BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Keuangan
2.1.1
Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan bagian dari manajemen yang merupakan
salah satu fungsi yang terpenting bagi suatu perusahaan. Hal itu disebabkan
manajemen keuangan membantu fungsi operasional perusahaan yang lainnya
seperti Manajemen Pemasaran, Manajemen Produksi, Manajemen Sumber Daya
Manusia, dan lain sebagainya.
Seiring dengan perkembangannya, manajemen keuangan tidak hanya
mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan
tagihan, dan mencari dana. Akan tetapi, manjemen keuangan juga mengatur
penginvestasian dana, mengatur kombinasi dana yang optimal, serta mengatur
pendistribusian keuntungan (pembagian dividen). Untuk memperkuat pengertian
manajemen keuangan, maka menurut beberapa ahli manajemen keuangan adalah:
Menurut Sutrisno (2003;3) manajemen keuangan dapat diartikan sebagai berikut :
Semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha
usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya murah serta
usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara
efisien.
Definisi manajemen keuangan menurut Riyanto (2004:4) :
Manajemen keuangan adalah manajemen untuk fungsi-fungsi
pembelanjaan.
Dari kedua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen
keuangan adalah keseluruhan aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan
usaha untuk mendapatkan dana, menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut
guna mencapai suatu tujuan yang diharapkan.
2.1.2
Fungsi Manajemen Keuangan
Terdapat beberapa fungsi dalam manajemen keuangan. Menurut Sutrisno
(2003;5) terdapat tiga fungsi utama dalam manajemen keuangan adalah :
a. Keputusan investasi, yaitu masalah bagaimana manajer keuangan harus
mengalokasikan dana dalam bentuk
bentuk investasi yang akan dapat
mendatangkan keuntungan dimasa yang akan datang.
b. Keputusan pendanaan, pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk
mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber
yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan
sumber dana
kebutuhan
investasi serta kegiatan usahanya.
c. Keputusan dividen, dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan
oleh perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini
merupakan penghasilan yang diharapkan oleh para pemegang saham.
Selanjutnya menurut Riyanto (2001;6) seorang manajer keuangan harus
mengetahui tiga tugas utama, yaitu :
1. Menyangkut tentang keputusan alokasi dana, baik yang berasal dari
perusahaan maupun yang berasal dari luar perusahaan atau bentuk investasi
yang bagaimana yang baik bagi perusahaan.
2. Menyangkut tentang pengambilan keputusan pembelanjaan atau pembiayaan
investasi. Hal ini menyangkut tentang memperoleh dana investasi yang
efisien, komposisi sumber dana yang harus dipertahankan dan penggunaan
modal dari dalam atau luar.
3. Menyangkut tentang kebijakan dividen. Pada prinsipnya kebijakan dividen
menyangkut tentang keputusan apakah laba yang diperoleh harus dibagikan
kepada pemegang saham atau ditahan guna pembiayaan investasi dimasa yang
akan datang.
Manajemen keuangan (keuangan perusahaan) memiliki kesempatan kerja
yang terluas karena setiap perusahaan membutuhkan seorang manajer keuangan
yang menangani fungsi
fungsi keuangan. Fungsi manajemen keuangan adalah
salah satu fungsi utama yang sangat penting di dalam perusahaan, disamping
fungsi
fungsi lainnya yaitu fungsi pemasaran, sumber daya manusia,
operasional, dan lain sebagainya. Walaupun dalam pelaksanaan fungsi
fungsi
tersebut memiliki keterkaitan satu sama lainnya.
2.1.3
Tujuan Manajemen Keuangan
Untuk dapat mengambil keputusan
keputusan keuangan yang benar,
manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang
benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut, yaitu
untuk memaksimalkan nilai perusahaan karena dapat meningkatkan kemakmuran
para pemilik perusahaan (pemegang saham).
Menurut Sutrisno (2003;5) tujuan dari manajemen keuangan sebagai
berikut:
Bagaimana perusahaan mengelola baik itu mendapatkan dana
maupun mengalokasikan dana guna mencapai nilai perusahaan yaitu
kemakmuran para pemegang saham.
Sedangkan menurut Ross, Westerfield, Jordan (2006;11) tujuan
menajemen keuangan sebagai berikut :
The goal of financial management to maximize the current value per
share of the existing stock.
Artinya bahwa tujuan manajemen keuangan adalah memaksimalkan nilai per
lembar saham dari saham yang beredar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen keuangan yang
dilakukan oleh manajer keuangan adalah merencanakan untuk memperoleh dan
menggunakan dana guna memaksimalkan nilai perusahaan.
2.2
Laporan Keuangan
2.2.1
Pengertian Laporan Keuangan
Membahas manajemen keuangan tidak bisa lepas dari laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua
laporan utama, yaitu: (1) neraca dan (2) laporan rugi-laba. Laporan keuangan
disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi keuangan perusahaan kepada
pihak
pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
Semua transaksi keuangan perusahaan yang terjadi akan dicatat,
diklasifikasikan dan disusun menjadi laporan keuangan, sehingga dapat
mencerminkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada suatu
periode tertentu atau jangka waktu tertentu. Ditinjau dari fungsinya, laporan
keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai kinerja, aktivitas
dan kondisi keuangan suatu perusahaan yang akan menjadi sumber analisis untuk
mengambil keputusan.
Pengertian laporan keuangan menurut Sundjaja dan Barlian (2002;68)
sebagai berikut :
Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil
dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antara
data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak
berkepentingan dengan data
pihak yang
data atau aktivitas tersebut.
Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Riyanto (2001;327)
yaitu:
Laporan finansial (Financial Statement), memberikan ikhtisar
mengenai keadaan finansial suatu perusahaan, dimana neraca
(Balance Sheet) mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri
pada suatu saat tertentu, dan laporan rugi & laba (Income Statement)
mencerminkan hasil
hasil yang dicapai selama suatu periode
tertentu biasanya meliputi periode satu tahun.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
merupakan hasil akhir aktivitas suatu perusahaan yang dibuat oleh manajemen
dan diproses melalui siklus akuntansi yang akan digunakan oleh pemilik
perusahaan, calon investor, kreditur, pemerintah, dan pihak
pihak lain yang
berkepentingan untuk melihat kinerja keuangan dan operasional perusahaan.
2.2.2
Jenis
Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan disajikan manajemen untuk semua pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan. Informasi yang ada dalam laporan keuangan
ini dapat langsung digunakan oleh pemakai, namun ada juga yang harus dianalisis
lebih lanjut misalnya dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.
Setiap pemakai mempunyai kebutuhan yang berbeda terhadap informasi
keuangan. Berdasarkan kebutuhan tersebut, pemakai akan mencari informasi
mana yang paling dibutuhkan untuk dianalisis lebih lanjut, sehingga laporan
keuangan perlu diklasifikasikan dalam berbagai jenis laporan keuangan.
Jenis
jenis laporan keuangan menurut Gitman (2006:46) adalah
The four key financial statement required by the SEC for reporting to
shareholder are (1) the income statement, (2) the balance sheet, (3) the
statement of stockholder s equity and (4) the statement of cash flows.
Artinya bahwa empat laporan keuangan kunci yang diperlukan oleh SEC untuk
pelaporan kepada pemegang saham adalah (1) laporan rugi-laba, ( 2) neraca, ( 3)
laporan keuangan ekuitas pemegang saham, dan (4) laporan keuangan arus kas.
Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian (2002;4), laporan keuangan
adalah :
Laporan keuangan meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan
perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai
cara seperti, misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus
dana), dan catatan atas laporan keuangan, laporan lain serta materi
pembahasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan.
Kemudian jenis
jenis laporan keuangan menurut Harahap (2002;106)
adalah:
1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu
tanggal tertentu.
2. Perhitungan laba / rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya dan laba rugi
perusahaan pada suatu periode tertentu.
3. Laporan sumber dan penggunaan dana, memuat sumber dan pengeluaran
perusahaan selama satu periode.
4. Laporan arus kas, menggambarkan sumber dan penggunaan kas dalam satu
periode.
5. Laporan harga pokok produksi yang menggambarkan berapa dan unsur apa
yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang.
6. Laporan laba ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan
kepada pemilik saham.
7. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham
dalam PT maupun modal dalam perusahaan perseroan.
8. Dalam suatu kajian dikenal laporan kegiatan keuangan. Laporan ini
menggambarkan transaksi laporan keuangan perusahaan yang mempengaruhi
kas.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ada tiga jenis
laporan keuangan yang utama, yaitu income statement (laporan laba rugi), balance
sheet (neraca), dan statement of cash flow (laporan arus kas). Sedangkan laporan
lainnya yang juga tercantum dalam kutipan diatas merupakan bagian integral dari
laporan keuangan yang merupakan daftar pendukung (supporting statement) dari
laporan keuangan utama, dan bukan laporan keuangan yang berdiri sendiri.
2.2.3
Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Menurut Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) (2004 No.1
Hal 12) bahwa:
Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
dalam rangka membuat keputusan
keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas
penggunaan sumber
sumber dana yang dipercayakan kepada
mereka.
Menurut Harahap (2002;132) tujuan laporan keuangan adalah:
1. Untuk memberi informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva
dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan
dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul
dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan
dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam
aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, serta informasi mengenai aktivitas
pembiayaan dan investasi.
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan
dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan,
seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan laporan keuangan,
informasi mentah dapat dibaca melalui laporan keuangan dan hubungan satu pos
dengan pos lain akan menjadi indikator tentang posisi dan prestasi keuangan
perusahaan.
2.2.4
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang
membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik kualitatif laporan keuangan
ini menurut Prastowo D dan Julianty (2002;6) meliputi :
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pengguna.
2. Relevan
Informasi memiliki kualitas relevan apabila informasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang
(predictive) menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu
(confirmatory).
3. Keandalan
Informasi mempunyai kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang tulus dan jujur (faithful representation) dari yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat dibandingkan
Para pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan perusahaan antar periode untuk mengindentifikasi kecenderungan
(trend) posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Selain itu, pemakai juga harus
dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
secara relatif.
2.2.5
Pemakai Laporan Keuangan
Pihak
pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan agar dapat
mengetahui perkembangan suatu perusahaan dikelompokkan menjadi dua, yakni
pihak internal dan pihak eksternal. Pelaporan keuangan tersebut diperlukan pihak
internal maupun eksternal untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
proses pengambilan keputusan investasi ataupun kegiatan ekonomi lainnya yang
bersangkutan dengan laporan keuangan tersebut.
Adapun pihak
pihak pemakai laporan keuangan menurut Harahap
(2002;120) antara lain :
1. Pemegang saham
Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, asset,
utang, modal, hasil, biaya, laba. Ia juga ingin melihat prestasi perusahaan
dalam pengelolaan manajemen yang diberikan amanah. Ia juga ingin
mengetahui jumlah dividen yang akan diterima, jumlah pendapatan per saham,
jumlah laba yang ditahan. Juga mengetahui perkembangan perusahaan dari
waktu ke waktu, perbandingan dengan usaha sejenis, dan perusahaan lainnya.
2. Investor
Investor dalam hal tertentu juga sama seperti pemegang saham diatas. Bagi
investor potensial ia akan melihat kemungkinan potensi keuntungan yang akan
diperoleh dari perusahaan yang dilaporkan.
3. Analis pasar modal
Analis pasar modal selalu melakukan analisa tajam dan lengkap terhadap
laporan keuangan perusahaan yang go public maupun yang berpotensi masuk
pasar modal. Ia ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi
keuangan perusahaan.
4. Manajer
Manajer ingin mengetahui situasi ekonomis perusahaan yang dipimpinnya.
5. Karyawan dan serikat pekerja
Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk menetapkan
apakah ia masih terus bekerja disitu atau pindah. Ia juga perlu mengetahui
hasil usaha perusahaan supaya ia bisa menilai apakah penghasilan
(remunerasi) yang diterimanya adil atau tidak.
6. Instansi pajak
Semua kewajiban pajak seharusnya tergambar dalam laporan keuangan,
dengan demikian instansi pajak (fiskus) dalam hal ini dapat menggunakan
laporan keuangan sebagai dasar menentukan kebenaran perhitungan pajak,
pembayaran pajak, pemotongan pajak, restitusi, dan juga untuk dasar
penindakan.
7. Pemberi dana (kreditur)
Sama dengan pemegang saham, investor, lender seperti Bank, Investment
fund, perusahaan leasing, juga ingin mengetahui informasi tentang situasi dan
kondisi perusahaan baik yang sudah diberi pinjaman maupun yang akan diberi
pinjaman.
8. Supplier
Laporan keuangan bisa menjadi informasi untuk mengetahui apakah
perusahaan layak diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan, dan
sejauh mana potensi risiko yang dimiliki perusahaan.
9. Pemerintah atau lembaga pengatur resmi
Ia ingin mengetahui apakah perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah
ditetapkannya.
10. Langganan atau lembaga konsumen
Ia berhak mendapatkan layanan memuaskan dengan harga equilibrium, dalam
kondisi ini konsumen terlindungi dari kemungkinan praktek yang merugikan
baik dari segi kualitas, kuantitas, harga dan lain sebagainya.
11. Lembaga Swadaya Masyarakat
LSM membutuhkan laporan keuangan untuk menilai sejauh mana perusahaan
merugikan pihak tertentu yang melindunginya.
12. Peneliti/Akademisi/Lembaga peringkat
Bagi peneliti maupun akademisi laporan keuangan sangat penting, sebagai
data primer dalam melakukan penelitian terhadap topik tertentu yang berkaitan
dengan laporan keuangan atau perusahaan. Laporan keuangan menjadi bahan
dasar yang diolah untuk mengambil kesimpulan dari suatu hipotesa atau
penelitian yang dilakukan.
2.2.6
Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Sifat
sifat laporan keuangan memiliki keterbatasannya. Menurut
Harahap (2002;5) berdasarkan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) sifat dan
keterbatasan laporan keuangan sebagai berikut :
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian
yang telah lewat bukan masa kini. Oleh karena itu, laporan tidak dapat
dianggap sebagai satu
satunya sumber informasi dalam proses pengambilan
keputusan ekonomi apalagi untuk meramalkan masa depan atau menentukan
nilai (harga) perusahaan saat ini.
2. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti untuk pihak yang akan
membeli perusahaan.
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan
berbagai pertimbangan.
4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula
penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin
tidak terlaksana jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh secara material
terhadap kelayakan laporan keuangan.
5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Bila
terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai
penilaian suatu pos maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba
bersih atau aktiva yang paling kecil. Laba yang belum direalisasi tetapi sudah
berlaku di pasar maka dapat dicatat, misalnya jika harga persediaan di pasar
berada di bawah harga pokok maka perbedaan ini dapat dicatat sebagai rugi
namun jika harga melebihi harga pokok tidak dicatat sebagai laba.
6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa
atau transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas). Misalnya jika
perusahaan memiliki plafon kredit satu milyar, artinya perusahaan memiliki
dana yang dapat ditarik setiap saat sebesar jumlah itu. Namun jika belum
ditarik, kita tidak boleh mencatatnya sebagai unsur kas di neraca.
7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah
istilah teknis dan
pemakaian laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi
dan sifat dari informasi yang dilaporkan.
8. Adanya alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan
variasi dalam pengukuran sumber
sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan
antar perusahaan. Metode penilaian persediaan boleh menggunakan metode
LIFO (Last In First Out), FIFO (First In First Out), Average, yang hasilnya
pasti berbeda. Demikian juga metode penyusutan : Garis Lurus, Saldo
Menurun, Sum of Year Digits, dan sebagainya.
9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan
umumnya diabaikan.
2.3
Analisis laporan Keuangan
Suatu laporan keuangan belum dapat memberikan informasi yang berguna,
apabila hanya dilihat sepintas saja. Laporan keuangan baru dapat memberikan
informasi yang berguna mengenai posisi dan kondisi keuangan suatu perusahaan
apabila dipelajari, diperbandingkan, dan dianalisis. Melalui analisis tersebut akan
diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan
serta hasil
2.3.1
hasil yang dicapai oleh perusahaan.
Pengertian Analisis laporan Keuangan
Salah satu tugas manajemen setelah akhir tahun adalah menganalisis
laporan keuangan perusahannya. Analisis ini didasarkan pada laporan keuangan
yang sudah disusun dan sebaiknya laporan keuangan itu adalah laporan yang
diyakini kewajarannya.
Menurut Wild, Subramanyam, Hasley (2005;3) analisi laporan keuangan
adalah:
Aplikasi dari alat dan teknis analitis untuk laporan keuangan
bertujuan umum dan data
data yang berkaitan untuk menghasilkan
estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat bagi analisis bisnis.
Masih menurut Wild et al (2005;16), analisis keuangan (Financial Statement)
adalah:
Penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis posisi dan
kinerja keuangan perusahaan dan untuk menilai kinerja keuangan di
masa depan.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan analisis laporan
keuangan berfungsi untuk mengkonversikan data yang berasal dari laporan
keuangan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih berguna, lebih
mendalam, dan tajam, dengan teknik tertentu. Oleh karena itu kegunaan atau
manfaat analisis laporan keuangan sepenuhnya terletak pada kemampuan dan
keterampilan analisis dalam menginterpretasikannya.
2.3.2
Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah
informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Menurut Harahap
(2002;195), secara lengkap kegunaan laporan keuangan ini dapat dikemukakan
sebagai berikut :
1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang
terdapat dari laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari
suatu laporan keuangan yang berbeda di balik laporan keuangan (implicit).
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat membongkar hal
hal yang bersifat tidak konsisten dalam
hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan
komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang
diperoleh dari luar perusahaan.
5. Mengetahui sifat
model dan teori
sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model
teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi,
peningkatan (rating).
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.
Dengan kata lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan
merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain :
a. Dapat menilai prestasi perusahaan.
b. Dapat memproyeksi keuangan perusahaan.
c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek
waktu tertentu :
1) Posisi keuangan (asset, neraca, modal)
2) Hasil usaha perusahaan (hasil dan biaya)
3) Likuiditas
4) Solvabilitas
5) Aktivitas
6) Rentabilitas atau Profitabilitas
7) Indikator pasar modal
d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu .
e. Melihat komposisi struktur keuangan, arus dana.
7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu
yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan
periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.
9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik
posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.
10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa
yang akan datang.
Dari sudut lain, tujuan analisis laporan keuangan menurut Harahap
(2002;197) sebagai berikut :
1. Screening, analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan
dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger.
2. Forecasting, analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan
perusahaan dimasa yang akan datang.
3. Diagnosis, analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah
-
masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan, atau
masalah lain.
4. Evaluation, analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional,
efisiensi dan lain
lain.
Dengan melakukan analisis laporan keuangan, informasi mentah yang
dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam. Hubungan
satu pos dengan pos lain akan dapat menjadi indikator tentang posisi dan prestasi
keuangan perusahaan.
2.4
Analisis Rasio Keuangan
Untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi keuangan perusahaan, analisis
keuangan dan pemakai laporan keuangan harus melakukan analisis terhadap
kesehatan perusahaan. Alat yang biasa digunakan adalah rasio keuangan.
Pengertian rasio keuangan menurut Harahap (2002;297) adalah :
Angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan
keuangan dengan lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan
dan signifikan (berarti).
Dengan rasio keuangan para pemakai laporan keuangan dapat dengan
mudah mengartikan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu
dengan pos lainnya. Adapun jenis
jenis analisis rasio keuangan menurut
Munawir (2002;31) antara lain sebagai berikut :
1. Likuiditas,
berhubungan dengan kemampuan jangka pendek
sebuah
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jatuh temponya.
2. Aktivitas, menunjukkan sampai sejauhmana efisien sebuah perusahaan
memakai asetnya.
3. Profitabilitas, menunjuk pada betapa berhasil sebuah perusahaan ada dalam
membangkitkan laba.
4. Solvabilitas, menunjuk pada kemampuan sebuah perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka panjangnya.
Menghitung rasio hanya merupakan titik awal dalam menganalisa sebuah
perusahaan. Rasio ini tidak memberikan jawaban, namun rasio ini memberikan
bukti sebagaimana terhadap apa yang mungkin diharapkan, dan juga rasio yang
sering memberikan sinyal berlawanan.
2.5
Pasar Modal
2.5.1
Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan suatu tempat yang memperdagangkan instrumen-
instrumen keuangan dan tempat untuk melakukan investasi keuangan. Menurut
Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1548/KMK/1990 pengertian pasar modal
secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk
didalamnya muadalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di
bidang keuangan serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti
sempit pengertian pasar modal:
Pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang
disisipkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi,
dan surat berharga lainnya dengan memakai jasa para pedagang
efek.
Pengertian pasar modal seperti yang tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 1 ayat 1 adalah :
Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, setra lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal
merupakan suatu tempat dimana didalamnya terdapat kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, diantaranya memperdagangkan
saham, obligasi, dan surat berharga lainnya dengan memakai jasa para pedagang
efek sebagai perantara untuk dapat membeli atau menjual instrumen-instrumen
keuangan yang diperjualbelikan di pasar modal tersebut.
2.5.2
Fungsi Pasar Modal
Pasar modal memberikan daya tarik baik bagi pihak yang membutuhkan
dana, pihak yang memiliki dana, maupun pemerintah. Hal ini disebabkan karena
pasar modal memiliki fungsi yang strategis. Menurut Sutrisno (2001:342)
beberapa fungsi pasar modal diantaranya adalah:
1. Sebagai sumber penghimpunan dana
Bagi perusahaan yang ingin menggalang dana dalam jumlah besar, maka pasar
modal merupakan pilihan terbaik dalam memenuhi kebutuhan dana tersebut.
2. Sebagai sarana investasi
Investasi di pasar modal lebih fleksibel, karena setiap investor dapat dengan
mudah memindahkan dananya dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya
atau dari satu industri ke industri lainnya. Oleh karena itu, pasar modal
merupakan salah satu alternatif instrumen penempatan dana bagi investor
selain di perbankan atau investasi langsung lainnya.
3. Pemerataan pendapatan
Dengan go public nya suatu perusahaan di pasar modal akan memberikan
kesempatan kepada masyarakat luas untuk ikut serta memiliki perusahaan
tersebut. Dengan demikian akan memberikan kesempatan kepada masyarakat
untuk menikmati keuntungan dari perusahaan berupa bagian keuntungan atau
dividen, sehingga yang semula hanya dinikmati oleh beberapa orang pemilik,
akhirnya bisa dinikmati oleh masyarakat artinya ada pemerataan pendapatan
kepada masyarakat.
4. Sebagai pendorong investasi
Pasar modal adalah salah satu iklim investasi yang kondusif dan mampu
mendorong pihak swasta dan asing untuk melakukan investasi baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal
memberikan daya tarik bagi para investor, pengguna dana, maupun pemerintah
karena pasar modal memiliki fungsi yang strategis seperti sebagai sumber
penghimpunan dana, sebagai sarana investasi, pemerataan pendapatan dan sebagai
pendorong investasi.
2.5.3
Instrumen Pasar Modal
Instrumen pasar modal merupakan suatu bukti kepemilikan modal dari
lembaga yang mengeluarkannya yang dapat diperjualbelikan. Pemegang
instrumen pasar modal mengharapkan memperoleh keuntungan dengan menahan
instrumen tersebut. Adapun instrumen pasar modal menurut Sundjaja dan
Barlian (2003:436) meliputi:
1. Saham biasa (Common stock)
Saham biasa adalah bukti penyertaan modal dalam perusahaan. Pemegang
saham biasa mengharapkan akan memperoleh pembayaran dividen dan tingkat
keuntungan penjualan saham atau capital gain.
Saham biasa merupakan sumber dana yang permanen, karena akan
tertanam dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas selama
perusahaan masih menjalankan kegiatan operasinya. Saham biasa disebut juga
sebagai variabel income security atau sekuritas dengan penghasilan tidak tetap.
Saham biasa tampak dalam neraca di sebelah kanan sebagai bagian dari modal
sendiri.
2. Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan
antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap
(seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang
dikehendaki investor. Saham preferen merupakan bagian dari modal sendiri yang
memberikan pendapatan yang relative konstan dan biaya modal yang cenderung
tinggi daripada biaya utang, karena risiko yang dihadapi pemegang saham
preferen lebih besar dari risiko pemegang obligasi.
3. Obligasi (Long Term Debt)
Obligasi merupakan utang jangka panjang yang digunakan oleh
pemerintah dan perusahaan untuk mendapatkan dana jangka panjang. Obligasi
adalah salah satu jenis pendanaan dengan beban tetap atau fixed income securities.
4. Right
Right merupakan surat berharga yang memberikan hak bagi pemodal
untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten. Right merupakan produk
derivatif atau turunan dari saham. Kebijakan untuk melakukan right issue
merupakan upaya emiten untuk menambah saham yang beredar, guna menambah
modal perusahaan. Imbalan yang akan didapat oleh pembeli right adalah sama
dengan membeli saham, yaitu dividen dan capital gain.
5. Waran
Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang
sudah ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga,
misalnya obligasi atau saham. Waran diterbitkan dengan tujuan agar pemodal
tertarik membeli obligasi atau saham yang diterbitkan emiten.
6. Reksa dana
Reksa dana berasal dari kosa kata reksa yang berarti jaga atau
pelihara dan kata dana yang berarti kumpulan uang yang dipelihara (bersama
untuk suatu kepentingan). Umumnya, reksa dana diartikan sebagai wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
2.5.4
Keuntungan dan Kerugian Investasi di Pasar Modal
Pasar modal dari tahun ke tahun menjadi wahana yang menarik bagi dunia
usaha dan menjadi semakin penting peranannya. Bagi dunia usaha, pasar modal
dapat dijadikan sarana untuk menawarkan berbagai macam efek sesuai dengan
kebutuhan dana yang diperlukan dengan tingkat biaya dana yang relatif murah.
Keuntungan investasi di pasar modal:
1. Laba capital, yaitu keuntungan dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara
nilai jual yang lebih tinggi dari hasil nilai beli sahamnya.
2. Dividen, yaitu bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada
pemegang saham.
3. Saham perusahaan, seperti tanah dan juga aktiva berharga sejenis. Nilainya
meningkat sejalan dengan waktu dan sejalan dengan perkembangan atau
kinerja perusahaan. Investor jangka panjang mengandalkan kenaikan nilai
saham ini untuk meraih keuntungan dari investasi saham. Investor seperti ini,
membeli saham untuk jangka waktu yang lama (tahunan) dan selama itu
mereka memperoleh manfaat dari deviden yang dibayarkan perusahaan selama
periode tertentu.
Investasi di pasar modal bukan investasi tanpa resiko. Kerugian investasi
di pasar modal antara lain:
1. Rugi kapital, kerugian dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai
jual yang lebih rendah dari nilai beli saham.\
2. Rugi kesempatan, kerugian berupa selisih suku bunga deposito dikurangi total
hasil yang diperoleh dari total investasi.
3. Likuidasi, kerugian karena perusahaan dilikuidasi dimana nilai likuiditasnya
lebih rendah dari harga beli saham.
2.6
Struktur Kepemilikan
2.6.1
Pengertian Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan dapat dijelaskan dari dua sudut pandang, yaitu
pendekatan keagenan dan pendekatan informasi asimetri. Menurut pendekatan
keagenan, strukur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi
konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Pendekatan
ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan
sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi (informasi
asimetri) antara insiders dan outsiders melalui pengungkapan informasi di dalam
pasar modal (www.kesimpulan.com).
Para peneliti berpendapat bahwa struktur kepemilikan perusahaan
memiliki pengaruh terhadap perusahaan. Tujuan perusahaan sangat ditentukan
oleh struktur kepemilikan, motivasi pemilik dan kreditur corporate governance
dalam proses insentif yang membentuk motivasi manajer. Pemilik akan berusaha
membuat berbagai strategi untuk mencapai tujuan perusahaan, setelah strategi
ditentukan maka langkah selanjutnya akan mengimplementasi strategi dan
mengalokasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Semua tahapan tersebut tidak terlepas dari peran pemilik dapat
dikatakan
bahwa
peran
pemilik
sangat
penting
dalam
menentukan
keberlangsungan perusahaan.
2.6.2
Jenis-jenis Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan terbagi kedalam beberapa jenis. Adapun jenis-jenis
struktur kepemilikan menurut Jensen and Meckling (1976) dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
1. Kepemilikan manajerial
Para pemegang saham yang memiliki kedudukan di manajemen
perusahaan baik sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris disebut
sebagai kepemilikan manajerial (manajerial ownership). Adanya kepemilikan
saham oleh pihak manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap
kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Kepemilikan
manajerial juga dapat diartikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh
manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode
pengamatan.
Masalah teknis tidak akan timbul jika kepemilikan dan pengelolaan
perusahaan tidak dijalankan secara terpisah. Pemilik (pemegang saham) bertujuan
untuk memaksimumkan kekayaannya dengan melihat nilai sekarang dari arus kas
yang dihasilkan oleh investasi perusahaan sedangkan manajer bertujuan pada
peningkatan pertumbuhan dan ukuran perusahaan. Tujuan manajer ini dilandasi
oleh dua alasan, yaitu:
a. Pertumbuhan yang meningkat akan memberikan peluang bagi manajer bawah
dan menengah untuk dipromosikan. Selain itu, manajer dapat membuktikan
diri sebagai karyawan yang produktif sehingga dapat diperoleh penghargaan
lebih dari wewenang untuk menentukan pengeluaran (biaya-biaya).
b. Ukuran perusahaan yang semakin besar memberikan keamanan pekerjaan atau
mengurangi kemungkinan lay-off dan kompensasi yang semakin besar.
Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan, maka
manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang
saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri.
Kepemilikan saham manajerial akan membantu penyatuan kepentingan
antar manajer dengan pemegang saham. Kepemilikan manajerial akan
mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham, sehingga
manajer ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan
ikut pula menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan
yang salah. Argumen tersebut mengindikasikan mengenai pentingnya kepemilikan
manajerial dalam struktur kepemilikan perusahaan.
Namun, tingkat kepemilikan manajerial yang terlalu tinggi juga dapat
berdampak buruk terhadap perusahaan. Dengan kepemilikan manajerial yang
tinggi, manajer mempunyai hak voting yang tinggi sehingga manajer mempunyai
posisi yang kuat untuk mengendalikan perusahaan, hal ini dapat menimbulkan
masalah pertahanan, dalam artian, adanya kesulitan bagi para pemegang saham
eksternal untuk mengendalikan tindakan manajer.
Agency problem bisa dikurangi bila manajer mempunyai kepemilikan
saham dalam perusahaan, semakin meningkat proporsi kepemilikan saham
manajerial maka akan baik kinerja perusahaan. Kepemilikan saham yang besar
dari segi ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Secara teoritis ketika
kepemilikan manajerial rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya
oportunistik manajemen akan meningkat.
Kepemilikan manajerial terhadap saham perusahaan dipandang dapat
menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar
dengan manajemen. Sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang
apabila seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik.
2. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan suatu perusahaan dapat terdiri atas kepemilikan institusional
maupun kepemilikan individual atau campuran keduanya dengan proporsi
tertentu. Investor institusional memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan
investor individual, diantaranya yaitu:
a. Investor institusional memiliki sumber daya yang lebih daripada investor
individual untuk mendapatkan informasi.
b. Investor institusional memiliki profesionalisme di dalam menganalisa
informasi, sehingga dapat menguji tingkat keandalan informasi.
c. Investor institusional secara umum memiliki realisasi bisnis yang lebih kuat
dengan manajemen.
d. Investor institusional memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan
pengawasan yang lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.
e. Investor institusional lebih aktif dalam melakukan jual beli saham sehingga
dapat meningkatkan jumlah informasi secara cepat yang tercermin di tingkat
harga.
Adanya pemegang saham seperti institusional ownership memiliki arti
penting dalam memonitor manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusional
akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mekanisme
monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.
Signifikansi institusional ownership sebagai agen pengawas ditekankan melalui
investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Apabila institusional
merasa tidak puas atas kinerja manajerial maka mereka akan menjual sahamnya
ke pasar.
Perubahan perilaku institusional ownership dari pasif menjadi aktif dapat
meningkatkan akuntabilitas manajerial sehingga manajer akan bertindak lebih
hati-hati dalam pengambilan keputusan. Meningkatnya aktivitas institusional
ownership dalam melakukan monitoring disebabkan oleh kenyataan bahwa
adanya kepemilikan saham yang signifikan oleh institusional ownership telah
meningkatkan kemampuan mereka untuk bertindak secara kolektif. Dalam waktu
yang sama, biaya untuk keluar dari investasi yang mereka lakukan menjadi
semakin mahal karena adanya risiko saham akan terjual pada harga diskon.
Kondisi ini akan memotivasi institusional ownership untuk lebih serius dalam
mengawasi maupun mengkoreksi semua perilaku manajemen dan memperpanjang
jangka waktu investasi.
Mekanisme pengawasan dapat dilakukan dengan menempatkan dewan
ahli yang tidak dibiayai perusahaan sehingga posisinya tidak berada dibawah
pengawasan manajer. Dengan demikian dewan ahli dapat menjalankan fungsinya
secara efektif untuk mengontrol semua tindakan manajer.
Pengawasan lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara memberikan
masukan-masukan sebagai pertimbangan bagi manajer dalam menjalankan usaha
dan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Semakin besar prosentase
saham yang dimiliki oleh institusional ownership akan menyebabkan pengawasan
yang dilakukan lebih efektif karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik
manajer dan mengurangi agency cost.
Dengan adanya beberapa kelebihan yang dimiliki, investor intitusional
diduga lebih mampu untuk mencegah terjadinya manajemen laba, dibanding
dengan investor individual. Investor institusional dianggap lebih profesional
dalam mengendalikan portofolio investasinya, sehingga lebih kecil kemungkinan
mendapatkan informasi keuangan yang terdistorsi, karena mereka memiliki
tingkat pengawasan yang tinggi untuk menghindari terjadinya tindakan
manajemen laba. Secara singkat dapat dikatakan institusional dengan manajemen
laba mempunyai hubungan negatif dimana semakin besar persentase saham yang
dimiliki oleh korporasi maka semakin kecil kemungkinan terjadi manajemen laba.
3. Kepemilikan Publik
Struktur kepemilikan adalah komposisi kepemilikan dalam perusahaan
yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Kemudian salah satu kepemilikan dalam
perusahaan adalah kepemilikan publik dimana merupakan porsi saham beredar
(outstanding share) yang dimiliki oleh masyarakat atau publik domestik (degree
of public ownership).
2.7
Kebijakan Hutang
2.7.1 Pengertian Hutang
Hutang adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai
perusahaan. Nilai perusahaaan ditentukan oleh struktur modal ( Mogdiliani
& Miller dalam Brigham, 1999). Semakin tinggi proporsi hutang maka
semakin tinggi
hutang
harga
saham,
namun
pada
titik
tertentu
peningkatan
akan menurunkan nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh
dari penggunaan hutang lebih kecil dari pada biaya yang ditimbulkannya. Para
pemilik perusahaan lebih suka perusahaan menciptakan hutang pada tingkat
tertentu untuk menaikan nilai perusahaan. Agar harapan pemilik dapat dicapai,
perilaku manajer dan komisaris harus dapat dikendalikan melalui keikutsertaan
dalam
kepemilikan
saham
perusahaan.
Dengan
demikian
perimbangan
kepemilikan dapat meciptakan kehati-hatian para insider dalam mengelola
perusahaan. Kebangkrutan perusahaan bukan hanya menjadi tanggungan pemilik
utama, namun juga para insider ikut menanggungnya. Konsekuensinya para
insider akan bertindak hati-hati termasuk dalam menentukan hutang perusahaan
(Soliha dan Taswan, 2002).
Jensen (1986) menyatakan bahwa dengan
adanya
hutang
dapat
digunakan untuk mengendalikan penggunaan free cash flow secara berlebihan
oleh manajemen, dengan demikian akan menghindari investasi yang sia-sia,
dengan demikian akan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai tersebut
dikaitkan dengan harga saham dan penurunan hutang akan menurunkan
harga saham (Masulis, 1988).
Kebijakan hutang bisa digunakan untuk menciptakan nilai perusahaan
yang diinginkan, namun kebijakan hutang juga tergantung dari ukuran
perusahaan. Kebijakan hutang dan ukuran perusahaan yang relatif besar perlu
didukung oleh kemampuan perusahaan memperoleh laba. Karena para investor
menanamkan saham pada perusahaan adalah untuk mendapatkan return. Semakin
tinggi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba,maka semakin besar return
yang diharapkan oleh investor. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki
profitabilitas yang tinggi akan diminati sahamnya oleh para investor (Soliha dan
Taswan, 2002).
2.7.2
Ukuran Kebijakan Hutang
Di dalam penelitian ini ukuran kebijakan hutang yang digunakan adalah
dengan dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio
merupakan salah satu rasio pengelolaan modal yang mencerminkan kemampuan
perusahaan untuk membiayai usaha dengan pinjaman yang diberikan oleh
pemegang saham. Seperti yang diungkapkan oleh Husnan dan Pudjiastuti
(2004:70) :
Debt to Equity Ratio menunjukkan perbandingan antara hutang
dengan modal sendiri.
Menurut Horne (2002:131) pengertian DER sebagai berikut :
The debt to equity ratio is computed by simply dividing the total debt of
the firm (including current liabilities) by its shareholder s equity.
Artinya bahwa DER dihitung dengan cara membagi total hutang (termasuk
kewajiban lancar) dengan kekayaan pemegang sahamnya. Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya:
1. Para kreditur akan melihat modal sendiri perusahaan atau dana yang
disediakan pemilik untuk menentukan besarnya margin pengaman.
2. Dengan mencari dana yang berasal dari hutang pemilik memperoleh manfaat
mempertahankan kendali perusahaan dengan investasi terbatas.
3. Jika perusahaan memperoleh hasil yang lebih besar daripada dana yang
dipinjam, maka hasil
hasil pengembalian untuk para pemilik akan meningkat.
DER dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap
total shareholder equity yang dimiliki perusahaan dan dirumuskan sebagai berikut
:
Debt to Equity Ratio =
Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan
perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat.
Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham (dalam bentuk dividen).
Tingginya DER selanjutnya akan memp
mempengaruhi
engaruhi minat investor terhadap saham
perusahaan tertentu, karena investor pasti lebih tertarik pada perusahaan yang
tidak menanggung terlalu banyak beban utang. Dengan kata lain, DER
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2.8
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan
perusahaan adalah harga yang terbentuk seandainya perusahaan
dijual. Apabila perusahaan
go public
maka nilai perusahaan ini akan
dicerminkan oleh harga saham perusahaan tersebut. Dengan meningkatnya nilai
perusahaan, maka pemilik perusahaan menjadi lebih mak
makmur
mur sehingga mereka
menjadi lebih senang.
2.8.1 Pengertian Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon
pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan dapat diukur dengan
tinggi rendahnya harga saham ddari
ari perusahaan yang bersangkutan. Tinggi
rendahnya harga saham banyak dipengaruhi oleh kondisi perusahaan itu sendiri.
Menurut Sartono (2001;226) berpendapat bahwa :
Nilai perusahaan merupakan penjumlahan nilai modal sendiri (E)
dan nilai utang (D).
Menurut Brigham dan Ehrhardt (2002;47) bahwa :
The value of a firm is primarily dependent on its expected future
FCFs.
Artinya bahwa nilai perusahaan merupakan hal dasar yang bergantung pada
pengharapan free cash flow masa depan.
Pengertian diatas jika diterjemahkan secara bebas berarti bahwa nilai
perusahaan merupakan nilai yang diterima atas suatu investasi, biasanya dalam
bentuk kas, yang diharapkan memberi hasil bagi para penanam modal.
2.8.2
Faktor
faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat
keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang tercermin pada
harga
saham.
dipertimbangkan
Sehingga
oleh
banyak
faktor
manajemen
yang
keuangan
harus
dalam
diperhatikan
meningkatkan
dan
nilai
perusahaan.
Menurut
Gitman
(2003;108)
terdapat
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi nilai perusahaan, sebagai berikut :
1. Nilai likuiditas adalah jumlah uang yang dapat direalisasikan jika aktiva atau
kelompok aktiva dijual, sebagian ataupun seluruhnya pada saat perusahaan
tidak berjalan baik.
2. Nilai berkesinambungan adalah jumlah asset yang dapat dijual perusahaan
untuk melanjutkan operasi bisnis.
3. Nilai buku adalah nilai yang dicatat dalam akuntansi yaitu selisih antara nilai
perolehan dengan biaya penyusutan.
4. Nilai pasar adalah harga pasar dimana aktiva diperdagangkan pada pasar
bebas.
5. Nilai intrinsik atau nilai wajar adalah nilai sekarang dari arus dana yang
diharapkan dimasa yang akan datang.
2.8.3
Ukuran Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan didefinis
didefinisikan
ikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat
keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang tercermin pada
harga saham. Pengukuran variable nilai perusahaan adalah EPS dengan nilai buku
per lembar saham pada neraca akhir tahun. Pengukuran ini sesuai dengan
pengukuran yang digunakan dalam penelitian Sudarma (2003).
Nilai perusahaan ini diukur dengan menggunakan EPS, karena EPS
merupakan pendapatan setelah pajak dan jumlah saham yang beredar. Jadi dengan
mengetahui EPS, para investor bisa menila
menilaii estimasi pendapatan yang akan
diterima, karena EPS mencerminkan pendapatan dimasa yang akan datang
(Atmaja, 2001;270).
Earning Per Share (EPS) yang tinggi merupakan daya tarik bagi investor.
Semakin tinggi EPS, maka kemampuan perusahaan untuk memberikan
pendapatan kepada pemegang sahamnya semakin tinggi. EPS menggambarkan
jumlah laba yang diperoleh untuk setiap lembar saham selama periode tertentu.
Menurut Sutrisno (2003;255), definisi Earning Per Share adalah :
Earning Per Share atau laba per lembar saham
saham merupakan ukuran
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar
saham pemilik.
Penelitian ini dilakukan dibatasi hanya membicarakan saham biasa.
Apabila perusahaan menerbitkan saham biasa atau saham preferen, maka net
income dalam penelitian
penelitian ini harus merupakan net income bagi pemegang saham
biasa. Net income bagi pemegang saham biasa diperoleh dengan mengurangi net
income dengan dividend dan hak
hak lainnya bagi pemegang saham preferen.
Hasil yang diperoleh merupakan net income keuntungan yang tersedia bagi
pemegang saham.
Dengan demikian EPS dapat dirumuskan dengan :
EPS =
Berdasarkan keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa EPS adalah hasil
atau pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham biasa untuk setiap
lembar saham yang dimilikinya.
2.9
Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Hutang Terhadap
Nilai Perusahaan
2.9.1
Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Hutang
Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Jensen dan Meckling
(1976), istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa
variabel-variabel yang penting didalam struktur modal tidak hanya ditentukan
oleh jumlah hutang dan equity tetapi juga oleh prosentase kepemilikan oleh
manajer dan institusional ownership dapat mempengaruhi keputusan pencarian
dana apakah melalui hutang atau right issue. Jika pendanaan diperoleh melalui
hutang berarti rasio hutang terhadap equity akan meningkat, sehingga akhirnya
akan meningkatkan risiko.
Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih besar dari
5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen. Dengan
meningkatkan kepemilikan institusional berarti tindakan manajer dalam
menggunakan hutang diawasi secara optimal oleh pemegang saham eksternal dan
membantu mengurangi biaya keagenan (Bathala et al., 1994. Hal ini disebabkan
karena kepemilikan merupakan sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk
mendukung atau sebaliknya menantang keberadaan manajemen. Semakin besar
kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan.
Dengan
demikian
proporsi
kepemilikan
institusional
bertindak
sebagai
pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Moh d
et al (1998), mengadakan studi mengenai dampak struktur kepemilikan pada
kebijakan hutang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kepemilikan
saham memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap rasio hutang. Implikasi
dari penelitian ini menunjukkan bahwa investor institusional secara efektif dapat
melakukan monitoring terhadap manajemen perusahaan sehingga memiliki
kecenderungan untuk menurunkan tingkat hutang dan meningkatkan kepemilikan
manajerial dapat mengurangi peranan hutang dalam mengurangi masalah
keagenan.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya, hasilnya menunjukkan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh
terhadap kebijakan hutang. Dengan kata lain, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa struktur kepemilikan dapat mempengaruhi kebijakan hutang.
2.9.2
Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan
Masalah yang sering terjadi dari struktur kepemilikan adalah konflik
agensi, yaitu adanya perbedaan kepentingan antara manajemen perusahaan
sebagai pengelola dan pengambil keputusan dalam perusahaan dengan para
investor atau para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Dengan adanya
perbedaan kepentingan ini, akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam struktur kepemilikan,
antara lain: (1) kepemilikan sebagian kecil saham perusahaan oleh manajemen
mempengaruhi kecenderungan untuk memaksimalkan nilai pemegang saham
dibanding sekedar mencapai tujuan perusahaan semata; (2) kepemilikan yang
terkonsentrasi memberi insentif kepada pemegang saham mayoritas untuk
berpartisipasi secara aktif dalam perusahaan; (3) identitas pemilik menentukan
prioritas tujuan sosial perusahaan dan (4) memaksimalisasi nilai pemegang saham,
misalnya perusahaan milik pemerintah cenderung untuk mengikuti tujuan politik
dibanding tujuan perusahaan (Haruman, 2008).
Pada suatu perusahaan yang yang dalam struktur kepemilikannya lebih
banyak menggunakan kepemilikan institusional akan mendorong pemilik untuk
melakukan peminjaman kepada manajemen sehingga manajemen terdorong untuk
meningkatkan kinerjanya, selanjutnya nilai perusahaan akan meningkat.
Sedangkan
Kepemilikan
manajerial
akan
mendorong
manajemen
untuk
meningkatkan kinerja perusahaan, karena mereka juga memiliki perusahaan.
Kinerja perusahaan yang meningkat akan meningkatkan nilai perusahaan. Suku
bunga yang tinggi akan mengurangi minat investor untuk menginvestasikan
dananya ke pasar modal sehingga aktivitas perdagangan akan menurun dan nilai
perusahaan akan menurun. Pertumbuhan pasar menunjukkan kinerja perusahaan
membaik sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan
meningkat.
Jumlah pemegang saham besar (large shareholders) mempunyai arti
penting dalam memonitor perilaku manajer dalam perusahaan (Shleifer dan
Vishny, 1986). Dengan adanya konsentrasi kepemilikan, maka para pemegang
saham besar seperti institusional investors akan dapat memonitor tim manajemen
secara lebih efektif dan dapat meningkatkan nilai perusahaan jika terjadi takeover.
Selain itu, konsentrasi kepemilikan pada pihak luar perusahaan berpengaruh
positif pada nilai perusahaan Lins (2002). Hasil-hasil diatas menunjukkan bahwa
struktur kepemilikan perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya, hasilnya menunjukkan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Dengan kata lain, dapat ditarik kesimpulan bahwa
struktur kepemilikan dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
2.9.3 Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan
Kebijakan hutang bisa digunakan untuk menciptakan nilai perusahaan
yang diinginkan, namun kebijakan hutang juga tergantung dari ukuran
perusahaan. Kebijakan hutang dan ukuran perusahaan yang relatif besar perlu
didukung oleh kemampuan perusahaan memperoleh laba. Karena para investor
menanamkan saham pada perusahaan adalah untuk mendapatkan return. Semakin
tinggi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, maka semakin besar
return yang diharapkan oleh investor. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki
profitabilitas yang tinggi akan diminati sahamnya oleh para investor (Soliha dan
Taswan, 2002).
Pendapat Mogdiliani and Miller (1963), bila ada pajak penghasilan
perusahaan maka penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan
karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak (tax
deductable expense).
Jensen (1986) menyatakan bahwa dengan adanya hutang dapat digunakan
untuk
mengendalikan penggunaan free cash flow secara berlebihan oleh
manajemen, dengan demikian menghindari investasi yang sia-sia, dengan
demikian akan meningkatkan nilai perusahaan.
Download