Preferensi Pemilihan Jenis Investasi Profesional

advertisement
FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 103-108
103
Preferensi Pemilihan Jenis Investasi Profesional Muda di
Surabaya
David Rudyanto
Program Manajemen, Program Studi Manajemen Keuangan
Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail: [email protected]
Abstrak—Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
ada hubungan antara faktor demografi dengan preferensi
pemilihan jenis investasi profesional muda di Surabaya. Hasil
penelitian ini diharapkan menjadi referensi profesional muda
ketika memilih jenis investasi. Teknik analisa yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisa crosstabulation dengan
analisa chi-square untuk mengetahui hubungan antara faktor
demografi dan jenis investasi yang dipilih oleh profesional
muda di Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukkan faktor
demografi yang berhubungan dengan jenis investasi yaitu
variabel demografi jenis kelamin, status pernikahan,
pendidikan, pekerjaan dan pendapatan yang berhubungan
dengan jenis investasi yang dipilih.
Kata Kunci—Faktor Demografis, Profesional Muda, dan
Jenis Investasi.
Abstract-This study was conducted to determine whether there is
a relationship between demographic factors in the selection of
the type of investment preferences of young professionals in
Surabaya. The results of this study are expected to be a
references for young professional when choosing the type of
investment. Analysis techniques used in this research is the
analysis of crosstabulation with chi-square analysis to determine
the relationship between demographic factors and the type of
investment chosen by young professionals in Surabaya. The
results of this study indicate that demographic factors are
associated with this type of investment which are demographic
variables gender, marital status, education, occupation and
income related to the type of investment chosen.
Keyword- Demographics Factor, Young Professionals, and
Investment Type.
1. PENDAHULUAN
Globalisasi menimbulkan banyak efek dalam kehidupan
bermasyarakat, salah satunya kebutuhan akan barang dan
jasa. Kebutuhan yang semakin meningkat menyebabkan
setiap orang termotivasi untuk mengumpulkan sejumlah
dana yang akan digunakan dalam jangka panjang. Hal itu
dilakukan untuk menunjang kehidupan seseorang dalam
mengantisipasi berbagai kondisi yang akan terjadi dimasa
mendatang. Dengan meningkatnya kebutuhan yang di
dukung oleh jumlah tenaga kerja produktif yang memadai,
secara tidak langsung akan berdampak terhadap peningkatan
standar hidup di suatu negara. Kebanyakan tenaga yang
produktif merupakan profesional muda.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gottlieb
dan Michael (2003) di Milwauke, United States, usia
profesional muda dikategorikan antara 25 – 34 tahun. Dari
penelitian tersebut, usia 25 – 34 tahun sebagian besar 25%
populasi yang ada di Milwauke. Selain itu, orang dengan
usia 25 – 34 tahun cenderung memiliki level edukasi yang
tinggi dengan 33,8% memiliki tingkat edukasi minimal
sebagai college graduate. Profesional muda dengan usia 25
– 34 tahun juga cenderung memulai atau mengatur sebuah
bisnis baru dengan presentase sebesar 17,3%. Dan bagi
profesional muda, adanya dukungan sosial, popularitas,
pemilihan teman hidup akan berdampak positif bagi
peningkatan karirnya. Peningkatan karir mendukung
kehidupan sosial – ekonomi manusia, sehingga akan
mendorong seseorang untuk mencapai standar hidup yang
telah ditetapkan. Selain itu, tingkat pendidikan profesional
muda yang semakin baik, diikuti dengan tingkat pekerjaan,
tentu membuat seorang profesional muda lebih efektif dalam
mengelola dana yang dimilikinya.
Profesional muda tentu saja mempunyai pola pikir dan
wawasan yang lebih terbuka, dikarenakan mereka memiliki
ruang lingkup yang lebih luas dan bervariasi dalam
pergaulan dan memperhatikan faktor gengsi, sehingga
mereka mengeluarkan banyak dana untuk memenuhi
kebutuhannya. Begitu juga yang terjadi di Surabaya.
Menurut Badan Statistik Indonesia (2014), tenaga kerja
produktif berusia 25 – 34 tahun yang termasuk dalam
kategori profesional muda di Surabaya berjumlah 6.004.966
juta jiwa. Profesional muda Surabaya dengan jumlah
tersebut secara umum bekerja sebagai karyawan, manajer,
administrator dan sektretaris yang memiliki soft skill yang
baik, kepandaian khusus, kemampuan berbahasa, personal
branding (citra diri), reputasi yang baik, serta manajemen
waktu dengan baik (“Profesi Profesional Muda Surabaya”,
2011, November).
Keberhasilan profesional muda di Surabaya ditentukan
juga oleh karateristik demografi seperti jenis kelamin, status
pernikahan, jumlah anggota keluarga, mempengaruhi
profesional muda dalam melakukan investasi. Berikut ini
adalah beberapa hasil bukti empiris penelitian sebelum
menunjukkan bahwa: (1) Wanita mempunyai toleran risiko
yang lebih rendah daripada laki-laki; (2) Semakin banyak
anggota keluarga maka semakin rendah toleransi terhadap
risiko; (3) Individu tidak kawin lebih toleran risiko daripada
individu menikah; (4) Orang-orang yang bekerja di bidang
pekerjaan profesional cenderung lebih menghindari risiko
daripada yang di non-profesional pekerjaan; (5) Individu
bekerja mandiri lebih toleran risiko dari mereka yang
dipekerjakan oleh orang lain; (6) Toleransi risiko meningkat
seiring dengan pendapatan; (7) Toleransi risiko meningkat
seiring dengan pendidikan. Menurut Weston dan Copeland
(1995) ada beberapa sikap investor dalam menghadapi risiko
yaitu menghindari risiko (conservative), atau netral
(moderate), dan menyukai risiko (aggresive).
Berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan
Kota Surabaya (2013), pertumbuhan ekonomi di Surabaya
terus mengalami pertumbuhan dari tahun 2009 sebesar
5,53% dan terus meningkat di tahun 2010 mencapai 7,09%
FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 103-108
hingga tahun 2011 mencapai angka 7,52%. Pertumbuhan
ekonomi juga di dukung oleh adanya peningkatan jumlah
investasi di kota Surabaya, dari data Badan Koordinasi
Pelayanan dan Penanaman Modal Kota Surabaya (2011),
total investasi pada tahun 2009 sebesar 567,11 miliar
Rupiah, dan mengalami peningkatan pada tahun 2010
sebesar 1207,32 miliar Rupiah, meskipun pada tahun 2011
mengalami penurunan menjadi 748,13 miliar Rupiah tetapi
kembali meningkat lagi pada tahun 2012 menjadi 4695,08
miliar Rupiah, sehingga dapat disimpulkan bahwa total
investasi di Surabaya cenderung mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun.
Peningkatan investasi tersebut mendapat perhatian dari
profesional muda di Surabaya. Cara hidup masyarakat yang
telah berubah dan kebutuhan semakin berkembang, serta
adanya inflasi juga membuat harga-harga berubah dan
cenderung naik, sehingga seorang profesional muda sendiri
tidak dapat menabung dengan presentase yang sangat besar
untuk memperoleh simpanan dana yang dapat menjamin di
masa mendatang. Cara yang paling tepat adalah dengan
melakukan investasi. Ada beberapa bentuk investasi seperti
deposito, reksa dana, emas atau asuransi atau juga properti
dan saham. Investor pemula di Surabaya dengan usia yang
masih cukup muda melirik saham sebagai bentuk investasi
yang menarik. Tetapi meskipun menarik sebagai lahan
investasi, tetap saja banyak investor yang tidak berminat
berinvestasi saham dikarenakan terbatasnya pengetahuan
soal saham dan ketidak percayaan investor yaitu takut akan
risiko (“Ingin Investasi Saham”, 2013, November). Oleh
karena itu profesional muda sebagai investor harus berhatihati dalam mengambil sebuah keputusan dalam berinvestasi .
Preferensi pemilihan jenis investasi profesional muda,
memerlukan asset allocation, sehingga dapat mengetahui
pilihan jenis investasi dari investor yaitu low risk asset
seperti reksa dana pasar uang dan deposito, moderate risk
asset seperti obligasi, reksa dana pendapatan tetap dan
properti dan high risk asset seperti reksa dana saham dan
saham (Reilly dan Brown, 2006; Manurung dan Lutfi, 2009;
Madura, 2011).
Keputusan pemilihan jenis investasi harus memperhatikan
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut sering menjadi
pemicu para peneliti maupun praktisi dari berbagai institusi,
baik institusi pendidikan atau perusahaan. Institusi tersebut
tertarik untuk mempelajari dan menelitinya, sehingga
menghasilkan sebuah studi kasus yang menarik dipecahkan
dan ditemukan solusinya. Menentukan strategi investasi
yang baik akan menguntungkan para investor kedepannya.
Dalam berinvestasi, hubungan antara return dan risiko yang
diterima investor bersifat searah (linier), sehingga untuk
mendapatkan return yang tinggi dengan harapan tingkat
risiko yang minimal sangatlah kecil kemungkinannya.
Investor yang rasional tentu mengharapkan return tertentu
dengan tingkat risiko yang lebih kecil atau mengharapkan
return yang tinggi dengan risiko tertentu.
2. TEORI PENUNJANG
Profesional muda adalah individu yang bekerja dalam
karir yang dianggap sudah terdidik dan yang berada dalam
kelompok usia tertentu. Gagasan profesional muda berfokus
pada orang-orang muda yang ingin memiliki semuanya,
kerja keras baik di tempat kerja dan hal lain sebagai
pentingnya untuk mencapai suatu tujuan, dan berusaha untuk
tidak mendefinisikan nilai mereka yang didasarkan pada satu
104
komponen tertentu (Wisegeek, 2003). Profesional muda saat
ini masih memiliki gaya hidup tingkat menengah ke atas
dengan pendapatan di atas Rp10.000.000.
Terdapat faktor demografi yang berhubungan dengan
pertimbangan keputusan investasi. Jika dilihat dari faktor
demografi, terdapat jenis kelamin, status pernikahan, jumlah
anggota keluarga, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
Setiap orang yang melakukan investasi memiliki sikap
terhadap risiko yang berbeda-beda. Menurut Weston dan
Copeland (1995) terdapat tiga jenis perilaku investor
terhadap risiko, yaitu conservative (risk averter), moderate
(risk indifference), dan aggresive (risk seeker).
Menurut Tandelilin (2001, p.3), investasi adalah
komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan dimasa yang akan datang. Investasi dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu real asset dan financial
asset.
Dalam
pemilihan
jenis
investasi
perlu
mempertimbangkan asset allocation yaitu low risk asset
(Reksa Dana Pasar Uang/RDPU dan Deposito), moderate
risk asset (Obligasi, Reksa Dana Pendapatan Tetap/RDPT,
dan Properti) dan high risk asset (Reksa Dana Saham/RDS
dan Saham).
Didalam berinvestasi juga terdapat proses keputusan
investasi yang terbaik. Menurut Sharpe (2005), beberapa
proses tersebut yaitu (1) menentukan kebijakan investasi,
(2) melakukan analisa sekuritas, dan (3) membentuk
portofolio.
Tujuan
seseorang
dalam
berinvestasi
adalah
memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor risiko
investasi yang harus dihadapinya. Return adalah salah satu
faktor yang memotivasi investor berinteraksi dan juga
merupakan imbalan atas keberanian investor dalam
menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya.
Sedangkan Menurut Reilly dan Brown (2003, p.10), risiko
adalah Risk is the uncertainly that an investment will earn
its expecied rate of return.
Barber dan Odean (2001) memberikan bukti empiris
bahwa pria lebih berani menanggung risiko dalam
melakukan investasi dibanding wanita. Pria yang lebih
berani menanggung risiko tersebut akan cenderung
berinvestasi pada high risk asset seperti reksa dana saham
(Manurung dan Lutfi, 2009) dan saham (Reilly dan Brown,
2006). Wood dan Zaichkowsky (2004) memperoleh bukti
bahwa investor pria lebih toleran terhadap risiko dibanding
investor wanita. Investor wanita lebih conservative dalam
investasi jangka panjang, sehingga lebih cenderung
berinvestasi pada low risk asset seperti reksa dana pasar
uang (Manurung dan Lutfi, 2009) dan deposito (Reilly dan
Brown, 2006).
Marie, Edward, dan Prakash (2007) menemukan bahwa
wanita cenderung menghindari risiko (Risk averter), karena
beberapa sebab yaitu usia yang semakin bertambah (diatas
40 tahun) dengan status menikah dan memiliki tingkat
pendapatan dibawah $75.000 yang bekerja di institusi
pemerintah atau swasta. Kondisi wanita tersebut akan
cenderung memilih jenis investasi yang low risk asset seperti
reksa dana pasar uang (Manurung dan Lutfi, 2009) dan
deposito (Reilly dan Brown, 2006).
Investor yang berusia muda dan memiliki pendapatan
lebih tinggi cenderung memiliki portofolio saham yang lebih
berfluktuasi (Barber dan Odean, 2001; Schooley dan
Worden, 1999). Semakin tinggi tingkat pendapatan dan
FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 103-108
tingkat pendidikan investor, semakin tinggi toleransinya
terhadap risiko (Bhandari dan Deaves, 2006; Lewellen,
Lease, dan Schlarbaum, 1977; Schooley dan Worden, 1999).
Lewellen, Lease dan Schlarbaum (1977) juga
mengungkapkan bahwa semakin banyak anggota keluarga
maka semakin rendah toleransi investor terhadap risiko.
Investasi yang cocok dengan kondisi tersebut adalah
investasi berisiko rendah yang dilindungi oleh pemerintah
seperti deposito (Anspach, 2012).
Dalam konteks pilihan investasi, investor yang berusia
muda, yang memiliki pendapatan lebih tinggi, yang
pendidikannya lebih tinggi dan yang jumlah anggota
keluarganya lebih sedikit cenderung akan memilih alternatif
jenis investasi yang lebih berisiko dan memberikan potensi
keuntungan yang lebih besar, sebagai contoh cenderung
lebih menyukai saham dibanding deposito atau obligasi
(Cahyadi, 2010). Sehingga dapat dikatakan bahwa investor
yang memiliki pendapatan tinggi, tingkat pendidikan yang
tinggi, dan anggota keluarga lebih sedikit akan cenderung
memilih investasi yang high risk asset seperti reksa dana
saham (Manurung dan Lutfi, 2009) dan saham (Reilly dan
Brown, 2006).
105
sebanyak 100.
Untuk mengukur faktor demografi digunakan indikator
empirik jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, jumlah
anggota keluarga, pekerjaan dan pendapatan. Sedangkan
untuk jenis investasinya adalah low risk asset seperti reksa
dana pasar uang (RDPU) dan deposito, moderate risk asset
seperti obligasi, reksa dana pendapatan tetap (RPDT), dan
properti, high risk asset seperti reksa dana saham (RDS) dan
saham.
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisa crosstabulation dan chi-square. Uji
crosstabulation dan chi-square untuk melihat ada tidaknya
hubungan faktor demografi dan jenis investasi yang dipilih.
Kriteria pengujian chi-square dengan melihat taraf
signifikansi (α), yaitu : Jika p ≤ 0,05, maka Ho ditolak
Jika p ≥ 0,05, maka Ho diterima
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Demografi
Faktor demografi yang digunakan untuk mengetahui
preferensi pemilihan jenis investai profesional muda di
Surabaya adalah jenis kelamin, status pernikahan,
pendidikan,
jumlah anggota keluarga, pekerjaan,
pendapatan.
Variabel Demografi
Jenis Kelamin
Status Pernikahan
Pendidikan
Jumlah
Keluarga
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Hipotesa penelitian :
Hipotesa penelitian ini disusun berdasarkan rumusan
masalah yang ada, sehingga dapat ditarik hipotesa dalam
penelitian ini adalah ada hubungan antara faktor demografi
(jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, jumlah
anggota keluarga, pekerjaan dan pendapatan) dengan
preferensi pemilihan jenis investasi pada profesional muda
di Surabaya.
3. METEODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian
dengan metode deskriptif. Metode pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah profesional muda di Surabaya. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah orang muda
yang memiliki usia antara 25 – 34 tahun, profesional muda
yang melakukan investasi, pekerja kantoran di Surabaya, dan
memiliki pendapatan di atas Rp10.000.000. Sampel yang
diambil merupakan Convenience Sampling. Berdasarkan
rumus penarikan sampel, maka kuesioner akan diolah
Anggota
Pekerjaan
Pendapatan
Jenis Investasi
Tabel 1
Profil Profesional Muda
Kode
Frekuesi
Laki-Laki
67
Perempuan
33
Belum Menikah
53
Menikah
47
SMA
16
Diploma
5
S1
68
S2
11
1
0
2
16
3–4
70
>5
14
Pegawai Negeri
14
Pegawai Swasta
29
Profesional
35
Lainnya
22
Rp10.000.000
–
57
Rp15.000.000
Rp15.000.000
–
32
Rp20.000.000
>Rp20.000.000
11
RDPU
6
Deposito
35
Obligasi
12
RDPT
6
Properti
25
RDS
7
Saham
9
Presentase
67%
33%
53%
47%
16%
5%
68%
11%
0%
16%
70%
14%
14%
29%
35%
22%
57%
32%
11%
6%
35%
12%
6%
25%
7%
9%
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh informasi bahwa dari segi
jenis kelamin mayoritas responden adalah laki-laki (67%).
Dari segi status pernikahan mayoritas responden adalah
belum menikah (53%). Dari segi pendidikan mayoritas
responden adalah profesional muda berpendidikan S1
(68%). Dari segi jumlah anggota keluarga mayoritas
responden memiliki anggota keluarga 3 – 4 orang (70%).
FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 103-108
Dari segi pekerjaan mayoritas responden memiliki pekerjaan
sebagai profesional (35%) dan pegawai swasta (29%). Dari
segi pendapatan mayoritas responden adalah profesional
muda mempunyai pendapatan antara Rp10.000.000 –
Rp15.000.000 (57%).
Deskripsi Karakteristik Responden yaitu :
Gambar 2. Karakteristik Jenis Kelamin Terhadap Jenis Investasi yang
Dipilih
Pada jenis investasi menunjukkan bahwa profesional
muda berjenis kelamin laki-laki mayoritas memilih investasi
yaitu properti sebanyak 22 responden dan proporsi terbesar
kedua berinvestasi deposito sebanyak 16 responden.
Sedangkan profesional muda berjenis kelamin perempuan
mayoritas memilih berinvestasi pada deposito sebanyak 19
responden.
106
responden dan investasi deposito sebanyak 2 responden.
Sedangkan profesional muda yang berpendidikan S1
mayoritas cenderung memilih investasi deposito sebanyak
22 responden dibanding memilih investasi properti sebanyak
16 responden dan yang berpendidikan S2 cenderung
memilih investasi pada properti, RDS, saham yang masingmasing sebanyak 3 responden.
Gambar 5. Karakteristik Jumlah Anggota Keluarga Terhadap Jenis
Investasi yang Dipilih
Pada jenis investasi menunjukkan bahwa profesional
muda yang berjumlah anggota keluarga 2 orang cenderung
memilih berinvestasi pada obligasi sebanyak 5 responden,
investasi di properti sebanyak 4 responden dan investasi
deposito sebanyak 4 responden. Begitu pula profesional
muda yang memiliki jumlah anggota keluarga 3 – 4 orang
sebagian besar memilih berinvestasi pada deposito sebanyak
27 responden dan investasi properti sebanyak 17 responden.
Sedangkan profesional muda yang memiliki jumlah anggota
keluarga lebih dari 5 orang juga sebagian besar memilih
investasi deposito sebanyak 4 responden, investasi pada
properti sebanyak 4 responden, dan masing-masing 2
responden juga memilih investasi RDS dan saham.
Gambar 3. Karakteristik Status Pernikahan Terhadap Jenis Investasi yang
Dipilih
Pada jenis investasi menunjukkan bahwa profesional
muda dengan status pernikahan yang belum menikah lebih
banyak memilih berinvestasi deposito sebanyak 21
responden. Sedangkan profesional muda dengan status
pernikahan sudah menikah lebih memilih berinvestasi antara
deposito sebanyak 14 responden dan investasi properti
sebanyak 14 responden.
Gambar 4. Karakteristik Pendidikan Terhadap Jenis Investasi yang Dipilih
Pada jenis investasi menunjukkan bahwa profesional
muda dengan pendidikan terakhir SMA lebih memilih
berinvestasi pada deposito sebanyak 11 responden.
Profesional muda yang berpendidikan terakhir diploma
memilih berinvestasi berimbang baik properti sebanyak 3
Gambar 6. Karakteristik Pekerjaan Terhadap Jenis Investasi yang Dipilih
Pada jenis investasi menunjukkan bahwa profesional
muda yang bekerja sebagai pegawai negeri sebagian besar
berinvestasi pada deposito sebanyak 9 responden.
Profesional muda yang bekerja sebagai pegawai swasta
sebagian besar berinvestasi pada obligasi sebanyak 7
responden dan juga berinvestasi pada deposito dan properti
masing-masing sebanyak 6 responden. Sedangkan
profesional muda yang bekerja sebagai profesional
(eksekutif perusahaan, dokter, pengacara) cenderung
berinvestasi pada properti sebanyak 12 responden dan
profesional muda yang memiliki bidang pekerjaan lain
sebagian besar berinvestasi pada deposito sebanyak 14
responden.
FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 103-108
Gambar 7. Karakteristik Pendapatan Terhadap Jenis Investasi yang Dipilih
Pada jenis investasi menunjukkan profesional muda
dengan
pendapatan
mulai
Rp10.000.000
sampai
Rp15.000.000 sebagian besar berinvestasi pada deposito
sebanyak 29 responden. Untuk profesional muda dengan
pendapatan mulai Rp15.000.000 sampai Rp20.000.000
cenderung berinvestasi pada properti yaitu sebanyak 12
responden. Sedangkan profesional muda yang memiliki
pendapatan lebih dari Rp20.000.000 mayoritas cenderung
memilih investasi pada properti dan saham masing-masing
sebanyak 3 responden, dan RDS sebanyak 2 responden.
Tabel 2
Chi-Square Demografi dan Jenis Investasi
Variabel Demografi
Chi-Square
<0.05
Jenis Kelamin*Investasi
0.003
H0 Ditolak
Status Pernikahan *Investasi
0.013
H0 Ditolak
Pendidikan*Investasi
0.015
H0 Ditolak
Jumlah
Anggota
0.521
H0 Diterima
Keluarga*Investasi
Pekerjaan*Investasi
0.011
H0 Ditolak
Pendapatan*Investasi
0.001
H0 Ditolak
Hipotesis 1 diterima artinya terdapat hubungan antara
jenis kelamin dan preferensi pemilihan jenis investasi
profesional muda di Surabaya. Dilihat dari tabel 1
profesional muda dengan jenis kelamin laki-laki lebih
banyak melakukan investasi dari pada profesional muda
dengan jenis kelamin perempuan. Gambar 2 menjelaskan
profesional muda berjenis kelamin laki-laki maupun
perempuan mayoritas memilih investasi yang low risk asset
yaitu deposito dan moderate risk asset yaitu properti.
Hipotesis 2 diterima artinya terdapat hubungan antara
status pernikahan dan preferensi pemilihan jenis investasi
profesional muda di Surabaya. Dilihat dari tabel 1
profesional muda yang belum menikah maupun yang sudah
menikah merasa perlu melakukan kegiatan berinvestasi.
Gambar 3 menjelaskan profesional muda dengan status
belum menikah dan yang sudah menikah mayoritas memilih
investasi yang low risk asset yaitu deposito dan moderate
risk asset yaitu obligasi dan properti. Berdasarkan status
pernikahan tersebut mereka dikategorikan sebagai orang
yang conservative (risk averter) dan juga moderate (risk
indifference).
Hipotesis 3 diterima artinya terdapat hubungan antara
pendidikan dan preferensi pemilihan jenis investasi
profesional muda di Surabaya. Dilihat dari gambar 4,
profesional muda berpendidikan tinggi seperti S2 cenderung
lebih suka berinvestasi pada high risk asset dibandingkan
dengan tingkat pendidikan S1, diploma dan SMA yang
berinvestasi pada low risk asset maupun moderate risk asset.
Profesional muda yang berpendidikan tinggi merasa
memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam hal
berinvestasi, sehingga cenderung aggresive (risk seeker),
107
tetapi hasil pengujian juga menunjukkan bahwa profesional
muda yang berpendidikan tinggi tidak sepenuhnya bersikap
aggresive (risk seeker), seperti pada investor yang
berpendidikan S1, mereka cenderung conservative (risk
averter) dan juga moderate (risk indifference), yang memilih
berinvestasi pada low risk asset maupun moderate risk asset
yang juga berisiko, tetapi tidak terlalu tinggi dibanding
investasi pada high risk asset. Sedangkan profesional muda
dengan tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi seperti
SMA cenderung berinvestasi pada jenis investasi yang
memiliki risiko rendah, dengan risiko minimal mereka bisa
memperoleh keuntungan tertentu, dan mereka cenderung
bersikap conservative (risk averter), karena masih belum
memiliki pengetahuan yang cukup dalam berinvestasi pada
jenis investasi yang berisiko tinggi.
Hipotesis 4 artinya tidak terdapat hubungan antara jumlah
anggota keluarga dan preferensi pemilihan jenis investasi
profesional muda di Surabaya. Hal ini dikarenakan
profesional muda tidak diwajibkan untuk membiayai hidup
semua jumlah anggota keluarganya karena orang tua dan
saudara-saudaranya telah memiliki sumber pendapatan
masing-masing.
sehingga profesional muda yang bekerja dan memperoleh
pendapatan yang relatif tinggi, akan lebih fokus
mengalokasikan pendapatan tersebut pada jenis investasi
yang mereka pilih. Selain itu, profesional muda juga berpikir
bahwa pendapatan yang relatif tinggi tersebut sudah cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga mereka tidak
lagi menggantungkan hidup kepada anggota keluarganya.
Hipotesis 5 artinya terdapat hubungan antara jenis
pekerjaan dan preferensi pemilihan jenis investasi
profesional muda di Surabaya. Dilihat gambar 6,
menunjukkan bahwa profesional muda yang bekerja sebagai
pegawai negeri mayoritas memilih berinvestasi pada jenis
investasi low risk asset serta bersikap conservative (risk
averter). Profesional muda yang memiliki jenis pekerjaan
sebagai profesional seperti : Eksekutif perusahaan, Dokter,
dan Pengacara, mereka masih mau menerima risiko dalam
berinvestasi tetapi tidak terlalu tinggi contohnya berinvestasi
pada moderate risk asset. Sedangkan investor yang bekerja
sebagai pegawai swasta memilih berinvestasi pada low risk
asset dan moderate risk asset dengan harapan memperoleh
return dengan risiko yang tidak terlalu tinggi. Untuk
profesional muda yang memiliki jenis pekerjaan lain lebih
memilih berinvestasi pada jenis investasi yang aman dan
tidak berisiko (risk averter), meskipun keuntungan yang
diperoleh sedikit tetapi pasti.
Hipotesis 6 artinya terdapat hubungan antara pendapatan
dan preferensi pemilihan jenis investasi profesional muda di
Surabaya. Dilihat dari gambar 7, profesional muda yang
memiliki pendapatan antara Rp10.000.000 sampai
Rp15.000.000 lebih milih berinvestasi pada low risk asset
yaitu deposito, karena mereka menganggap dengan
pendapatan tersebut mereka sudah bisa berinvestasi dan
membuka account di Bank. Sedangkan profesional muda
yang memiliki pendapatan antara Rp15.000.000 Rp20.000.000 cenderung berinvestasi pada moderate risk
asset seperti properti, karena untuk menginvestasikan
dananya pada aset rill seperti, membeli tanah atau rumah
yang membutuhkan modal cukup besar. Demikian halnya
untuk profesional muda yang berpendapatan lebih dari
>20.000.000 bersikap moderate (risk indifference) dengan
berinvestasi pada properti dan cenderung aggresive (risk
FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 103-108
seeker), karena mereka berpikir bahwa pendapatan yang
besar dapat berinvestasi dimanapun untuk mendapatkan
return yang tinggi diikuti risiko yang tinggi juga seperti
berinvestasi pada high risk asset seperti reksa dana saham
dan saham.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan maka
kesimpulan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan
antara faktor demografi (jenis kelamin, status pernikahan,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan) dengan preferensi
pemilihan jenis investasi profesional muda di Surabaya
kecuali faktor demografi (jumlah anggota keluarga) yang
tidak berhubungan dengan preferensi pemilihan jenis
investasi profesional muda di Surabaya.
Dari hasil analisa, maka disarankan bagi profesional muda
seharusnya juga mempertimbangkan tingkat pendapatan
yang dimiliki karena berbedanya modal tiap investasi, serta
mempertimbangkan tingkat pengetahuan terhadap investasi.
Karena pada umumnya semakin tinggi sebuah investasi
maka tuntutan pengetahuan yang dimiliki cenderung lebih
tinggi. Untuk penelitian selanjutnya disarankan mengamati
faktor demografi yang lain seperti hobbi, domisili, dan
wilayah yang dikaitkan dengan preferensi pemilihan jenis
investasi profesional muda. Peneliti juga harus lebih
memperjelas pertanyaan kuesioner yang dibuat agar
memperoleh data yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Anspach, R. (2012). Underdevelopment and Economic
Nationalism in Southeast Asia. USA : Cornell University Press.
Badan Koordinasi Pelayanan dan Penanaman Modal, (2011). Data
Investasi. http://bkppm.putravisual.com/ data_investasi/pmapmdn.
5 Oktober 2013.
Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya. (2013). Profil
Perekonomian.
http://bappeko.surabaya.go.id/
smart/kondisiperekonomian. 5 Oktober 2013.
Badan Statistik Indonesia. (2014). Jumlah Penduduk menurut
Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.
http://www.datastatistik-indonesia.com/
portal/index.php?option=com_tabel&task=&Itemid=165.
16
January 2014
Barber, B., & Odean, T. (2001). Boys Will Be Boys : Gender,
Overconvidence, and Common Stock Investment. The Quarterly
Journal of Economics, 116(1), 261-292.
Bhandari, G., & Deaves, R. (2006). The Demographics of
Overconfidence, The Journal of Behavioral Finance, 7(1), 5-11
Cahyadi, S.M. (2010). “Pengaruh Faktor Demografi Terhadap
Perilaku Investor dan Jenis Investasi”. STIE Perbanas Surabaya.
Gottlieb, P. D. & Michael F. (2003). Educational Attainment and
Metropolitan Growth. Economic Development Quarterly, 17(4),
325-336.
Halim, A. (2005). Analisis Investasi (2nd ed.). Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
Ingin Investasi Saham. 26 November 2013. Retrieved from
http://finance.detik.com/read/2013/10/10/174620/2383885/911/ing
in-investasi-saham
108
Lewellen, Wilbur, Lease, R. C., & Schlarbaum. (1977). Pattern of
Investment Strategy and Behavior among Individual Investors. The
Journal of Business, 50(3), 296 – 332.
Madura, J. (2011). Personal finance (4th ed.). Canada : Pearson
Manurung, A.H., & Lutfi, T.R. (2009). Successful Financial
Planner: A Complete Guide. Grasindo.
Marie, Edward, & Prakash. (2007). Are Women More Risk-Averse
Than Men?. Retrieved August 20, 2013, from http://www.campusfor-finance.com. Market Investors : A Segmentation Approach.
The journal of behavior finance, 170 – 179.
Profesi Profesional Muda Surabaya. 26 November 2013.
Retrieved from http://news.detik.com/ surabaya/read/2013/
11/26/193219/2424411/475/2-profesi-profesional-muda-surabaya.
Reilly, F. K., & Brown, K.C. (2006). Invesment Analysis &
Portfolio Management (7th ed.). USA : Thomson South Western.
Schooley, D., & Worden, D. (1999). Investor’s Asset Allocations
versus Life-Cycle Funds. Financial Analysts Journal, 55, 37 – 43.
Sharpe. (2005). Investasi (6th ed.). PT. Indeks Kelompok
Gramedia.
Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Kanisius.
Weston, J. Fred, & Copeland, T. E. (1995). Manajemen Keuangan
(9th ed.). Jakarta. Binarupa Aksara, 427.
Download