1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bidang ortodonti mengalami kemajuan pesat dalam beberapa dekade terakhir, berbagai penemuan material baru menghasilkan alat-alat ortodonti dengan teknologi tinggi yang mempermudah penatalaksanaan kasus-kasus maloklusi. M aterial-material tersebut mempengaruhi sifat dan karakteristik alat ortodonti yang dibentuk, sehingga setiap alat ortodonti memiliki variasi keunggulan dan kelemahan (Gurgel dkk., 2001). Idealnya penggunaan archwire ortodonti bersama dengan komponen alat ortodonti lainnya berfungsi untuk menggerakkan gigi dengan tekanan yang ringan dan kontinyu, untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien saa t terjadi proses pergerakan gigi dan agar terjadi adaptasi biologis yang baik p ada jaringan periodontal. Pemilihan jenis archwire penting dalam setiap rencana perawatan ortodonti, gaya yang dihasilkan oleh berbagai jenis archw ire harus dipertimbangkan dan disesuaikan dengan pergerakan gigi yang diinginkan untuk menghasilkan gaya optimal tanpa menimbulkan kerusakan pada jaringan tulang alveolar (A bdelrahman dkk., 2015). Saat ini beredar di pasaran berbagai jenis archwire ortodonti, antara lain archwire stainless steel, nikel titanium , cobalt chrom ium dan beta titanium . Setiap archwire memiliki karakteristik, campuran alloy, dan proses manufacturing yang beragam . Besi, nikel, titanium , cobalt, copper dan komponen lain terkandung di dalam archwire dengan persentase yang berbeda membentuk ikatan atom kristal (K usy, 2 1997). Archwire ortodonti dapat diklasifikasikan berdasarkan komposisi kimia, struktur mikro, dan sifat mekanisnya (Burstone dan Goldberg, 1980). Karakteristik archwire ortodonti seperti besar friksi, weldability, resilient, springback, deformasi elastis dan deformasi permanen penting dipahami dalam memilih archwire ortodonti (Gurgel dkk., 2001). Selain sifat tahan korosi, stabilitas archwire dan biocompatibility, archwire ortodonti harus dapat didefleksi dengan rentang besar tanpa adanya perubahan permanen pada archwire tersebut (dengan kata lain archwire memiliki kelenturan tinggi), sifat tersebut secara klinis diperlukan sehingga archwire dapat memberikan gaya konstan selama pergerakan gigi dan memungkinkan jarak aktivasi yang lebih besar (Burstone dan G oldberg, 1980). Defleksi merupakan besarnya jarak pada saat gaya dari archwire didistribusikan ke dentoalveolar sehingga terjadi pergerakan gigi. Semakin kecil diameter archwire, jarak defleksi yang dihasilkan semakin besar (Bishara, 2001). Perawatan ortodonti tahap awal membutuhkan archwire ortodonti dengan kemampuan defleksi maksimum (Williams, 2000), elastisitas yang tinggi pada archwire NiTi memberikan keuntungan dalam perawatan ortodonti karena archwire dapat diaplikasikan pada defleksi yang cukup besar (Gurgel dkk., 2001). Besarnya defleksi archwire dan lama penggunaan archwire dalam suatu perawatan maloklusi perlu diperhatikan, walaup un archwire memiliki elastisitas tinggi, apabila defleksi terlalu besar dan diaplikasikan pada kondisi tersebut untuk waktu yang lama, dapat memicu terjadinya deformasi permanen (M uraviev dkk., 2001). Deformasi pada archw ire dapat bersifat elastis atau permanen. Perubahan bentuk yang terjadi pada deformasi elastis bersifat reversibel, 3 sementara pada deformasi permanen bersifat ireversibel (Graber dkk., 2005). Secara makroskopis, pada archw ire yang mengalami deformasi terjadi perubahan bentuk archwire dari bentuk aslinya, perubahan tersebut terjadi karena aplikasi beban atau gaya berupa kompresi dan torsi, sedangkan secara mikroskopis terlihat gambaran perubahan susunan atom kristal pembentuk archwire dan berkurangnya jumlah ion hidrogen di permukaan archwire (M uraviev dkk., 2001). Deformasi permanen archwire dapat mengakibatkan hilangnya sifat elastis archw ire sehingga tidak dapat lagi menghasilkan gaya yang optimum untuk menggerakkan gigi (M uraviev dkk., 2001). Archwire ortodonti nikel titanium (N iTi) merupakan salah satu archwire yang populer di bidang ortodonti saat ini (Graber dkk., 2005). Archwire NiTi dianggap sebagai pilihan initial archwire terbaik pada perawatan berbagai kasus maloklusi (O’Brien, 2002). Archwire NiTi memiliki sifat lebih resilien daripada archwire stainless steel (Gravina dkk., 2013) dan juga memiliki sifat superelastic dan efek shape mem ory sehingga archwire dapat kembali ke bentuk semula saat deaktivasi. Archwire N iTi dapat dideformasi mencapai 7-8% regangan, nilai ini hampir mencapai 40 kali melebihi kapasitas archwire stainless steel (Fernandes dkk., 2011). Sifat shape memory archwire NiTi dipengaruhi oleh adanya dua modifikasi bentuk kristal yaitu austenit dan martensit yang terjadi karena perubahan suhu (Barwart dkk., 1999). Archwire NiTi mengalami berbagai perkembangan, superelastic NiTi dengan waktu pengerasan dan fase austenit lebih singkat, menawarkan potensi yang lebih baik dalam perawatan ortodonti (Burstone dkk., 1985). Kemampuan springback pada 4 superelastic NiTi berkisar antara 65°-70°, sedangkan untuk archwire NiTi konvensional berkisar 40°-60° (Brantley, 2001). Varian archwire NiTi yaitu therm al NiTi, awalnya dibuat dengan kom posisi nikel dan titanium yang sama dengan archwire NiTi konvensional, kemudian ditambah dengan komposisi cobalt sebanyak 1,6-3%. Thermal NiTi menunjukkan sifat shape memory pada fase martensit dan menjadi lebih elastik pada fase austenit (Singh, 2004). Archwire NiTi dengan penambahan komposisi copper (CuN iTi) mulai diperkenalkan sejak tahun 1994, archwire CuNiTi memiliki komposisi 49,87% nikel, 42,99% titanium , 0,5% chrom ium dan 5,64% copper (Singh, 2004). Penambahan copper pada archwire NiTi menghasilkan suhu transisi yang lebih baik karena copper merupakan konduktor panas yang baik, sehingga gaya loading archwire lebih homogen dan efektivitas pergerakan gigi meningkat (Gravina dkk., 2014). Pergerakan gigi akan mencapai posisi baru dalam waktu sekitar 3 minggu maka kontrol perawatan ortodonti idealnya dilakukan minimal 3 minggu atau 4 – 6 minggu sekali (Proffit dkk., 2007). Seperti archwire ortodonti lainnya, jenis archwire NiTi apabila dikondisikan pada defleksi yang cukup besar dalam kurun waktu lama, dapat mengalami deformasi permanen (O’Brien, 2002). Harris dkk. (1988) mempelajari sifat mekanik archwire NiTi setelah 1, 2 dan 4 bulan deformasi dan menemukan pengurangan yield strength sebanyak 0,2% dari 15% . Archwire ortodonti yang diaplikasikan dalam rongga mulut selalu berkontak dengan saliva. Adanya saliva dan pengaruh lingkungan dalam rongga mulut dapat menyebabkan terjadinya pelepasan ion logam penyusun archw ire ortodonti (Huang, 5 2003), pelepasan ion logam pada archwire NiTi akan menyebabkan penurunan elastisitas archwire (M uraviev, 2001). Archw ire NiTi juga mengalami tekanan dan defleksi pada proses mastikasi dan menyebabkan resiko terjadinya deformasi plastis hingga fraktur, defleksi yang melebih lim it elastic archwire dapat menyebabkan fraktur (Hernández dkk., 2014). B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diajukan rumusan masalah: 1. Apakah terdapat perbedaan deformasi permanen pada jenis archwire NiTi (superelastic NiTi, therm al NiTi dan copper NiTi)? 2. Apakah lama waktu defleksi mempengaruhi deformasi permanen jenis archwire NiTi (superelastic NiTi, therm al N iTi dan copper NiTi)? 3. Apakah ada interaksi antara pengaruh jenis archw ire dan lama waktu defleksi terhadap perbedaan deformasi permanen pada superelastic N iTi, therm al N iTi dan copper N iTi? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. M eneliti dan mempelajari karakteristik deformasi permanen pada jenis archwire NiTi (superelastic NiTi, therm al N iTi dan copper NiTi). 6 2. M eneliti dan mempelajari pengaruh lama waktu defleksi terhadap deformasi permanen jenis archwire N iTi (archwire superelastic NiTi, therm al NiTi dan copper NiTi). 3. M enganalisis interaksi antara pengaruh jenis archwire dan lama waktu defleksi terhadap deformasi permanen archwire superelastic NiTi, therm al NiTi dan copper NiTi. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi baru mengenai karakteristik mekanik deformasi permanen khususnya pada archwire superelastic NiTi, therm al NiTi dan copper NiTi yang sering digunakan dalam praktek bidang ortodonti. Informasi tersebut digunakan sebagai pertimbangan dalam memilih initial archwire dengan kualitas terbaik untuk mengoreksi malposisi gigi geligi dengan kasus keberjejalan tinggi yang membutuhkan defleksi besar dalam rentang waktu lama, tanpa resiko terjadinya deformasi permanen. E. Keaslian Penelitian Berbagai penelitian mengenai archwire ortodonti telah banyak dilakukan. Figueirêdo dkk. (2012) membandingkan karakteristik load-deflection dengan uji three-point bending pada archwire NiTi yang aktif karena pengaruh suhu, defleksi dilakukan sebesar 0,5 mm, 1 mm, 2 mm dan 3 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku mekanik dari archwire NiTi berbeda-beda 7 tergantung pada suhu transisi saat manufacturing, dan tidak terjadi deformasi permanen pada archwire setelah uji three-point bending dilakukan. Wierenga (2014) melakukan penelitian mengenai karakteristik mekanik pada archwire ortodonti, hasil penelitian menunjukkan bahwa archwire NiTi mulai mengalami deformasi pada defleksi sebesar 7 mm. Archwire CuAlNi (copper aluminium nickel) menghasilkan gaya yang relatif konstan untuk jangka waktu lama, histeresis minimal, modulus elastisitas rendah dan gaya loading yang rendah saat didefleksi, sehingga dianggap sebagai material tambahan yang penting dalam bidang ortodonti. Hernández dkk. (2014) melakukan penelitian mengenai fatigue resistance pada beberapa archwire NiTi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraktur akan terjadi jika archwire NiTi didefleksi berkali-kali pada tempat yang sama dengan gaya yang konsta n. Dijelaskan juga bahwa archwire stainless steel justru memiliki fatigue resistance yang lebih besar daripada archw ire N iTi. Gravina dkk. (2013) membandingkan karakteristik mekanik pada archwire NiTi konvensional dan archw ire C uNiTi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa archw ire CuNiTi memiliki karakteristik mekanik yang lebih baik. Harris dkk. (1988) mempelajari sifat mekanik archw ire NiTi setelah 1, 2 dan 4 bulan deformasi dan menemukan pengurangan yield strength sebanyak 0,2% dari 15%. Andreasen dan Barret (1970) membandingkan beberapa jenis archwire ortodonti menggunakan typodont dengan susunan gigi yang dibuat malposisi selama satu jam. 8 Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang menentukan deformasi permanen pada archwire, yaitu besarnya simpangan yang terjadi, jarak interbracket dan jenis archwire. Archwire N iTi terbukti memiliki working range 55% lebih besar dibandingkan archwire stainless steel. Semakin besar working range archw ire maka kemungkinan untuk terjadi deformasi permanen semakin kecil. Barrowes (1982) membuktikan archwire NiTi mengalami deformasi permanen hingga 7% setelah diaplikasikan pada defleksi tertentu selama 4 minggu. Sepengetahuan penulis, penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh lama waktu defleksi terhadap deformasi permanen pada tiga jenis archwire Nikel Titanium (superelastic NiTi, therm al NiTi dan copper NiTi) belum pernah dilakukan.