TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kelapa sawit memiliki sistem perakaran serabut, yang terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuarterner. Akar primer umumnya 6-10 mm, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal ke dalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang diameternya 2-4 mm. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0,7-1,2 mm dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuaterner. Akar kuarterner tidak mengandung lignin, panjangnya hanya 1-4 mm dengan diameter 0,1-0,3 mm (Pahan, 2008). Pohon kelapa sawit tumbuh tegak lurus tidak bercabang. Setiap tahun batang kelapa sawit bertambah panjang 35–45 cm. Semakin lambat pertambahan panjang batang kelapa sawit, semakin baik. Hal ini akan memudahkan perawatan, terutama untuk memanen buah dan memperpanjang masa produktifnya. Salah satu kriteria tanaman kelapa sawit unggul adalah jika pertambahan tinggi batangnya kurang dari 40 cm/tahun (Hadi, 2004). Daun dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan, biasanya akan tumbuh dua lembar daun. Pertumbuhan daun awal dan daun berikutnya akan membentuk sudut 1350. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Anak daun pada daun normal berjumlah 80-120 lembar (Sastrosayono, 2003). Tanaman kelapa sawit di lapangan mulai berbunga pada umur 12–14 bulan, sebagian dari tandan bunga akan gugur (aborsi) sebelum atau sesudah antesis. Kelapa sawit adalah tumbuhan berumah satu, artinya karangan Universitas Sumatera Utara bunga jantan dan betina berada pada satu pohon, tetapi tempatnya berbeda (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg. Tanaman kelapa sawit mulai berbuah saat berumur 18 bulan setelah tanam, tetapi kadar minyaknya masih sedikit dan persentase limbahnya banyak. Karena itu di perkebunan kelapa sawit, bungabunga yang tumbuh pada tanaman muda akan dibuang (kastrasi) agar tidak menjadi buah (Sastrosayono, 2003). Biji terdiri atas cangkang, embrio dan inti atau endosperm. Embrio panjangnya 3 mm berdiameter 1,2 mm berbentuk silindris seperti peluru dan memiliki 2 bagian utama. Bagian yang tumpul permukaannya berwarna kuning dan bagian lain agak tajam berwarna putih (Lubis, 2008). Syarat Tumbuh Iklim Tanaman kelapa sawit praktis berproduksi sepanjang tahun sehingga membutuhkan suplai air relatif sepanjang tahun pula. Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu jumlah curah hujan tahunan (mm) dan distribusi curah hujan bulanan. Curah hujan yang ideal berkisar 2.000–3.500 mm/tahun yang merata sepanjang tahun dengan minimal 100 mm/bulan, di luar kisaran tersebut tanaman akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan berproduksi. Curah hujan antara 1700–2.500 dan 3.500–4.000 tanaman akan mengalami sedikit hambatan. Di lokasi dengan curah hujan kurang dari 1.450 mm/tahun dan lebih dari 5.000 mm/tahun sudah tidak sesuai untuk sawit. Rendahnya curah hujan tahunan berkaitan dengan defisit air dalam jangka waktu relatif lama sedangkan Universitas Sumatera Utara curah hujan yang tinggi berkaitan dengan rendahnya intensitas cahaya (Allolerung dkk., 2010). Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7 jam/hari. Tanaman ini memerlukan temperatur optimal 24-28o C. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1-500 m dpl (di atas permukaan laut). Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit sekitar 80 - 90%. (BPPT, 2008). Kecepatan angin 5-6 km/jam, sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru doyong atau miring (Lubis, 2008). Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena merupakan salah satu syarat mutlak bagi terjadinya proses fotosintesis. Untuk pertumbuhan kelapa sawit yang optimal diperlukan sekurang-kurangnya 5 jam penyinaran per hari sepanjang tahun. Meskipun sebaiknya selama beberapa bulan terdapat 7 jam penyinaran per hari, tetapi statistik menunjukkan bahwa diberbagai wilayah kelapa sawit yang lama penyinarannya di luar batas-batas tersebut dapat diperoleh produktivitas yang memadai juga (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Tanah Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0-5,5. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15o (Kiswanto dkk., 2008). Universitas Sumatera Utara Sifat fisik tanah yang dikehendaki tanaman kelapa sawit adalah solum yang dalam, lebih dari 80 cm. Solum yang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik. Tekstur lempung atau lempung berpasir dengan komposisi 20-60% pasir, 10-40 % lempung dan 20-50 % liat. Struktur perkembangannya kuat, konsistensinya gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang (Lubis, 2008). Kedalaman air tanah merupakan faktor yang sangat penting, karena berkaitan dengan kebutuhan air jika terjadi kemarau panjang. Jika kekurangan air, kelapa sawit akan mengalami stres, ditandai dengan meningkatnya jumlah bunga jantan dan menurunnya bunga betina yang dihasilkan. Sebaiknya jika kedalaman air tanah terlalu dangkal, akar kelapa sawit akan selalu tergenang sehingga perkembangan akar dan aerasi menjadi buruk (Hadi, 2004). Pembibitan Kelapa Sawit Pembibitan pada perkebunan kelapa sawit merupakan kegiatan menanam kecambah pada suatu media tanam (tanah dalam polibag), sehingga bibit tersebut siap untuk ditanam secara permanen di areal perkebunan (setelah bibit berumur 12 bulan). Pembibitan pada perkebunan kelapa sawit pada umumnya dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama disebut pre nursery dan tahap kedua disebut main nursery (Hadi, 2004). Pembibitan dua tahap terdiri atas pembibitan pendahuluan (pre nursery) dalam kantong plastik kecil hingga bibit berumur 3 – 4 bulan baru dilanjutkan dalam pembibitan utama (main nursery) menggunakan kantong plastik besar hingga bibit berumur 10 – 14 bulan. Sedangkan pembibitan satu tahap, kecambah Universitas Sumatera Utara langsung ditanam dalam kantong plastik besar hingga umur siap dipindahkan ke lapang (Allurerung dkk., 2010). Keuntungan dari sistem pembibitan dua tahap adalah : a. Karena ditanam dalam kantong kecil, bibit tahap awal terkumpul dalam satu satuan luas yang lebih kecil, sehingga memudahkan pengawasan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit. b. Penggunaan kantong plastik besar lebih sedikit karena seleksi awal (sekitar 10%) telah dilakukan, dan lama pembibitan dalam kantong plastik besar lebih singkat. c. Kebutuhan tanah lebih sedikit. d. Biaya penyiraman lebih murah. (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Pembibitan pendahuluan (Pre Nursery) dapat dilakukan dengan menanam kecambah di atas bedengan atau di dalam kantong plastik kecil. Penggunaan bedengan tidak dianjurkan karena pemeliharaan lebih sulit dan seleksi bibit tidak bisa intensif serta banyak bibit yang rusak pada saat pemindahan ke kantong plastik besar (Allolerung dkk., 2010). Lokasi pembibitan harus memenuhi syarat yaitu dekat dengan sumber air, letaknya tidak jauh dari lokasi penanaman karena biaya angkutan bibit mahal, areal datar dan mudah dipasang instalasi air, dekat kantor dan pemukiman supaya mudah pengawasannya, keamanan terjamin dan bebas dari gangguan binatang serta jauh dari sumber hama dan penyakit (Sastrosayono, 2003). Universitas Sumatera Utara Kompos Sampah Pasar Sampah adalah hasil aktivitas manusia maupun alam yang sudah tidak digunakan lagi karena sudah diambil unsur dan fungsi utamanya. Setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Sumber sampah bisa berasal dari rumah tangga, pertanian, perkantoran, perusahaan, rumah sakit, pasar dan berbagai kegiatan lainnya. Salah satu upaya mengatasi permasalahan sampah adalah dengan melakukan daur ulang sampah organik dengan proses pengomposan. Pengomposan merupakan suatu teknik pengolahan limbah padat yang mengandung bahan organik biodegradable (dapat diuraikan mikroorganisme). Selain menjadi pupuk organik, kompos juga dapat memperbaiki struktur tanah, memperbesar kemampuan tanah dalam menyerap air dan menahan air serta zat-zat hara lain. Pengomposan alami membutuhkan waktu yang relatif lama, yaitu sekitar 2-3 bulan bahkan 6-12 bulan. Pengomposan dapat berlangsung dengan fermentasi yang lebih cepat dengan bantuan effective innoculant atau aktivator (Agustina, 2013). Kompos dapat menambah kandungan bahan organik dalam tanah yang dibutuhkan tanaman. Bahan organik yang terkandung dalam kompos dapat mengikat partikel tanah. Ikatan partikel tanah ini dapat meningkatkan penyerapan akar tanaman terhadap air, mempermudah penetrasi akar pada tanah, dan memperbaiki pertukaran udara dalam tanah, sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman (Sriharti dan Salim, 2010). Pengaruh penambahan bahan organik terhadap pH tanah dapat meningkatkan atau menurunkan pH tanah tergantung oleh tingkat kematangan Universitas Sumatera Utara bahan organik yang kita tambahkan dan jenis tanahnya. Penambahan bahan organik yang belum masak (misal pupuk hijau) atau bahan organik yang masih mengalami proses dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah, karena selama proses dekomposisi akan melepaskan asam-asam organik yang menyebabkan menurunnya pH tanah. Sebaliknya apabila bahan organik yang diaplikasikan telah terdekomposisi lanjut (matang), maka pH tanah akan meningkat karena bahan organik yang telah termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kation-kation basa (Atmojo, 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan antara lain: rasio C/N, ukuran partikel, aerasi, porositas, kandungan air, suhu, pH, kandungan hara, dan kandungan bahan-bahan berbahaya. Aspek/manfaat kompos bagi tanah dan tanaman : 1. Meningkatkan kesuburan tanah, 2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah, 3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah, 4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah, 5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen), 6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman, 7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman, 8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah (Isroi, 2006). Hasil analisis kompos sampah pasar oleh Berutu (2009) menunjukkan bahwa jumlah kandungan hara Nitrogen adalah 1,69%, Fosfat 0,34 % dan Kalium 2,81 %. Dengan kata lain, 100 kg kompos setara dengan 1,69 kg urea, 0,34 kg SP 36 dan 2,81 kg KCL. Pupuk NPKMg Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur pupuk. Pupuk majemuk dibedakan lagi menjadi pupuk majemuk tak lengkap dan Universitas Sumatera Utara pupuk majemuk lengkap. Pupuk majemuk tak lengkap terdiri dari kombinasi berikut : Pupuk NP, Pupuk NK, Pupuk PK. Pupuk majemuk lengkap adalah pupuk yang mengandung tiga unsur pupuk yaitu NPK (Damanik dkk., 2011). Unsur hara utama dalam pemupukan tanaman perkebunan meliputi N, P , K, Mg. Masing-masing unsur hara diharapkan cukup tersedia di dalam tanah, apabila ketersediaan unsur hara di dalam tanah rendah, dapat menyebabkan tanaman mengalami gejala defisiensi atau kekahatan unsur hara (Mangoensoekarjo, 2007). Unsur N merupakan unsur utama penyusun biomassa berperan di dalam merangsang pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, dll (Mangoensoekarjo dan Semangun 2003). Unsur N diperlukan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman seperti pembentukan tunas atau perkembangan batang dan daun (Novizan, 2005). Damanik dkk. (2011) juga menyatakan bahwa pengaruh N meningkatkan bagian protoplasma sehingga mengakibatkan terjadi peningkatan ukuran sel batang maupun daun.Unsur N adalah penyusun utama biomassa tanaman muda. Unsur Fosfat (P) pada tanaman berfungsi untuk merangsang pembentukan akar dan memperkuat batang agar tidak mudah roboh serta unsur P dapat memacu pertumbuhan akar karena ketersediaan unsur P akan meningkatkan laju fotosintesis (Hasibuan 2011). Kalium diperlukan dalam proses membuka dan menutup stomata daun sehingga kekahatan hara K sangat nampak pada musim kemarau. Unsur K berperan pada pengangkutan hasil-hasil fotosintesis, mengaktifkan enzim dan melakukan sintesis minyak. Pada tanaman kelapa sawit unsur hara K berpengaruh Universitas Sumatera Utara terhadap jumlah dan ukuran tandan buah, dan berperan untuk ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit (Mangoensoekarjo, 2007). Magnesium adalah penyusun utama dari klorofil. Setiap molekul klorofil mengandung satu atom magnesium. Klorofil membuat daun berwarna hijau, oleh karena itu tidak akan ada tanaman berwarna hijau tanpa adanya cukup magnesium di tubuh tanaman. Takaran magnesium dalam klorofil tidak melebihi seperempat takaran total daunnya. Hal ini mempunyai arti bahwa adanya fungsi lain dari magnesium selain sebagai penyusun klorofil (Damanik dkk., 2011). Ketersediaan unsur hara yang cukup bagi tanaman akan menyebabkan pertumbuhan tanaman yang optimal. Pertumbuhan sebagai proses diferensiasi yang bersifat progresif dan dinyatakan dalam tinggi tanaman, diameter batang atau seluruh organ tanaman seperti berat kering tanaman (Damanik dkk., 2011). Agustina (1990) juga menyatakan bahwa penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih hasil maksimum dengan hasil aktual. Hasil maksimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi tarafnya karena makin tinggi taraf, maka hasil justru menurun. Universitas Sumatera Utara