PENYIMPANGAN PELAFALAN KATA PADA SUKU-SUKU ARAB Dialek Quraiys mendominasi bahsa Arab baku, dalam arti bahwa sebagian besar kandungan bahasa Arab baku berasal dari dialek Quraiys. Akan tetapi ini tidak berarti bahwa dialek lain tidak punya kontribusi dalam perbendaharaan bahasa Arab fusha. Dialek-dialek lain juga memiliki kontribusi dalam perbendaharaan bahasa Arab fusha, meskipun jumlahnya tidak dominan. Terbentuknya bahsa Arab fusha merupakan kejadian yang tidak direncanakan oleh para penuturnya, tetapi terbentuk secara tiba-tiba, sebagai hasil dari pembauran dan interaksi yang terjadi antara berbagai suku di musim haji dan kegiatan bisnis di berbagai pusat perdagangan. Dengan bahasa Arab fusha ini para penyair menyusun puisi mereka dan mengungkapkan perasaan suka dan duka mereka. Di antara sekian banyak dialek, yang paling fasih dan paling banyak mendominasi kosa kata bahasa Arab fusha adalah dialek Quraisy. Sedikit sekali ditemukan kekurangfasihan dalam dialek Quraisy ini, yaitu tentang pelesapan huruf hamzah. Sedangkan dalam bahasa Arab fusha terdapat huruf hamzah yang diambil dari dialek Nejed seperti dialek Tamim, dan lain-lain. Oleh karena itu tidak aneh kalau sebagian besar linguis Arab klasik menganggap bahwa dialek Quraisy identik dengan bahasa Arab fusha, sebagaimana dikemukakan Ibn Faris: Para ahli bahasa Arab, ahli riwayat (transmisi puisi), Penyair, ahli sejarah, dan ahli geografi sepakat bahwa suku Quraisy adalah suku yang paling fasih dan paling bersih bahasanya. Oleh karena itu Allah swt. Memilih dari mereka atas semua suku Arab seorang Nabi yaitu Nabi Muhammad saw. dan menjadikan orang Quraisy sebagai penjaga Ka’bah dan Masjidil Haram. Oleh karena itu para pengunjung baik dari bangsa Arab maupun bangsa non Arab berdatangan ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan berperkara kepada orang Quraisy setiap menghadapi masalah hukum. Dulu setiap ada tamu datang ke Mekah dan dan menemui orang-orang Quraisy, tamu-tamu itu selalu menirukan bahasa orang Quraisy sehingga mereka menjadi fasih juga seperti orang Quraisy. Al-Suyuti menjelaskan bahwa sejak zaman jahiliyah orang-orang Arab datang ke Mekah untuk beribadah haji, sementara orang Quraisy menilai kefasihan bahasa Arab mereka. Kalau kosa kata yang mereka pakai dianggap faasih oleh orang-orang Quraisy mereka dipersilahkan terus memakainya dan mereka dianggap orang yang mampu berbahasa fasih, bersih dari kosa kata yang aneh-aneh. Para linguis Arab telah membuat klasifikasi tentang kosa kata-kosa katayang dianggap aneh yang dipakai oleh bangsa Arab, dan memberikan nama pada kosa kata-kosa kata ini serta memberikan rujukan pada kosa katakosa kata ini, dari suku apa kosa kata-kosa ini berasal. Secara umum sebenarnya bangsa Arab pada jaman jahiliyah tidak mengenal nama-nama-nama dialek Arab. Konon orang yang pertama memberikan sebutan atau nama pada dialek-dialek Arab adalah seorang laki- 1 laki yang berasal dari “Jarm”, dan sumber-sumber yang ada tidak pernah menyebutkan siapa nama laki-laki itu. Sehingga dialek-dialek itu memiliki 19 sebutan yaitu: التضجع, التلتلة, الرتَّة ُّ , الشَّنشنة, الطمطمانية, العجرفية, العجعجة, العنعنة, الغمغمة, الفحفحة, الفراتية, القطعة, الكسكسة, الكشكشة, اللخلخانية, الومت, الوكم, dan الوهم. Suatu ketika, di istananya Muawiyah Ibn Abi Sufyan bertanya kepada laki-laki dari Jarm itu “Siapa yang paling fasih bahasa Arabnya di daerah ini?” tanya Muawiyah. Seseorang menjawab: “Suatu kaum yang bahasanya bersih dari khalkhaniyah ( )خلخانيةsuku Eufrat, Kaskasah ()كسكسة suku Bakr, Ghamghamah ()غمغمة, suku Qudha’ah, dan Thumthumaniyah ( )طمطمانيةsuku Himyar. Suatu ketika Muawiyah bertanya lagi kepada orang lain dari kawasan Simath: “Siapa yang paling fasih bahasa Arabnya?” Orang itu mengatakan: Ya Amirul Mukminin, yang paling fasih adalah suatu kaum yang bahasa mereka bersih dari ruttah ( )رتة/raq, Kaskasah ( )كسكسةBakr, Syansyanah ()شنشنةTaghlib, Ghamghamah ( )غمغمةsuku Qudha’ah, dan Thumthumaniyah ( )طمطمانيةsuku Himyar. Selanjtnya Muawiyah bertanya siapa mereka? Dia menjawab: Kaum ini ya Amirul Mukminin adalah kaum Quraisy. “Kau benar” kata Muawiyah . “Kau dari suku apa?” lanjut Muawiyah. Laki-laki itu menjawab: “Dari Jarm.” Dalam kaitan ini Al-Asmai berpendapat bahwa suku Jarm adalah suku paling fasih bahasanya. Suatu ketika Muawiyah bertanya kepada oarang di sekelilingnya: “Siapa yang paling fasih bahasa Arabnya?” Seseoarang menjawab: “Suatu kaum yang bahsa Arabnya bersih dari ‘An’anah ( )عنعنةsuku Tamim, Kasykasyah ( )كشكشةsuku Rabi’ah, Kaskasah ()كسكسة suku Bakr, Ghamghamah ( )غمغمةsuku Qudha’ah, Thumthumaniyah ( )طمطمانيةsuku Himyar. “Siapa mereka?” tanya Muawiyah. “Kaummu ya Amirul Mukminin.” Jawab mereka. Pada waktu lain Muawiyah bertanya: “Siapa yang paling fasih bahasa Arabnya?” Seseorang dari daerah Simath menjawab: “Suatu kaum yang bahasa Arabnya bersih dari furatiyah ( )فراتيةIraq, Kaskasah ( )كسكسةsuku Bakr, Ghamghamah ( )غمغمةsuku Qudha’ah, dan Thumthumaniyah ()طمطمانية suku Himyar. Lalu Muawiyah bertanya: “Siapa mereka?” “Kaummu Amirul Mukminin, kaum Quraisy.” jawab mereka. Perbedaan apa pun yang terjadi dalam cerita di atas tantang jumlah suku dan sebutan dialek serta kaitan dialek dengan suku tertentu, yang jelas, semua pakar sepakat bahwa suku Quraisy merupakan suku yang paling bersih dari sebutan-sebutan aneh pada dialek-dialek di atas. Sebutan-sebutan aneh pada dialek-dialek dalam dialek-dialek Arab: 1. ا الستانطاء 2 Sebuatan ini terdapat pada dialek suku Sa’ad Ibn Bakr, Huzail, Azd, Qaiys, Al-Anshar, dan Yaman. الستنطاءadalah penggantian huruf عdengan huruf نjika bersanding dengan huruf ط. Seperti kata أعطىmenjadi أنطى, seperti dalam ayat Qur`an: إان أعطيناك الكوثر, mereka baca: إان أنطيناك الكوثر. Begitu pula doa: ل مانع ملا أعطيت ول معطي ملا منعت, mereka ucapkan: ل مانع ملا أنطيت ول منطي ملا منعت. Begitu pula Hadits yang berbunyi: اليد املعطية خري من اليد السفلىmereka baca: اليد املنطية خري من اليد السفلى. Pergantian huruf عdengan طini telah menyebar luas di Iraq dan juga di padang pasir hingga saat ini. Pengelompokan geografis bagi fenomena ini baik pada zaman dahulu maupun zaman sekarang menunjukkan bahwa fenomena ini terdapat di semua kawasan yang dilalui para kafilah niaga dari selatan ke utara. Oleh karena itu, kemungkinan besar fenomena ini berasal dari kawasan selatan (Yaman) lalu menyebar ke sepanjang kawasan ( رحلة الشتاء والصيفperjalanan bisnis musim dingin dan panas). Pada dasarnya, fenomena ini bukanlah fenomena yang umum berlaku di kalangan suku-suku Arab, bahwa setiap huruf عmati bersanding dengan huruf طpasti diganti dengan huruf نmati, tetapi hanya terbatas pada kata أعطىsaja. Karena anggapan bahwa huruf عdapat diganti dengan huruf ن merupakan pendapat yang tidak dapat dibenarkan oleh kajian linguistik modern, karena huruf عsecara fonetis sangat jauh dari huruf ن. Sebagaimana dikatakan bahwa suatu huruf memang dapt diganti dengan huruf lain jika secara fonetis huruf itu berdekatan dengan huruf penggantinya. Sebagai contoh huruf-huruf berikut yang berdekatan sifat fonetisnya, yaitu: ، ه، ء، م،ن د، ط، ث، ذ، ظ، تdan sebagainya. Sedangkan huruf حjauh sekali. Sifat fonetisnya dari huruf ث. Oleh karena itu di antara keduanya tidak boleh saling mengganti. Begitu pula huruf عdengan ن. Seandainya antara huruf عmati yang diikuti huruf طdapat diganti dengan huruf ن, tentu saja hal ini berlaku bagi semua kata bahasa Arab yang berkasus seperti ini, contoh: يعطب، معطري، يعطس، يعطش، يعطل، يعطن، يعطوdan lain sebagainya. Tetapi hasil penelitian para ahli menemukan fenomena seperti ini hanya pada kata أعطىsaja. 2. َّض ُّجع ّ الت Nama ini terdapat pada suku Qays. َّض ُّجع ّ التadalah bacaan, lamban, santai, dan suara miring ()إمالة. Tetapi إمالةtidak hanya terdapat pada suku Qays saja, tetapi pada suku Tamim, Asad, dan penduduk Neged pada umumnya. 3 3. التَّ لت لة Fenomena ini merupakan perubahan syakl fi’il mudhari dari fathah menjadi kasrah. Contoh fi’il mudhari tersebut dilafalkan sebagai berikut: أان أعلم أان إاعلم, أنت ت علم أنت تاعلم, هو ي علم هو ياعلم. Fenomena Taltalah ini ditemukan pada suku Bahra`. Akan tetapi menurut Ibn Manzur ,pengarang Lisanul Arab, fenomena seperti ini terdapat pada banyak suku Arab yaitu suku Qays, Tamim, Rabi’ah, dan suku-suku Arab lainnya. Fenomena seperti di atas sebenarnya terjadi pula pada bahasabahasa semit kuno yang lain seperti bahasa Ibrani, Suryani, dan Etiopia. Bukti lain yang sangat kuat atas kenyataan ini adalah kasrahnya semua huruf mudhari’ah dalam semua dialek Arab kontemporer. Sebagai contoh: من ي قرأ امي ياقرأ, من يسمع مي ياسمع. اFenomena seperti ini dijumpai pada semua kawasan dan suku Arab, kecuali di kawasan Nejed (Riyadh) yang tetap mempertahankan fathahnya huruf mudhara’ah ketika fa` fi’ilnya sukun seperti kata ي رامي، ي لعب، ي ركض, dan lain-lain. Tetapi jika setelah huruf mudhara’ah itu berbaris, mereka kasrahkan huruf mudhara’ah itu. Seperti kata: يسوق يساق ;ياسوق ياساق، ياالكام, ي ها اوش ياها اوش, dan lain-lain. 4. الرتَّة ُّ Fenomena ini terdapat pada dialek Iraq. رتةadalah berbicara dengan cepat sekali, sehingga ada bagian yang hilang dalam pelafalan, seperti ungkapan: ما شاء هللا كان ( ما شا هللا كانtanpa hamzah). 5. الشَّنشنة Fenomena ini terdapat pada dialek suku Taglib di Yaman. الشَّنشنة adalah penggantian huruf كdengan شseperti pada ungkapan لبَّ يك اللَّه َّم لبَّ يش اللَّه َّم. Pelafalan seperti ini menyebar luas di Hadramaut, Yaman. Contoh lain adalah: عليك عليش 6. طمطمانايَّة Fenomena ini terdapat pada Suku Thay, Azd, dan beberapa suku Himyar di Yaman. طمطمانايَّةadalah penggantian lam takrif ( )الdengan م, seperti pada kalimat: طاب اْلواء وصفا اْل ُّو طاب امهواء وصفا اْم ُّو. Bahkan menurut salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Al-Namir Ibn Tawlab, bahwa Rasulullah ا ليس ام ان امااب ام اsebagai ganti dari: السف ار ا pernah bersabda: صيام اِف امسف ار َّ الصيام اِف ّ ّليس م ان الااب ّ . Kajian konologis atas fenomena ini menunjukkan bahwa لdan م secara fonetis memang berdekatan, yakni termasuk kelompok konsonan lebur 4 yaitu: ل, ن م, dan ر. Kasus seperti ini memang bisa saja terjadi seperti yang menyebar luas di Yaman. Hal seperti ini sama persis dengan yang terjadi di Mesir pada kata البا ارحةmenjadi اامباراح 7.العجعجة Sebutan ini terdapat pada dialek Qudha’ah. العجعجةpernggantian ya’ اا اا tasydid ()ي ّ dan ya’ mati ( )يdengan jim ( )جseperti kata َتيم ّي ح َّج ات ; َتيم ّج ح َّجتاج 8. العن عنة Sebutan ini terdapat pada dialek suku Tamim, Qays, Asad dan sukusuku sekitar mereka. Namun, dari suku-suku itu semua yang paling terkenal sebagai suku yang memiliki sebutan ini adalah suku Tamim. Para linguis Arab berbeda pendapat tentang yang dimaksud dengan sebutan ini. Sedangkan Al-Farra’ dan Tsa’lab (linguis Arab klasik), melihat bahwa persoalan ini terkait dengan harf أ َّنdan ْ َن. Al-Farra’ mengatakan bahwa suku Qurays dan sekitarnya melafalkannya dengan ْ َن, sedangkan suku Tamim, Asad, dan suku-suku sekelilingnya mengganti harf hamzah pada kata ( أ َّنfathah hamzah) dengan )ع َّن( ع, sehingga kalimat أشهد أنَّك رسول هللاmenjadi أشهد عنَّك رسول هللا. Begitu pula kalimat: ألنَّك قائامmenjadi لاعنَّك قائامAkan tetapi kalau konsonan hamzah berbaris kasrah, tetap dilafalkan sebagai hamzah. Sedangkan al-Suyuti berpendapat bahwa fenomena ini tidak hanya terbatas pada أ َّنsaja, tetapi mencakup setiap kata yang didahului oleh huruf hamzah ( )ءseperti: أسلم أذن ;عسلم عذن. Menurut Ramadhan Abd. Thawab, fenomena ini tidak hanya berlaku pada hamzah di awal kata saja, tetapi di mana pun posisinya; di awal, di tengah, atau di akhir kata. Seperti kata ألyang dilafalkan penduduk daerah Sho’id Mesir menjadi لع. Penduduk anNaubahdan Sudan juga terbiasa melafalkan kata سألmenjadi سعلseperti dalam kalimat: فالن سأل عنك فالن سعل عنك. Fenomena seperti ini juga banyak ditemukan dalam bahasa Arab klasik seperti pada kata dalam kalimat berikut: ضبأت على القوام ااْنأفت النَّخلة ;ضب عت على القوام األسن ;ااْنعفت النَّخلة العسن. 10. الفحفحة Sebutan ini terdapat pada suku Huzail. Fenomena ini adalah penggantian konsonan حdengan عseperti yang terdapat dalam surat Yusuf ayat 35 yaitu: ح ََّّت احي. Menurut Ibn Jinni, Umar Ibn Khattab pernah mendengar seseorang membacanya: 5 ح ََّّت اعي. Umar bertanya kepada orang itu: “Siapa yang membaca demikian?” Orang itu menjawab: “Ibn Mas’ud” Lalu Umar mengirim surat kepada Ibn Mas’ud yang bunyinya: “Allah menurunkan Al-Qur`an berbahasa Arab, dengan dialek suku Quraisy. Bacakan kepada orang lain dengan dialek Quraisy, dan jangan dibaca dengan suku Huzail!. Menurut Ramadhan Abd. Tawwab, fenomena ini sebenarnya tidak berlaku secara umum pada sukuHuzail bahwa huruf furuh nagned itnagid عح pada kata ح ََّّت, artinya suku Huzail tidak melafalkan ayat: ح ََّّت احيdengan ح ََّّت اعي. Hal ini karena dua kata yang berawalan huruf حberkumpul dalam satu tempat. Tetapi kalau ح ََّّتitu berderet dengan kata lain yang tidak berawalan huruf ح, maka huruf حpada ح ََّّتdiganti dengan عseperti pada kalimat: قم ح ََّّت آتايك ااصاب ح ََّّت آتايك ;قم ع ََّّت آتايك ااصاب ع ََّّت آتايك. 11. القطعة Sebutan ini terdapat pada dialek Thay. القطعةadalah pemutusan pelafalan sebuah kata sebelum selesai dilafalkan, seperti kata pada kalimat: َي أَب اْلك ام َي أَب اْلكا. Fenomena ini persis sama dengan yang terjadi di Mesir dalam ungkapan: َي ولد مساء اْلري ;َي ول سل اخي. Fenomena ini banyak sekali dijumpai pada dialek Mesir, seperti: النَّهار طلع النَّهار ظهر ; النَّهار طال ; النَّهار ظها خد ا ت النَّا خد ا. ت النَّار 12. الكسكسة Sebutan ini terdapat pada suku Bakr dan Hawazan. Tetapi menurut Al-Farra’ ini adalah dialek suku Tamim, bukan Bakr. الكسكسةadalah mengganti huruf كmukhatab (pronomina II maskulin)dengan سatau أعطي ت اatau menambah اِسpada ( اكpronomina II feminin) sehingga أعطي تك س أعطي تكا أعطي تكاس. Menurut Al-Mubarrid, terdapat suatu komunitas pada suku اTetapi sebagian besar suku Bakr Bakryang mengganti huruf kaf كdengan س. ا menambahkan سsetelah ( كkaf pronomina II feminin). Menurut Al-Farra’ pada suku Rabi’ah dan Mudhar, penambahan اس ini berlaku untuk dua pronomina maskulin II dan feminin II. 13. الكشكشة Sebutan ini diberikan kepada dialek suku Rabi’ah, Bakr, Bani Amr, Ibn Tamim, dan Asad. الكشكشةadalah penggantian atau penambahan huruf ش setelah huruf ( اكpronomina II feminin). Menurut Sibawaih, penambahan ini dilakukan untuk memperjelas huruf اكketika waqf, karena ketika waqf اك 6 dilafalkan sukun. Dengan demikian menjadi jelas antara كmaskulin dan اك feminin, karena mengganti اكwaqf dengan اشmembuat bacaan menjadi lebih إان اdengan waqf. Ada juga إات اlebih tegas dari pada َّك ذ ااهبة tegas, seperti: َّش ذ ااهبة suatu komunitas dari suku-suku itu yang menambahkan شsetelah اكuntuk memperjelas harakat اكseperti pada contoh: أعطي ت ا ك ;أعطي تكاش أك ارم ا أك ارم اكش. ك 14. الومت Sebutan ini diberikan kepada dialek Yaman. الومتadalah penggantian سdengan تseperti pada bait berikut: السعال اة َّ َي ق بَّح هللا ب اِن عمرو بن ي رب وع اشرار النَّاتا ّ ليسوا أ اعفَّاء ول أكي ا ات السعال اس َّ = السعالةا َّ الن ا َّات = النَّاسا أكيات = أكياس Hal ini sangat mungkin terjadi, karena antara fonetis berdekatan. سdan تsecara 15. الوكم Sebutan ini untuk dialek suku Rabi’ah, Kalb, dan Bakr. الوكمadalah kasrahnya كpada pronomina maskulin II jamak ( )كمketika didahului preposisi (harf jar) seperti باكم عليكم ; با اكم علي اكم. Alasan pengkasrahan كمkarena sebelum كمadalah barsi kasrah atau ya’ sukun, sehingga pelafalannya menjadi serasi. 16. الوهم Sebutan diberikan kepada dialek suku Bani Kalb. الوهمadalah mengkasrahkan هـpada pronomina jamak maskulin III ( )همketika bersambung dengan kata lain, seperti امن هم عن هم ; امن اهم ب ي ن هم ; عن اهم ب ي ن اهم. Padahal dalam bahasa Arab fusha seharusnya هـdibaca dhammah, kecuali jika terletak setelah علي اهم ; قاضي اهم ; باص ا. Hal ini kasrah pendek, kasrah panjang, atau ya’ seperti: احبا اهم terjadi karena alasan keserasian pelafalan ()قانون املماثلة. 7