BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Remaja Masa remaja

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.
Biasanya dialami pada usia 13 sampai 20 tahun. Pada masa remaja ini terdapat 3
subfase yaitu masa ramaja awal usia 11 sampai 14 tahun, masa remaja
pertengahan usia 15 sampai 17 tahun, dan masa remaja akhir usia 18 sampai 20
tahun ( Potter &Perry, 2009).
Pada masa remaja terjadi perubahan fisik dengan cepat. Terjadi banyak
variasi pada masa perubahan fisik yang dihubungkan dengan pubertas antara
lawan jenis baik laki-laki maupun perempuan dan sesama jenis. Anak perempuan
umumnya lebih dulu mengalami perubahan fisik dibandingkan anak laki-laki,
yaitu sekitar dua tahun lebih awal. Hal ini terlihat dari tingkat pertambahan tinggi
dan berat badan yang cukup proporsional, serta urutan pertumbuhan pada individu
( Potter & Perry, 2009).
Pada remaja juga terjadi perubahan kognitif, yaitu perubahan pola pikir
yang mampu menghasilkan tingkat intelektual tertinggi. Kemampuan berpikir
logis tentang tingkah laku tersebut akan mendorong remaja membangun
pemikiran pribadi dan cara untuk mengekspresikan identitas seksual. Remaja juga
memperoleh kemampuan untuk memahami bahwa ide atau tindakan individual
dapat mempengaruhi orang lain ( Potter &Perry, 2009).
6
Universitas Sumatera Utara
7
Perubahan emosional juga terjadi pada masa remaja. Masa remaja sangat
rawan dengan stres emosional yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan
luas yang terjadi sewaktu pubertas. Hasil penelitian di chigago oleh Mihalyi
Csikzentmihalyi & Rees larson (1984 dalam Proverowati & Misaroh, 2009)
menemukan bahwa remaja hanya memerlukan 45 menit untuk berubah dari mood
“senang luar biasa” ke ”sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan
beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood yang drastis pada remaja ini
seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan
sehari-hari di rumah (Proverowati & Misaroh, 2009).
Istilah adolescence merujuk kepada kematangan psikologis individu,
sedangkan pubertas merujuk kepada saat dimana telah ada kemampuan
reproduksi. Perubahan hormonal saat pubertas mengakibatkan perubahan
penampilan pada anak ( Potter &Perry, 2009).
Pubertas ialah dimulainya kehidupan seksual dewasa. Periode pubertas
terjadi karena kenaikan sekresi hormon gonadotropin oleh hipofisis, perlahan
dimulai pada tahun kedelapan kehidupan dan mencapai puncaknya pada saat
terjadinya menarke yaitu pada usia 11-16 tahun. Pada wanita, kelenjar hipofisis
dan ovarium akan mampu menjalankan fungsinya secara penuh bila dirangsang
secara tepat. Timbulnya pubertas dirangsang oleh beberapa proses pematangan
yang berlangsung di daerah otak yaitu hipotalamus dan sistem limbik yang
ditandai dengan peningkatan sekresi esterogen pada pubertas, variasi siklus
bulanan, peningkatan sekresi esterogen lebih lanjut selama beberapa tahun
pertama dari kehidupan seksual, terjadinya penurunan progresif dari sekresi
Universitas Sumatera Utara
8
esterogen menjelang akhir kehidupan seksual, hampir tidak ada sekresi esterogen
dan progesteron sesudah menopause (Syaifuddin, 2009)
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat pesat, baik fisik
maupun psikologis. Pesatnya perkembangan pada masa remaja atau masa puber
dipengaruhi oleh hormon seksual. Organ–organ reproduksi pada masa puber telah
mulai berfungsi sebagai penanda munculnya ciri-ciri kelamin primer. Ciri yang
pertama yaitu organ reproduksi pada laki-laki (testis) mulai berfungsi
meghasilkan hormon testosteron. Testosteron berfungsi merangsang testis untuk
menghasilkan sperma. Organ reproduksi pada perempuan mulai memproduksi
hormon esterogen dan progesteron. Hormon ini mempengaruhi perkembangan
organ reproduksi perempuan. Selain itu, juga mempengaruhi ovulasi, yaitu
pematangan sel telur dan pelepasan sel telur dari ovarium. Ciri yang kedua ialah
laki-laki mengalami mimpi basah dan perempuan mengalami menstruasi. Seiring
dengan produksi sperma yang meningkat pada laki-laki terjadi mimpi basah.
Organ reproduksi yang aktif pada anak perempuan ditandai dengan adanya
menstruasi. Ketika memasuki masa pubertas, indung telur atau ovarium pada
perempuan mulai aktif menghasilkan sel telur atau ovum
(Proverawati dan
Misaroh, 2009).
Perkembangan ini selanjutnya diikuti oleh munculnya ciri-ciri kelamin
sekunder. Ciri kelamin sekunder pada remaja berupa perubahan fisik yang terjadi
pada laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki adalah tumbuhnya
kumis dan
jambang, tumbuhnya rambut disekitar alat kelamin serta dada menjadi lebih
bidang. Pada perempuan antara lain payudara tumbuh membesar, tumbuh rambut
Universitas Sumatera Utara
9
diketiak dan sekitar alat kelamin, serta membesarnya panggul. (Proverawati dan
Misaroh, 2009)
2. Menarke
2.1 Pengertian Menarke
Menarke adalah menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia
10-16 tahun atau pada masa awal remaja sebelum memasuki usia reproduksi.
Menstruasi adalah perdarahan periodik dan siklik dari uterus disertai
pengelupasan
endometrium. Menarke merupakan suatu tanda awal adanya
perubahan lain seperti pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut daerah pubis
dan aksila, serta distribusi lemak pada daerah pinggul. Menarke merupakan
pertanda adanya suatu perubahan status sosial dari anak-anak ke dewasa. Pada
studi antar budaya, menarke mempunyai variasi makna termasuk rasa tanggung
jawab, kebebasan dan harapan untuk memulai bereproduksi (Proverawati dan
Misaroh, 2009).
Menarke merupakan suatu tanda yang penting bagi seorang wanita yang
menunjukan adanya produksi hormon yang normal yang dibuat oleh hipotalamus
dan kemudian diteruskan pada ovarium dan uterus. Selama sekitar dua tahun
hormon-hormon ini akan merangsang pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder
seperti pertumbuhan payudara, perubahan-perubahan kulit, perubahan siklus,
pertumbuhan rambut ketiak dan rambut pubis serta bentuk tubuh (Proverawati
dan Misaroh, 2009).
Universitas Sumatera Utara
10
Perasaan bingung, gelisah, tidak nyaman selalu menyelimuti perasaan
seorang wanita yang mengalami menarke. Perasaan tidak nyaman ini disebabkan
karena selama menstruasi voleume air didalam tubuh kita berkurang. Gejala lain
yang dirasakan yaitu sakit kepala, pegal-pegal dikaki dan di pinggang untuk
beberapa jam, kram perut dan sakit perut, sebelum periode ini terjadi biasanya ada
beberapa perubahan emosional, perasaan suntuk, marah dan sedih yang
disebabkan oleh adanaya pelepasaan beberapa hormon. (Proverawati dan Misaroh,
2009).
2.2 Usia Menarke
Usia saat seorang anak perempuan mulai mendapat menarke sangat
bervariasi. Di inggris usia rata-rata untuk mencapai menarke adalah 13,1 tahun,
sedangkan suku bundi di Papua Nugini menarke dicapai pada usia 18,8 tahun.
Terdapat kecendrungan bahwa saat ini anak mendapat menstruasi pertama kali
pada usia yang lebih muda. Ada yang berusia 12 tahun saat dia mendapat
menstruasi pertama kali, tapi ada juga yang pada usia 8 tahun sudah memulai
siklusnya (Proverawati dan Misaroh, 2009).
Usia rata-rata menarke di Eropa saat ini mengalami percepatan yaitu 12-13
tahun dibandingkan dengan seabad yang lalu, yaitu 14-15 tahun. Walaupun
terdapat variasi yang tinggi, usia menarke tampaknya terus menurun dengan
kecepatan sekitar 3 bulan per dekade. Berbagai pengaruh usia menarke telah
diteliti, misalnya fotoperiod dan massa tubuh. Salah satu perkiraan adalah usia
menarke yang lebih dini terjadi bersamaan dengan diperkenalkannya listrik,
Universitas Sumatera Utara
11
pajanan individu terhadap cahaya. Teori lain mengatakan bahwa hal tersebut
berkaitan dengan peningkatan gizi (Coad & Melvyn, 2007).
Sekarang usia gadis remaja pada waktu menarke bervariasi, yaitu antara
12-15 tahun (Saryono, 2009). Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia pada
tahun 1932 rata-rata usia menarke adalah 15 tahun, pada tahun 1948 rata-rata usia
menarke 14,63 tahun, tahun 1976 rata-rata usia menarke sebesar 13,58 tahun dan
pada tahun 1992 rata-rata usia menarke adalah 12,69 tahun. Hal ini dapat
menunjukan di Indonesia juga terdapat kecendrungan bahwa saat ini anak
mendapat menstruasi pertama kali pada usia yang lebih muda (Proverawati &
Misaroh, 2009).
Demikian pula di Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
melaporkan terjadi penurunan usia menarke di Indonesia. Di Sumatera Utara,
jumlah remaja yang sedang mengalami pubertas berjumlah sekitar 1,5 juta atau
1,2% dari total penduduk pada tahun 2007. Kejadian yang penting pada pubertas
ialah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri kelamin sekunder, menarke
dan perubahan psikis (Sarwono 2007 dalam Aishah, 2011)
Penelitian yang dilakukan Tiwari (2005 dalam Derina 2011) mengatakan
usia menarke perlu diperhitungkan karena terdapatnya hubungan antara usia
menarke, usia disaat menikah, dan umur kelahiran bayi pertama. Menurunnya usia
menarke dapat berpengaruh terhadap mudanya usia pernikahan pada remaja putri.
Usia pernikahan yang terlalu dini akan mengakibatkan semakin muda pula
kemungkinan usia melahirkan seorang wanita, yang dapat menimbulkan banyak
resiko seperti perdarahan, anemia pada ibu hamil, ketidaktahuan ibu dalam
Universitas Sumatera Utara
12
pengasuhan dan perawatan bayi kelak, bahkan dapat pula terjadi kematian ibu
berkaitan dengan persalinan yang lama dan resiko pendarahan. Berdasarkan
penelitian, menarke yang terjadi pada usia yang lebih awal (<12 tahun) dapat
meningkatkan resiko seorang wanita untuk terkena kanker payudara.
2.3 Fisiologi Menarke
Wanita memiliki sepasang indung telur (ovarium) di sisi kanan dan kiri
rahim dimana masing-masing menyimpan sekitar 200.000 hinggga 400.000 telur
yang belum matang. Pada masa kanak-kanak ovarium dikatakan masih dalam
keadaan istirahat, belum menunaikan fungsinya dengan baik. Setelah masa
pubertas maka terjadi maka terjadi pematangan pada orga-organ reproduksi.
Sekali dalam satu bulan dipertengahan siklus menstruasi akan mengeluarkan sel
telur yang matang dari satu atau kedua indung telur. kejadian ini dinamakan
ovulasi sel telur yang telah matang maka kemudian akan dilepaskan dari ovarium
yang kemudian menuju tuba falopi yang siap untuk dibuahi, bila tidak ada sperma
yang masuk maka sel telur akan menuju rahim. Hormon esterogen akan
bekerjasama dengan FSH membantu sel telur tumbuh dalam rahim dan
memberikan signal kepada rahim untuk mempersiapkan diri didalam penerimaan
sperma bersarang. Jika sel telur yang telah dilepaskan tidak dibuahi, maka
endometrium akan meluruh dan dikeluarkan dari vagina dalam bentuk darah haid
yang disebut menstruasi (Proverawati & Misaroh, 2009)
Darah haid biasanya berjumlah antara 35 dan 95 ml dan terdiri dari debris
endometrium dan darah. Pengeluaran darah dibatasi oleh vasokonstriksi arteri
spiral dan pembentukan sumbat trombosit-trombosit di bagian terminal arteri
Universitas Sumatera Utara
13
lurus. Saat sekresi esterogen kembali pada permulaan siklus berikutnya, esterogen
merangsang penyembuhan dan pertumbuhan jaringan baru. Volume rata-rata
darah yang hilang adalah 50 ml yang mengandung zat besi sekitar 0,7 mg, suatu
kehilangan yang tepat disamakan oleh penyerapan zat besi dari makanan (Coad &
Melvyn, 2007).
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90 % wanita
memiliki siklus 25-35 hari dan hanya 10-15 % yang memiliki panjang siklus 28
hari, namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur. Panjang siklus
menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi yaitu hari dimana
perdarahan dimulai sampai hari terakhir yaitu 1 hari sebelum perdarahan
menstruasi bulan berikutnya (Saryono & Waluyo, 2009).
Saat siklus menstruasi, tarjadi perubahan pada selaput lendir rahim yang
berulang dari hari ke hari. Selama 1 bulan mengalami 4 masa stadium. Stadium
menstruasi (Desquamasi) pada masa ini endometrium terlepas dari dinding rahim
disertai dengan perdarahan, hanya lapisan tipis tertinggal disebut stratum basale.
Stadium ini berlangsung selama 4 hari. Melalui haid, kelar darah, potonganpotongan endometrium, dan lendir dari serviks. Darah ini tidak membeku karena
adanya femen yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potonganpotongan mukosa. Banyaknya perdarahan selama haid ± 50 cc. Stadium post
menstruum (Regenerasi) luka yang terjadi karena endometrium terlepas, lalu
berangsur-angsur ditutup kembali oleh selaput lendir baru dari sel epitel kelenjar
endometrium. Pada masa ini, tebal endometrium kira-kira 0,5 mm. Stadium ini
berlangsung selama 4 hari. Stadium inter menstruum (Proliferasi) pada masa ini
Universitas Sumatera Utara
14
endometrium tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm, kelenjar-kelenjarnya tumbuh lebih
cepat dari jaringan lain. Stadium ini berlangsung ±5-14 hari dari hari pertama
haid. Staduim pra menstruum (sekresi) pada stadium ini, endometrium tetap tebal,
tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku-liku serta
mengeluarkan getah. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur
yang diperlukan sebagai makanan untuk sel telur. Perubahan ini dilakukan untuk
mempersiapkan endometrium dalam menerima sel telur (Syaifuddin, 2009).
Menarke biasanya terjadi tiga sampai delapan hari, namun rata-rata lima
setengah hari. Dalam satu tahun setelah terjadinya menarke, ketidakteraturan
menstruasi masih sering dijumpai. Ketidakteraturan menstruasi adalah kejadian
biasa yang dialami oleh para remaja putri. Sekitar dua tahun setelah menarke akan
terjadi ovulasi. Ovulasi tidak harus terjadi setiap bulan tetapi dapat terjadi setiap
dua atau tiga bulan (Proverawati dan Misaroh, 2009).
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usia Menarke
Kombinasi dari pengaruh genetik, fisik, emosional, dan lingkungan dapat
mempengaruhi Usia menarke. Usia menarke anak cenderung mirip dengan usia
menarke ibu. Anak perempuan dengan postur tubuh yang lebih besar dan
payudaranya telah berkembang cenderung lebih banyak mendapatkan menstruasi
lebih awal. Nutrisi juga merupakan faktor lainnya, karena sangat berperan dalam
masa tumbuh kembang anak (Ellis & Graber, 2000 dalam Papalia, Old &
Feldman, 2008).
Universitas Sumatera Utara
15
2.4.1 Status Gizi
Status gizi seorang wanita akan sangat berpengaruh terhadap sistem
reproduksinya. Kecukupan zat gizi diperlukan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan tubuh. Jika terjadi kekurangan unsur gizi khususnya pada masa pra
pubertas dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seksual pada saat
memasuki remaja. Bagi remaja wanita, status gizi sangat mempengaruhi
terjadinya menarke, baik dari faktor usia terjadinya menarke, adanya keluhankeluhan selama menarke maupun lamanya hari menarke. Secara psikologis wanita
remaja yang pertama sekali mengalami haid akan mengeluhkan rasa nyeri dan
kurang nyaman, tetapi pada beberapa remaja keluhan-keluhan tersebut tidak
dirasakan, hal ini dipengaruhi oleh nutrisi yang adekuat yang dapat dikonsumsi
(Sibagariang, 2010).
Nutrisi mempengaruhi kematangan seksual pada gadis yang mendapat
menstruasi pertama lebih dini, mereka cenderung lebih berat dan lebih tinggi
dibandingkan dengan mereka yang belum menstruasi pada usia yang sama.
Sebaliknya pada gadis yang menstruasinya terlambat, beratnya lebih ringan dari
pada yang sudah menstruasi pada usia yang sama walaupun tinggi badan mereka
sama (Soetjiningsih, 2004). Hal ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan
Munda, Wagey &Wantania (2013) mengenai hubungan indeks masa tubuh dengan
usia menarke mendapatkan hubungan yang bermakna antara IMT dengan usia
menarke.
Supriasa, Fajar, Bakri (2001) mengatakan bahwa status gizi berhubungan
dengan keadaan lemak dalam tubuh. Semakin banyak penumpukan lemak,
Universitas Sumatera Utara
16
semakin tinggi kadar leptin yang disekresikan dalam darah. Leptin ini berfungsi
untuk pengatur jaringan syaraf, dan fungsi reproduksi. Pada fungsi reproduksi
leptin ini berpengaruh terhadap metabolisme Gonadothropin Releazing Hormone
(GnRH). Pelepasan GnRH ini akan memengaruhi kematangan reproduksi yang
selanjutnya memicu pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan
Letuinizing Hormone (LH) di ovarium sehingga terjadi pematangan folikel dan
pembentukan esterogen Status gizi remaja dapat ditentukan dengan melakukan
pengukuran antopometri Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus penghitung IMT
dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 2.1 Perhitungan Indeks Massa tubuh
IMT = _________Berat badan (Kg)________
Tinggi badan (m) X Tinggi badan (m)
Setelah hasil perhitungan IMT diketahui, gunakan tabel klasifikasi IMT/U untuk
mengetahui status gizi remaja putri apakah sangat kurus, kurus, normal, gemuk,
atau obesitas. Tabel Klasifikasi IMT dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2.2 Penggolongan Status Gizi dengan IMT/U untuk usia
6-18 tahun Riskesdas (2010)
Status
Sangat kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Obes
IMT/U
<-3 SD
-3 SD s/d <-2 SD
-2 SD s/d +1 SD
>1s/d+2 SD
>+2
Universitas Sumatera Utara
17
2.4.2 Genetik
Usia menarke dipengaruhi oleh keturunan. Menurut Karapanou dan
Papadimitriou, (2010)
bukti untuk pengaruh keturunan didapati bahwa usia
menarke ibu cenderung dapat memprediksi usia menarke anak. Didapati
polimorfisme gen reseptor estrogen a (ERa) dapat mengubah aktivitas biologis
pada tingkat seluler dan mempengaruhi kematangan aksis hipotalamus-pituitarigonad, yang menentukan bermulanya menarke
Penelitian yang dilakukan Putri (2009) menyatakan bahwa terdapat
hubungan bermakna antara usia menstruasi pertama ibu (genetik) dengan usia
menarke responden. Hubungan ini diduga berkaitan dengan lokus yang mengatur
estrogen yang diwariskan. Pada waktu terjadi kematangan seksual, seorang gadis
mengikuti menstruasi pertama ibunya. Umur menarke ibu dapat mempengaruhi
kecepatan pertumbuhan badan anak sehingga mempengaruhi waktu menarkenya.
Pengaruh genetik juga muncul dari ayah. Gen dapat menurunkan ekspresi
karakteristik yang disebut alel. Setiap orang menerima sepasang alel, masingmasing satu dari setiap orang tua mereka. Ketika sepasang alel ini bersifat sama
maka orang tersebut homozigot secara karakteristik dan ketika tidak sama maka
orang tersebut heterozigot secara karakteristik. Pewarisan seseorang yang
heterozigot untuk sifat tertentu akan dikontrol oleh alel yang dominan, dengan
kata lain apabila keturunannya menerima 2 alel yang bertolak belakang hanya
akan ada 1 dari mereka yang dominan yang akan di ekspresikan (Papalia, Old &
Feldman, 2008). Ayah yang cenderung agresif, impulsif, dan matang secara
seksual sebelum waktunya akan memiliki kecenderungan terhadap konflik
Universitas Sumatera Utara
18
perkawinan dan penelantaran keluarga. Hal ini akan diturunkan kepada anak
perempuannya karena diduga berasal dari gen yang sama, dimana anak
perempuannya cenderung mendapat menarke lebih dini serta aktifitas seksual
sebelum waktunya (Comings, 2002 dalam Papalia, et al., 2008).
Sebuah analisis genetik terhadap 121 pria dan 164 wanita yang tidak saling
memiliki hubungan, yang difokuskan kepada variasi androgen reseptor (AR)
terkait jenis kelamin, yang membawa kromosom x dari ayah yang dapat
ditransisikan kepada anak perempuan, tetapi tidak kepada anak laki-laki karena
anak laki laki hanya mewarisi kromosom y dari ayah, diperoleh bahwa pria
dengan alel tersebut cenderung agresif, impulsif, dan matang secara seksual
sebelum waktunya, sedangkan wanita dengan alel yang sama cenderung memiliki
menarke dini (Comings, 2002 dalam Papalia, et al., 2008).
2.4.3 Status sosial ekonomi
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap waktu terjadinya menarke. Salah
satunya yaitu lingkungan keluarga yang harmonis dan adanya keluarga besar yang
baik dapat memperlambat terjadinya menarke dini, sedangkan anak yang tinggal
ditengah-tengah keluarga yang tidak harmonis dapat mengakibatkan terjadinya
menarke dini. Selain itu ketidakhadiran seorang ayah ketika ia masih kecil
(berusia < 7 tahun), adanya tindakan kekerasan seksual pada anak dan adanya
konflik pada keluarga merupakan faktor yang berperan penting pada terjadinya
menarke dini (Proverowati & Misaroh. 2009).
Bagi anak perempuan, lemahnya atau ketidakhadiran sosok ayah dalam
hidupnya akan mendorong munculnya rasa tidak aman karena persepsi terhadap
Universitas Sumatera Utara
19
tidak adanya perlindungan dalam kesehariannya. Hal ini mempengaruhi
pandangannya terhadap lawan jenis, diri sendiri, dan dunia sekitarnya dan
memacu anak mengalami pubertas yang lebih cepat, khususnya menarke.
Ellis (2002) menyatakan bahwa seorang ayah yang secara emosional
memiliki hubungan positif dengan anak perempuannya sejak usia 5-7 tahun, anak
nya akan lebih lambat mengalami pubertas serta menstruasi. Hal ini disebabkan
anak tersebut terlatih dengan sosok laki-laki yang diisi oleh ayahnya. Secara
ilmiah dapat dijelaskan bahwa anak perempuan terlatih menerima sensasi
pheromones, yakni hormon yang dihasilkan oleh kelenjar manusia yang member
respon seksual terhadap lawan jenis. Hormone ini lah yang menimbulkan rasa
suka, cinta dan membangkitkan gairah seksual terhadap lawan jenis.
Studi longitudinal menyatakan bahwa hubungan dengan ayah bisa jadi
merupakan kunci dari penentuan waktu terjadinya puber. Anak perempuan yang
memiliki relasi yang dekat dan suportif dengan orang tua mereka terutama dengan
ayah, menunjukkan perkembangan pubertas yang lebih lamban dibandingkan
anak perempuan dengan hubungan yang dingin atau berjarak, atau mereka yang
dibesarkan oleh ibu tunggal (Ellis, 1999 dalam Papalia, et al., 2008).
Anak perempuan yang dekat dengan ayah lebih lambat mengalami
pubertas dan menstruasi. Masa pubertas banyak disokong oleh kematangan organ
seksual anak. Seorang anak yang tidak begitu dekat dengan ayah, tidak akan
terbiasa dengan sosok laki-laki. Sehingga ketika ada teman laki-laki yang dekat, ia
merasakan sensasi yang tidak sewajarnya. Ia akan memberikan sinyal kewanitaan
dengan sikap genit kepada lawan jenis. Kondisi tersebut mempermudah
Universitas Sumatera Utara
20
kematangan organ seksual anak, sehingga ia cepat mengalami menstruasi (Ellis,
2002).
Efek psikologis masa terjadinya pubertas tergantung kepada bagaimana
remaja tersebut dan orang disekitarnya menginterprestasikan perubahan yang
menyertai hal tersebut. Namun menarke dini sering dengan dihubungkan dengan
depresi dan perilaku kekerasan pada anak (Stice, Presnell & Bearman, 2001 dalam
papalia, et al., 2008).
Status sosial ekonomi berhubungan dengan penghasilan orang tua
perbulan. Penghasilan orang tua dapat digolongkan menjadi rendah dan tinggi
sesuai dengan upah minimum yang telah ditetapkan diprovinsi. Berdasarkan
keputusan Gubernur Sumatera Utara maka Upah Minimum Provinsi (UMP) yang
telah ditetapkan ialah Rp 1.650.000.
Penghasilan orang tua berhubungan dengan gaya hidup dan kondisi
psikologis remaja, dengan penghasil orang tua yang lebih tinggi akan meningkat
daya beli dan gaya hidup keseharian. Remaja dalam kondisi keadaan sosial
ekonomi orang tua yang tinggi akan di penuhi kebutuhan keseharian seperti
fasilitas akses informasi dari media massa (elektronik dan cetak) sehingga remaja
memperoleh informasi yang lebih terbuka, kebutuhan akan makanan bergizi,
kecendrungan mengkonsumsi fast food dan soft drink (Rofiatul 2013).
Studi di India mengatakan bahwa remaja putri dengan status sosial
ekonomi tinggi lebih awal 3 tahun untuk mencapai menarke dari remaja putri
dengan status sosial ekonomi rendah (Proverowati & Misaroh, 2009).
Universitas Sumatera Utara
21
Nyoman, Bakri, dan Fajar (2001) mengemukakan bahwa faktor sosial
ekonomi ikut mempengaruhi pertumbuhan anak. Faktor sosial ekonomi tersebut
meliputi pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan keluarga. Faktor ini akan
berinteraksi satu dengan yang lainnya sehingga mempengaruhi masukan zat gizi
anak yang pada akhirnya ketersediaan zat gizi pada tingkat seluler rendah akan
mengakibatkan pertumbuhan anak terganggu.
2.4.4 Keterpaparan terhadap media informasi orang dewasa
Pada saat ini seorang anak cenderung mengalami pubertas dalam usia yang
lebih dini. Di Amerika Serikat sendiri, banyak anak yang sudah mencapai usia
pubertas pada usia 7 tahun. Salah satu kemungkinan faktor penyebabnya adalah
semakin banyaknya tontonan di televisi yang merubah keseimbangan hormonal
dalam tubuh sehingga mendorong terjadinya pubertas yang lebih awal
(Proverowati & Misaroh, 2009).
Faktor penyebab menarke juga disebabkan rangsangan dari luar.
Rangsangan tersebut berupa film film seks, buku-buku bacaan dan majalah
majalah bergambar seks yang umumnya untuk kalangan dewasa, godaan dan
rangsangan dari kaum pria, pengamatan secara langsung terhadap perbuatan
seksual yang diduga dapat memperlambat atau mempercepat usia menarke
(Kartono, 1992).
Rangsangan audio visual baik berasal dari percakapan maupan tontonan
dari film-film atau internet berlabel dewasa, atau mengumbar sensualitas dapat
menjadi penyebab menarke yang lebih awal. Rangsangan dari telinga dan mata
Universitas Sumatera Utara
22
tersebut kemudian merangsang sistem reproduksi dan genital untuk lebih cepat
matang (Proverowati & Misaroh, 2009).
Keterpaparan media informasi orang dewasa ini berupa media cetak dan
media elektronik, maupun keterpaparan secara langsung seperti mendapatkan
penyuluhan untuk orang dewasa misalnya penyuluhan tentang kesehatan
reproduksi.
Dikatakan terpapar media cetak apabila pernah membaca buku
bacaan/tabloid/majalah/koran untuk orang dewasa, tidak terpapar apabila tidak
pernah membaca buku bacaan/tabloid/majalah/koran untuk orang dewasa.
Dikatakan terpapar media elektronik apabila menonton televisi untuk jam tayang
dewasa lebih dari 3 kali dalam seminggu dan pernah menonton film/VCD/DVD
yang dapat membangkitkan gairah seksual (Matondang, 2003 dalam Putri 2009),
serta pernah mendengar cerita yang dapat membangkitkan gairah seksual baik dari
radio maupun dari temannya. Menurut Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
ketentuan untuk jam tayang dewasa adalah pukul 22.00-03.00 WIB, karena itu
sebaiknya anak remaja menonton televisi di bawah jam 22.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
Download