nama-nama dialek arab

advertisement
PENYIMPANGAN PELAFALAN KATA
PADA SUKU-SUKU ARAB
Dialek Quraiys mendominasi bahsa Arab baku, dalam arti bahwa
sebagian besar kandungan bahasa Arab baku berasal dari dialek Quraiys.
Akan tetapi ini tidak berarti bahwa dialek lain tidak punya kontribusi dalam
perbendaharaan bahasa Arab fusha. Dialek-dialek lain juga memiliki
kontribusi dalam perbendaharaan bahasa Arab fusha, meskipun jumlahnya
tidak dominan.
Terbentuknya bahsa Arab fusha merupakan kejadian yang tidak
direncanakan oleh para penuturnya, tetapi terbentuk secara tiba-tiba, sebagai
hasil dari pembauran dan interaksi yang terjadi antara berbagai suku di musim
haji dan kegiatan bisnis di berbagai pusat perdagangan. Dengan bahasa Arab
fusha ini para penyair menyusun puisi mereka dan mengungkapkan perasaan
suka dan duka mereka.
Di antara sekian banyak dialek, yang paling fasih dan paling banyak
mendominasi kosa kata bahasa Arab fusha adalah dialek Quraisy. Sedikit
sekali ditemukan kekurangfasihan dalam dialek Quraisy ini, yaitu tentang
pelesapan huruf hamzah. Sedangkan dalam bahasa Arab fusha terdapat huruf
hamzah yang diambil dari dialek Nejed seperti dialek Tamim, dan lain-lain.
Oleh karena itu tidak aneh kalau sebagian besar linguis Arab klasik
menganggap bahwa dialek Quraisy identik dengan bahasa Arab fusha,
sebagaimana dikemukakan Ibn Faris: Para ahli bahasa Arab, ahli riwayat
(transmisi puisi), Penyair, ahli sejarah, dan ahli geografi sepakat bahwa suku
Quraisy adalah suku yang paling fasih dan paling bersih bahasanya. Oleh
karena itu Allah swt. Memilih dari mereka atas semua suku Arab seorang
Nabi yaitu Nabi Muhammad saw. dan menjadikan orang Quraisy sebagai
penjaga Ka’bah dan Masjidil Haram. Oleh karena itu para pengunjung baik
dari bangsa Arab maupun bangsa non Arab berdatangan ke Mekah untuk
menunaikan ibadah haji dan berperkara kepada orang Quraisy setiap
menghadapi masalah hukum. Dulu setiap ada tamu datang ke Mekah dan dan
menemui orang-orang Quraisy, tamu-tamu itu selalu menirukan bahasa orang
Quraisy sehingga mereka menjadi fasih juga seperti orang Quraisy.
Al-Suyuti menjelaskan bahwa sejak zaman jahiliyah orang-orang
Arab datang ke Mekah untuk beribadah haji, sementara orang Quraisy menilai
kefasihan bahasa Arab mereka. Kalau kosa kata yang mereka pakai dianggap
faasih oleh orang-orang Quraisy mereka dipersilahkan terus memakainya dan
mereka dianggap orang yang mampu berbahasa fasih, bersih dari kosa kata
yang aneh-aneh.
Para linguis Arab telah membuat klasifikasi tentang kosa kata-kosa
katayang dianggap aneh yang dipakai oleh bangsa Arab, dan memberikan
nama pada kosa kata-kosa kata ini serta memberikan rujukan pada kosa
katakosa kata ini, dari suku apa kosa kata-kosa ini berasal.
Secara umum sebenarnya bangsa Arab pada jaman jahiliyah tidak
mengenal nama-nama-nama dialek Arab. Konon orang yang pertama
memberikan sebutan atau nama pada dialek-dialek Arab adalah seorang laki-
1
laki yang berasal dari “Jarm”, dan sumber-sumber yang ada tidak pernah
menyebutkan siapa nama laki-laki itu. Sehingga dialek-dialek itu memiliki 19
sebutan yaitu: ‫ التضجع‬, ‫ التلتلة‬, ‫الرتَّة‬
ُّ , ‫ الشَّنشنة‬, ‫ الطمطمانية‬, ‫ العجرفية‬, ‫ العجعجة‬, ‫ العنعنة‬, ‫ الغمغمة‬,
‫ الفحفحة‬, ‫ الفراتية‬, ‫ القطعة‬, ‫ الكسكسة‬, ‫ الكشكشة‬, ‫ اللخلخانية‬, ‫ الومت‬, ‫ الوكم‬, dan ‫ الوهم‬.
Suatu ketika, di istananya Muawiyah Ibn Abi Sufyan bertanya
kepada laki-laki dari Jarm itu “Siapa yang paling fasih bahasa Arabnya di
daerah ini?” tanya Muawiyah. Seseorang menjawab: “Suatu kaum yang
bahasanya bersih dari khalkhaniyah (‫ )خلخانية‬suku Eufrat, Kaskasah (‫)كسكسة‬
suku Bakr, Ghamghamah (‫)غمغمة‬, suku Qudha’ah, dan Thumthumaniyah
(‫ )طمطمانية‬suku Himyar.
Suatu ketika Muawiyah bertanya lagi kepada orang lain dari
kawasan Simath: “Siapa yang paling fasih bahasa Arabnya?” Orang itu
mengatakan: Ya Amirul Mukminin, yang paling fasih adalah suatu kaum yang
bahasa mereka bersih dari ruttah (‫ )رتة‬/raq, Kaskasah (‫ )كسكسة‬Bakr, Syansyanah
(‫)شنشنة‬Taghlib, Ghamghamah (‫ )غمغمة‬suku Qudha’ah, dan Thumthumaniyah
(‫ )طمطمانية‬suku Himyar. Selanjtnya Muawiyah bertanya siapa mereka? Dia
menjawab: Kaum ini ya Amirul Mukminin adalah kaum Quraisy. “Kau
benar” kata Muawiyah . “Kau dari suku apa?” lanjut Muawiyah. Laki-laki itu
menjawab: “Dari Jarm.” Dalam kaitan ini Al-Asmai berpendapat bahwa suku
Jarm adalah suku paling fasih bahasanya.
Suatu ketika Muawiyah bertanya kepada oarang di sekelilingnya:
“Siapa yang paling fasih bahasa Arabnya?” Seseoarang menjawab: “Suatu
kaum yang bahsa Arabnya bersih dari ‘An’anah (‫ )عنعنة‬suku Tamim,
Kasykasyah (‫ )كشكشة‬suku Rabi’ah, Kaskasah (‫)كسكسة‬
suku Bakr,
Ghamghamah (‫ )غمغمة‬suku Qudha’ah, Thumthumaniyah (‫ )طمطمانية‬suku Himyar.
“Siapa mereka?” tanya Muawiyah. “Kaummu ya Amirul Mukminin.” Jawab
mereka.
Pada waktu lain Muawiyah bertanya: “Siapa yang paling fasih
bahasa Arabnya?” Seseorang dari daerah Simath menjawab: “Suatu kaum
yang bahasa Arabnya bersih dari furatiyah (‫ )فراتية‬Iraq, Kaskasah (‫ )كسكسة‬suku
Bakr, Ghamghamah (‫ )غمغمة‬suku Qudha’ah, dan Thumthumaniyah (‫)طمطمانية‬
suku Himyar. Lalu Muawiyah bertanya: “Siapa mereka?” “Kaummu Amirul
Mukminin, kaum Quraisy.” jawab mereka.
Perbedaan apa pun yang terjadi dalam cerita di atas tantang jumlah
suku dan sebutan dialek serta kaitan dialek dengan suku tertentu, yang jelas,
semua pakar sepakat bahwa suku Quraisy merupakan suku yang paling bersih
dari sebutan-sebutan aneh pada dialek-dialek di atas.
Sebutan-sebutan aneh pada dialek-dialek dalam dialek-dialek Arab:
1. ‫ا الستانطاء‬
2
Sebuatan ini terdapat pada dialek suku Sa’ad Ibn Bakr, Huzail, Azd,
Qaiys, Al-Anshar, dan Yaman. ‫ الستنطاء‬adalah penggantian huruf ‫ ع‬dengan
huruf ‫ ن‬jika bersanding dengan huruf ‫ط‬. Seperti kata ‫ أعطى‬menjadi ‫ أنطى‬, seperti
dalam ayat Qur`an: ‫ إان أعطيناك الكوثر‬, mereka baca: ‫إان أنطيناك الكوثر‬. Begitu pula doa: ‫ل‬
‫ مانع ملا أعطيت ول معطي ملا منعت‬, mereka ucapkan: ‫ ل مانع ملا أنطيت ول منطي ملا منعت‬. Begitu
pula Hadits yang berbunyi:‫ اليد املعطية خري من اليد السفلى‬mereka baca: ‫اليد املنطية خري من اليد‬
‫السفلى‬.
Pergantian huruf ‫ع‬dengan ‫ ط‬ini telah menyebar luas di Iraq dan
juga di padang pasir hingga saat ini.
Pengelompokan geografis bagi fenomena ini baik pada zaman
dahulu maupun zaman sekarang menunjukkan bahwa fenomena ini terdapat di
semua kawasan yang dilalui para kafilah niaga dari selatan ke utara. Oleh
karena itu, kemungkinan besar fenomena ini berasal dari kawasan selatan
(Yaman) lalu menyebar ke sepanjang kawasan ‫( رحلة الشتاء والصيف‬perjalanan
bisnis musim dingin dan panas).
Pada dasarnya, fenomena ini bukanlah fenomena yang umum
berlaku di kalangan suku-suku Arab, bahwa setiap huruf ‫ ع‬mati bersanding
dengan huruf ‫ط‬pasti diganti dengan huruf ‫ ن‬mati, tetapi hanya terbatas pada
kata ‫ أعطى‬saja.
Karena anggapan bahwa huruf ‫ ع‬dapat diganti dengan huruf ‫ن‬
merupakan pendapat yang tidak dapat dibenarkan oleh kajian linguistik
modern, karena huruf ‫ع‬secara fonetis sangat jauh dari huruf ‫ن‬. Sebagaimana
dikatakan bahwa suatu huruf memang dapt diganti dengan huruf lain jika
secara fonetis huruf itu berdekatan dengan huruf penggantinya. Sebagai
contoh huruf-huruf berikut yang berdekatan sifat fonetisnya, yaitu: ،‫ ه‬،‫ ء‬،‫ م‬،‫ن‬
‫ د‬،‫ ط‬،‫ ث‬،‫ ذ‬،‫ ظ‬،‫ ت‬dan sebagainya. Sedangkan huruf ‫ ح‬jauh sekali. Sifat
fonetisnya dari huruf ‫ث‬. Oleh karena itu di antara keduanya tidak boleh saling
mengganti. Begitu pula huruf ‫ع‬dengan ‫ن‬.
Seandainya antara huruf ‫ ع‬mati yang diikuti huruf ‫ ط‬dapat diganti
dengan huruf ‫ن‬, tentu saja hal ini berlaku bagi semua kata bahasa Arab yang
berkasus seperti ini, contoh: ‫ يعطب‬،‫ معطري‬،‫ يعطس‬،‫ يعطش‬،‫ يعطل‬،‫ يعطن‬،‫ يعطو‬dan lain
sebagainya.
Tetapi hasil penelitian para ahli menemukan fenomena seperti ini
hanya pada kata ‫ أعطى‬saja.
2. ‫َّض ُّجع‬
ّ ‫الت‬
Nama ini terdapat pada suku Qays. ‫َّض ُّجع‬
ّ ‫ الت‬adalah bacaan, lamban,
santai, dan suara miring (‫)إمالة‬. Tetapi ‫ إمالة‬tidak hanya terdapat pada suku Qays
saja, tetapi pada suku Tamim, Asad, dan penduduk Neged pada umumnya.
3
3. ‫التَّ لت لة‬
Fenomena ini merupakan perubahan syakl fi’il mudhari dari fathah
menjadi kasrah. Contoh fi’il mudhari tersebut dilafalkan sebagai berikut:
‫ أان أعلم‬ ‫ أان إاعلم‬, ‫ أنت ت علم‬ ‫ أنت تاعلم‬, ‫ هو ي علم‬ ‫هو ياعلم‬. Fenomena Taltalah ini
ditemukan pada suku Bahra`. Akan tetapi menurut Ibn Manzur ,pengarang
Lisanul Arab, fenomena seperti ini terdapat pada banyak suku Arab yaitu suku
Qays, Tamim, Rabi’ah, dan suku-suku Arab lainnya.
Fenomena seperti di atas sebenarnya terjadi pula pada bahasabahasa semit kuno yang lain seperti bahasa Ibrani, Suryani, dan Etiopia. Bukti
lain yang sangat kuat atas kenyataan ini adalah kasrahnya semua huruf
mudhari’ah dalam semua dialek Arab kontemporer. Sebagai contoh: ‫ من ي قرأ‬
‫ امي ياقرأ‬, ‫ من يسمع‬ ‫مي ياسمع‬.‫ ا‬Fenomena seperti ini dijumpai pada semua kawasan
dan suku Arab, kecuali di kawasan Nejed (Riyadh) yang tetap
mempertahankan fathahnya huruf mudhara’ah ketika fa` fi’ilnya sukun seperti
kata ‫ ي رامي‬،‫ ي لعب‬،‫ ي ركض‬, dan lain-lain.
Tetapi jika setelah huruf mudhara’ah itu berbaris, mereka kasrahkan huruf
mudhara’ah itu. Seperti kata: ‫ يسوق‬ ‫يساق ;ياسوق‬‫ ياساق‬، ‫ ياالكام‬, ‫ ي ها اوش‬‫ ياها اوش‬, dan
lain-lain.
4. ‫الرتَّة‬
ُّ
Fenomena ini terdapat pada dialek Iraq. ‫ رتة‬adalah berbicara dengan
cepat sekali, sehingga ada bagian yang hilang dalam pelafalan, seperti
ungkapan: ‫ ما شاء هللا كان‬ ‫( ما شا هللا كان‬tanpa hamzah).
5. ‫الشَّنشنة‬
Fenomena ini terdapat pada dialek suku Taglib di Yaman. ‫الشَّنشنة‬
adalah penggantian huruf ‫ ك‬dengan ‫ ش‬seperti pada ungkapan ‫ لبَّ يك اللَّه َّم‬ ‫لبَّ يش‬
‫اللَّه َّم‬. Pelafalan seperti ini menyebar luas di Hadramaut, Yaman. Contoh lain
adalah: ‫ عليك‬ ‫عليش‬
6. ‫طمطمانايَّة‬
Fenomena ini terdapat pada Suku Thay, Azd, dan beberapa suku
Himyar di Yaman. ‫ طمطمانايَّة‬adalah penggantian lam takrif (‫ )ال‬dengan ‫ م‬, seperti
pada kalimat: ‫ طاب اْلواء وصفا اْل ُّو‬ ‫ طاب امهواء وصفا اْم ُّو‬. Bahkan menurut salah satu
hadits yang diriwayatkan oleh Al-Namir Ibn Tawlab, bahwa Rasulullah
‫ا‬
‫ ليس ام ان امااب ام ا‬sebagai ganti dari: ‫السف ار‬
‫ا‬
pernah bersabda: ‫صيام اِف امسف ار‬
َّ ‫الصيام اِف‬
ّ ّ‫ليس م ان الااب‬
ّ
.
Kajian konologis atas fenomena ini menunjukkan bahwa ‫ل‬dan ‫م‬
secara fonetis memang berdekatan, yakni termasuk kelompok konsonan lebur
4
yaitu: ‫ ل‬, ‫ ن م‬, dan ‫ر‬. Kasus seperti ini memang bisa saja terjadi seperti yang
menyebar luas di Yaman. Hal seperti ini sama persis dengan yang terjadi di
Mesir pada kata ‫ البا ارحة‬menjadi ‫اامباراح‬
7.‫العجعجة‬
Sebutan ini terdapat pada dialek Qudha’ah. ‫ العجعجة‬pernggantian ya’
‫اا‬
‫اا‬
tasydid (‫)ي‬
ّ dan ya’ mati (‫ )ي‬dengan jim (‫ )ج‬seperti kata ‫ َتيم ّي‬ ‫ ح َّج ات ; َتيم ّج‬
‫ح َّجتاج‬
8. ‫العن عنة‬
Sebutan ini terdapat pada dialek suku Tamim, Qays, Asad dan sukusuku sekitar mereka. Namun, dari suku-suku itu semua yang paling terkenal
sebagai suku yang memiliki sebutan ini adalah suku Tamim.
Para linguis Arab berbeda pendapat tentang yang dimaksud dengan
sebutan ini. Sedangkan Al-Farra’ dan Tsa’lab (linguis Arab klasik), melihat
bahwa persoalan ini terkait dengan harf ‫ أ َّن‬dan ‫ْ َن‬. Al-Farra’ mengatakan
bahwa suku Qurays dan sekitarnya melafalkannya dengan ‫ْ َن‬, sedangkan suku
Tamim, Asad, dan suku-suku sekelilingnya mengganti harf hamzah pada kata
‫( أ َّن‬fathah hamzah) dengan ‫)ع َّن( ع‬, sehingga kalimat ‫ أشهد أنَّك رسول هللا‬menjadi ‫أشهد‬
‫ عنَّك رسول هللا‬. Begitu pula kalimat: ‫ ألنَّك قائام‬menjadi ‫ لاعنَّك قائام‬Akan tetapi kalau
konsonan hamzah berbaris kasrah, tetap dilafalkan sebagai hamzah.
Sedangkan al-Suyuti berpendapat bahwa fenomena ini tidak hanya
terbatas pada ‫ أ َّن‬saja, tetapi mencakup setiap kata yang didahului oleh huruf
hamzah (‫ )ء‬seperti: ‫ أسلم‬ ‫ أذن ;عسلم‬ ‫عذن‬. Menurut Ramadhan Abd. Thawab,
fenomena ini tidak hanya berlaku pada hamzah di awal kata saja, tetapi di
mana pun posisinya; di awal, di tengah, atau di akhir kata. Seperti kata ‫ أل‬yang
dilafalkan penduduk daerah Sho’id Mesir menjadi ‫لع‬. Penduduk anNaubahdan Sudan juga terbiasa melafalkan kata ‫ سأل‬menjadi ‫ سعل‬seperti dalam
kalimat: ‫ فالن سأل عنك‬ ‫فالن سعل عنك‬.
Fenomena seperti ini juga banyak ditemukan dalam bahasa Arab
klasik seperti pada kata dalam kalimat berikut:
‫ ضبأت على القوام‬ ‫ ااْنأفت النَّخلة ;ضب عت على القوام‬ ‫ األسن ;ااْنعفت النَّخلة‬ ‫العسن‬.
10. ‫الفحفحة‬
Sebutan ini terdapat pada suku Huzail. Fenomena ini adalah
penggantian konsonan ‫ ح‬dengan ‫ ع‬seperti yang terdapat dalam surat Yusuf
ayat 35 yaitu: ‫ح ََّّت احي‬.
Menurut Ibn Jinni, Umar Ibn Khattab pernah mendengar seseorang
membacanya:
5
‫ح ََّّت اعي‬. Umar bertanya kepada orang itu: “Siapa yang membaca demikian?”
Orang itu menjawab: “Ibn Mas’ud” Lalu Umar mengirim surat kepada Ibn
Mas’ud yang bunyinya: “Allah menurunkan Al-Qur`an berbahasa Arab,
dengan dialek suku Quraisy. Bacakan kepada orang lain dengan dialek
Quraisy, dan jangan dibaca dengan suku Huzail!.
Menurut Ramadhan Abd. Tawwab, fenomena ini sebenarnya tidak
berlaku secara umum pada sukuHuzail bahwa huruf furuh nagned itnagid ‫عح‬
pada kata ‫ح ََّّت‬, artinya suku Huzail tidak melafalkan ayat: ‫ ح ََّّت احي‬dengan ‫ح ََّّت اعي‬.
Hal ini karena dua kata yang berawalan huruf ‫ ح‬berkumpul dalam satu tempat.
Tetapi kalau ‫ ح ََّّت‬itu berderet dengan kata lain yang tidak berawalan huruf ‫ ح‬,
maka huruf ‫ ح‬pada ‫ح ََّّت‬diganti dengan ‫ ع‬seperti pada kalimat:
‫ قم ح ََّّت آتايك‬ ‫ ااصاب ح ََّّت آتايك ;قم ع ََّّت آتايك‬ ‫ااصاب ع ََّّت آتايك‬.
11. ‫القطعة‬
Sebutan ini terdapat pada dialek Thay. ‫ القطعة‬adalah pemutusan
pelafalan sebuah kata sebelum selesai dilafalkan, seperti kata pada kalimat: ‫َي‬
‫ أَب اْلك ام‬ ‫ َي أَب اْلكا‬. Fenomena ini persis sama dengan yang terjadi di Mesir
dalam ungkapan: ‫ َي ولد‬ ‫ مساء اْلري ;َي ول‬ ‫سل اخي‬. Fenomena ini banyak sekali
dijumpai pada dialek Mesir, seperti: ‫ النَّهار طلع‬ ‫ النَّهار ظهر ; النَّهار طال‬ ‫; النَّهار ظها‬
‫ خد ا‬ ‫ت النَّا‬
‫خد ا‬.
‫ت النَّار‬
12. ‫الكسكسة‬
Sebutan ini terdapat pada suku Bakr dan Hawazan. Tetapi menurut
Al-Farra’ ini adalah dialek suku Tamim, bukan Bakr. ‫ الكسكسة‬adalah
mengganti huruf ‫ ك‬mukhatab (pronomina II maskulin)dengan ‫ س‬atau
‫ أعطي ت ا‬atau
menambah ‫ اِس‬pada ‫( اك‬pronomina II feminin) sehingga ‫ أعطي تك‬ ‫س‬
‫ أعطي تكا‬ ‫أعطي تكاس‬.
Menurut Al-Mubarrid, terdapat suatu komunitas pada suku
‫ ا‬Tetapi sebagian besar suku Bakr
Bakryang mengganti huruf kaf ‫ ك‬dengan ‫س‬.
‫ا‬
menambahkan ‫ س‬setelah ‫( ك‬kaf pronomina II feminin).
Menurut Al-Farra’ pada suku Rabi’ah dan Mudhar, penambahan ‫اس‬
ini berlaku untuk dua pronomina maskulin II dan feminin II.
13. ‫الكشكشة‬
Sebutan ini diberikan kepada dialek suku Rabi’ah, Bakr, Bani Amr,
Ibn Tamim, dan Asad. ‫ الكشكشة‬adalah penggantian atau penambahan huruf ‫ش‬
setelah huruf ‫( اك‬pronomina II feminin). Menurut Sibawaih, penambahan ini
dilakukan untuk memperjelas huruf ‫ اك‬ketika waqf, karena ketika waqf ‫اك‬
6
dilafalkan sukun. Dengan demikian menjadi jelas antara ‫ ك‬maskulin dan ‫اك‬
feminin, karena mengganti ‫ اك‬waqf dengan ‫ اش‬membuat bacaan menjadi lebih
‫ إان ا‬dengan waqf. Ada juga
‫ إات ا‬lebih tegas dari pada ‫َّك ذ ااهبة‬
tegas, seperti: ‫َّش ذ ااهبة‬
suatu komunitas dari suku-suku itu yang menambahkan ‫ ش‬setelah ‫ اك‬untuk
memperjelas harakat ‫ اك‬seperti pada contoh:
‫ أعطي ت ا‬ ‫ك ;أعطي تكاش‬
‫ أك ارم ا‬ ‫ أك ارم اكش‬.
‫ك‬
14. ‫الومت‬
Sebutan ini diberikan kepada dialek Yaman. ‫ الومت‬adalah penggantian
‫ س‬dengan ‫ ت‬seperti pada bait berikut:
‫السعال اة‬
َّ ‫َي ق بَّح هللا ب اِن‬
‫عمرو بن ي رب وع اشرار النَّاتا‬
ّ
‫ليسوا أ اعفَّاء ول أكي ا‬
‫ات‬
‫السعال اس‬
َّ = ‫السعالةا‬
َّ
‫الن ا‬
‫َّات = النَّاسا‬
‫أكيات = أكياس‬
Hal ini sangat mungkin terjadi, karena antara
fonetis berdekatan.
‫ س‬dan ‫ ت‬secara
15. ‫الوكم‬
Sebutan ini untuk dialek suku Rabi’ah, Kalb, dan Bakr. ‫ الوكم‬adalah
kasrahnya ‫ ك‬pada pronomina maskulin II jamak (‫ )كم‬ketika didahului preposisi
(harf jar) seperti ‫ باكم‬ ‫ عليكم ; با اكم‬ ‫ علي اكم‬.
Alasan pengkasrahan ‫ كم‬karena sebelum ‫ كم‬adalah barsi kasrah atau
ya’ sukun, sehingga pelafalannya menjadi serasi.
16. ‫الوهم‬
Sebutan diberikan kepada dialek suku Bani Kalb. ‫ الوهم‬adalah
mengkasrahkan ‫ هـ‬pada pronomina jamak maskulin III (‫ )هم‬ketika bersambung
dengan kata lain, seperti ‫ امن هم‬ ‫ عن هم ; امن اهم‬ ‫ ب ي ن هم ; عن اهم‬ ‫ ب ي ن اهم‬. Padahal dalam
bahasa Arab fusha seharusnya ‫ هـ‬dibaca dhammah, kecuali jika terletak setelah
‫ علي اهم ; قاضي اهم ; باص ا‬. Hal ini
kasrah pendek, kasrah panjang, atau ya’ seperti: ‫احبا اهم‬
terjadi karena alasan keserasian pelafalan (‫)قانون املماثلة‬.
7
Download