PEMBEKALAN MENUJU AMILIN PROFESIONAL PENGEMBANGAN DIRI MENUJU AMILIN PROFESIONAL OLEH Dr. H. Nurlan Kusmaedi, M.Pd. PEMBEKALAN MENUJU AMILIN PROFESIONAL OLEH Dr. H. Nurlan Kusmaedi, M.Pd. • Dasar Pemikiran • Amilin adalah ujung tombak keberhasilan dalam mengumpulkan zakat • Amilin Pasla merupakan kelompok yang memiliki potensi untuk mengembangkan kemampuan dan keahliannya (profesional) • Disadari atau tidak, kenyataan menunjukkan bahwa negara-negara Islam atau negeri-negeri yang penduduknya mayoritas Islam termasuk negara atau negeri-negeri yang terbelakang baik dalam ekonomi maupun politik, terpuruk dalam kemiskinan dan keterbelakangan. • Salah satu faktor penyebab keterpurukan itu terkait dengan persoalan profesionalisme. Pengembangan • Perubahan ke arah yang lebih baik • Salah satu dari 6 fungsi manajemen, yaitu: Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, hasil/evaluasi, umpan balik, pengembangan • Beberapa Istilah Penting dalam Zakat • Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat islam • Muzaki adalah seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zakat • Mustahik adalah orang yang berhak menerima zakat • Amilin : orang-orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. Profesi: • Suatu jabatan atau pekerjaan yg menuntut keahlian dari para anggotanya (Djaman Satori , 2003:12) • Merupakan suatu pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa shg meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang memerlukannya Profesional • Pekerjaan atau kegiatan yg dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yg memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. • (UU RI No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen) Profesional • Mempunyai 2 makna: 1. Mengacu kpd sebutan orang yg menyandang suatu profesi, 2. Mengacu kpd sebutan ttg penampilan seseorang dlm mewujudkan unjuk kerja sesuai dg profesinya • Seorang profesional adalah seseorang yang menawarkan jasa atau layanan sesuai dengan peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan menerima gaji sebagai upah atas jasanya. Orang tersebut juga merupakan anggota suatu entitas atau organisasi yang didirikan seusai dengan hukum di sebuah negara atau wilayah (Wiki). • Seringkali seseorang yang merupakan ahli dalam suatu bidang juga disebut “profesional” dalam bidangnya meskipun bukan merupakan anggota sebuah entitas yang didirikan dengan sah. • Sebagai contoh, dalam dunia olahraga terdapat olahragawan profesional yang merupakan kebalikan dari olahragawan amatir yang bukan berpartisipasi dalam sebuah turnamen/kompetisi demi uang.” • Seseorang yang Profesional dalam bekerja akan mempunyai nilai tersendiri dimata atasan atau customer, setiap orang yang bekerja secara Profesional akan terlihat hasil pekerjaanya dan berbeda dengan orang yang bekerja hanya atas dasar job sheet yang akhirnya tidak menikmati pekerjaan yang di jalankan, kedisiplinan merupakan salah satu faktor penunjang Profesionalisme dalam bekerja, disiplin dalam berbagai hal pastinya, misal disiplin dengan step-step pekerjaan yang dijalankan, disiplin terhadap waktu yang diberikan dan disiplin dalam attitude, jangan melupakan line of leadership pastinya. • Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah nasib mereka sendiri (QS. Ar Ra’du: 11). Tepat seperti dikatakan Ismail al Faruqi (Al Tawhid: Its Implication for Thought and Life, 1995) bahwa Islam lebih merupakan a religion of action dari pada a religion of faith. Sejarah peradaban Islam yang bertahan berabad-abad (abad ke-9 s/d ke-13) adalah bukti profesionalisme masyarakat Islam dalam menjalankan roda kehidupan bermasyarakat dan bernegara. • Pada sisi lain dalam kehidupan sehari-hari sering dipertentangkan antara bekerja dengan keikhlasan dengan kerja secara profesional. Kerja ikhlas atau lillahi ta’ala mempunyai konotasi kerja dengan kemampuan seadanya, minimalis dan tidak produktif. Sebaliknya kerja yang profesional identik dengan kerja yang efisien dan produktif serta serba uang. Pandangan atau pengertian begini tidak benar dan menyesatkan. • Seorang Muslim yang seluruh hidupnya untuk ibadah pada Allah, dimana Allah selalu mengawasi dan meminta pertanggungjawaban dikelak hari kiamat, maka dia akan selalu bekerja dengan ikhlas dan sungguh-sungguh dengan segenap kemampuannya. Wallahu a’lam bish-shawab. Profesional >< Amatir • Amatir – dianggap belum mampu bekerja secara terampil, cekatan, dan baru taraf belajar; • Profesional – mampu bekerja secara terampil, cekatan, dan mahir (dalam olahraga indikator profesional adalah imbalan bayarannya. Profesionalisme • Menunjuk kpd komitmen para anggota suatu profesi utk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yg digunakannya dlm melakukan pekerjaan yg sesuai dg profesinya Makna Profesionalisme • Bukan hanya digunakan untuk pekerjaan yang telah diakui sebagai suatu profesi, melainkan pada hampir setiap pekerjaan (penjahat profesional, tk ojeg profesional). • Seseorang disebut profesional jika: cara kerjanya baik, cekatan, dan hasilnya memuaskan . Dg hasil kerjanya seseorang mendapatkan wang atau imbalan lainnya. Profesionalisasi • Proses usaha menuju ke arah terpenuhinya persyaratan suatu jenis model pekerjaan ideal ; • Suatu proses menuju kpd perwujudan dan peningkatan profesi dalam mencapai suatu kriteria yg sesuai dg standar yg tlh ditetapkan. • Profesionalisasi • Dari segi bahasa: Profesionalisasi berasal dari kata professionalization yang berarti kemampuan profesional. • #Dapat disimpulkan: • “Profesionalisasi” adalah sutu proses menuju kepada perwujudan dan peningkatan profesi dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Profesionalisasi adalah proses atau perjalanan waktu yang membuat seseorang atau kelompok orang menjadi profesional. 3 hal penunjang profesionalisme • Keahlian, • Komitmen, • Keterampilan yang relevan shg membentuk sebuah segitiga sama sisi yg ditengahnya terletak profesionalisme. Prinsip Profesionalisme • Well educated, • Well trained, • Well paid. • Hal yang sangat diperlukan oleh suatu profesi adalah pengakuan masyarakat atas jasa yang diberikannya. Profesionalitas • Mengacu kpd sikap para anggota profesi thd profesinya serta derajat peng & keahlian yg mereka miliki utk dapat melakukan tugas2 nya; • Lebih menggambarkan suatu keadaan derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap, peng & keahlian yg diperlukan utk melaksanakan tugasnya Profesionalitas Profesionalitas merupakan sikap para anggota profesi benar2 menguasai, sungguh2 kepada profesinya. “Profesionalitas” adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya Kategori Profesi • • • • • Mapan, Baru, Sedang tumbuh kembang, Semi profesi, Pek/jab yg belum jelas arah tuntutan status keprofesionalannya. • Amilin berada di mana kategorinya? Profil Amilin • Amilin sbg ibu rumah tangga (IRT), • Amilin sbg IRT dan juga sbg pengurus RT, • Amilin sbg IRT, pengurus RT, dan juga pengurus DKM atau organisasi lainnya, • Amilin prof yang berkewenangan berganda sbg seorang profesional di bidang keahlian lain. Tanggung Jawab Amilin dlm mengembangkan profesinya: • • • • • • Sbg Sbg Sbg Sbg Sbg Sbg pemberi layanan kepada umat, pengumpul, pendistribusi, penyuluh, administrator keuangan, pemberdaya umat, Program Pengembangan Profesionalisme Amilin 1. Pelatihan, 2. Pemberdayaaan KKA Pasla, 3. Belajar mandiri melalui membaca, TV, radio, dll. Karakteristik Amilin Yang Baik 1. Memahami dan menghormati muzaki dan mustahik sebagai manusia; 2. Memahami dasar fikih zakat infaq dan sodaqoh; 3. Dapat menyesuaikan strategi mengumpulkan ZIS dalam relevansinya dengan dasar fiqih ZIS, dan karakteristik muzaki serta mustahik. Berikut butir-butir penting dalam Al Qur’an dan Hadist yang menyuruh bekerja secara profesional: • Bekerja sesuai dengan kemampuan atau kapasitasnya (QS. An’am: 135, Az Zumar: 39 dan Huud: 93) • Bekerja dengan hasil terbaik (QS. Al Mulk: 2) • Bekerja sesuai dengan bidang keahlian (QS. Al Isra’: 84) • Jika suatu urusan diserahkan bukan pada ahlinya maka tunggulah kehancurannya (HR. Bukhari) • Bekerja sesuai dengan patut dan layak (QS. An Nahl: 97, Al Anbiya’: 94, dan Al Zalzalah: 7) Selanjutnya pada ayat yang lain Islam mendorong umatnya agar: • Memiliki kejujuran (QS. Al Ahzaab: 23-24) • Kerjasama dan tolong-menolong dalam kebaikan (QS. Al Maidah: 2) • Bekerja dengan penuh tanggung jawab karena selalu diawasi Allah, Rasul dan masyarakat (QS. At Taubah: 105) • Sederhana dan tidak berlebih-lebihan (QS. Al A’raaf: 13, Al Israa’: 29, Al Furqaan: 67, dan Ar Rahman: 7-7) • Rajin dan bekerja keras (QS. Al Jumu’ah: 10) • Disiplin (QS. Al Hasyr: 7) • Hati-hati dalam bertindak dan mengambil keputusan (QS> Al Hujurat: 6) • Berlomba-lomba dalam kebaikan (QS. Al Baqarah: 148, Al Maidah: 48) • Jujur dan dapat dipercaya (QS. An Nisa’: 58, Al Baqarah: 283, Al Mu’minun: 8) Dua Ciri Amilin Profesional • Ilmu pengetahuan dan ketrampilan khusus terspesialisasi menjadi prasyarat mutlak yang harus dimiliki oleh para profesionalis. Kemampuan individual ini masih perlu didukung oleh sistem manajemen dan organisasi kerja yang tepat, yang dapat menempatkan individu pada posisi yang tepat. Jelasnya, individu yang memiliki ilmu pengetahuan dan ketrampilan khusus terspesialisasi hanya akan menjadi profesional jika ditempatkan pada tugas (job) atau posisi yang tepat (the right man on the right place). • Integritas moral dan budaya, mencakup kejujuran, disiplin, rajin, tepat waktu dan lain-lain. Merupakan kode etik dan pedoman setiap para profesional dalam bekerja. Kurang lebih lima belas abad yang lalu Islam telah mengajarkan umatnya tentang integritas moral atau kode etik. Berikut butir-butir penting dalam Al Qur’an dan Hadist yang menyuruh bekerja secara profesional: • Dalam melakukan suatu karya atau pekerjaan, seorang muslim tidak hanya demi memenuhi kebutuhan hidupnya semata, melainkan karena agama mendorongnya, dan oleh karenanya merupakan salah satu bentuk pengabdian (ibadah) kepada Tuhannya. • Dalam keadaan tertindas, rakyat menjadi pasrah dan tak berdaya, yang akhirnya menempuh kehidupan “tasawuf” atau sufi dan menjadi seorang “zahid” yang menghindari kehidupan dunia (lebih berorientasi pada kehidupan akhirat) sampai yang bersikap apatis terhadap dunia. SELESAI Assalammualaikum Warakhmatullahi Wabarakatuh TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA Akhlak Islam yang di ajarkan oleh Nabiyullah Muhammad SAW, sbg landasan bagi pengembangan profesionalisme. 1. Sifat kejujuran (shiddiq). • Kejujuran ini menjadi salah satu dasar yang paling penting untuk membangun profesionalisme. Hampir semua bentuk uasha yang dikerjakan bersama menjadi hancur, karena hilangnya kejujuran. Oleh karena itu kejujuran menjadi sifat wajib bagi Rasulullah SAW. Dan sifat ini pula yang selalu di ajarkan oleh islam melalui al-Qur’an dan sunah Nabi. Kegiatan yang dikembangkan di dunia organisasi, perusahan dan lembaga modern saat ini sangat ditentukan oleh kejujuran. Begitu juga tegaknya negara sangat ditentukan oleh sikap hidup jujur para pemimpinnya. Ketika para pemimpinnya tidak jujur dan korup, maka negara itu menghadapi problem nasional yang sangat berat, dan sangat sulit untuk membangkitkan kembali. 2. Sifat tanggung jawab (amanah). • Sikap bertanggung jawab juga merupakan sifat akhlak yang sangat diperlukan untuk membangun profesionalisme. Suatu perusahaan/organisasi/lembaga apapun pasti hancur bila orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak amanah. 3. Sifat komunikatif (tabligh). • Salah satu ciri profesional adalah sikap komunikatif dan transparan. Dengan sifat komunikatif, seorang penanggung jawab suatu pekerjaan akan dapat menjalin kerjasama dengan orang lain lebih lancar. Ia dapat juga meyakinkan rekanannya untuk melakukan kerja sama atau melaksanakan visi dan misi yang disampaikan. Sementara dengan sifat transparan, kepemimpinan di akses semua pihak, tidak ada kecurigaan, sehingga semua masyarakat anggotanya dan rekan kerjasamanya akan memberikan apresiasi yang tinggi kepada kepemimpinannya. Dengan begitu, perjalanan sebuah organisasi akan berjalan lebih lancar, serta mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak. 4. Sifat cerdas (fathanah). • Dengan kecerdasannya seorang profesional akan dapat melihat peluang dan menangkap peluang dengan cepat dan tepat. Dalam sebuah organisasi, kepemimpinan yang cerdas akan cepat dan tepat dalam memahami problematika yang ada di lembaganya. Ia cepat memahami aspirasi anggotanya, sehingga setiap peluang dapat segera dimanfaatkan secara optimal dan problem dapat dipecahkan dengan cepat dan tepat sasaran. 3 Pilar Dalam Merajut Etos Profesionalisme • Pilar yang pertama adalah achievement orientation. Dulu, seorang sosiolog terkemuka bernama David McLelland pernah menulis : salah satu faktor yang membuat sebuah komunitas/masyarakat lebih unggul dibanding yang lainnya adalah lantaran mereka dipenuhi dengan individu yang punya high need for achievement (atau sering disebut sebagai NAch = need for achievement). Disini, need for achievement merujuk pada gairah untuk melakoni kerja yang sebaik-baiknya demi terengkuhnya hasil karya yang juga layak dibanggakan. Disana yang muncul adalah sebuah etos, sebuah dedikasi, dan sebuah tanggungjawab untuk meretas prestasi terbaik. Ketika tugas dan tantangan membentang didepan kita, yang kemudian muncul adalah sebuah niat tulus untuk mentransformasi rangkaian tantangan dan tugas itu menjadi sebuah prestasi kerja yang adiluhung. Orang-orang yang memiliki High NAch selalu percaya bahwa berderet tugas – apapun tugas dan pekerjaan itu – selalu merupakan sebuah rute untuk mempersembahkan karya terbaik. Dan sungguh, inilah elemen kunci yang mesti dipahat oleh siapapun yang berkehendak menjadi insan yang profesional. • Pilar profesionalisme yang kedua adalah ini : sebuah ikhtiar untuk terus belajar mengembangkan kompetensi diri. Sebuah tekad yang dibalut oleh semangat untuk mempraktekkan prinsip lifetime learning (belajar sepanjang hidup). Bagi mereka selalu akan ada celah dan ruang untuk terus memekarkan potensi dan kapasitas diri. Selalu akan ada jalan untuk merekahkan pengetahuan, membasuh ilmu dan merajut ketrampilan. Bagi insan profesional semacam itu, proses belajar mengembangkan kompetensi selalu bisa direngkuh dari segala jurusan. Sebab moto mereka adalah ini : everyone is a teacher and every place is a school. Sebuah kalimat yang indah bukan? Ya, sumber ilmu selalu bisa dijemput dari siapapun – entah dari seorang guru, dari atasan, bawahan, rekan kerja atau dari para pelanggan. Dan sumber ilmu juga dicegat dari lokasi mana saja : dari sekolah, dari perpustakaan, dari pasar yang penuh keramaian, atau dari lingkungan kantor yang selalu penuh dinamika. • Pilar profesionalisme yang ketiga adalah yang paling penting. Pilar itu adalah ruh spiritualitas yang kokoh. Sebab bagi kita, profesionalisme yang paling hakiki hanya akan punya makna jika ia dibalut oleh semangat spiritualisme yang kokoh. Inilah sebuah semangat yang selalu percaya bahwa segenap laku jejak kehidupan profesional kita selalu ditautkan pada pengabdian kepada Yang Maha Mencipta. “Dan sesungguhnya, sholatku, ibadahku, dan hidup matiku hanyalah untuk Tuhan Sang Pencipta Alam”. Sebab itulah, insan yang profesional tidak hanya cerdas dalam praktek manajemen modern, namun juga mereka yang hatinya selalu rindu akan mesjid (atau rindu pada gereja bagi para umat Kristiani, atau rindu pada pura bagi para pemeluk Hindu). Insan profesional sejati tidak hanya fasih bicara mengenai strategi dan leadership, namun mereka juga senantiasa fasih berdzikir memuja kebesaran Sang Pencipta. Dan insan profesional sejati tidak hanya tangkas mengelola tugas dan mengambil keputusan, namun mereka juga selalu mau bangun ditengah malam : berkontemplasi, membangun sebuah meeting yang sangat intens dengan Sang Pemelihara Jagat Raya. Itulah tiga pilar yang menopang bangunan etos kerja profesional : sebuah semangat untuk merengkuh prestasi terbaik, sebuah semangat untuk terus belajar, dan sebuah semangat untuk selalu mengabdi pada Sang Pemberi Hidup. Praktekkan tiga pilar kunci ini, dan Anda pasti akan berjalan menuju Kemenangan Sejati. • nilai-nilai islam yang dapat mendasari pengembangan profesionalisme, yaitu : 1. Bersikap positif dan berfikir positif (husnuzh zhan ). • Berpikir positif akan mendorong setiap orang melaksanakan tugas-tugasnya lebih baik. Hal ini disebabkan dengan bersikap dan berfikir positif mendorong seseorang untuk berfikir jernih dalam menghadapi setiap masalah. Husnuzh zhan tersebut, tidak saja ditujukan kepada sesama kawan dalam bekerja, tetapi yang paling utama adalah bersikap dan berfikir positif kepada Allah SWT. Dengan pemikiran tersebut, seseorang akan lebih lebih bersikap objektif dan optimistik. Apabil ia berhasil dalm usahanya tidak menjadi sombong dan lupa diri, dan apabila gagal tidak mudah putus asa, dan menyalahkan orang lain. Sukses dan gagl merupakan pelajaran yang harus diambil untuk menghadapi masa depan yang lebih baik, dengan selalu bertawakal kepada Allah SWT. 2. Memperbanyak shilaturahhim. • Dalam Islam kebiasaan shilaturrahim merupakan bagian dari tanda-tanda keimanan. Namun dalam dunia profesi, shilaturahhim sering dijumpai dalam bentuk tradisi lobi. Dalam tradisi ini akan terjadi saling belajar. 3. Disiplin waktu dan menepati janji. • Begitu pentingnya disiplin waktu, al-Qur’an menegaskan makna waktu bagi kehidupan manusia dalam surat al-Ashr, yang diawali dengan sumpah ”Demi Waktu”. Begitu juga menepati janji, al-Qur’an menegaskan hal tersebut dalam ayat pertama al-Maidah, sebelum memasuki pesan-pesan penting lainnya. • Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqadaqad itu. (Al-Maaidah/05:01). • Yang dimaksud aqad-aqad adalah janji-janji sesama manusia. 4. Bertindak efektif dan efisien. • Bertindak efektif artinya merencanakan , mengerjakan dan mengevaluasi sebuah kegitan dengan tepat sasaran. Sedangkan efisien adalah penggunaan fasilitas kerja dengan cukup, tidak boros dan memenuhi sasaran, juga melakukan sesuatu yang memang diperlukan dan berguna. Islam sangat menganjurkan sikap efektif dan efesien. 5. Memberikan upah secara tepat dan cepat. • Ini sesuai dengan Hadist Nabi, yang mengatakan berikan upah kadarnya, akan mendorong seseorang pekerja atau pegawai dapat memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya secara tepat pula. Sementara apabila upah ditunda, seorang pegawai akan bermalas-malas karena dia harus memikirkan beban kebutuhannya dan merasa karya-karyanya tidak dihargai secara memadai. Islam adalah agama yang menekankan arti penting amal dan kerja. Islam mengajarkan bahwa kerja harus dilaksanakan berdasarkan prinsip sbb: 1. Bahwa pekerjaan itu harus dilakukan berdasarkan kesadaran dan pengetahuan yang memadai. Sebagaimana firman Allah yang artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya. (QS. alIsra/17:36). 2. Pekerjaan harus dilakukan berdasarkan keahlia. Seperti sabda Nabi : Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran. (Hadist Bukhari). 3. berorientasi kepada mutu dan hasil yang baik. Dalm Islam, amal, dan kerja harus dilakukan dalam bentuk yang shalih. Sehingga makna amal shalih dapat dipahami sebagai kerja sesuai standar mutu, baik mutu dihadapan Allah maupun dihadapan manusia rekanan kerjanya. 4. Pekerjaan itu senantiasa diawasi oleh Allah, Rasulullah, dan masyarakatnya, oleh karena itu harus dilaksanakan dengan penuh tanggunga jawab. 5. Pekerjaan dilakukan dengan semangat dan etos kerja yang tinggi 6. Pengupahan harus dilakukan secara tepat dan sesuai dengan amal atau karya yang dihasilkannya. Penutup • Secara ideal, Islam sangat mendorong tumbuhnya sikap profesionalisme, baik dalam kerja untuk orientasi duniawi maupun ukhrawi. Amal perbuatan yang ditunjukkan untuk kehidupan dunia harus dilakukan seoptimal mungkin (sebagai amal shalih), begitu juga amal perbuatan untuk tujuan akherat. Semuanya itu merupakan ibadah kepada Allah. Maka profesionalisme adalah pelaksanaan suatu amal atau pekerjaan dengan kualitas kerja yang tinggi dengan mutu produktivitas yang tinggi pula. Semoga bermanfaat. • Pengertian Istilah • Profesionalisme adalah suatu pandangan untuk selalu berfikir, berpendirian, bersikap dan bekerja sungguh-sungguh, dengan disiplin, jujur, dan penuh dedikasi untuk mencapai hasil kerja yang memuaskan. • Profesionalisme, berasal dari kata dasar profesi. Profesi sering diartikan dengan “pekerjaan” atau “job” kita sehari-hari. Tetapi dalam kata profession tidak hanya terkandung pengertian “pekerjaan” saja, melainkan terpaku juga suatu “panggilan”. . Profesionalisme Bekerja • Anda seorang karyawan / pengusaha / wiraswastawan / bos atau mungkin hanya seorang penjaga counter produk di sebuah supermarket?, mungkin itu semua tidaklah penting untuk diperbincangkan di tulisan saya kali ini, saya kutip judul diatas “Profesionalisme Bekerja” merupakan sebuah kata yang mudah di ucapkan namun pada hakekatnya susah untuk dilaksanakan, mengapa susah? nanti kita bahas, semua profesi pekerjaan dari yang paling bawah hingga yang paling atas ( atau kita sering dengar top level management ) membutuhkan prioritas “Profesional”. • Etos kerja dan semangat seorang muslim sangat tinggi, serta tidak pernah berputus asa karena Allah melarang hal itu. Dalam suatu hadist (riwayat Ahmad) Rasulullah SAW telah bersabda: “Apabila salah seorang kamu menghadapi kiamat sementara di tangannya masih ada benih hendaklah ia tanam benih itu”. • Islam memiliki ajaran yang menjunjung tinggi nilai dasar kerja dan mendorong umatnya bersikap profesional. Sejarah membuktikan tatkala masyarakat Barat dan Eropa menempatkan kelas pendeta dan militer pada kedudukan tinggi, Islam justru menghargai orang-orang berilmu, para pedagang, petani, tukang, dan pengarajin. Sebagai manusia biasa, mereka tidak diunggulkan dari yang lain, karena Islam menganut nilai persamaan di antara sesama manusia. Ketinggian derajat manusia semata-mata diukur dari ketakwaanya kepada Allah, yakni derajat keimanan dan amal salehnya. • Semua petunjuk yang ditemukan dalam Al Qur’an tersebut menjadi landasan etis-telogis kerja dan pengembangan etos profesionalisme setiap muslim, sehingga kaum muslimin diharapkan memiliki semangat kerja dan etos profesionalisme yang lebih tinggi dibanding umat lainnya. • Dalam melakukan suatu karya atau pekerjaan, seorang muslim tidak hanya demi memenuhi kebutuhan hidupnya semata, melainkan karena agama mendorongnya, dan oleh karenanya merupakan salah satu bentuk pengabdian (ibadah) kepada Tuhannya. • Namun disayangkan, landasan telogis kerja dan etos profesionalisme yang dimiliki umat Islam tersebut di atas tidak sepenuhnya membumi dan membudaya di kalangan masyarakat muslim. • Terjadi kecenderungan kemerosotan semangat kerja dan etos profesionalisme di dunia Islam, sehingga fakta menunjukkan sebagian besar negeri-negeri mayoritas umat Islam dalam keadaan terpuruk dan terbelakang. • Dari para pakar sejarah menemukan antara lain penyebab merosotnya etos profesionalisme adalah akibat pemerintahan feodal yang dzalim. Pada masa itu para elit bangsawan yang hidup bermewah-mewah dan otoriter, menyebabkan motivasi umat untuk bekerja menjadi merosot. • Dalam keadaan tertindas, rakyat menjadi pasrah dan tak berdaya, yang akhirnya menempuh kehidupan “tasawuf” atau sufi dan menjadi seorang “zahid” yang menghindari kehidupan dunia (lebih berorientasi pada kehidupan akhirat) sampai yang bersikap apatis terhadap dunia. • Walaupun kebenaran alasan sejarah tersebut masih banyak diperdebatkan, namun paling tidak dapat menjadikan suatu peringatan agar sikap keberagaman umat Islam telah benar-benar sesuai dengan semangat Al Qur’an dan Sunnah.