BAB II LANDASAN TEORITIS A. PARIWISATA Secara etimologis kata pariwisata yang berasal dari bahasa Sansekerta, sesungguhnya bukanlah berarti tourisme (bahasa Belanda) atau tourism (bahasa Inggris). Kata pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu masingmasing kata pari dan wisata (Kamus Bahasa di www.google.com). 1. Pari yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. 2. Wisata, berarti perjalanan, bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu, maka kata pariwisata seharusnya diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali, atau berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat lain. Selain itu diberikan batasan tentang pariwisata yang diberikan oleh para ahli, sebagai berikut: 1. Menurut Marpaung (2002: 46-47) “Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan dengan tujuan dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Wisatawan melakukan aktifitas selama mereka tinggal di tempat tujuan wisata dan fasilitas yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan.” 9 10 2. Menurut Gamal Suwantoro (1973:3) “Pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju ke tempat lain di luar tempat tinggalnya, dorongan kepergiannya adalah untuk berbagai kepentingan, baik kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti sekedar ingin tahu, menambah pengalaman maupun untuk balajar.” Selanjutnya pengertian pariwisata menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 dalam pasal 1 bahwa: a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikinjungi dalam jangka waktu sementara. b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. c. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah. d. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. 11 e. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Dari beberapa pendapat diatas, dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan pariwisata adalah suatu kegiatan atau perjalanan manusia yang sifatnya untuk sementara waktu yang dilakukan berdasarkan kehendaknya sendiri. Dengan tujuan bukan untuk berusaha, bekerja atau menghasilkan uang, akan tetapi untuk melihat atau menikmati suatu objek yang tidak didapatkannya dari asal tempat tinggalnya. B. RESORT Resort adalah suatu hotel yang mengkhususkan penjualan kamar bagi tamu-tamu yang ingin berlibur, dengan menyediakan macam-macam fasilitas, seperti sarana olahraga, rekreasi, convention, dan lain-lain (Foster, 2003:178). Adapun pengertian resort menurut Damardjadi (2001:107) Resort merupakan hotel yang biasanya terletak di daerah-daerah diluar kota, pegunungan, di tepi danau, di tepi pantai, atau daerah-daerah tempat berlibur/berekreasi, yang memberikan fasilitas menginap kepada orang-orang yang sedang berlibur. 12 C. PEMASARAN Menurut A.R. Bulaeng (2002:10) pemasaran adalah: ”Suatu proses manajerial dengan mana individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk-produk yang bernilai.” Kotler (2002:8), mengemukakan definisi mengenai pemasaran sebagai berikut: “Pemasaran adalah suatu proses sosial dalam manajerial yang didalamnya terdapat individu dan kelompok untuk mendapatkan apa saja yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.” Sementara menurut Saladin (2003:2), definisi pemasaran sebagai berikut : “Pemasaran adalah suatu sistem total dari suatu kegiatan bisnis yang dirancang untuk mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai sasaran serta tujuan organisasi.” Pemasaran bertujuan untuk mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga barang/jasa cocok dengan pelanggan atau disebut juga pemasaran menghasilkan seorang pelanggan yang siap untuk membeli. D. KOMUNIKASI Kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”, yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar katanya “communis” adalah “communico” yang artinya berbagi (Vardiansyah, 2004:3). 13 1. Definisi Komunikasi Pawito dan C Sardjono (1994:12) mencoba mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan (lewat suatu saluran) dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud mengubah perilaku, perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku overt lainnya. Sekurang-kurangnya didapati empat unsur utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the source), pesan (the message), saluran (the channel) dan penerima (the receiver). Pakar komunikasi lain, Joseph A Devito (Suprapto, 2006:5) mengemukakan komunikasi sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan elemen lain. 2. Tujuan Komunikasi Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan berbicara serta semua pesan yang disampaikan dapat diterima oleh lawan bicara dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana Effendy (2006: 8) dalam buku “Ilmu 14 Komunikasi Teori dan Praktek” mengatakan ada beberapa tujuan berkomunikasi, yakni: a. Perubahan sikap (attitude change) b. Perubahan pendapat (opinion change) c. Perubahan perilaku (behavior change) d. Perubahan sosial (social change) Joseph Devito (1997: 31) dalam bukunya “Komunikasi Antar Manusia” menyebutkan bahwa tujuan komunikasi adalah sebagai berikut: a. Menemukan Dengan berkomunikasi seseorang dapat memahami secara baik dirinya sendiri dan diri orang lain yang diajak bicara. Komunikasi juga memungkinkan seseorang untuk menemukan dunia luar-dunia yang dipenuhi obyek, peristiwa, dan manusia lain. b. Untuk berhubungan Salah satu motivasi yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain. c. Untuk meyakinkan Sebagian besar media massa untuk meyakinkan seseorang agar mengubah sikap dan perilaku seseorang. 15 d. Untuk bermain Seseorang menggunakan banyak perilaku komunikasi untuk bermain dan menghibur diri. E. KOMUNIKASI PEMASARAN Menurut A.R Bulaeng (2002: 2) bahwa komunikasi pemasaran adalah : 1. Proses penyajian seperangkat rangsangan yang diintegrasikan pada sasaran pasar dengan maksud untuk menimbulkan seperangkat respon yang diinginkan. 2. Mengadakan saluran-saluran untuk menerima (receive), menafsirkan (intepert), bertindak (act), atas dasar pesan dari pasar untuk tujuan mengubah pesan perusahaan sekarang dan mengidentifikasikan kesempatan-kesempatan komunikasi yang baru. Sedangkan Fandy Tjiptono (2008: 219) dalam bukunya Strategi Pemasaran mengatakan bahwa: “Komunikasi pemasaran adalah aktifitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan”. 16 Secara garis besar proses komunikasi pemasaran dapat dijelaskan dalam gambar dibawah ini. Gambar 2.1 Model Komunikasi Pemasaran Gagasan Pemahaman ENCODE MEDIA PESAN DECODE FEED-BACK PENGIRIM DECODE PENERIMA ENCODE GANGGUAN Pemahaman Response Gangguan fisik Masalah semantic Perbedaan budaya Ketiadaan feedback Efek Status (Sumber : Fandy Tjiptono, 2008:219) Ada tiga unsur pokok dalam struktur proses komunikasi pemasaran sebagaimana yang tertera pada Gambar 2.1. 1. Pelaku Komunikasi Terdiri atas pengirim (sender) atau komunitor yang menyampaikan pesan dan penerima (receiver) atau komunikan pesan. Dalam konteks ini, komunikatornya adalah produsen/perusahaan, sedangkan komunikannya adalah khalayak, seperti pasar pribadi, pasar organisasi, maupun masyarakat umum (yang berperan sebagai initiator, influencer, decider, purchaser, dan user). 2. Material Komunikasi Ada beberapa material komunikasi pemasaran yang penting, yaitu: a. Gagasan, yaitu materi pokok yang hendak disampaikan pengirim. 17 b. Pesan (message), yakni himpunan berbagai simbol (oral, verbal, atau non-verbal) dari suatu gagasan. Pesan hanya dapat dikomunikasikan melalui suatu media. c. Media, yaitu pembawa (transpoter) pesan komunikasi. Pilihan media komunikasi pemasaran bisa bersifat personal maupun nonpersonal. Media personal dapat dipilih dari konsultan, tenaga ahli profesional, atau dari masyarakat umun. Media non-personal meliputi media massa (radio, TV, Internet, koran, majalah, tabloid), kondisi lingkungan (ruangan, gedung) ataupun peristiwa tertentu (hari-hari besar atau spesial). d. Response, yaitu reaksi pemahaman terhadap pesan yang diterima oleh penerima. e. Feed-back, yaitu pesan umpan balik dari sebagian atau keseluruhan respon yang dikirim kembali oleh penerima. f. Gangguan (noise), yaitu segala sesuatu yang dapat menghambat kelancaran proses komunikasi. Lima macam gangguan yang biasanya menghambat proses komunikasi pemasaran, yaitu gangguan fisik, masalah semantik/bahasa, perbedaan budaya, efek status, dan ketiadaan umpan balik. 3. Proses Komunikasi Proses penyampaian pesan (dari pengirim kepada penerima) maupun pengiriman kembali respon (dari penerima ke pengirim) akan 18 memerlukan dua kegiatan, yaitu encoding (fungsi mengirim) dan decoding (fungsi menerima). a. Encoding adalah proses merancang atau mengubah gagasan secara simbolik menjadi suatu pesan untuk disampaikan kepada penerima. b. Decoding adalah proses menguraikan atau mengartikan simbol sehingga pesan yang diterima dapat dipahami. Komunikasi pemasaran meliputi tiga tujuan utama, yaitu untuk menyebarkan informasi (komunikasi informatif), mempengaruhi untuk melakukan pembelian atau menarik konsumen (komunikasi persuasif), dan mengingatkan khalayak untuk melakukan pembelian ulang (komunikasi mengingatkan kembali). Respon atau tanggapan konsumen sebagai komunikasi meliputi: 1. Efek kognitif, yaitu membentuk kesadaran informasi tertentu. 2. Efek afeksi, yakni memberikan pengaruh untuk melakukan sesuatu. Yang diharapkan adalah realisasi pembelian. 3. Efek konatif atau perilaku, yaitu membentuk pola khalayak menjadi perilaku selanjutnya. Yang diharapkan adalah pembelian ulang. Tujuan komunikasi dan respon khalayak berkaitan dengan tahap-tahap dalam proses pembelian yang terdiri atas: 1. Menyadari (awareness) produk yang ditawarkan. 2. Menyukai (interest) dan berusaha mengetahui lebih lanjut. 3. Mencoba (trial) untuk membandingkan dengan harapannya. 4. Mengambil tindakan (act) membeli atau tidak membeli. 19 5. Tindak lanjut (follow-up) membeli kembali atau pindah merek. Keterkaitan antara tujuan komunikasi, respon khalayak, dan tahap-tahap dalam proses pembelian dapat diringkas dalam Gambar 2.2. Gambar 2.2 Tujuan Komunikasi, Respon Khalayak, dan Proses Pembelian TUJUAN KOMUNIKASI RESPON KHALAYAK PROSES PEMBELIAN Informing Efek Kognitif Attention Persuasing Efek Afektif Interest Trial Act Reminding Efek Konatif Follow-up Sumber: Fandy Tjiptono, 2008:221 F. BAURAN PROMOSI Kotler (2005: 264-312), mengatakan bahwa unsur bauran promosi (promotion mix) terdiri atas lima perangkat utama, yaitu : 1. Advertising : merupakan semua penyajian non personal, promosi ide-ide, promosi produk atau jasa yang dilakukan sponsor tertentu yang dibayar. 2. Sales Promotion : berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa. 20 3. Public relation and publicity : berbagai program untuk mempromosikan dan/atau melindungi citera perusahaan atau produk individualnya. 4. Personal Selling : Interaksi langsung dengan calon pembeli atau lebih untuk melakukan suatu presentasi, menjawab langsung dan menerima pesanan. 5. Direct marketing : penggunaan surat, telepon, faksimil, e-mail dan alat penghubung nonpersonal lain untuk berkomunikasi secara dengan atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan calon pelanggan. 1. Periklanan (Advertising) Periklanan adalah fenomena bisnis modern. Tidak ada perusahaan yang ingin maju dan memenangkan kompetisi bisnis tanpa mengandalkan iklan. Demikian penting peran iklan dalam bisnis modern sehingga salah satu bentuk bonafiditas perusahaan terletak pada seberapa besar dana yang dialokasikan untuk iklan tersebut. Disamping itu, iklan merupakan jendela kamar dari sebuah perusahaan. Keberadaannya menghubungkan perusahaan dengan masyarakat, khususnya para konsumen. Iklan merupakan bagian dari pemasaran suatu produk (Tinarbuko, 2007:1) Periklanan menurut Kotler (2005:277) didefinisikan sebagai segala bentuk penyajian non-personal dan promosi ide, barang, atau jasa oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Grifin dan Ebert yang dikutip oleh 21 Soemanagara (2006:132) menyebutkan bahwa: ”Advertising is paid, nonpersonal communication used by an identified sponsor to inform an audience abaout product.” Artinya iklan adalah pembayaran, komunikasi non-personal yang digunakan untuk mengidentifikasikan sponsor untuk menginformasikan kepada pendengar tentang sebuah produk. Periklanan oleh Bovee dan Arens (1986:5) didefinisikan sebagai: ”Advertising is the personal communication of information ussualy paid for and ussualy persuasive in nature about products, services or ideaas by identified sponsors throught the variuos media.“ Artinya iklan adalah komunikasi non-personal mengenai informasi yang biasanya mengenai pembayaran dan biasanya bersifat persuasif yang alami mengenai produk, jasa atau ide yang diidentifikasi oleh sponsor melalui berbagai macam media. Institut Praktisi Periklanan Inggris (Jefkins, 1996:62) mendefinisikan bahwa periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya. Jefkins sendiri menyebutkan bahwa periklanan merupakan cara menjual produk melalui penyebaran informasi. b. Sifat Periklanan Menurut Fandy Tjiptono (2008:226) bahwa suatu iklan memiliki sifatsifat sebagai berikut: 22 1) Public Presentation Iklan memungkinkan setiap orang menerima pesan yang sama tentang produk yang diiklankan. 2) Pervasiveness Pesan iklan yang sama dapat diulang-ulang untuk memantapkan penerimaan informasi. 3) Amplified Expressiveness Iklan mampu mendramatisasi perusahaan dan produknya melalui gambar dan suara untuk menggugah dan mempengaruhi perasaan khalayak. 4) Impersonality Iklan tidak bersifat memaksa khalayak untuk memperhatikan dan menanggapinya, karena merupakan komunikasi yang monolog (satu arah). c. Fungsi-Fungsi Periklanan Beberapa fungsi dari periklanan menurut Basu Swastaha (1984:246) adalah: 1) Memberikan Informasi Periklanan dapat menambah nilai pada suatu barang dengan memberikan informasi kepada kunsumen. 2) Membujuk / Mempengaruhi Periklanan tidak hanya bersifat memberitahu saja, tetapi juga bersifat membujuk terutama kepada pembeli-pembeli potensial, dengan 23 menyatakan bahwa suatu produk adalah lebih baik daripada produk yang lain. 3) Menciptakan Kesan (Image) Dengan sebuah iklan, orang akan mempunyai suatu kesan tertentu tentang apa yang diiklankan. 4) Memuaskan Keinginan Periklanan merupakan salah satu alat komunikasi yang sangat efisien bagi para penjual. Mereka harus menggunakannya untuk melayani orang lain, masyarakat, dan mereka sendiri. 5) Periklanan Merupakan Alat Komunikasi Periklanan adalah suatu alat untuk membuka komunikasi dua arah antara penjual dan pembeli, sehingga keinginan mereka dapat terpenuhi dengan cara yang efisien dan efektif. 2. Promosi Penjualan (Sales Promotion) Promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera dan/atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan (Fandy Tjiptono, 2008:229). Meskipun menggunakan istilah ”promosi”, tetapi pengertian dari ”promosi penjualan” itu berbeda dengan ”promosi” itu sendiri. Promosi merupakan istilah yang menggambarkan suatu bidang yang luas, sedangkan promosi penjualan hanya merupakan satu bagian saja dari promosi. Jadi fungsi promosi penjualan adalah menghubungkan antara 24 periklanan, personal selling, dan alat promosi yang lain, juga melengkapi dan mengkoordinir beberapa bidang tersebut. Nickels (Basu Swastha, 1984:279), mendefinisikan promosi penjualan sebagai berikut: ”Promosi penjualan adalah kegiatan-kegiatan pemasaran selain personal selling, periklanan, dan publisitas, yang mendorong efektivitas pembelian konsumen dan pedagang dengan menggunakan alat-alat seperti peragaan, pameran, demonstrasi, dan sebagainya.” Melalui promosi penjualan, perusahaan dapat menarik pelanggan baru, mempengaruhi pelanggannya untuk mencoba produk baru, mendorong pelanggan membeli lebih banyak , menyerang aktifitas promosi pesaing, meningkatkan impulse buying (pembelian tanpa rencana sebelumnya), atau mengupayakan kerja sama yang lebih erat dengan pengecer. Menurut Fandy Tjiptono (2008:229) tujuan-tujuan tersebut dapat digeneralisasikan untuk : a. Meningkatkan permintaan dari para pemakai industrial dan/atau konsumen akhir. b. Meningkatkan kinerja pemasaran perantara. c. Mendukung dan mengkoordinasikan kegiatan personal selling dan iklan. Promosi penjualan yang dilakukan oleh penjual dapat dikelompokan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut : 25 a. Customer promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk merangsang/mendorong pelanggan untuk membeli. b. Trade promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk mendorong/merangsang pedagang grosir, pengecer, eksportir, dan importir untuk memperdagangkan barang/jasa dari sponsor. c. Sales-force promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk memotivasi armada penjual. d. Business promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk memperoleh pelanggan baru, mempertahankan kontak hubungan dengan pelanggan, memperkenalkan produk baru, menjual lebih banyak kepada pelanggan lama, dan ’mendidik’ pelanggan. 3. Public Relations Public relations atau hubungan masyarakat dapat didefinisikan sebagai fungsi manajemen yang memberikan penilaian tentang sikap masyarakat, identitas kebijaksanaan dan prosedur dari individu atau organisasi dengan keinginan masyarakat, dan melakukan program tindakan untuk mendapatkan pengertian serta pengakuan masyarakat (Basu Swastha, 1984:269). Public relations merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan tersebut (Tjiptono, 2008:230). Banyak pakar mendefinisikan pengertian public relations berdasarkan sudut pandang masing-masing. Jika ditinjau dari aspek manajemen, maka 26 public relations didefinisikan sebagai fungsi manajemen yang menilai sikap publik, menentukan kebijaksanaan seseorang atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan program kegiatan untuk mendapatkan dukungan publik. Berdasarkan definisi ini ada tiga sifat public relations yang utama. Pertama, kredibilitas tinggi, yaitu artikel dan berita di media massa lebih dipercaya daripada iklan. Kedua, offguard yakni public relations dapat menjangkau pihak-pihak yang menghindari wiraniaga atau iklan. Yang terakhir, dramatiziation yaitu public relations yang memiliki potensi untuk mendramatisasi suatu perusahaan atau produk tertentu (Tjiptono, 2008:230). Adapun kegiatan-kegiatan dari public relations menurut Fandy Tjiptono (2008: 230) yaitu meliputi beberapa hal berikut: a. Press Relations Tujuan hubungan dengan pers adalah untuk memberikan informasi yang pantas/ layak dimuat di surat kabar agar dapat menarik perhatian publik terhadap seseorang, produk, jasa, atau organisasi. b. Product Publicity Aktifitas ini meliputi berbagai upaya untuk mempublikasikan produkproduk tertentu. c. Corporate Communication Kegiatan ini mencakup komunikasi internal dan eksternal, serta mempromosikan pemahaman tentang organisasi. 27 d. Lobbying Lobbying merupakan usaha untuk bekerja sama dengan pembuat undang-undang dan pejabat pemerintah sehingga perusahaan mendapatkan informasi-informasi penting yang berharga. Bahkan kadangkala juga dimaksudkan untuk mempengaruhi keputusan yang akan diambil. e. Counselling Aktifitas ini dilakukan dengan jalan memberi saran dan pendapat kepada manajemen mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan publik dan mengenai posisi serta citra perusahaan. 4. Publisitas (Publicity) Publisitas adalah bentuk penyajian dan penyebaran ide, barang dan jasa secara non personal. Publisitas merupakan pemanfaatan nilai-nilai berita yang terkandung dalam suatu produk untuk membentuk citra produk yang bersangkutan (Tjiptono, 2008:228). Menurut Basu Swastha (1984:273) publisitas dapat didefinisikan sebagai sejumlah informasi tentang seseorang, barang, atau organisasi yang disebarluaskan ke masyarakat melalui media tanpa dipungut biaya, atau tanpa pengawasan dari sponsor. Publisitas merupakan pelengkap yang efektif bagi alat promosi yang lain seperti periklanan, personal selling, dan promosi penjualan. Biasanya, media bersedia mempublisitaskan suatu cerita apabila materinya dirasa cukup menarik atau patut dijadikan berita. Pada garis 28 besarnya publisitas menurut Basu Swastha (1984: 276) dapat dibagi ke dalam dua kriteria, yakni : a. Publisitas Produk (Product Publicity) Publisitas produk adalah publisitas yang ditujukan untuk menggambarkan atau masyarakat/konsumen untuk tentang memberitahu suatu produk kepada beserta penggunaannya. Istilah ”produk” sebenarnya tidak berarti barang saja, tetapi juga orang, dan tempat. b. Publisitas Kelembagaan (Institutional Publicity) Publisitas kelembagaan adalah publisitas yang menyangkut tentang organisasi pada umumnya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dipublisitaskan disini tentunya berupa kegiatan yang dianggap pantas untuk dijadikan berita. Misalnya kegiatan sehari-hari dari sebuah organisasi, termasuk pergantian pimpinan, usaha pengawasan polusi, musibah yang dialami organisasi tersebut, dan sebagainya. 29 5. Penjualan Personal (Personal Selling) Personal selling adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka kemudian akan mencoba dan membelinya (Tjiptono, 2008:224). Personal selling merupakan salah satu metode promosi untuk mencapai tujuan tersebut, dan usaha ini memerlukan lebih banyak tenaga kerja atau tenaga penjualan. William G. Nickels (Basu Swastha, 1984:260), mendefinisikan personal selling ini sebagai berikut : ”Personal selling adalah interaksi antar individu, saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai, mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain”. Jadi personal selling merupakan komunikasi orang secara individual, lain halnya dengan periklanan dan kegiatan promosi lain yang komunikasinya bersifat massal dan tidak bersifat pribadi. Dalam operasinya personal selling lebih fleksibel dibandingkan dengan yang lain. Hal ini disebabkan karena tenaga-tenaga penjualan tersebut dapat secara langsung mengetahui keinginan, motif dan perilaku konsumen; dan sekaligus dapat melihat reaksi konsumen, sehingga mereka langsung dapat mengadakan penyesuaian seperlunya. Menurut Fandy Tjiptono (2008: 224) sifat-sifat personal selling adalah: 30 a. Personal confrontation, yaitu adanya hubungan yang hidup, langsung, dan interaktif antara 2 orang atau lebih. b. Cultivation, yaitu sifat yang memungkinkan berkembangnya segala macam hubungan, mulai dari sekedar jual beli sampai dengan suatu hubungan yang lebih akrab c. Response, yaitu situasi yang seolah-olah mengharuskan pelanggan untuk mendengar, memperhatikan, dan menanggapi. Oleh karena sifat-sifat dari personal selling tersebut maka metode ini mempunyai kelebihan yaitu operasinya lebih fleksibel karena penjual dapat mengamati reaksi pelanggan dan menyesuaikan pendekatannya, usaha yang sia-sia dapat diminimalkan, pelanggan yang berminat biasanya langsung membeli, dan penjual dapat membina hubungan jangka panjang dengan pelanggannya. Menurut Fandy Tjiptono (2008:224) aktifitas personal selling memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: 1. Prospecting, yaitu mencari pembeli dan menjalin hubungan dengan mereka. 2. Targeting, yaitu mengalokasikan kelangkaan waktu penjual demi pembeli. 3. Communicating, yaitu memberi informasi mengenai produk perusahaan kepada pelanggan. 31 4. Selling, yakni mendekati, mempresentasikan dan mendemonstrasikan, mengatasi penolakan, serta menjual produk kepada pelanggan. 5. Servicing, yakni memberikan berbagai jasa dan pelayanan kepada pelanggan. 6. Information gathering, yakni melakukan riset dan intelijen pasar. 7. Allocating, yaitu menentukan pelanggan yang akan dituju. Penjual yang ditugaskan untuk melakukan personal selling harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut (Tjiptono, 2008: 224) : 1. Salesmanship Penjual harus memiliki pengetahuan tentang produk dan menguasai seni menjual, seperti cara mendekati pelanggan, memberikan presentasi dan demonstrasi, mengatasi penolakan pelanggan, dan mendorong pembelian. 2. Negotiating Penjual harus mempunyai kemampuan untuk bernegosiasi tentang syarat-syarat penjualan. 3. Relationship marketing Penjual harus tahu cara membina dan memelihara hubungan baik dengan para pelanggan. Berdasarkan tugas dan posisinya, penjual dapat diklasifikasikan menjadi enam macam tipe (Tjiptono, 2008: 224-225), yaitu : 32 1. Deliverer (driver sales person), yaitu penjual yang tugas utamanya mengantar produk ke tempat pembeli. 2. Order getter, yaitu penjual yang mencari pembeli atau mendatangi pembeli (sifat kerjanya di luar). 3. Order taker, yaitu penjual yang melayani pelanggan di dalam outlet (sifat kerjanya di dalam). 4. Missionary sales people (merchandiser, retailer), yaitu penjual yang ditugaskan untuk mendidik/melatih wiraniaga goodwill dengan pelanggan atau calon pelanggan. Misalnya melatih wiraniaga perantara, menjelaskan program promosi perusahaan kepada perantara. 5. Technical specialist (technician), yaitu penjual yang harus memiliki atau memberikan pengetahuan teknis kepada pelanggan. 6. Demand creator, yaitu penjual yang harus memiliki kreativitas dalam menjual produk (tangible dan intangible). 6. Customer Service Pelayanan pelanggan (Customer Service) merupakan pokok dalam persaingan antara perusahaan juga merupakan suatu kegiatan perusahaan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan kualitas jasa. Dalam memasarkan produk baik barang maupun jasa pelayanan terhadap konsumen menjadi bagian penting karena konsumen akan dapat menilai kinerja dari perusahaan. Dengan memberikan pelayanan yang maksimal 33 oleh bagian Customer Service diharapkan konsumen dapat membentuk image positif terhadap citra perusahaan. a. Pengertian Customer Service Untuk memperjelas pengertian Customer Service, maka dikutip beberapa definisi menurut beberapa ahli sebagai berikut: Definisi Pelayanan Pelanggan (Customer Service) menurut A.S. Moenir (2001:26) : ”Pelayanan Pelanggan adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang landasan faktor materialnya melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai hak-haknya”. Definisi Customer Service menurut Rambat Lupiyoadi (2006:139): ”Customer Service merupakan aktifitas di seluruh area bisnis yang berusaha mengkombinasikan antara penjualan jasa untuk memenuhi kepuasan konsumen mulai dari pemesanan, pemprosesan, hingga pemberian hasil jasa melalui komunikasi demi mempererat kerjasama dengan konsumen”. Dari beberapa definisi mengenai Customer Service di atas, maka dapat dikatakan bahwa Customer Service adalah kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan kegunaan dari suatu barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan agar tercapainya kepuasan konsumen serta terciptanya hubungan yang harmonis diantara keduanya 34 b. Prinsip-Prinsip Customer Service Ada beberapa prinsip pelayanan yang bisa dijadikan sebagai acuan menurut Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2007:21), sebagai berikut: 1) Kesederhanaan Prosedur pelayanan tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan. 2) Kejelasan Kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal: a) Persyaratan teknis dan administratif pelayanan. b) Unit kerja yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaannya. c) Rincian biaya pelayanan dan tata cara pembayaran 3) Kepastian Waktu Pelaksanaan pelayanan dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. 4) Akurasi Produk pelayanan diterima dengan benar, tepat, dan sah. 5) Keamanan Proses dan produk pelayanan memberikan rasa aman dan kepastian hukum. 6) Tanggung Jawab 35 Pimpinan penyelenggara pelayanan yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan persoalan dalam pelaksanaan pelayanan. 7) Kelengkapan Sarana dan Prasarana Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasai dan informatika(telematika). 8) Kemudahan Akses Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika. 9) Kedisiplinan, Kesopanan, dan Keramahan Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas. 10) Kenyamanan Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lainlain. 36 G. KERANGKA PEMIKIRAN Pulau Umang Resort & SPA Pulau Umang Resort & SPA, yang berlokasi di Desa Sumur, Pandeglang-Banten merupakan suatu resort dalam kawasan Remote Area yang memiliki keindahan alam dan panorama yang sangat istimewa. Jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Pulau Umang Resort & SPA belum mencapai target yang ditetapkan oleh pihak manajemen Pulau Umang Resort & SPA yaitu 30% dari jumlah kunjungan wisatawan tahun sebelumnya. Oleh sebab itu diperlukan suatu penelitian yang dapat memberikan referensi dalam upaya peningkatan kunjungan wisatawan ke Pulau Umang Resort & SPA. Komunikasi Pemasaran Advertising Feedback Sales Promotion Publicity Public Relations Personal Selling Pengembangan Kegiatan Promosi di Pulau Umang Resort & SPA Implementasi Komunikasi Pemasaran Pada Promosi Dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Ke Pulau Umang Resort & SPA Customer Service