BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar Belakang Dalam kehidupan kita sehari-hari, tidaklah aneh ketika kita sering melihat anak-anak selalu belajar dan bermain. Menurut Mariani (2008), dimana bermain anak-anak dapat meningkatkan kemapuan dan keterampilan yang mereka miliki. .Menurut Suyami (2007), permainan dibagi menjadi dua kategori, yaitu permainan modern dan permainan tradisional. Namun permainan modern lebih cenderung individual karena anak-anak tidak bersosialisasi dan tidak mengalami interaksi emosional dengan temantemannya. Sebaliknya, dalam permainan tradisional dilakukan secara tidak individual karena permainan ini dilakukan dengan saling membutuhkan dan terjadi emosional dengan teman lain. Menurut Michael Burgoon permainan tradisional memiliki kemiripan dengan komunikasi kelompok (dalam Wiranto, 2005) yakni komunikasi dengan bertatap muka langsung, peserta kelompok memiliki jumlah lebih dari dua orang, dan memiliki susunan rencana untuk mencapai tujuan kelompok. Permainan tradisional merupakan olahraga asli dari berbagai daerah di Indonesia, mungkin belum terkenal di tingkat nasional namun cukup populer di daerah asalnya. Olahraga tradisional merupakan warisan kebudayaan nenek moyang bangsa Indonesia. Sukintaka (1992) membatasi pengertian permaian tradisional adalah permainan yang telah dimainkan oleh anak-anak pada suatu daerah secara tradisi. Artinya adalah permainan ini telah dijaga kelestariannya untuk tetap dapat dimainkan oleh generasi berikutnya, sehingga dapat dikatakan permainan tradisional adalah salah satu warisan dari budaya bangsa. Namun sangat disayangkan permainan olahraga tradisional yang kerap dilakukan oleh anak-anak pada saat waktu istirahat kini sudah mulai memudar akibat pengaruh perkembangan IPTEK yang semakin pesat. Contohnya anak-anak lebih suka bermain game di gadget mereka masing-masing. Dibalik permainan yang terkesan sederhana, sebenarnya permainan tradisional memiliki manfaat yang baik untuk perkembangan dan pertumbuhan anak. Banyak hal yang di dapat dari seorang anak dari sebuah permainan tradisional lewat proses bermain. Dalam hal ini anak terlibat secara langsung baik fisik maupun emosi sehingga sangat mempengaruhi masa pertumbuhannya. Permainan tradisional merupakan wahana untuk meningkatkan motivasi atau dorongan dalam merangsang proses pendidikan. Hal ini serupa dengan Misbach (2006) dalam jurnal yang ditulis oleh Haerani Nur berjudul membangun karakter anak melalui permainan anak tradisional, di mana bahwa permaianan tradisional dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak meliputi aspek motorik, aspek kognitif, aspek emosi, aspek sosial, aspek spiritual, aspek ekologi, dan aspek nilai-nilai moral. Melalui kegiatan bersama dengan teman-temannya rasa egoisme yang dimiliki anak tersebut akan mulai berkurang dan akan secara perlahan tetapi pasti anak akan berubah menjadi makhluk yang sosial yang dapat bergaul dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Hal tersebut juga dapat terwujud karena kebanyakan permainan tradisional sendiri dimainkan secara berkelompok sehingga dapat juga membantu perkembangan kepribadian anak. Seperti halnya permainan tradisional yang sebenarnya memiliki banyak makna mulia yang bisa tergali dibaliknya. Permainan tradisionanl mengajarkan banyak hal kepada anakanak, sehingga dapat diingat sepanjang masa. Selain itu permainan tradisional itu sendiri sangat bersahabat dan ramah, sehingga dimainkan seluruh anak-anak tanpa mempermasalahkan ras, agama dan budaya. Berdasarkan survei yang telah dilakukan peneliti sebelumnya dengan meminta informasi serta data ke Dinas Pariwisata kota Salatiga tentang permainan tradisional, mereka menyatakan bahwa di kota Salatiga sendiri permainan tradisional sudah sulit untuk ditemukan. Interaksi yang dilakukan anak dengan teman-temannya mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan sosialnya. Interaksi ini terus meningkat semakin kuat dan menjadi hal yang umum setelah umur 6 tahun. Seorang anak sekolah yang bergaul dengan teman sebayanya, misalnya melalui permainan dapat dengan mudah menyesuaikan dirinya dengan temannya dibandingkan dengan anak yang tidak. Jika seorang anak mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosial di sekolahnya, maka akan memiliki ketidak mampuan dalam bergaul dengan teman-temannya. Bermain bersama teman-teman sebaya sosialisasi akan mulai bertumbuh dengan sendirinya. Bentuk permainan juga dapat mempengaruhi proses sosialisasi anak. Salah satu permainan tradisional yang mampu meningkatkan kemampuan penyesuaian sosial anak adalah gobag sodor. Gobag sodor adalah permainan tradisional yang dimainkan oleh 4 sampai 7 orang didalam masing-masing kelompoknya baik itu anak perempuan atau anak laki-laki atau keduaduanya secara bersamaan, namun masih dapat menyesuaikan bentuk kotak area permainan. Merutu Surya Hanrianto dalam jurnalnya pengaruh permainan tradisional gobag sodor terhadap peningkatan kemampuan penyesuaian sosial siswa kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Yaspuri Malang pada tahun 2015, di dalam permaian gobag sodor anak diharuskan untuk menaati peraturan yang ada, mampu melakukan interaksi dengan teman saat bermain, membangun kerjasama tim untuk membuat strategi, ketangkasan, kepemimpinan, kejujuran serta wawasan. Selain itu, menurut Fitria Susanti, Siswati, Prasetyo Budi Widodo dalam jurnalnya pengaruh permainan tradisional terhadap kompetensi interpersonal dengan teman sebaya pada siswa sd (Studi Eksperimental pada Siswa Kelas 3 SDN Srondol Wetan 04-09 dan SDN Srondol Wetan 05-08 ) mengatakan keterlibatan seorang anak dalam suatu kelompok sosial formal maupun informal akan membantu anak melatih kemampuan dalam menjalin hubungan yang hangat. Partisipasi sosial secara informal pada anak dapat dilakukan dengan melibatkan anak dalam kegiatan bermain bersama teman sebayanya. Interaksi yang rutin dengan teman bermainnya lama kelamaan akan semakin kuat dengan terus terjadinya komukasi sehingga tanpa disadari atau disadari oleh anak tersebut anak akan merasa bahwa anak tersebut dan temannya tergabung dalam sebuah kelompok. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Boivin dan Hymel pada tahun 1997 menyatakan bahwa pengalaman yang didapat anak selama berhubungan dengan teman sebayanya akan membantu anak melakukan penyesuaian sosial. Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep perkembangan anak yaitu seorang anak tidak belajar sesuatu hal hanya melalui instruksi saja, akan tetapi seorang anak belajar sesuatu dengan pengalaman secara tidak langsung, melalui apa yang mereka lakukan. Dari hasil survei ke beberapa sekolah yang telah dilakukan, maka peneliti mendapatkan bahwa siswa-siswi di SD Kristen 03 Eben Heazer Salatiga di mana siswa-siswinya selalu memainkan permaian tradisional gobag sodor saat jam istirahat sekolah tanpa diperintah oleh guru-guru mereka. Dalam proses bermain permianan ini, siswa-siswi SD Kristen 03 Eben Heazer Salatiga selalu menerapkan komuniaksi dengan anggota kelompok mereka baik itu ketika mengumpulkan anggota untuk memulai permainan ini sampai pada saat mereka memainkan permainan itu sendiri. Berdasarkan apa yang peneliti uraikan, maka peneliti memilih permainan tradisional gobag sodor sebagai variabel yang diteliti. Peneliti juga ingin mengetahui permainan gobag sodor yang dimainkan oleh siswa-siswi SD Kristen 03 Eben Heazer Salatiga sebagai media komunikasi kelompok. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana permainan tradisional gobag sodor yang dimainkan oleh siswa-siswi kelas 4-6 SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga sebagai media komunikasi kelompok? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu: Menjelaskan permainan tradisional gobag sodor yang dimainkan oleh siswa-siswa kelas 4-6 SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga sebagai media komunikasi kelompok. 1.4 Manfaat Penelitian Peneliti memiliki harapan, bahwa penelitian ini dapat mempunyai manfaat sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang terdapat dalam penelitian ini adalah menjadi konstribusi bagi perkembangan ilmu komunikasi, khususnya pengaruh proses komunikasi yang terdapat dari permainan tradisional. 1.4.2 Manfaat Praktis Bagi peneliti lainya, memberikan referensi terhadap penelitian permainan tradisional gobag sodor dan penyesuaian sosial sehingga dapat lebih melengkapi penelitian sebelumnya serta selanjutnya. 1.5 Batasan Masalah Yang menjadi batasan penelitian ini adalah: Permainan tradisional gobag sodor yang di amati adalah permainan gobag sodor yang dimainkan oleh siswa-siswi kelas 4-6 SD Kristen 03 Eben Heazer Salatiga.