGA STRATEGI “mengatasi” resistensi tsb: • 1. “membujuk” elit & kelas menengah untuk hentikan atau lunakkan sikap oposisinya bargainning for support; compensation by concessions; • 2. Repression memerlukan dukungan kekuatan militer & polisi; • 3. Political Mobilization kelompok2 pasif (kel aktif namun tdk efektif) utk lawan oposisi Para PEMBAHARU (REFORMIST) akan mencari dukungan dalam wujud PARTISIPASI POLITIK YG LUAS (broadened political participation). DEFINISI PARTISIPASI POLITIK: • Partisipasi mengandung makna sebagai suatu bentuk keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu kegiatan yang dilakukan adalah bersifat politik maka partisipasi yang demikian dinamakan partisipasi politik. DEFINISI PARTISIPASI POLITIK: • MIRIAM BUDIARDJO: “Partisipasi politik adalah semua kegiatan sukarela melalui mana seseorang turut dalam proses pemilihan pemimpin-pemimpin politik dan turut serta secara langsung atau tidak langsung dalam pembentukan kebijaksanaan umum. Kegiatan tersebut dapat diperinci yaitu dengan mencakup kegiatan memilih dalam pemilihan umum, menjadi anggota dalam golongan politik, seperti partai politik, kelompok penekan, kelompok kepentingan, duduk dalam lembaga politik seperti Dewan Perwakilan Rakyat atau mengadakan komunikasi dengan wakil-wakil rakyat yang duduk dalam badan itu, berkampanye menghadiri kelompok diskusi dan sebagainya.” DEFINISI PARTISIPASI POLITIK: • HERBERT Mc.CLOSKY dalam International Encyclopedia of the Social Sciences: “Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum”. DEFINISI PARTISIPASI POLITIK: • NORMAN H NIE & SIDNEY VERBA dalam Handbook of Political Science: “Partisipasi politik adalah kegiatan pribadi warga negara yang legal yang sedikit banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat negara dan/atau tindakantindakan yang diambil oleh mereka”. DEFINISI PARTISIPASI POLITIK: • SAMUEL P. HUNTINGTON & JOAN M. NELSON (1976) dalam bukunya “No Easy Choice: Political Participation in Developing Countries”, pengertian umum partisipasi politik adalah tindakan warga negara yang ditujukan untuk mempengaruhi pembuatan keputusan kenegaraan (governmental decision-making). DEFINISI PARTISIPASI POLITIK: • Dengan pengertian tsb terkandung 5 (lima) aspek penting partisipasi politik, yakni: • 1. Partisipasi politik harus berupa aktivitas (actual political behavior) bukan sikap. • 2. Partisipasi politik yang dimaksud adalah aktivitas politik seorang warga negara dalam kapasitasnya sebagai dirinya sendiri, bukan sebagai bagian dari lembaga atau terlebih lagi negara. DEFINISI PARTISIPASI POLITIK: • 3. Partisipasi politik merupakan aktivitas yang secara sadar dimaksudkan untuk mempengaruhi keputusan-keputusan kenegaraan (governmental decision-making). • 4. Partisipasi politik mencakup seluruh aktivitas yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pemerintah, terlepas ada atau tidak hasil nyatanya. DEFINISI PARTISIPASI POLITIK: • 5. Partisipasi politik mencakup juga aktivitas yg dilakukan atas dasar rencana orang lain dalam usahanya mempengaruhi keputusan kenegaraan (governmental decision- making). BENTUK PARTISIPASI POLITIK: • 1. Partisipasi Politik atas dasar Kesadaran Sendiri (autonomous). • 2. Partisipasi Politik atas dasar Pengerahan (mobilized). • Studi SEYMOUR M. LIPSET tentang penggunaan hak suara (voting) dari warga negara sebagai pemilih dalam Pemilu di beberapa Negara Demokrasi Barat (“Political Man: The Social Bases of Politics (expanded and updated edition)”, khususnya Chapter 6 “Elections: Who Votes and Who Doesn’t?”) ada beberapa Faktor Sosial yang Mempengaruhi Tingkat Kehadiran Pemilih untuk Memberikan Suaranya (social factors affecting rates of voting turnout), yakni: • 1. The relevance of government policies to the individual: – Dependence on government as one’ employer – Exposure to economic pressures requiring government action – Exposure to government economic restrictions – Possession of moral or religious values affected by government policies – Availability of relevant policy alternatives – General crisis situations • 2. Access to information: – Direct visibility of effects of government policies – Occupational training and experience making for general insight – Contact and communication – Amount of leisure • 3. Group pressure to vote: – – – – Underprevilege and alienation Strength of class political organization Extent of social contacts Group norms opposing voting • 4. Cross-pressures: – Conflicting interests – Conflicting information – Conflicting group pressures (Lipset, 1981: 183-229) • • Di beberapa masyarakat, partisipasi politik berakar/berdasarkan pada BASIS-BASIS PENGELOMPOKAN YG BERBEDA (: partisipasi politik melibatkan aktivitas kolaboratif/bersama & dapat mendatangkan keuntungan/kemanfaatan yg bersifat kolektif pula). • • • • • • BASIS-BASIS PENGELOMPOKAN yg umum: 1. Kelas (class) 2. Kelompok komunal (communal group) 3. Ketetanggaan (neighborhood) 4. Partai (party) 5. Faksi (faction) • Tujuan Utama studi Huntington & Nelson melakukan analisis pengaruh MODERNISASI EKONOMI & SOSIAL terhadap PARTISIPASI POLITIK: THE “BENIGN LINE” of THE LIBERAL MODEL: Political Stability Socio-Economic Development Greater SocioEconomic Equality Democratic Political Participation THE “VICIOUS CIRCLE” of THE TECHNOCRATIC MODEL: More SocioEconomic Development Less Political Participation Less Socio-Economic Equality Less Political Stability “Participation Explosion” THE “VICIOUS CIRCLE” of THE POPULIST MODEL: More Socio Economic Equality More Political Participation Less SocioEconomic Development Less Political Stability “Participation Implosion” • Pemerintahan Indonesia di masa Orde Baru TRILOGI PEMBANGUNAN: • 1. Stabilitas Nasional yg sehat & dinamis; • 2. Pertumbuhan Ekonomi yg tinggi; dan, • 3. Pemerataan Pembangunan dan hasilhasilnya. • REPELITA I (1969 – 1973) : utamakan STABILITAS. • REPELITA II (1974 – 1978) : utamakan PERTUMBUHAN EKONOMI. • REPELITA III (1979 – 1983) : utamakan PEMERATAAN 8 JALUR PEMERATAAN. • 8 JALUR PEMERATAAN: • 1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak, khususnya pangan, sandang & perumahan. • 2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan & pelayanan kesehatan. • 3. Pemerataan pembagian pendapatan. • 4. Pemerataan kesempatan kerja. • 5. Pemerataan kesempatan berusaha. • 6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi generasi muda dan wanita. • 7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh tanah air. • 8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan. • EKSLUSI SOSIAL (Byrne, 2005): ketiadaan pemenuhan hak-hak sipil, politik, dan hak-hak sosial. • “The dynamic process of being shut out, fully or partially, from any of the social, economic, political or cultural systems which determine the social integration of a person in society. Social exclusion may, therefore, be seen as the denial (or non-realisation) of the civil, political and social rights of citizenship.” • • MANDANIPOUR (sebagaimana dikutip Byrne, 2005): eksklusi sosial merupakan proses yang bersifat multidimensi yang meliputi ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan dan politik, tidak danya akses terhadap pekerjaan dan sumber-sumber material, dan lemahnya integrasi dalam prosesproses kultural. • Jika fenomena tersebut terjadi secara bersamaan maka dengan kata lain terjadi eksklusi yang sangat akut. • MANDANIPOUR: “Social exclusion is defined as a multi-dimensional process, in which various forms of exclusion are combined: participation in decision making and political processes, access to employment and material resources, and integration into common cultural processes. When combined, they create acute forms of exclusion that find a spatial manifestation in particular neighbourhoods.” • Contoh Kasus: aspek-aspek EKLUSI SOSIAL dalam ANGGARAN PUBLIK mencakup aspek-aspek kesulitan masyarakat sipil dalam proses partisipasi dan mengontrol kebijakan publik yang berbentuk anggaran (APBD). • Secara umum terdapat TIGA BENTUK EKSLUSI, yakni: • (1) eksklusi dari partisipasi dalam proses perencanaan anggaran; • (2) eksklusi untuk mendapatkan akses terhadap dokumen APBD; • (3) kedua hal tersebut berdampak pada: eksklusi kepentingan publik dari alokasi APBD. • • UU KIP (Keterbukaan Informasi Publik) INKLUSI SOSIAL. • Inklusi Sosial meningkat Partisipasi Politik meningkat. • Studi Saiful Mujani & William Liddle “Muslim Indonesia’s Secular Democracy” Partai Politik sbg pilar demokrasi bergerak ke arah “secular” (: terbuka) termasuk banyak Partai Politik yg memiliki BASIS KEAGAMAAN (dalam studi ini Partai-partai Politik Islam). • PEMILU 2004 PEMILU 2009: • Partai Politik yg unggul : Partai2 Nasionalis (PD, GOLKAR, PDIP, newcomer: GERINDRA & HANURA) (walaupun Golkar & PDIP mengalami penurunan perolehan suara). • Partai Politik “Islam” mengalami penurunan perolehan suara (PKS, PAN, PPP, PKB, bahkan “runtuh”: PBB, PBR).