BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan bagian dari manajemen yang merupakan salah satu fungsi yang terpenting bagi suatu perusahaan. Hal itu disebabkan manajemen keuangan membantu fungsi operasional perusahaan yang lainnya seperti Manajemen Pemasaran, Manajemen Produksi, Manajemen Sumber Daya Manusia, dan lain sebagainya. Seiring dengan perkembangannya, manajemen keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan tagihan, dan mencari dana. Akan tetapi, manjemen keuangan juga mengatur penginvestasian dana, mengatur kombinasi dana yang optimal, serta mengatur pendistribusian keuntungan (pembagian dividen). Untuk memperkuat pengertian manajemen keuangan, maka menurut beberapa ahli manajemen keuangan adalah: Menurut Sutrisno (2003;3) manajemen keuangan dapat diartikan sebagai berikut : Semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Definisi manajemen keuangan menurut Riyanto (2004:4) : Manajemen keuangan adalah manajemen untuk fungsi-fungsi pembelanjaan. Dari kedua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah keseluruhan aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana, menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut guna mencapai suatu tujuan yang diharapkan. 2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Terdapat beberapa fungsi dalam manajemen keuangan. Menurut Sutrisno (2003;5) terdapat tiga fungsi utama dalam manajemen keuangan adalah : a. Keputusan investasi, yaitu masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana dalam bentuk bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan dimasa yang akan datang. b. Keputusan pendanaan, pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan sumber dana kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. c. Keputusan dividen, dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan penghasilan yang diharapkan oleh para pemegang saham. Selanjutnya menurut Riyanto (2001;6) seorang manajer keuangan harus mengetahui tiga tugas utama, yaitu : 1. Menyangkut tentang keputusan alokasi dana, baik yang berasal dari perusahaan maupun yang berasal dari luar perusahaan atau bentuk investasi yang bagaimana yang baik bagi perusahaan. 2. Menyangkut tentang pengambilan keputusan pembelanjaan atau pembiayaan investasi. Hal ini menyangkut tentang memperoleh dana investasi yang efisien, komposisi sumber dana yang harus dipertahankan dan penggunaan modal dari dalam atau luar. 3. Menyangkut tentang kebijakan dividen. Pada prinsipnya kebijakan dividen menyangkut tentang keputusan apakah laba yang diperoleh harus dibagikan kepada pemegang saham atau ditahan guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Manajemen keuangan (keuangan perusahaan) memiliki kesempatan kerja yang terluas karena setiap perusahaan membutuhkan seorang manajer keuangan yang menangani fungsi fungsi keuangan. Fungsi manajemen keuangan adalah salah satu fungsi utama yang sangat penting di dalam perusahaan, disamping fungsi fungsi lainnya yaitu fungsi pemasaran, sumber daya manusia, operasional, dan lain sebagainya. Walaupun dalam pelaksanaan fungsi fungsi tersebut memiliki keterkaitan satu sama lainnya. 2.1.3 Tujuan Manajemen Keuangan Untuk dapat mengambil keputusan keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut, yaitu untuk memaksimalkan nilai perusahaan karena dapat meningkatkan kemakmuran para pemilik perusahaan (pemegang saham). Menurut Sutrisno (2003;5) tujuan dari manajemen keuangan sebagai berikut: Bagaimana perusahaan mengelola baik itu mendapatkan dana maupun mengalokasikan dana guna mencapai nilai perusahaan yaitu kemakmuran para pemegang saham. Sedangkan menurut Ross, Westerfield, Jordan (2006;11) tujuan menajemen keuangan sebagai berikut : The goal of financial management to maximize the current value per share of the existing stock. Artinya bahwa tujuan manajemen keuangan adalah memaksimalkan nilai per lembar saham dari saham yang beredar. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen keuangan yang dilakukan oleh manajer keuangan adalah merencanakan untuk memperoleh dan menggunakan dana guna memaksimalkan nilai perusahaan. 2.2 Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Membahas manajemen keuangan tidak bisa lepas dari laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama, yaitu: (1) neraca dan (2) laporan rugi-laba. Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi keuangan perusahaan kepada pihak pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Semua transaksi keuangan perusahaan yang terjadi akan dicatat, diklasifikasikan dan disusun menjadi laporan keuangan, sehingga dapat mencerminkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada suatu periode tertentu atau jangka waktu tertentu. Ditinjau dari fungsinya, laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai kinerja, aktivitas dan kondisi keuangan suatu perusahaan yang akan menjadi sumber analisis untuk mengambil keputusan. Pengertian laporan keuangan menurut Sundjaja dan Barlian (2002;68) sebagai berikut : Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak berkepentingan dengan data pihak yang data atau aktivitas tersebut. Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Riyanto (2001;327) yaitu: Laporan finansial (Financial Statement), memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansial suatu perusahaan, dimana neraca (Balance Sheet) mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan rugi & laba (Income Statement) mencerminkan hasil hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun. Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir aktivitas suatu perusahaan yang dibuat oleh manajemen dan diproses melalui siklus akuntansi yang akan digunakan oleh pemilik perusahaan, calon investor, kreditur, pemerintah, dan pihak pihak lain yang berkepentingan untuk melihat kinerja keuangan dan operasional perusahaan. 2.2.2 Jenis Jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan disajikan manajemen untuk semua pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Informasi yang ada dalam laporan keuangan ini dapat langsung digunakan oleh pemakai, namun ada juga yang harus dianalisis lebih lanjut misalnya dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Setiap pemakai mempunyai kebutuhan yang berbeda terhadap informasi keuangan. Berdasarkan kebutuhan tersebut, pemakai akan mencari informasi mana yang paling dibutuhkan untuk dianalisis lebih lanjut, sehingga laporan keuangan perlu diklasifikasikan dalam berbagai jenis laporan keuangan. Jenis jenis laporan keuangan menurut Gitman (2006:46) adalah The four key financial statement required by the SEC for reporting to shareholder are (1) the income statement, (2) the balance sheet, (3) the statement of stockholder s equity and (4) the statement of cash flows. Artinya bahwa empat laporan keuangan kunci yang diperlukan oleh SEC untuk pelaporan kepada pemegang saham adalah (1) laporan rugi-laba, ( 2) neraca, ( 3) laporan keuangan ekuitas pemegang saham, dan (4) laporan keuangan arus kas. Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian (2002;4), laporan keuangan adalah : Laporan keuangan meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), dan catatan atas laporan keuangan, laporan lain serta materi pembahasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Kemudian jenis jenis laporan keuangan menurut Harahap (2002;106) adalah: 1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. 2. Perhitungan laba / rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya dan laba rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. 3. Laporan sumber dan penggunaan dana, memuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode. 4. Laporan arus kas, menggambarkan sumber dan penggunaan kas dalam satu periode. 5. Laporan harga pokok produksi yang menggambarkan berapa dan unsur apa yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang. 6. Laporan laba ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan kepada pemilik saham. 7. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam PT maupun modal dalam perusahaan perseroan. 8. Dalam suatu kajian dikenal laporan kegiatan keuangan. Laporan ini menggambarkan transaksi laporan keuangan perusahaan yang mempengaruhi kas. Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ada tiga jenis laporan keuangan yang utama, yaitu income statement (laporan laba rugi), balance sheet (neraca), dan statement of cash flow (laporan arus kas). Sedangkan laporan lainnya yang juga tercantum dalam kutipan diatas merupakan bagian integral dari laporan keuangan yang merupakan daftar pendukung (supporting statement) dari laporan keuangan utama, dan bukan laporan keuangan yang berdiri sendiri. 2.2.3 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) (2004 No.1 Hal 12) bahwa: Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber sumber dana yang dipercayakan kepada mereka. Menurut Harahap (2002;132) tujuan laporan keuangan adalah: 1. Untuk memberi informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. 3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. 4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, serta informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. 5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan. Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan laporan keuangan, informasi mentah dapat dibaca melalui laporan keuangan dan hubungan satu pos dengan pos lain akan menjadi indikator tentang posisi dan prestasi keuangan perusahaan. 2.2.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik kualitatif laporan keuangan ini menurut Prastowo D dan Julianty (2002;6) meliputi : 1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pengguna. 2. Relevan Informasi memiliki kualitas relevan apabila informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang (predictive) menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu (confirmatory). 3. Keandalan Informasi mempunyai kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat dibandingkan Para pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengindentifikasi kecenderungan (trend) posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Selain itu, pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 2.2.5 Pemakai Laporan Keuangan Pihak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan agar dapat mengetahui perkembangan suatu perusahaan dikelompokkan menjadi dua, yakni pihak internal dan pihak eksternal. Pelaporan keuangan tersebut diperlukan pihak internal maupun eksternal untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan investasi ataupun kegiatan ekonomi lainnya yang bersangkutan dengan laporan keuangan tersebut. Adapun pihak pihak pemakai laporan keuangan menurut Harahap (2002;120) antara lain : 1. Pemegang saham Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, asset, utang, modal, hasil, biaya, laba. Ia juga ingin melihat prestasi perusahaan dalam pengelolaan manajemen yang diberikan amanah. Ia juga ingin mengetahui jumlah dividen yang akan diterima, jumlah pendapatan per saham, jumlah laba yang ditahan. Juga mengetahui perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu, perbandingan dengan usaha sejenis, dan perusahaan lainnya. 2. Investor Investor dalam hal tertentu juga sama seperti pemegang saham diatas. Bagi investor potensial ia akan melihat kemungkinan potensi keuntungan yang akan diperoleh dari perusahaan yang dilaporkan. 3. Analis pasar modal Analis pasar modal selalu melakukan analisa tajam dan lengkap terhadap laporan keuangan perusahaan yang go public maupun yang berpotensi masuk pasar modal. Ia ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan perusahaan. 4. Manajer Manajer ingin mengetahui situasi ekonomis perusahaan yang dipimpinnya. 5. Karyawan dan serikat pekerja Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk menetapkan apakah ia masih terus bekerja disitu atau pindah. Ia juga perlu mengetahui hasil usaha perusahaan supaya ia bisa menilai apakah penghasilan (remunerasi) yang diterimanya adil atau tidak. 6. Instansi pajak Semua kewajiban pajak seharusnya tergambar dalam laporan keuangan, dengan demikian instansi pajak (fiskus) dalam hal ini dapat menggunakan laporan keuangan sebagai dasar menentukan kebenaran perhitungan pajak, pembayaran pajak, pemotongan pajak, restitusi, dan juga untuk dasar penindakan. 7. Pemberi dana (kreditur) Sama dengan pemegang saham, investor, lender seperti Bank, Investment fund, perusahaan leasing, juga ingin mengetahui informasi tentang situasi dan kondisi perusahaan baik yang sudah diberi pinjaman maupun yang akan diberi pinjaman. 8. Supplier Laporan keuangan bisa menjadi informasi untuk mengetahui apakah perusahaan layak diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan, dan sejauh mana potensi risiko yang dimiliki perusahaan. 9. Pemerintah atau lembaga pengatur resmi Ia ingin mengetahui apakah perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah ditetapkannya. 10. Langganan atau lembaga konsumen Ia berhak mendapatkan layanan memuaskan dengan harga equilibrium, dalam kondisi ini konsumen terlindungi dari kemungkinan praktek yang merugikan baik dari segi kualitas, kuantitas, harga dan lain sebagainya. 11. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM membutuhkan laporan keuangan untuk menilai sejauh mana perusahaan merugikan pihak tertentu yang melindunginya. 12. Peneliti/Akademisi/Lembaga peringkat Bagi peneliti maupun akademisi laporan keuangan sangat penting, sebagai data primer dalam melakukan penelitian terhadap topik tertentu yang berkaitan dengan laporan keuangan atau perusahaan. Laporan keuangan menjadi bahan dasar yang diolah untuk mengambil kesimpulan dari suatu hipotesa atau penelitian yang dilakukan. 2.2.6 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Sifat sifat laporan keuangan memiliki keterbatasannya. Menurut Harahap (2002;5) berdasarkan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) sifat dan keterbatasan laporan keuangan sebagai berikut : 1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat bukan masa kini. Oleh karena itu, laporan tidak dapat dianggap sebagai satu satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi apalagi untuk meramalkan masa depan atau menentukan nilai (harga) perusahaan saat ini. 2. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti untuk pihak yang akan membeli perusahaan. 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. 4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak terlaksana jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh secara material terhadap kelayakan laporan keuangan. 5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau aktiva yang paling kecil. Laba yang belum direalisasi tetapi sudah berlaku di pasar maka dapat dicatat, misalnya jika harga persediaan di pasar berada di bawah harga pokok maka perbedaan ini dapat dicatat sebagai rugi namun jika harga melebihi harga pokok tidak dicatat sebagai laba. 6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa atau transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas). Misalnya jika perusahaan memiliki plafon kredit satu milyar, artinya perusahaan memiliki dana yang dapat ditarik setiap saat sebesar jumlah itu. Namun jika belum ditarik, kita tidak boleh mencatatnya sebagai unsur kas di neraca. 7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah istilah teknis dan pemakaian laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. 8. Adanya alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan. Metode penilaian persediaan boleh menggunakan metode LIFO (Last In First Out), FIFO (First In First Out), Average, yang hasilnya pasti berbeda. Demikian juga metode penyusutan : Garis Lurus, Saldo Menurun, Sum of Year Digits, dan sebagainya. 9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan. 2.3 Analisis laporan Keuangan Suatu laporan keuangan belum dapat memberikan informasi yang berguna, apabila hanya dilihat sepintas saja. Laporan keuangan baru dapat memberikan informasi yang berguna mengenai posisi dan kondisi keuangan suatu perusahaan apabila dipelajari, diperbandingkan, dan dianalisis. Melalui analisis tersebut akan diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan serta hasil 2.3.1 hasil yang dicapai oleh perusahaan. Pengertian Analisis laporan Keuangan Salah satu tugas manajemen setelah akhir tahun adalah menganalisis laporan keuangan perusahannya. Analisis ini didasarkan pada laporan keuangan yang sudah disusun dan sebaiknya laporan keuangan itu adalah laporan yang diyakini kewajarannya. Menurut Wild, Subramanyam, Hasley (2005;3) analisi laporan keuangan adalah: Aplikasi dari alat dan teknis analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat bagi analisis bisnis. Masih menurut Wild et al (2005;16), analisis keuangan (Financial Statement) adalah: Penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan. Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan analisis laporan keuangan berfungsi untuk mengkonversikan data yang berasal dari laporan keuangan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih berguna, lebih mendalam, dan tajam, dengan teknik tertentu. Oleh karena itu kegunaan atau manfaat analisis laporan keuangan sepenuhnya terletak pada kemampuan dan keterampilan analisis dalam menginterpretasikannya. 2.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Menurut Harahap (2002;195), secara lengkap kegunaan laporan keuangan ini dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa. 2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan yang berbeda di balik laporan keuangan (implicit). 3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. 4. Dapat membongkar hal hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. 5. Mengetahui sifat model dan teori sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating). 6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan kata lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain : a. Dapat menilai prestasi perusahaan. b. Dapat memproyeksi keuangan perusahaan. c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu : 1) Posisi keuangan (asset, neraca, modal) 2) Hasil usaha perusahaan (hasil dan biaya) 3) Likuiditas 4) Solvabilitas 5) Aktivitas 6) Rentabilitas atau Profitabilitas 7) Indikator pasar modal d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu . e. Melihat komposisi struktur keuangan, arus dana. 7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. 8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal. 9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya. 10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang. Dari sudut lain, tujuan analisis laporan keuangan menurut Harahap (2002;197) sebagai berikut : 1. Screening, analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger. 2. Forecasting, analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang. 3. Diagnosis, analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah - masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan, atau masalah lain. 4. Evaluation, analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efisiensi dan lain lain. Dengan melakukan analisis laporan keuangan, informasi mentah yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam. Hubungan satu pos dengan pos lain akan dapat menjadi indikator tentang posisi dan prestasi keuangan perusahaan. 2.4 Analisis Rasio Keuangan Untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi keuangan perusahaan, analisis keuangan dan pemakai laporan keuangan harus melakukan analisis terhadap kesehatan perusahaan. Alat yang biasa digunakan adalah rasio keuangan. Pengertian rasio keuangan menurut Harahap (2002;297) adalah : Angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Dengan rasio keuangan para pemakai laporan keuangan dapat dengan mudah mengartikan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Adapun jenis jenis analisis rasio keuangan menurut Munawir (2002;31) antara lain sebagai berikut : 1. Likuiditas, berhubungan dengan kemampuan jangka pendek sebuah perusahaan untuk memenuhi kewajiban jatuh temponya. 2. Aktivitas, menunjukkan sampai sejauhmana efisien sebuah perusahaan memakai asetnya. 3. Profitabilitas, menunjuk pada betapa berhasil sebuah perusahaan ada dalam membangkitkan laba. 4. Solvabilitas, menunjuk pada kemampuan sebuah perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Menghitung rasio hanya merupakan titik awal dalam menganalisa sebuah perusahaan. Rasio ini tidak memberikan jawaban, namun rasio ini memberikan bukti sebagaimana terhadap apa yang mungkin diharapkan, dan juga rasio yang sering memberikan sinyal berlawanan. 2.5 Pasar Modal 2.5.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan suatu tempat yang memperdagangkan instrumen- instrumen keuangan dan tempat untuk melakukan investasi keuangan. Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1548/KMK/1990 pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya muadalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit pengertian pasar modal: Pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disisipkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan surat berharga lainnya dengan memakai jasa para pedagang efek. Pengertian pasar modal seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 1 ayat 1 adalah : Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, setra lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan suatu tempat dimana didalamnya terdapat kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, diantaranya memperdagangkan saham, obligasi, dan surat berharga lainnya dengan memakai jasa para pedagang efek sebagai perantara untuk dapat membeli atau menjual instrumen-instrumen keuangan yang diperjualbelikan di pasar modal tersebut. 2.5.2 Fungsi Pasar Modal Pasar modal memberikan daya tarik baik bagi pihak yang membutuhkan dana, pihak yang memiliki dana, maupun pemerintah. Hal ini disebabkan karena pasar modal memiliki fungsi yang strategis. Menurut Sutrisno (2001:342) beberapa fungsi pasar modal diantaranya adalah: 1. Sebagai sumber penghimpunan dana Bagi perusahaan yang ingin menggalang dana dalam jumlah besar, maka pasar modal merupakan pilihan terbaik dalam memenuhi kebutuhan dana tersebut. 2. Sebagai sarana investasi Investasi di pasar modal lebih fleksibel, karena setiap investor dapat dengan mudah memindahkan dananya dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya atau dari satu industri ke industri lainnya. Oleh karena itu, pasar modal merupakan salah satu alternatif instrumen penempatan dana bagi investor selain di perbankan atau investasi langsung lainnya. 3. Pemerataan pendapatan Dengan go public nya suatu perusahaan di pasar modal akan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk ikut serta memiliki perusahaan tersebut. Dengan demikian akan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menikmati keuntungan dari perusahaan berupa bagian keuntungan atau dividen, sehingga yang semula hanya dinikmati oleh beberapa orang pemilik, akhirnya bisa dinikmati oleh masyarakat artinya ada pemerataan pendapatan kepada masyarakat. 4. Sebagai pendorong investasi Pasar modal adalah salah satu iklim investasi yang kondusif dan mampu mendorong pihak swasta dan asing untuk melakukan investasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal memberikan daya tarik bagi para investor, pengguna dana, maupun pemerintah karena pasar modal memiliki fungsi yang strategis seperti sebagai sumber penghimpunan dana, sebagai sarana investasi, pemerataan pendapatan dan sebagai pendorong investasi. 2.5.3 Instrumen Pasar Modal Instrumen pasar modal merupakan suatu bukti kepemilikan modal dari lembaga yang mengeluarkannya yang dapat diperjualbelikan. Pemegang instrumen pasar modal mengharapkan memperoleh keuntungan dengan menahan instrumen tersebut. Adapun instrumen pasar modal menurut Sundjaja dan Barlian (2003:436) meliputi: 1. Saham biasa (Common stock) Saham biasa adalah bukti penyertaan modal dalam perusahaan. Pemegang saham biasa mengharapkan akan memperoleh pembayaran dividen dan tingkat keuntungan penjualan saham atau capital gain. Saham biasa merupakan sumber dana yang permanen, karena akan tertanam dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas selama perusahaan masih menjalankan kegiatan operasinya. Saham biasa disebut juga sebagai variabel income security atau sekuritas dengan penghasilan tidak tetap. Saham biasa tampak dalam neraca di sebelah kanan sebagai bagian dari modal sendiri. 2. Saham Preferen (Preferred Stock) Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen merupakan bagian dari modal sendiri yang memberikan pendapatan yang relative konstan dan biaya modal yang cenderung tinggi daripada biaya utang, karena risiko yang dihadapi pemegang saham preferen lebih besar dari risiko pemegang obligasi. 3. Obligasi (Long Term Debt) Obligasi merupakan utang jangka panjang yang digunakan oleh pemerintah dan perusahaan untuk mendapatkan dana jangka panjang. Obligasi adalah salah satu jenis pendanaan dengan beban tetap atau fixed income securities. 4. Right Right merupakan surat berharga yang memberikan hak bagi pemodal untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten. Right merupakan produk derivatif atau turunan dari saham. Kebijakan untuk melakukan right issue merupakan upaya emiten untuk menambah saham yang beredar, guna menambah modal perusahaan. Imbalan yang akan didapat oleh pembeli right adalah sama dengan membeli saham, yaitu dividen dan capital gain. 5. Waran Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga, misalnya obligasi atau saham. Waran diterbitkan dengan tujuan agar pemodal tertarik membeli obligasi atau saham yang diterbitkan emiten. 6. Reksa dana Reksa dana berasal dari kosa kata reksa yang berarti jaga atau pelihara dan kata dana yang berarti kumpulan uang yang dipelihara (bersama untuk suatu kepentingan). Umumnya, reksa dana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. 2.5.4 Keuntungan dan Kerugian Investasi di Pasar Modal Pasar modal dari tahun ke tahun menjadi wahana yang menarik bagi dunia usaha dan menjadi semakin penting peranannya. Bagi dunia usaha, pasar modal dapat dijadikan sarana untuk menawarkan berbagai macam efek sesuai dengan kebutuhan dana yang diperlukan dengan tingkat biaya dana yang relatif murah. Keuntungan investasi di pasar modal: 1. Laba capital, yaitu keuntungan dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dari hasil nilai beli sahamnya. 2. Dividen, yaitu bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. 3. Saham perusahaan, seperti tanah dan juga aktiva berharga sejenis. Nilainya meningkat sejalan dengan waktu dan sejalan dengan perkembangan atau kinerja perusahaan. Investor jangka panjang mengandalkan kenaikan nilai saham ini untuk meraih keuntungan dari investasi saham. Investor seperti ini, membeli saham untuk jangka waktu yang lama (tahunan) dan selama itu mereka memperoleh manfaat dari deviden yang dibayarkan perusahaan selama periode tertentu. Investasi di pasar modal bukan investasi tanpa resiko. Kerugian investasi di pasar modal antara lain: 1. Rugi kapital, kerugian dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih rendah dari nilai beli saham.\ 2. Rugi kesempatan, kerugian berupa selisih suku bunga deposito dikurangi total hasil yang diperoleh dari total investasi. 3. Likuidasi, kerugian karena perusahaan dilikuidasi dimana nilai likuiditasnya lebih rendah dari harga beli saham. 2.6 Struktur Kepemilikan 2.6.1 Pengertian Struktur Kepemilikan Struktur kepemilikan dapat dijelaskan dari dua sudut pandang, yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan informasi asimetri. Menurut pendekatan keagenan, strukur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi (informasi asimetri) antara insiders dan outsiders melalui pengungkapan informasi di dalam pasar modal (www.kesimpulan.com). Para peneliti berpendapat bahwa struktur kepemilikan perusahaan memiliki pengaruh terhadap perusahaan. Tujuan perusahaan sangat ditentukan oleh struktur kepemilikan, motivasi pemilik dan kreditur corporate governance dalam proses insentif yang membentuk motivasi manajer. Pemilik akan berusaha membuat berbagai strategi untuk mencapai tujuan perusahaan, setelah strategi ditentukan maka langkah selanjutnya akan mengimplementasi strategi dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Semua tahapan tersebut tidak terlepas dari peran pemilik dapat dikatakan bahwa peran pemilik sangat penting dalam menentukan keberlangsungan perusahaan. 2.6.2 Jenis-jenis Struktur Kepemilikan Struktur kepemilikan terbagi kedalam beberapa jenis. Adapun jenis-jenis struktur kepemilikan menurut Jensen and Meckling (1976) dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Kepemilikan manajerial Para pemegang saham yang memiliki kedudukan di manajemen perusahaan baik sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris disebut sebagai kepemilikan manajerial (manajerial ownership). Adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Kepemilikan manajerial juga dapat diartikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan. Masalah teknis tidak akan timbul jika kepemilikan dan pengelolaan perusahaan tidak dijalankan secara terpisah. Pemilik (pemegang saham) bertujuan untuk memaksimumkan kekayaannya dengan melihat nilai sekarang dari arus kas yang dihasilkan oleh investasi perusahaan sedangkan manajer bertujuan pada peningkatan pertumbuhan dan ukuran perusahaan. Tujuan manajer ini dilandasi oleh dua alasan, yaitu: a. Pertumbuhan yang meningkat akan memberikan peluang bagi manajer bawah dan menengah untuk dipromosikan. Selain itu, manajer dapat membuktikan diri sebagai karyawan yang produktif sehingga dapat diperoleh penghargaan lebih dari wewenang untuk menentukan pengeluaran (biaya-biaya). b. Ukuran perusahaan yang semakin besar memberikan keamanan pekerjaan atau mengurangi kemungkinan lay-off dan kompensasi yang semakin besar. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan, maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Kepemilikan saham manajerial akan membantu penyatuan kepentingan antar manajer dengan pemegang saham. Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham, sehingga manajer ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Argumen tersebut mengindikasikan mengenai pentingnya kepemilikan manajerial dalam struktur kepemilikan perusahaan. Namun, tingkat kepemilikan manajerial yang terlalu tinggi juga dapat berdampak buruk terhadap perusahaan. Dengan kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer mempunyai hak voting yang tinggi sehingga manajer mempunyai posisi yang kuat untuk mengendalikan perusahaan, hal ini dapat menimbulkan masalah pertahanan, dalam artian, adanya kesulitan bagi para pemegang saham eksternal untuk mengendalikan tindakan manajer. Agency problem bisa dikurangi bila manajer mempunyai kepemilikan saham dalam perusahaan, semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka akan baik kinerja perusahaan. Kepemilikan saham yang besar dari segi ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Secara teoritis ketika kepemilikan manajerial rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya oportunistik manajemen akan meningkat. Kepemilikan manajerial terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen. Sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik. 2. Kepemilikan Institusional Kepemilikan suatu perusahaan dapat terdiri atas kepemilikan institusional maupun kepemilikan individual atau campuran keduanya dengan proporsi tertentu. Investor institusional memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan investor individual, diantaranya yaitu: a. Investor institusional memiliki sumber daya yang lebih daripada investor individual untuk mendapatkan informasi. b. Investor institusional memiliki profesionalisme di dalam menganalisa informasi, sehingga dapat menguji tingkat keandalan informasi. c. Investor institusional secara umum memiliki realisasi bisnis yang lebih kuat dengan manajemen. d. Investor institusional memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan pengawasan yang lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan. e. Investor institusional lebih aktif dalam melakukan jual beli saham sehingga dapat meningkatkan jumlah informasi secara cepat yang tercermin di tingkat harga. Adanya pemegang saham seperti institusional ownership memiliki arti penting dalam memonitor manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham. Signifikansi institusional ownership sebagai agen pengawas ditekankan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Apabila institusional merasa tidak puas atas kinerja manajerial maka mereka akan menjual sahamnya ke pasar. Perubahan perilaku institusional ownership dari pasif menjadi aktif dapat meningkatkan akuntabilitas manajerial sehingga manajer akan bertindak lebih hati-hati dalam pengambilan keputusan. Meningkatnya aktivitas institusional ownership dalam melakukan monitoring disebabkan oleh kenyataan bahwa adanya kepemilikan saham yang signifikan oleh institusional ownership telah meningkatkan kemampuan mereka untuk bertindak secara kolektif. Dalam waktu yang sama, biaya untuk keluar dari investasi yang mereka lakukan menjadi semakin mahal karena adanya risiko saham akan terjual pada harga diskon. Kondisi ini akan memotivasi institusional ownership untuk lebih serius dalam mengawasi maupun mengkoreksi semua perilaku manajemen dan memperpanjang jangka waktu investasi. Mekanisme pengawasan dapat dilakukan dengan menempatkan dewan ahli yang tidak dibiayai perusahaan sehingga posisinya tidak berada dibawah pengawasan manajer. Dengan demikian dewan ahli dapat menjalankan fungsinya secara efektif untuk mengontrol semua tindakan manajer. Pengawasan lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara memberikan masukan-masukan sebagai pertimbangan bagi manajer dalam menjalankan usaha dan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Semakin besar prosentase saham yang dimiliki oleh institusional ownership akan menyebabkan pengawasan yang dilakukan lebih efektif karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik manajer dan mengurangi agency cost. Dengan adanya beberapa kelebihan yang dimiliki, investor intitusional diduga lebih mampu untuk mencegah terjadinya manajemen laba, dibanding dengan investor individual. Investor institusional dianggap lebih profesional dalam mengendalikan portofolio investasinya, sehingga lebih kecil kemungkinan mendapatkan informasi keuangan yang terdistorsi, karena mereka memiliki tingkat pengawasan yang tinggi untuk menghindari terjadinya tindakan manajemen laba. Secara singkat dapat dikatakan institusional dengan manajemen laba mempunyai hubungan negatif dimana semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh korporasi maka semakin kecil kemungkinan terjadi manajemen laba. 3. Kepemilikan Publik Struktur kepemilikan adalah komposisi kepemilikan dalam perusahaan yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Kemudian salah satu kepemilikan dalam perusahaan adalah kepemilikan publik dimana merupakan porsi saham beredar (outstanding share) yang dimiliki oleh masyarakat atau publik domestik (degree of public ownership). 2.7 Kebijakan Hutang 2.7.1 Pengertian Hutang Hutang adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai perusahaan. Nilai perusahaaan ditentukan oleh struktur modal ( Mogdiliani & Miller dalam Brigham, 1999). Semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi hutang harga saham, namun pada titik tertentu peningkatan akan menurunkan nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil dari pada biaya yang ditimbulkannya. Para pemilik perusahaan lebih suka perusahaan menciptakan hutang pada tingkat tertentu untuk menaikan nilai perusahaan. Agar harapan pemilik dapat dicapai, perilaku manajer dan komisaris harus dapat dikendalikan melalui keikutsertaan dalam kepemilikan saham perusahaan. Dengan demikian perimbangan kepemilikan dapat meciptakan kehati-hatian para insider dalam mengelola perusahaan. Kebangkrutan perusahaan bukan hanya menjadi tanggungan pemilik utama, namun juga para insider ikut menanggungnya. Konsekuensinya para insider akan bertindak hati-hati termasuk dalam menentukan hutang perusahaan (Soliha dan Taswan, 2002). Jensen (1986) menyatakan bahwa dengan adanya hutang dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaan free cash flow secara berlebihan oleh manajemen, dengan demikian akan menghindari investasi yang sia-sia, dengan demikian akan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai tersebut dikaitkan dengan harga saham dan penurunan hutang akan menurunkan harga saham (Masulis, 1988). Kebijakan hutang bisa digunakan untuk menciptakan nilai perusahaan yang diinginkan, namun kebijakan hutang juga tergantung dari ukuran perusahaan. Kebijakan hutang dan ukuran perusahaan yang relatif besar perlu didukung oleh kemampuan perusahaan memperoleh laba. Karena para investor menanamkan saham pada perusahaan adalah untuk mendapatkan return. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba,maka semakin besar return yang diharapkan oleh investor. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan diminati sahamnya oleh para investor (Soliha dan Taswan, 2002). 2.7.2 Ukuran Kebijakan Hutang Di dalam penelitian ini ukuran kebijakan hutang yang digunakan adalah dengan dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio merupakan salah satu rasio pengelolaan modal yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membiayai usaha dengan pinjaman yang diberikan oleh pemegang saham. Seperti yang diungkapkan oleh Husnan dan Pudjiastuti (2004:70) : Debt to Equity Ratio menunjukkan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri. Menurut Horne (2002:131) pengertian DER sebagai berikut : The debt to equity ratio is computed by simply dividing the total debt of the firm (including current liabilities) by its shareholder s equity. Artinya bahwa DER dihitung dengan cara membagi total hutang (termasuk kewajiban lancar) dengan kekayaan pemegang sahamnya. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya: 1. Para kreditur akan melihat modal sendiri perusahaan atau dana yang disediakan pemilik untuk menentukan besarnya margin pengaman. 2. Dengan mencari dana yang berasal dari hutang pemilik memperoleh manfaat mempertahankan kendali perusahaan dengan investasi terbatas. 3. Jika perusahaan memperoleh hasil yang lebih besar daripada dana yang dipinjam, maka hasil hasil pengembalian untuk para pemilik akan meningkat. DER dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total shareholder equity yang dimiliki perusahaan dan dirumuskan sebagai berikut : Debt to Equity Ratio = Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham (dalam bentuk dividen). Tingginya DER selanjutnya akan memp mempengaruhi engaruhi minat investor terhadap saham perusahaan tertentu, karena investor pasti lebih tertarik pada perusahaan yang tidak menanggung terlalu banyak beban utang. Dengan kata lain, DER berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 2.8 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan perusahaan adalah harga yang terbentuk seandainya perusahaan dijual. Apabila perusahaan go public maka nilai perusahaan ini akan dicerminkan oleh harga saham perusahaan tersebut. Dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka pemilik perusahaan menjadi lebih mak makmur mur sehingga mereka menjadi lebih senang. 2.8.1 Pengertian Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan dapat diukur dengan tinggi rendahnya harga saham ddari ari perusahaan yang bersangkutan. Tinggi rendahnya harga saham banyak dipengaruhi oleh kondisi perusahaan itu sendiri. Menurut Sartono (2001;226) berpendapat bahwa : Nilai perusahaan merupakan penjumlahan nilai modal sendiri (E) dan nilai utang (D). Menurut Brigham dan Ehrhardt (2002;47) bahwa : The value of a firm is primarily dependent on its expected future FCFs. Artinya bahwa nilai perusahaan merupakan hal dasar yang bergantung pada pengharapan free cash flow masa depan. Pengertian diatas jika diterjemahkan secara bebas berarti bahwa nilai perusahaan merupakan nilai yang diterima atas suatu investasi, biasanya dalam bentuk kas, yang diharapkan memberi hasil bagi para penanam modal. 2.8.2 Faktor faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang tercermin pada harga saham. dipertimbangkan Sehingga oleh banyak faktor manajemen yang keuangan harus dalam diperhatikan meningkatkan dan nilai perusahaan. Menurut Gitman (2003;108) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan, sebagai berikut : 1. Nilai likuiditas adalah jumlah uang yang dapat direalisasikan jika aktiva atau kelompok aktiva dijual, sebagian ataupun seluruhnya pada saat perusahaan tidak berjalan baik. 2. Nilai berkesinambungan adalah jumlah asset yang dapat dijual perusahaan untuk melanjutkan operasi bisnis. 3. Nilai buku adalah nilai yang dicatat dalam akuntansi yaitu selisih antara nilai perolehan dengan biaya penyusutan. 4. Nilai pasar adalah harga pasar dimana aktiva diperdagangkan pada pasar bebas. 5. Nilai intrinsik atau nilai wajar adalah nilai sekarang dari arus dana yang diharapkan dimasa yang akan datang. 2.8.3 Ukuran Nilai Perusahaan Nilai perusahaan didefinis didefinisikan ikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang tercermin pada harga saham. Pengukuran variable nilai perusahaan adalah EPS dengan nilai buku per lembar saham pada neraca akhir tahun. Pengukuran ini sesuai dengan pengukuran yang digunakan dalam penelitian Sudarma (2003). Nilai perusahaan ini diukur dengan menggunakan EPS, karena EPS merupakan pendapatan setelah pajak dan jumlah saham yang beredar. Jadi dengan mengetahui EPS, para investor bisa menila menilaii estimasi pendapatan yang akan diterima, karena EPS mencerminkan pendapatan dimasa yang akan datang (Atmaja, 2001;270). Earning Per Share (EPS) yang tinggi merupakan daya tarik bagi investor. Semakin tinggi EPS, maka kemampuan perusahaan untuk memberikan pendapatan kepada pemegang sahamnya semakin tinggi. EPS menggambarkan jumlah laba yang diperoleh untuk setiap lembar saham selama periode tertentu. Menurut Sutrisno (2003;255), definisi Earning Per Share adalah : Earning Per Share atau laba per lembar saham saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Penelitian ini dilakukan dibatasi hanya membicarakan saham biasa. Apabila perusahaan menerbitkan saham biasa atau saham preferen, maka net income dalam penelitian penelitian ini harus merupakan net income bagi pemegang saham biasa. Net income bagi pemegang saham biasa diperoleh dengan mengurangi net income dengan dividend dan hak hak lainnya bagi pemegang saham preferen. Hasil yang diperoleh merupakan net income keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Dengan demikian EPS dapat dirumuskan dengan : EPS = Berdasarkan keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa EPS adalah hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham biasa untuk setiap lembar saham yang dimilikinya. 2.9 Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan 2.9.1 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Hutang Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Jensen dan Meckling (1976), istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting didalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah hutang dan equity tetapi juga oleh prosentase kepemilikan oleh manajer dan institusional ownership dapat mempengaruhi keputusan pencarian dana apakah melalui hutang atau right issue. Jika pendanaan diperoleh melalui hutang berarti rasio hutang terhadap equity akan meningkat, sehingga akhirnya akan meningkatkan risiko. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih besar dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen. Dengan meningkatkan kepemilikan institusional berarti tindakan manajer dalam menggunakan hutang diawasi secara optimal oleh pemegang saham eksternal dan membantu mengurangi biaya keagenan (Bathala et al., 1994. Hal ini disebabkan karena kepemilikan merupakan sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya menantang keberadaan manajemen. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan. Dengan demikian proporsi kepemilikan institusional bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Moh d et al (1998), mengadakan studi mengenai dampak struktur kepemilikan pada kebijakan hutang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kepemilikan saham memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap rasio hutang. Implikasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa investor institusional secara efektif dapat melakukan monitoring terhadap manajemen perusahaan sehingga memiliki kecenderungan untuk menurunkan tingkat hutang dan meningkatkan kepemilikan manajerial dapat mengurangi peranan hutang dalam mengurangi masalah keagenan. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, hasilnya menunjukkan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Dengan kata lain, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa struktur kepemilikan dapat mempengaruhi kebijakan hutang. 2.9.2 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan Masalah yang sering terjadi dari struktur kepemilikan adalah konflik agensi, yaitu adanya perbedaan kepentingan antara manajemen perusahaan sebagai pengelola dan pengambil keputusan dalam perusahaan dengan para investor atau para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Dengan adanya perbedaan kepentingan ini, akan mempengaruhi nilai perusahaan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam struktur kepemilikan, antara lain: (1) kepemilikan sebagian kecil saham perusahaan oleh manajemen mempengaruhi kecenderungan untuk memaksimalkan nilai pemegang saham dibanding sekedar mencapai tujuan perusahaan semata; (2) kepemilikan yang terkonsentrasi memberi insentif kepada pemegang saham mayoritas untuk berpartisipasi secara aktif dalam perusahaan; (3) identitas pemilik menentukan prioritas tujuan sosial perusahaan dan (4) memaksimalisasi nilai pemegang saham, misalnya perusahaan milik pemerintah cenderung untuk mengikuti tujuan politik dibanding tujuan perusahaan (Haruman, 2008). Pada suatu perusahaan yang yang dalam struktur kepemilikannya lebih banyak menggunakan kepemilikan institusional akan mendorong pemilik untuk melakukan peminjaman kepada manajemen sehingga manajemen terdorong untuk meningkatkan kinerjanya, selanjutnya nilai perusahaan akan meningkat. Sedangkan Kepemilikan manajerial akan mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan, karena mereka juga memiliki perusahaan. Kinerja perusahaan yang meningkat akan meningkatkan nilai perusahaan. Suku bunga yang tinggi akan mengurangi minat investor untuk menginvestasikan dananya ke pasar modal sehingga aktivitas perdagangan akan menurun dan nilai perusahaan akan menurun. Pertumbuhan pasar menunjukkan kinerja perusahaan membaik sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Jumlah pemegang saham besar (large shareholders) mempunyai arti penting dalam memonitor perilaku manajer dalam perusahaan (Shleifer dan Vishny, 1986). Dengan adanya konsentrasi kepemilikan, maka para pemegang saham besar seperti institusional investors akan dapat memonitor tim manajemen secara lebih efektif dan dapat meningkatkan nilai perusahaan jika terjadi takeover. Selain itu, konsentrasi kepemilikan pada pihak luar perusahaan berpengaruh positif pada nilai perusahaan Lins (2002). Hasil-hasil diatas menunjukkan bahwa struktur kepemilikan perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, hasilnya menunjukkan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan kata lain, dapat ditarik kesimpulan bahwa struktur kepemilikan dapat mempengaruhi nilai perusahaan. 2.9.3 Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan Kebijakan hutang bisa digunakan untuk menciptakan nilai perusahaan yang diinginkan, namun kebijakan hutang juga tergantung dari ukuran perusahaan. Kebijakan hutang dan ukuran perusahaan yang relatif besar perlu didukung oleh kemampuan perusahaan memperoleh laba. Karena para investor menanamkan saham pada perusahaan adalah untuk mendapatkan return. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, maka semakin besar return yang diharapkan oleh investor. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan diminati sahamnya oleh para investor (Soliha dan Taswan, 2002). Pendapat Mogdiliani and Miller (1963), bila ada pajak penghasilan perusahaan maka penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak (tax deductable expense). Jensen (1986) menyatakan bahwa dengan adanya hutang dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaan free cash flow secara berlebihan oleh manajemen, dengan demikian menghindari investasi yang sia-sia, dengan demikian akan meningkatkan nilai perusahaan.