PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA PADA MATA KULIAH TEORI BILANGAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR Urip Tisngati 1 ) , Nely Indra Meifiani 2 ) Dosen Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Pacitan 1) [email protected] 2) [email protected] Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat ex-post facto. instrumen yang digunakan untuk Pengumpulan data terdiri dari kuesioner dan tes prestasi belajar matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Tidak terdapat pengaruh secara bersama-sama kepercayaan diri dan pola asuh orang tua pada mata kuliah teori bilangan terhadap prestasi belajar Matematika; 2) Terdapat pengaruh kepercayaan diri pada mata kuliah teori bilangan terhadap prestasi belajar Matematika. Kata Kunci: kepercayaan diri, pola asuh orang tua, prestasi belajar matematika menuntut 1. PENDAHULUAN peran pendidik untuk Matematika memiliki peranan yang mendorong, membimbing dan memberi sangat penting bagi peserta didik supaya fasilitas belajar bagi peserta didik dengan punya bekal pengetahuan dan untuk tetap memperhatikan karakteristik yang pembentukan sikap serta pola pikirnya dimiliki tiap peserta didik. sehingga kelak akhirnya dapat hidup layak, berkontribusi pada pendidik bahwa kemampuan setiap peserta kemajuan bangsa dan negaranya Menurut didik berbeda-beda. Tiap peserta didik Waluya (2012: 2-3). Melalui pembelajaran akan mencapai prestasi belajarnya dengan matematika, sebagai alat, pola pikir dan kecepatan, dan cara-cara yang berbeda. ilmu atau pengetahuan. siswa diharapkan Adanya dapat menumbuhkan kemampuan berfikir mempengaruhi keberhasilan dalam proses kritis, logis, efektif dan efisien dalam pembelajaran menjadi variabel yang harus memecahkan masalah. diperhatikan Pencapaian dapat ini penting faktor-faktor oleh dipahami yang pendidik. bagi dapat Menurut pembelajaran Slameto, (2010: 54), faktor-faktor yang matematika tersebut salah satunya dapat mempengaruhi belajar banyak jenisnya, dinilai dari keberhasilan peserta didik tetapi dapat digolongkan menjadi dua dalam dan golongan, yaitu faktor intern dan faktor memanfaatkan pemahaman tersebut untuk ekstern. Faktor intern adalah faktor yang menyelesaikan persoalan-persoalan ada dalam diri individu yang sedang matematika. Dalam hal ini proses belajar belajar, sedangkan faktor ekstern adalah mengajar pada pembelajaran matematika faktor yang ada di luar individu. Faktor 8 tujuan Hal memahami matematika Jurnal Derivat Volume 1 No. 2 Desember 2014 (ISSN : 2407 – 3792) Halaman 8-18 internal antara lain terkait dengan mental atau psikologis diri seseorang yang kemampuan intelektual, emosional, dan memberi keyakinan kuat pada dirinya psikomotorik. Sedangkan faktor eksternal untuk berbuat atau melakukan sesuatu seperti lingkungan, guru, dan sebagainya. tindakan. Orang yang tidak percaya diri Kemampuan afektif peserta didik yang memiliki konsep diri negatif, kurang menjadi penting untuk diperhatikan adalah percaya pada kemampuannya, karena itu kepercayaan diri peserta didik. Sedangkan sering menutup diri. faktor di luar peserta didik yang dapat Rendahnya pencapaian prestasi belajar mempengaruhi keberhasilan belajar bagi matematika, khususnya dalam hal ini peserta didik adalah orang tua. adalah Menurut mahasiswa pendidikan matematika pada materi teori Purnamaningsih, 2003: 68), kepercayaan bilangan selain disebabkan oleh materi diri merupakan suatu keyakinan yang yang terbilang sulit dan mungkin pengaruh dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu dari penerapan metode pembelajaran, atau berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk akibat kurangnya rasa percaya diri, juga memperoleh hasil seperti yang diharapkan. disebabkan oleh hal-hal lain misalnya Sementara itu Taylor dkk (Sudardjo dan kondisi lingkungan belajarpeserta didik. Purnamaningsih, 2003: 69) menyatakan Kondisi lingkungan tersebut misalnya bahwa orang yang percaya diri memiliki lingkungan sikap positif terhadap diri sendiri. Secara pergaulan remaja yang bebas sehingga logis, dapat mengganggu konsentrasi belajar kepercayaan menimbulkan didik rasa (Sudardjo belajar dan peserta Bandura prestasi diri tinggi optimis merasa dapat sehingga benar dalam menyelesaikan soal matematika, meskipun yang tidak nyaman dan siswa. Lingkungan keluarga menurut Rahman (2002: 38) adalah: konsep yang digunakan salah. Sedangkan “lingkungan yang dialami anak dalam kepercayaan diri sedang dan rendah dapat berinteraksi dengan anggota keluarga, menimbulkan sehingga baik interaksi secara langsung maupun peserta didik merasa kurang yakin dalam tidak langsung. Suasana keluarga akan menyelesaikan soal matematika. Kondisi berpengaruh ini bahwa kepribadian anak. Peserta didik yang kepercayaan diri dapat menghambat dalam belajar akan menerima pengaruh dari menyelesaikan soal matematika.Menurut keluarga Thantaway istilah mendidik, relasi antar anggota keluarga, Konseling suasana rumah, dan keadaan ekonomi rasa pesimis memberikan asumsi dalam Bimbingan (2005:87), percaya Kamus dan diri adalah kondisi bagi berupa perkembangan cara orang tua keluarga.” 9 Pengaruh Kepercayaan Diri dan Pola Asuh Orang Tua pada Mata Kuliah Teori Bilangan terhadap Prestasi Belajar Urip Tisngati; Nely Indra Meifiani Menurut pengasuhan Santrock (2007: (parenting) 163) memerlukan memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-putrinya. Sikap sejumlah kemampuan interpersonal dan tersebut tercermin dalam pola pengasuhan mempunyai yang kepada anaknya besar, namun sangat sedikit pendidikan karena orangtua dan pengetahuan mengenai tugas ini. pengasuhan tertentu. Sebagai pengasuh Kebanyakan mempelajari dan pembimbing dalam keluarga, orang praktik pengasuhan anak dari orang tua tua sangat berperan dalam meletakkan mereka sendiri. Sebagian praktik tersebut dasar-dasar perilaku bagi anaknya. Orang mereka terima dan sebagian lagi mereka tua tinggalkan. Suami dan istri (orang tua) menciptakan situasi dan kondisi yang mungkin saja membawa pandangan yang dihayati berbeda mengenai pengasuhan ke dalam dasar-dasar dalam pengembangan diri tuntutan orang emosional tua keluarga. jugadapat Dapat yang berbeda-beda, mempunyai pola merealisasikan anak-anaknya diartikan agar bahwa dan memiliki proses Pola asuh orang tua terhadap anak mendidik anak tiap orang tua tentunya merupakan bentuk interaksi antara anak tidak sama. Hal ini karena dari faktor dan mengadakan pengalaman dan tingkat pendikan dari kegiatan pengasuhan yang berarti orang orang tua masing-masing. Orang tua yang tua dan mempunyai tingkat pendidkan tinggi akan mendisiplinkan serta melindungi anak mempunyai wawasan yang luas terhadap untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan pandangan hidup maupun terhadap dunia norma-norma pendidikan sehingga berharap kelak anak- orang tua selama mendidik, membimbing, yang berlaku dalam lingkungan setempat dan masyarakat. anaknya Orang tua mempunyai peran yang sangat pendidkan yang tinggi dan menjadikan penting mengajar, anak-anaknya berguna bagi nusa dan contoh bangsa. Berbeda dengan orang tua yang untuk tingkat pendidikannya rendah atau sedang, mengerti, dan mereka akan mempunyai wawasan yang akhirnya dapat menerapkan tingkah laku kurang luas terhadap pendidkan, sehingga yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma- dalam mendidik anak kebanyaakan mereka norma yang ada dalam masyarakat. melakukannnya berdasarkan apa yang dalam menjaga, mendidik, serta bimbingan kepada memberi anak-anak mengetahui, mengenal, Dalam mengasuh anak, orang tua dipengaruhi oleh budaya yang akan dapat memperoleh pernah di peroleh pada zaman dahulu, ada misalnya mereka dahulu hanya lulus dilingkungannya. Disamping itu, orang tua tingkat sekolah dasar maka tidak mustahil diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam 10 Jurnal Derivat Volume 1 No. 2 Desember 2014 (ISSN : 2407 – 3792) Halaman 8-18 jika mereka akan menurunkannya kepada merasa perlu menjelaskan kepada anak apa anak –anaknya. guna dan alasan dibalik aturan tersebut, Dapat dipahami bahwa peranan orang tua dalam keluarga sangat penting sekali serta cenderung mengekang keinginan anaknya mengingat keluarga adalah tempat pertama Pola asuh demokratis adalah pola asuh dan utama bagi anak dalam memperoleh yang bercirikan adanya hak dan kewajiban pendidikan adaptasi orang tua dan anak adalah sama dalam arti lingkungan. Peserta didik yang tinggal di saling melengkapi, anak dilatih untuk dalam lingkungan keluarga yang tidak bertanggung utuh dan sering terjadi pertengkaran antar perilakunya sendiri agar dapat berdiplin anggota keluarga kondisi emosionalnya mendorong anak untuk mandiri namun akan jauh berbeda dengan peserta didik masih menerapkan batas dan kendali pada yang tinggal dilingkungan keluarga yang tindakan mereka. Orang tua yang otoritatif harmonis. menunjukkan kesenangan dan dukungan dan proses Menurut Grant dan Ray (2010: 78) sebagai jawab respons menentukan terhadap kontruktif yaitu: pola asuh otoriter, pola asuh mengharapkan perilaku anak yang dewasa, otoritatif/demokratis, yang mandiri, dan sesuai dengan usianya. Anak mengabaikan, pola asuh yang menuruti. yang memiliki orang tua otoritatif sering Pola gaya kali ceria, bisa mengendalikan diri dan yangmembatasidan menghukumdi mana mandiri, dan berorientasi pada prestasi orang tuamendesakanak untukmengikuti untuk mempertahankan hubungan yang petunjukmereka,menghormatipekerjaan ramah dengan teman sebaya, bekerja sama dan usahamereka.Pola asuh otoriter adalah dengan orang dewasa, dan bisa mengatasi bentuk pola asuh yang menekankan pada stres dengan baik asuh asuh otoriteradalah Mereka perilaku terdapat 3 macam pola asuh orang tua, pola anak. dan juga pengawasan orangtua atau kontrol yang Pengasuhan yang mengabaikan adalah ditujukan kepada anak untuk mendapatkan gaya di mana orang tua sangat tidak ketaatan dan kepatuhan. Pola asuh otoriter terlibat dalam kehidupan anak. Anak yang adalah pengasuhan yang kaku, diktator, memiliki orang tua yang mengabaikan dan memaksa anak untuk selalu mengikuti merasa bahwa aspek lain kehidupan orang orangtua tanpa banyak alasan. Perilaku tua lebih penting daripada diri mereka. orangtua dalam berinteraksi dengan anak Anak-anak ini cenderung tidak memiliki bercirikan tegas, suka menghukum, anak kemampuan sosial. Banyak di antaranya dipaksa untuk patuh terhadap aturan- memiliki pengendalian diri yang buruk aturan yang diberikan oleh orangtua tanpa dan tidak mandiri. Mereka sering kali 11 Pengaruh Kepercayaan Diri dan Pola Asuh Orang Tua pada Mata Kuliah Teori Bilangan terhadap Prestasi Belajar Urip Tisngati; Nely Indra Meifiani memiliki harga diri yang rendah, tidak upaya memenuhi kebutuhan individu dari dewasa, dan mungkin terasing dalam Maslow, keluarga. lembaga pertama yang dapat memenuhi Pengasuhan yang menuruti adalah gaya pengasuhan di mana orang tua sangat maka keluarga merupakan kebutuhan tersebut Jika dikaitkan hubungan antara terlibat dengan anak, namun tidak terlalu kepercayaan diri peserta didik dengan menuntut atau mengontrol mereka. Orang faktor tua dengan tipe ini membiarkan anak berkeyakinan bahwa kepercayaan diri melakukan apa yang ia inginkan. Hasilnya, bukanlah anak tidak pernah belajar mengendalikan melainkan melalui perilakunya sendiri dan selalu berharap berlangsung sejak mendapatkan kehidupan bersama orangtua. Meskipun keinginannya. Beberapa dari keluarga, diperoleh secara usia instant, proses yang dini, dalam banyak mereka dengan cara ini karena mereka kepercayaan diri seseorang, namun faktor percaya antara pola asuh dan interaksi di usia dini, keterlibatan yang hangat dan sedikit merupakan faktor yang amat mendasar batasan akan menghasilkan anak yang bagi pembentukan rasa percaya diri. Sikap kreatif dan percaya diri orangtua, akan diterima oleh anak sesuai Berdasarkan diketahui kombinasi uraian di atas dapat bahwa proses pembelajaran dengan yang ahli orang tua sengaja membesarkan anak bahwa faktor para persepsinya Orangtua yang mempengaruhi pada saat menunjukkan itu. kasih, dapat dilakukan di dalam keluarga dan perhatian, penerimaan, cinta dan kasih masyarakat lingkungansekolah. sayang serta kelekatan emosional yang Inilah yang dinamakan dengan lingkungan tulus dengan anak, akan membangkitkan tempat dalam rasa percara diri pada anak tersebut. Anak memperoleh pendidikan awal. Keluarga akan merasa bahwa dirinya berharga dan memiliki peranan yang sangat penting bernilai dalam upaya mengembangkan pribadi meskipun ia melakukan kesalahan, dari anak. Perawatan orang tua yang penuh sikap orangtua anak melihat bahwa dirinya kasih sayang dan pendidikan tentang nilai- tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak nilai kehidupan, baik agama maupun sosial dicintai dan dihargai bukan tergantung budaya yang diberikannya merupakan pada prestasi atau perbuatan baiknya, faktor untuk namun karena eksistensinya. Di kemudian mempersiapkan anak menjadi pribadi dan hari anak tersebut akan tumbuh menjadi anggota masyarakat yang sehat. Apabila individu yang mampu menilai positif mengaitkan dirinya dan mempunyai harapan yang 12 selain tinggal peserta yang peranan didik kondusif keluarga dengan di mata orangtuanya. Dan, Jurnal Derivat Volume 1 No. 2 Desember 2014 (ISSN : 2407 – 3792) Halaman 8-18 realistik terhadap diri seperti orangtuanya Populasi dalam penelitian ini adalah meletakkan harapan realistik terhadap mahasiswa prodi Pendidikan Matematika dirinya Untuk menumbuhkan rasa percaya STKIP diri yang proporsional maka individu sampelnya harus memulainya dari dalam diri sendiri. Pendidikan Matematika Semester II tahun Hal ini sangat penting mengingat bahwa akademik 2013/2014. hanya individu yang bersangkutan yang PGRI adalah Teknik penelitian yang sedang dialaminya. memberikan dari penelitian adalah angket untuk prodi data dalam dengan atau cara kuesioner. mengukur prestasi belajar matematika, peneliti menggunakan mengetahui pengaruh kepercayaan diri dan nilai tes prestasi belajar. Instrumen yang pola asuh orang tua terhadap prestasi digunakan dalam penelitian ini adalah belajar angket angket kepercayaan diri, pola asuh kuliah adalah mahasiswa untuk mata ini ini Sedangkan Sedangkan pengumpulan dapat mengatasi rasa kurang percaya diri Berdasarkan uraian tersebut, tujuan Pacitan. Teori Bilangan mahasiswa Pendidikan Matematika STKIP orang tua PGRI Pacitan. matematika dan Pengujian pendekatan ini prestasi hipotesis belajar menggunakan tehnik analisis regresi linier berganda 2. METODE PENELITIAN Penelitian tes menggunakan kuantitatif, dengan jenis dengan 2 variabel bebas, dengan Uji anava dalam bantuan penelitian SPSS ini penelitian ex-post facto, karena meneliti menggunakan 16.0. hubungan yang saling mempengaruhi serta Pengujian prasyarat analisis berupa uji tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan multikolinieritas, uji heterokedastisitas, uji terhadap variabel dan data yang diambil normalitas, dan uji autokorelasi. pada penelitian ini setelah atau saat kejadian berlangsung. Sesuai dengan tujuan penelitian di atas maka desain penelitian adalah : 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis data penelitian ditunjukkan untuk menguji pengaruh kepercayaan diri X1 X2 dan pola asuh orang tua pada pelajaran Y matematika terhadap prestasi belajar. Ada 2 (dua) variabel bebas dalam penelitian X1: Kepercayaan Diri X2: Pola Asuh Orang Tua Y : Prestasi belajar ini, yaitu variabel X1 adalah kepercayaan diri, X2 adalah pola asuh orang tua pada pelajaran matematika. Untuk variabel 13 Pengaruh Kepercayaan Diri dan Pola Asuh Orang Tua pada Mata Kuliah Teori Bilangan terhadap Prestasi Belajar Urip Tisngati; Nely Indra Meifiani terikatnya adalah prestasi belajar Dari hasil Tabel 1 di atas diperoleh matematika. Untuk variabel X2 adalah pola nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan asuh orang tua, data dikategorikan menjadi berdasarkan kriteria keputusan Ho ditolak 3. Hal ini dikarenakan ada 3 macam pola sehingga dapat disimpulkan ada hubungan asuh yang diungkapkan dalam penelitian linier antara variabel X1 (kepercayaan diri) ini, yaitu pola asuh otoriter, pola asuh dengan variabel Y. demokratis, dan pola asuh permisif. Pada penelitian ini (kepercayaan terhadap hanya diri) prestasi variabel Untuk melihat pengaruh variabel X1 X1 (kepercayaan diri) terhadap variabel Y yang berpengaruh digunakan uji t. Hasil uji t diperlihatkan belajar matematika seperti pada tabel 2 berikut. siswa, sedangkan variabel X2 (pola asuh Tabel 2 orang tua) tidak berpengaruh.. Dalam penelitian ini menggunakan pengujian analisis hipotesis regresi ganda dengan variabel dummy. Metode yang digunakan dalam analisis regresi ganda adalah metode stepwise. Perhitungan analisis regresi ganda dengan metode stepwise disajikan pada tabel 1 sampai 5 berikut ini masing nilai sig lebih kecil dari 0.05 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara variabel X1 (kepercayaan diri) dan variabel Y (Prestasi belajar matematika). Dari tabel Pada penelitian ini hanya variabel X1 (kepercayaan terhadap Berdasarkan Tabel 2 di atas masing- diri) prestasi yang berpengaruh belajar matematika di atas juga menggambarkan persamaan regresi, sehingga dapat dilihat bahwa persamaan regresinya adalah: siswa, sedangkan variabel X2 (pola asuh orang tua) tidak berpengaruh. Y = 32,605 + 0, 516 X1 Untuk melihat apakah ada hubungan yang linier antara variabel X1 (kepercayaan diri) terhadap variabel Y digunakan uji anava. Hasil uji anava disajikan pada tabel berikut. Tabel 1 Di mana Y = prestasi belajar Matematika X1 = kepercayaan diri Persamaan di atas menunjukkan bahwa untuk koefisien regresi X1 sebesar 0, 516 mempunyai arti bahwa setiap penambahan 1 poin kepercayaan diri di mana pola asuh orang tua bersifat tetap pada pelajaran matematika maka prestasi 14 Jurnal Derivat Volume 1 No. 2 Desember 2014 (ISSN : 2407 – 3792) Halaman 8-18 belajar siswa Kabupaten SMP Pacitan kelas akan VIII di 2. Uji heteroskedastisitas bertambah sebesar 0,516. Tabel selanjutnya akan disajikan nilai koefisien determinasi yang merupakan besarnya sumbangan variabel X1 (kepercayaan diri) terhadap Y. Tabel 3 Gambar 1 Dari gambar 1 di atas, terlihat bahwa Pada Tabel 3 menunjukkan nilai R titik-titik menyebar dan tidak berbentuk Square 0,166, hal ini berarti bahwa sebesar pola tertentu. Dengan demikian dapat 16,6% prestasi belajar Matematika dapat disimpulkan bahwa tidak ada dijelaskan dengan menggunakan variabel kepercayaan diri. Sisa dari R Square, yaitu 83,4% (100% - 16,6%) prestasi belajar gejala heteroskedastisitas. 3. Uji normalitas residual Tabel 5 Matematika dipengaruhi oleh faktor lain. Pengujian asumsi Sebelum mendapatkan persamaan regresi ganda, ada empat uji asumsi dasar yang harus dipenuhi, yaitu 1. Uji multikolinieritas Tabel 4 Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa besar nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,644 dan nilai asympt.sig (2-tailed) adalah 0,800 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data residual Berdasarkan tabel 4 ternyata variabel berdistribusi normal. bebas mempunyai nilai VIF < 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas antara variabel bebas. 15 Pengaruh Kepercayaan Diri dan Pola Asuh Orang Tua pada Mata Kuliah Teori Bilangan terhadap Prestasi Belajar Urip Tisngati; Nely Indra Meifiani Pembahasan 1. Berdasarkan analisis regresi ganda dengan variabel kesimpulan dummy diperoleh bahwa variabel kepercayaan diri belajar terbukti telah memberikan pengaruh dan signifikan terhadap prestasi belajar Matematika. Berdasarkan hasil determinasi, koefisien besarnya variabel-variabel Gambar 2 uji pengaruh bebas terhadap variabel terikat (R square) sebesar Berdasarkan gambar 2 di atas, terlihat 0,166. Hal tersebut memberikan bahwa titik-titik menyebar disekitar garis pengertian bahwa hanya 16,6% prestasi diagonal serta penyebarannya tidak jauh belajar dari garis diagonal. Dengan demikian kepercayaan diri. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa data residual ternyata masih banyak variabel lain berdistribusi normal. sebesar 83,4% (100% - 16,6%) yang dipengaruhi oleh variabel dapat mempengaruhi prestasi belajar 4. Uji autokorelasi Matematika, seperti motivasi, Berdasarkan tabel 4 di atas, terlihat kecerdasan, minat, dan lingkungan nilai DW sebesar 1,361. Sedangkan pada sosial. Sumbangan kepercayaan diri tabel Durbin Watson dengan variabel terhadap prestasi belajar Matematika bebas (k) = 2 dan n = 93 nilai dL = 1,5966 ditunjukkan dan dU = 1,72955. Oleh karena nilai DW sebesar 0,516. Dengan demikian, hasil hitung kurang dari nilai dL, sehingga dapat penelitian ini menunjukkan bahwa jika disimpulkan bahwa model regresi linier seseorang mempunyai kepercayaan diri ganda belajar yang tinggi, maka variabel terdapat masalah autokorelasi. oleh koefisien yaitu Masalah autokorelasi ini dapat disebabkan tersebut karena pada penelitian ini hanya 2 faktor 16,6% prestasi belajar Matematika yang diteliti, yaitu kepercayaan diri dan siswa yang baik pula. pola asuh orang tua pada pelajaran 2. Hasil menyumbangkan analisis korelasi sebesar parsial matematika, sedangkan faktor-faktor yang menunjukkan tidak terdapat model lain tidak diteliti. Hal ini menjelaskan variabel pola asuh orang tua maka tidak bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh terdapat pengaruh pola asuh orang tua banyak faktor. terhadap prestasi belajar Matematika. 16 Jurnal Derivat Volume 1 No. 2 Desember 2014 (ISSN : 2407 – 3792) Halaman 8-18 Hal tersebut dikarenakan banyak faktor Saran yang mempengaruhi prestasi belajar 1. Bagi mahasiswa diharapkan dapat Matematika. Seperti hasil dari angket meningkatkan kepercayaan diri yang ternyata dapat mendukung dalam belajar. jawaban mahasiswa mengerucut ke satu tipe pola asuh yaitu pola asuh demokratis. Selain itu 2. Orang tua diharapkan meluangkan waktu untuk anaknya agar dapat mengarahkan, dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain membimbing, seperti sikap, motivasi, minat, dan memberikan fasilitas yang memadai bakat anak terhadap Matematika. Dapat bagi anaknya dalam mendukung proses disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh belajar di rumah. yang signifikan pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar. 3. Dosen diharapkan dapat membantu siswa tidak hanya dalam belajar akan tetapi dalam memotivasi siswa serta 4. KESIMPULAN melakukan pendekatan terhadap siswa dan orang tua atau wali siswa agar Kesimpulan Berdasarkan pembahasan analisis hasil data dan penelitian dapat dapat meningkatkan prestasi belajar anak didiknya. disimpulkan sebagai berikut. 1. Tidak terdapat pengaruh secara bersama-sama kepercayaan diri dan pola asuh orang tua pada mata kuliah 5. REFERENSI Agus Widarjono. (2010). Analisis statistika multivariate terapan. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. teori bilangan terhadap prestasi belajar Matematika mahasiswa STKIP PGRI Pacitan. 2. Terdapat pengaruh kepercayaan diri terhadap prestasi belajar Matematika mahasiswa STKIP PGRI Pacitan.. 3. Tidak terdapat pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar Matematika mahasiswa STKIP PGRI Pacitan. Berns, R.M. (2004). Child, family, school, community socialization and support (6rd ed.). London, UK: Thomson Learning. Gazzaniga, M.S. & Heatherton, T.F. (2003). Psychological science: mind, brain, and behavior. New York: W.W. Norton & Company, Inc. Geary, D.C., & Flin, M.V. (2001). Evolution of human parental behavior and the human family. Parenting: Science and Practice, 1, 5-61. Grant, K.B., & Ray, J.A. (2010). Home, school, and community collaboration. California: Sage. 17 Pengaruh Kepercayaan Diri dan Pola Asuh Orang Tua pada Mata Kuliah Teori Bilangan terhadap Prestasi Belajar Urip Tisngati; Nely Indra Meifiani Grassi, C. (2004). Gender-based achievement, self-confidence and enrollment gaps: Mathematics at trinity college. Diakses dari http://www.trincoll.edu/depts/educ/ Recearch/Grassi.pdf Waluya. 2012. “Peran Matematika Dan Pendidikan Matematika Dalam Membangun Karakter Bangsa”. Prosiding. ISBN: 978-979-16353-87 tahun 2012. Yogyakarta: FMIPA UNY. Hannula, M.S., Maijala, H., & Pehkonen, E. (2004). Development of understanding and self confidence in Mathematics; grades 5-8. Journal of Mathematics education, 3, 17-24. Diambil pada tanggal 23 Januari 2011 dari http://www.emis.de/proceedings/P ME28/RR/RR162_Hannula.pdf Yoder, J. & Proctor, W. (1988). The self-confident child. New York: Fact on File Publications. Imam Ghozali. (2009). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Nawangsari, N.A.F. 2001. Pengaruh SelfEfficacy dan Expectancy-Value terhadap Kecemasan Menghadapi Pelajaran Matematika. Jurnal Psikologi Pendidikan: Insan Media Psikologi, 3,2, 2001, 75-88. Program Pascasarjana UNY. (2011). Statistika. Yogyakarta: Program Pascasarjana UNY. Santrock, J.W. (2007). A topical approach to life-span development. New York: McGraw-Hill. Santrock, J.W. (2007). Perkembangan anak (Terjemahan Mila Rahmawati dan Anna Kuswanti). Texas: The University of Texas at Dallas. Siska, Sudardjo & Purnamaningsih, Esti Hayu. 2003. “Kepercayaan Diri dan Kecemasan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa”. Jurnal Psikologi. Vol. 9 No. 2 tahun 2003.http://jurnal.psikologi.ugm.ac.i d/index.php/fpsi/article/view/106/96 . Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 18