pengaruh kepercayaan diri dan pola asuh orang tua pada

advertisement
PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA
PADA MATA KULIAH TEORI BILANGAN TERHADAP PRESTASI
BELAJAR
Urip Tisngati 1 ) , Nely Indra Meifiani 2 )
Dosen Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Pacitan
1)
[email protected]
2)
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat ex-post facto. instrumen
yang digunakan untuk Pengumpulan data terdiri dari kuesioner dan tes prestasi belajar
matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Tidak terdapat pengaruh secara
bersama-sama kepercayaan diri dan pola asuh orang tua pada mata kuliah teori
bilangan terhadap prestasi belajar Matematika; 2) Terdapat pengaruh kepercayaan diri
pada mata kuliah teori bilangan terhadap prestasi belajar Matematika.
Kata Kunci: kepercayaan diri, pola asuh orang tua, prestasi belajar matematika
menuntut
1. PENDAHULUAN
peran
pendidik
untuk
Matematika memiliki peranan yang
mendorong, membimbing dan memberi
sangat penting bagi peserta didik supaya
fasilitas belajar bagi peserta didik dengan
punya bekal pengetahuan dan untuk
tetap memperhatikan karakteristik yang
pembentukan sikap serta pola pikirnya
dimiliki tiap peserta didik.
sehingga
kelak
akhirnya
dapat
hidup
layak,
berkontribusi
pada
pendidik bahwa kemampuan setiap peserta
kemajuan bangsa dan negaranya Menurut
didik berbeda-beda. Tiap peserta didik
Waluya (2012: 2-3). Melalui pembelajaran
akan mencapai prestasi belajarnya dengan
matematika, sebagai alat, pola pikir dan
kecepatan, dan cara-cara yang berbeda.
ilmu atau pengetahuan. siswa diharapkan
Adanya
dapat menumbuhkan kemampuan berfikir
mempengaruhi keberhasilan dalam proses
kritis, logis, efektif dan efisien dalam
pembelajaran menjadi variabel yang harus
memecahkan masalah.
diperhatikan
Pencapaian
dapat
ini
penting
faktor-faktor
oleh
dipahami
yang
pendidik.
bagi
dapat
Menurut
pembelajaran
Slameto, (2010: 54), faktor-faktor yang
matematika tersebut salah satunya dapat
mempengaruhi belajar banyak jenisnya,
dinilai dari keberhasilan peserta didik
tetapi dapat digolongkan menjadi dua
dalam
dan
golongan, yaitu faktor intern dan faktor
memanfaatkan pemahaman tersebut untuk
ekstern. Faktor intern adalah faktor yang
menyelesaikan
persoalan-persoalan
ada dalam diri individu yang sedang
matematika. Dalam hal ini proses belajar
belajar, sedangkan faktor ekstern adalah
mengajar pada pembelajaran matematika
faktor yang ada di luar individu. Faktor
8
tujuan
Hal
memahami
matematika
Jurnal Derivat Volume 1 No. 2 Desember 2014 (ISSN : 2407 – 3792)
Halaman 8-18
internal
antara
lain
terkait
dengan
mental atau psikologis diri seseorang yang
kemampuan intelektual, emosional, dan
memberi keyakinan kuat pada dirinya
psikomotorik. Sedangkan faktor eksternal
untuk berbuat atau melakukan sesuatu
seperti lingkungan, guru, dan sebagainya.
tindakan. Orang yang tidak percaya diri
Kemampuan afektif peserta didik yang
memiliki konsep diri negatif, kurang
menjadi penting untuk diperhatikan adalah
percaya pada kemampuannya, karena itu
kepercayaan diri peserta didik. Sedangkan
sering menutup diri.
faktor di luar peserta didik yang dapat
Rendahnya pencapaian prestasi belajar
mempengaruhi keberhasilan belajar bagi
matematika, khususnya dalam hal ini
peserta didik adalah orang tua.
adalah
Menurut
mahasiswa
pendidikan matematika pada materi teori
Purnamaningsih, 2003: 68), kepercayaan
bilangan selain disebabkan oleh materi
diri merupakan suatu keyakinan yang
yang terbilang sulit dan mungkin pengaruh
dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu
dari penerapan metode pembelajaran, atau
berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk
akibat kurangnya rasa percaya diri, juga
memperoleh hasil seperti yang diharapkan.
disebabkan oleh hal-hal lain misalnya
Sementara itu Taylor dkk (Sudardjo dan
kondisi lingkungan belajarpeserta didik.
Purnamaningsih, 2003: 69) menyatakan
Kondisi lingkungan tersebut misalnya
bahwa orang yang percaya diri memiliki
lingkungan
sikap positif terhadap diri sendiri. Secara
pergaulan remaja yang bebas sehingga
logis,
dapat mengganggu konsentrasi belajar
kepercayaan
menimbulkan
didik
rasa
(Sudardjo
belajar
dan
peserta
Bandura
prestasi
diri
tinggi
optimis
merasa
dapat
sehingga
benar
dalam
menyelesaikan soal matematika, meskipun
yang
tidak
nyaman
dan
siswa.
Lingkungan
keluarga
menurut
Rahman (2002: 38) adalah:
konsep yang digunakan salah. Sedangkan
“lingkungan yang dialami anak dalam
kepercayaan diri sedang dan rendah dapat
berinteraksi dengan anggota keluarga,
menimbulkan
sehingga
baik interaksi secara langsung maupun
peserta didik merasa kurang yakin dalam
tidak langsung. Suasana keluarga akan
menyelesaikan soal matematika. Kondisi
berpengaruh
ini
bahwa
kepribadian anak. Peserta didik yang
kepercayaan diri dapat menghambat dalam
belajar akan menerima pengaruh dari
menyelesaikan soal matematika.Menurut
keluarga
Thantaway
istilah
mendidik, relasi antar anggota keluarga,
Konseling
suasana rumah, dan keadaan ekonomi
rasa
pesimis
memberikan
asumsi
dalam
Bimbingan
(2005:87), percaya
Kamus
dan
diri adalah
kondisi
bagi
berupa
perkembangan
cara
orang
tua
keluarga.”
9
Pengaruh Kepercayaan Diri dan Pola Asuh Orang Tua pada Mata Kuliah Teori Bilangan
terhadap Prestasi Belajar
Urip Tisngati; Nely Indra Meifiani
Menurut
pengasuhan
Santrock
(2007:
(parenting)
163)
memerlukan
memelihara,
membimbing,
dan
mengarahkan
putra-putrinya.
Sikap
sejumlah kemampuan interpersonal dan
tersebut tercermin dalam pola pengasuhan
mempunyai
yang
kepada
anaknya
besar, namun sangat sedikit pendidikan
karena
orangtua
dan pengetahuan mengenai tugas ini.
pengasuhan tertentu. Sebagai pengasuh
Kebanyakan
mempelajari
dan pembimbing dalam keluarga, orang
praktik pengasuhan anak dari orang tua
tua sangat berperan dalam meletakkan
mereka sendiri. Sebagian praktik tersebut
dasar-dasar perilaku bagi anaknya. Orang
mereka terima dan sebagian lagi mereka
tua
tinggalkan. Suami dan istri (orang tua)
menciptakan situasi dan kondisi yang
mungkin saja membawa pandangan yang
dihayati
berbeda mengenai pengasuhan ke dalam
dasar-dasar dalam pengembangan diri
tuntutan
orang
emosional
tua
keluarga.
jugadapat
Dapat
yang
berbeda-beda,
mempunyai
pola
merealisasikan
anak-anaknya
diartikan
agar
bahwa
dan
memiliki
proses
Pola asuh orang tua terhadap anak
mendidik anak tiap orang tua tentunya
merupakan bentuk interaksi antara anak
tidak sama. Hal ini karena dari faktor
dan
mengadakan
pengalaman dan tingkat pendikan dari
kegiatan pengasuhan yang berarti orang
orang tua masing-masing. Orang tua yang
tua
dan
mempunyai tingkat pendidkan tinggi akan
mendisiplinkan serta melindungi anak
mempunyai wawasan yang luas terhadap
untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan
pandangan hidup maupun terhadap dunia
norma-norma
pendidikan sehingga berharap kelak anak-
orang
tua
selama
mendidik,
membimbing,
yang
berlaku
dalam
lingkungan setempat dan masyarakat.
anaknya
Orang tua mempunyai peran yang sangat
pendidkan yang tinggi dan menjadikan
penting
mengajar,
anak-anaknya berguna bagi nusa dan
contoh
bangsa. Berbeda dengan orang tua yang
untuk
tingkat pendidikannya rendah atau sedang,
mengerti, dan
mereka akan mempunyai wawasan yang
akhirnya dapat menerapkan tingkah laku
kurang luas terhadap pendidkan, sehingga
yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-
dalam mendidik anak kebanyaakan mereka
norma yang ada dalam masyarakat.
melakukannnya berdasarkan apa yang
dalam
menjaga,
mendidik,
serta
bimbingan
kepada
memberi
anak-anak
mengetahui, mengenal,
Dalam mengasuh anak, orang tua
dipengaruhi
oleh
budaya
yang
akan
dapat
memperoleh
pernah di peroleh pada zaman dahulu,
ada
misalnya mereka dahulu hanya lulus
dilingkungannya. Disamping itu, orang tua
tingkat sekolah dasar maka tidak mustahil
diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam
10
Jurnal Derivat Volume 1 No. 2 Desember 2014 (ISSN : 2407 – 3792)
Halaman 8-18
jika mereka akan menurunkannya kepada
merasa perlu menjelaskan kepada anak apa
anak –anaknya.
guna dan alasan dibalik aturan tersebut,
Dapat dipahami bahwa peranan orang
tua dalam keluarga sangat penting sekali
serta cenderung mengekang keinginan
anaknya
mengingat keluarga adalah tempat pertama
Pola asuh demokratis adalah pola asuh
dan utama bagi anak dalam memperoleh
yang bercirikan adanya hak dan kewajiban
pendidikan
adaptasi
orang tua dan anak adalah sama dalam arti
lingkungan. Peserta didik yang tinggal di
saling melengkapi, anak dilatih untuk
dalam lingkungan keluarga yang tidak
bertanggung
utuh dan sering terjadi pertengkaran antar
perilakunya sendiri agar dapat berdiplin
anggota keluarga kondisi emosionalnya
mendorong anak untuk mandiri namun
akan jauh berbeda dengan peserta didik
masih menerapkan batas dan kendali pada
yang tinggal dilingkungan keluarga yang
tindakan mereka. Orang tua yang otoritatif
harmonis.
menunjukkan kesenangan dan dukungan
dan
proses
Menurut Grant dan Ray (2010: 78)
sebagai
jawab
respons
menentukan
terhadap
kontruktif
yaitu: pola asuh otoriter, pola asuh
mengharapkan perilaku anak yang dewasa,
otoritatif/demokratis,
yang
mandiri, dan sesuai dengan usianya. Anak
mengabaikan, pola asuh yang menuruti.
yang memiliki orang tua otoritatif sering
Pola
gaya
kali ceria, bisa mengendalikan diri dan
yangmembatasidan menghukumdi mana
mandiri, dan berorientasi pada prestasi
orang tuamendesakanak untukmengikuti
untuk mempertahankan hubungan yang
petunjukmereka,menghormatipekerjaan
ramah dengan teman sebaya, bekerja sama
dan usahamereka.Pola asuh otoriter adalah
dengan orang dewasa, dan bisa mengatasi
bentuk pola asuh yang menekankan pada
stres dengan baik
asuh
asuh
otoriteradalah
Mereka
perilaku
terdapat 3 macam pola asuh orang tua,
pola
anak.
dan
juga
pengawasan orangtua atau kontrol yang
Pengasuhan yang mengabaikan adalah
ditujukan kepada anak untuk mendapatkan
gaya di mana orang tua sangat tidak
ketaatan dan kepatuhan. Pola asuh otoriter
terlibat dalam kehidupan anak. Anak yang
adalah pengasuhan yang kaku, diktator,
memiliki orang tua yang mengabaikan
dan memaksa anak untuk selalu mengikuti
merasa bahwa aspek lain kehidupan orang
orangtua tanpa banyak alasan. Perilaku
tua lebih penting daripada diri mereka.
orangtua dalam berinteraksi dengan anak
Anak-anak ini cenderung tidak memiliki
bercirikan tegas, suka menghukum, anak
kemampuan sosial. Banyak di antaranya
dipaksa untuk patuh terhadap aturan-
memiliki pengendalian diri yang buruk
aturan yang diberikan oleh orangtua tanpa
dan tidak mandiri. Mereka sering kali
11
Pengaruh Kepercayaan Diri dan Pola Asuh Orang Tua pada Mata Kuliah Teori Bilangan
terhadap Prestasi Belajar
Urip Tisngati; Nely Indra Meifiani
memiliki harga diri yang rendah, tidak
upaya memenuhi kebutuhan individu dari
dewasa, dan mungkin terasing dalam
Maslow,
keluarga.
lembaga pertama yang dapat memenuhi
Pengasuhan yang menuruti adalah
gaya pengasuhan di mana orang tua sangat
maka
keluarga
merupakan
kebutuhan tersebut
Jika
dikaitkan
hubungan
antara
terlibat dengan anak, namun tidak terlalu
kepercayaan diri peserta didik dengan
menuntut atau mengontrol mereka. Orang
faktor
tua dengan tipe ini membiarkan anak
berkeyakinan bahwa kepercayaan diri
melakukan apa yang ia inginkan. Hasilnya,
bukanlah
anak tidak pernah belajar mengendalikan
melainkan
melalui
perilakunya sendiri dan selalu berharap
berlangsung
sejak
mendapatkan
kehidupan bersama orangtua. Meskipun
keinginannya.
Beberapa
dari
keluarga,
diperoleh
secara
usia
instant,
proses
yang
dini,
dalam
banyak
mereka dengan cara ini karena mereka
kepercayaan diri seseorang, namun faktor
percaya
antara
pola asuh dan interaksi di usia dini,
keterlibatan yang hangat dan sedikit
merupakan faktor yang amat mendasar
batasan akan menghasilkan anak yang
bagi pembentukan rasa percaya diri. Sikap
kreatif dan percaya diri
orangtua, akan diterima oleh anak sesuai
Berdasarkan
diketahui
kombinasi
uraian di atas dapat
bahwa proses pembelajaran
dengan
yang
ahli
orang tua sengaja membesarkan anak
bahwa
faktor
para
persepsinya
Orangtua
yang
mempengaruhi
pada
saat
menunjukkan
itu.
kasih,
dapat dilakukan di dalam keluarga dan
perhatian, penerimaan, cinta dan kasih
masyarakat
lingkungansekolah.
sayang serta kelekatan emosional yang
Inilah yang dinamakan dengan lingkungan
tulus dengan anak, akan membangkitkan
tempat
dalam
rasa percara diri pada anak tersebut. Anak
memperoleh pendidikan awal. Keluarga
akan merasa bahwa dirinya berharga dan
memiliki peranan yang sangat penting
bernilai
dalam upaya mengembangkan pribadi
meskipun ia melakukan kesalahan, dari
anak. Perawatan orang tua yang penuh
sikap orangtua anak melihat bahwa dirinya
kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-
tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak
nilai kehidupan, baik agama maupun sosial
dicintai dan dihargai bukan tergantung
budaya yang diberikannya merupakan
pada prestasi atau perbuatan baiknya,
faktor
untuk
namun karena eksistensinya. Di kemudian
mempersiapkan anak menjadi pribadi dan
hari anak tersebut akan tumbuh menjadi
anggota masyarakat yang sehat. Apabila
individu yang mampu menilai positif
mengaitkan
dirinya dan mempunyai harapan yang
12
selain
tinggal
peserta
yang
peranan
didik
kondusif
keluarga
dengan
di
mata
orangtuanya.
Dan,
Jurnal Derivat Volume 1 No. 2 Desember 2014 (ISSN : 2407 – 3792)
Halaman 8-18
realistik terhadap diri seperti orangtuanya
Populasi dalam penelitian ini adalah
meletakkan harapan realistik terhadap
mahasiswa prodi Pendidikan Matematika
dirinya Untuk menumbuhkan rasa percaya
STKIP
diri yang proporsional maka individu
sampelnya
harus memulainya dari dalam diri sendiri.
Pendidikan Matematika Semester II tahun
Hal ini sangat penting mengingat bahwa
akademik 2013/2014.
hanya individu yang bersangkutan yang
PGRI
adalah
Teknik
penelitian
yang sedang dialaminya.
memberikan
dari
penelitian
adalah
angket
untuk
prodi
data
dalam
dengan
atau
cara
kuesioner.
mengukur
prestasi
belajar matematika, peneliti menggunakan
mengetahui pengaruh kepercayaan diri dan
nilai tes prestasi belajar. Instrumen yang
pola asuh orang tua terhadap prestasi
digunakan dalam penelitian ini adalah
belajar
angket angket kepercayaan diri, pola asuh
kuliah
adalah
mahasiswa
untuk
mata
ini
ini
Sedangkan
Sedangkan
pengumpulan
dapat mengatasi rasa kurang percaya diri
Berdasarkan uraian tersebut, tujuan
Pacitan.
Teori
Bilangan
mahasiswa Pendidikan Matematika STKIP
orang
tua
PGRI Pacitan.
matematika
dan
Pengujian
pendekatan
ini
prestasi
hipotesis
belajar
menggunakan
tehnik analisis regresi linier berganda
2. METODE PENELITIAN
Penelitian
tes
menggunakan
kuantitatif, dengan
jenis
dengan 2 variabel bebas, dengan
Uji
anava
dalam
bantuan
penelitian
SPSS
ini
penelitian ex-post facto, karena meneliti
menggunakan
16.0.
hubungan yang saling mempengaruhi serta
Pengujian prasyarat analisis berupa uji
tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan
multikolinieritas, uji heterokedastisitas, uji
terhadap variabel dan data yang diambil
normalitas, dan uji autokorelasi.
pada penelitian ini setelah atau saat
kejadian
berlangsung.
Sesuai
dengan
tujuan penelitian di atas maka desain
penelitian adalah :
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisis data penelitian ditunjukkan
untuk menguji pengaruh kepercayaan diri
X1
X2
dan pola asuh orang tua pada pelajaran
Y
matematika terhadap prestasi belajar. Ada
2 (dua) variabel bebas dalam penelitian
X1: Kepercayaan Diri
X2: Pola Asuh Orang Tua
Y : Prestasi belajar
ini, yaitu variabel X1 adalah kepercayaan
diri, X2 adalah pola asuh orang tua pada
pelajaran
matematika.
Untuk
variabel
13
Pengaruh Kepercayaan Diri dan Pola Asuh Orang Tua pada Mata Kuliah Teori Bilangan
terhadap Prestasi Belajar
Urip Tisngati; Nely Indra Meifiani
terikatnya
adalah
prestasi
belajar
Dari hasil Tabel 1 di atas diperoleh
matematika. Untuk variabel X2 adalah pola
nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan
asuh orang tua, data dikategorikan menjadi
berdasarkan kriteria keputusan Ho ditolak
3. Hal ini dikarenakan ada 3 macam pola
sehingga dapat disimpulkan ada hubungan
asuh yang diungkapkan dalam penelitian
linier antara variabel X1 (kepercayaan diri)
ini, yaitu pola asuh otoriter, pola asuh
dengan variabel Y.
demokratis, dan pola asuh permisif. Pada
penelitian
ini
(kepercayaan
terhadap
hanya
diri)
prestasi
variabel
Untuk melihat pengaruh variabel X1
X1
(kepercayaan diri) terhadap variabel Y
yang
berpengaruh
digunakan uji t. Hasil uji t diperlihatkan
belajar
matematika
seperti pada tabel 2 berikut.
siswa, sedangkan variabel X2 (pola asuh
Tabel 2
orang tua) tidak berpengaruh.. Dalam
penelitian
ini
menggunakan
pengujian
analisis
hipotesis
regresi
ganda
dengan variabel dummy. Metode yang
digunakan dalam analisis regresi ganda
adalah
metode
stepwise.
Perhitungan
analisis regresi ganda dengan
metode
stepwise disajikan pada tabel 1 sampai 5
berikut ini
masing nilai sig lebih kecil dari 0.05 maka
dapat disimpulkan ada pengaruh antara
variabel X1 (kepercayaan diri) dan variabel
Y (Prestasi belajar matematika). Dari tabel
Pada penelitian ini hanya variabel X1
(kepercayaan
terhadap
Berdasarkan Tabel 2 di atas masing-
diri)
prestasi
yang
berpengaruh
belajar
matematika
di atas juga menggambarkan persamaan
regresi, sehingga dapat dilihat bahwa
persamaan regresinya adalah:
siswa, sedangkan variabel X2 (pola asuh
orang tua) tidak berpengaruh.
Y = 32,605 + 0, 516 X1
Untuk melihat apakah ada hubungan
yang
linier
antara
variabel
X1
(kepercayaan diri) terhadap variabel Y
digunakan uji anava. Hasil uji anava
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1
Di mana
Y = prestasi belajar Matematika
X1 = kepercayaan diri
Persamaan
di
atas
menunjukkan
bahwa untuk koefisien regresi X1 sebesar
0, 516 mempunyai arti bahwa setiap
penambahan 1 poin kepercayaan diri di
mana pola asuh orang tua bersifat tetap
pada pelajaran matematika maka prestasi
14
Jurnal Derivat Volume 1 No. 2 Desember 2014 (ISSN : 2407 – 3792)
Halaman 8-18
belajar
siswa
Kabupaten
SMP
Pacitan
kelas
akan
VIII
di
2. Uji heteroskedastisitas
bertambah
sebesar 0,516.
Tabel selanjutnya akan disajikan nilai
koefisien determinasi yang merupakan
besarnya
sumbangan
variabel
X1
(kepercayaan diri) terhadap Y.
Tabel 3
Gambar 1
Dari gambar 1 di atas, terlihat bahwa
Pada Tabel 3 menunjukkan nilai R
titik-titik menyebar dan tidak berbentuk
Square 0,166, hal ini berarti bahwa sebesar
pola tertentu. Dengan demikian dapat
16,6% prestasi belajar Matematika dapat
disimpulkan bahwa tidak ada
dijelaskan dengan menggunakan variabel
kepercayaan diri. Sisa dari R Square, yaitu
83,4% (100% - 16,6%) prestasi belajar
gejala
heteroskedastisitas.
3. Uji normalitas residual
Tabel 5
Matematika dipengaruhi oleh faktor lain.
Pengujian asumsi
Sebelum
mendapatkan
persamaan
regresi ganda, ada empat uji asumsi dasar
yang harus dipenuhi, yaitu
1. Uji multikolinieritas
Tabel 4
Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa
besar nilai Kolmogorov-Smirnov adalah
0,644 dan nilai asympt.sig (2-tailed)
adalah 0,800 > 0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa data residual
Berdasarkan tabel 4 ternyata variabel
berdistribusi normal.
bebas mempunyai nilai VIF < 10. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat multikolinearitas antara variabel
bebas.
15
Pengaruh Kepercayaan Diri dan Pola Asuh Orang Tua pada Mata Kuliah Teori Bilangan
terhadap Prestasi Belajar
Urip Tisngati; Nely Indra Meifiani
Pembahasan
1. Berdasarkan analisis regresi ganda
dengan
variabel
kesimpulan
dummy
diperoleh
bahwa
variabel
kepercayaan diri belajar terbukti telah
memberikan pengaruh dan signifikan
terhadap prestasi belajar Matematika.
Berdasarkan
hasil
determinasi,
koefisien
besarnya
variabel-variabel
Gambar 2
uji
pengaruh
bebas
terhadap
variabel terikat (R square) sebesar
Berdasarkan gambar 2 di atas, terlihat
0,166.
Hal
tersebut
memberikan
bahwa titik-titik menyebar disekitar garis
pengertian bahwa hanya 16,6% prestasi
diagonal serta penyebarannya tidak jauh
belajar
dari garis diagonal. Dengan demikian
kepercayaan diri. Dengan kata lain,
dapat disimpulkan bahwa data residual
ternyata masih banyak variabel lain
berdistribusi normal.
sebesar 83,4% (100% - 16,6%) yang
dipengaruhi
oleh
variabel
dapat mempengaruhi prestasi belajar
4. Uji autokorelasi
Matematika,
seperti
motivasi,
Berdasarkan tabel 4 di atas, terlihat
kecerdasan, minat, dan lingkungan
nilai DW sebesar 1,361. Sedangkan pada
sosial. Sumbangan kepercayaan diri
tabel Durbin Watson dengan variabel
terhadap prestasi belajar Matematika
bebas (k) = 2 dan n = 93 nilai dL = 1,5966
ditunjukkan
dan dU = 1,72955. Oleh karena nilai DW
sebesar 0,516. Dengan demikian, hasil
hitung kurang dari nilai dL, sehingga dapat
penelitian ini menunjukkan bahwa jika
disimpulkan bahwa model regresi linier
seseorang mempunyai kepercayaan diri
ganda
belajar yang tinggi, maka variabel
terdapat
masalah
autokorelasi.
oleh
koefisien
yaitu
Masalah autokorelasi ini dapat disebabkan
tersebut
karena pada penelitian ini hanya 2 faktor
16,6% prestasi belajar Matematika
yang diteliti, yaitu kepercayaan diri dan
siswa yang baik pula.
pola asuh orang tua pada pelajaran
2. Hasil
menyumbangkan
analisis
korelasi
sebesar
parsial
matematika, sedangkan faktor-faktor yang
menunjukkan tidak terdapat model
lain tidak diteliti. Hal ini menjelaskan
variabel pola asuh orang tua maka tidak
bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh
terdapat pengaruh pola asuh orang tua
banyak faktor.
terhadap prestasi belajar Matematika.
16
Jurnal Derivat Volume 1 No. 2 Desember 2014 (ISSN : 2407 – 3792)
Halaman 8-18
Hal tersebut dikarenakan banyak faktor
Saran
yang mempengaruhi prestasi belajar
1. Bagi mahasiswa diharapkan dapat
Matematika. Seperti hasil dari angket
meningkatkan kepercayaan diri yang
ternyata
dapat mendukung dalam belajar.
jawaban
mahasiswa
mengerucut ke satu tipe pola asuh yaitu
pola
asuh
demokratis.
Selain
itu
2. Orang tua diharapkan meluangkan
waktu
untuk
anaknya
agar
dapat
mengarahkan,
dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
membimbing,
seperti sikap, motivasi, minat, dan
memberikan fasilitas yang memadai
bakat anak terhadap Matematika. Dapat
bagi anaknya dalam mendukung proses
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
belajar di rumah.
yang signifikan pola asuh orang tua
terhadap prestasi belajar.
3. Dosen diharapkan dapat membantu
siswa tidak hanya dalam belajar akan
tetapi dalam memotivasi siswa serta
4. KESIMPULAN
melakukan pendekatan terhadap siswa
dan orang tua atau wali siswa agar
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan
analisis
hasil
data
dan
penelitian
dapat
dapat meningkatkan prestasi belajar
anak didiknya.
disimpulkan sebagai berikut.
1. Tidak
terdapat
pengaruh
secara
bersama-sama kepercayaan diri dan
pola asuh orang tua pada mata kuliah
5. REFERENSI
Agus
Widarjono.
(2010).
Analisis
statistika multivariate terapan.
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN.
teori bilangan terhadap prestasi belajar
Matematika mahasiswa STKIP PGRI
Pacitan.
2. Terdapat pengaruh kepercayaan diri
terhadap prestasi belajar Matematika
mahasiswa STKIP PGRI Pacitan..
3. Tidak terdapat pengaruh pola asuh
orang tua terhadap prestasi belajar
Matematika mahasiswa STKIP PGRI
Pacitan.
Berns, R.M. (2004). Child, family, school,
community
socialization
and
support (6rd ed.). London, UK:
Thomson Learning.
Gazzaniga, M.S. & Heatherton, T.F.
(2003).
Psychological science:
mind, brain, and behavior. New
York: W.W. Norton & Company,
Inc.
Geary, D.C., & Flin, M.V. (2001).
Evolution of human parental
behavior and the human family.
Parenting: Science and Practice, 1,
5-61.
Grant, K.B., & Ray, J.A. (2010). Home,
school,
and
community
collaboration. California: Sage.
17
Pengaruh Kepercayaan Diri dan Pola Asuh Orang Tua pada Mata Kuliah Teori Bilangan
terhadap Prestasi Belajar
Urip Tisngati; Nely Indra Meifiani
Grassi,
C.
(2004).
Gender-based
achievement, self-confidence and
enrollment gaps: Mathematics at
trinity college. Diakses dari
http://www.trincoll.edu/depts/educ/
Recearch/Grassi.pdf
Waluya. 2012. “Peran Matematika Dan
Pendidikan Matematika Dalam
Membangun Karakter Bangsa”.
Prosiding. ISBN: 978-979-16353-87 tahun 2012. Yogyakarta: FMIPA
UNY.
Hannula,
M.S.,
Maijala,
H.,
&
Pehkonen,
E.
(2004).
Development of understanding and
self confidence in Mathematics;
grades 5-8. Journal of Mathematics
education, 3, 17-24. Diambil pada
tanggal 23 Januari
2011 dari
http://www.emis.de/proceedings/P
ME28/RR/RR162_Hannula.pdf
Yoder, J. & Proctor, W. (1988). The
self-confident child. New York: Fact
on File Publications.
Imam Ghozali. (2009). Aplikasi analisis
multivariate dengan program SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Nawangsari, N.A.F. 2001. Pengaruh SelfEfficacy dan Expectancy-Value
terhadap Kecemasan Menghadapi
Pelajaran
Matematika.
Jurnal
Psikologi Pendidikan: Insan Media
Psikologi, 3,2, 2001, 75-88.
Program Pascasarjana UNY. (2011).
Statistika. Yogyakarta: Program
Pascasarjana UNY.
Santrock, J.W. (2007). A topical approach
to life-span development. New
York: McGraw-Hill.
Santrock, J.W. (2007). Perkembangan
anak (Terjemahan Mila Rahmawati
dan Anna Kuswanti). Texas: The
University of Texas at Dallas.
Siska, Sudardjo & Purnamaningsih, Esti
Hayu. 2003. “Kepercayaan Diri dan
Kecemasan Komunikasi
Interpersonal Pada Mahasiswa”.
Jurnal Psikologi. Vol. 9 No. 2 tahun
2003.http://jurnal.psikologi.ugm.ac.i
d/index.php/fpsi/article/view/106/96
.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
18
Download