7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
2.1.1 Pengertian Manajemen Dan Sumber Daya Manusia (MSDM)
Sebelum membahas pengertian MSDM ada baiknya ditelusuri dulu
beberapa istilah pokok beserta pengertian-pengertian yang terkait. MSDM
mengandung dua pengertian utama, masing-masing adalah Manajemen dan
Sumber Daya Manusia.
Manajemen berasal dari kata to manage dalam bahasa Inggris, yang
artinya
mengurus,
mengatur,
melaksanakan
dan
mengelola.
Dalam
perkembangan selanjutnya definisi manajemen secara beragam dikemukakan
oleh para pakar, diantaranya yang dikemukakan oleh Stoner dan Luther Gulick.
Manajemen menurut Stoner yang dikutip oleh Hani Handoko, dalam
bukunya yang berjudul “Manajemen” (2012:8) menyatakan bahwa manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usahausaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organissasi yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut Luther Gulick dari kutipan yang sama menyatakan
bahwa manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang
berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia
bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan membuat system kerjasama ini lebih
bermanfaat bagi kemanusiaan.
7
Dari kedua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa konsep kunci
manajemen adalah bekerja melalui orang lain. Dengan demikian manajemen
hendaknya dipahami sebagai aktivitas untuk menggerakkan dan menserasikan
sumberdaya manusia dan sumber daya lain dalam rangka melakukan tugas dan
fungsi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan pengertian dari sumber daya manusia itu sendiri menurut
H. Hadari Nawawi (2003) meliputi tiga pengertian sumber daya manusia yaitu :
a. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja dilingkungan suatu
organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan).
b. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi
dalam mewujudkan eksistensinya.
c. Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi
sebagai modal (non material/non finansial) di dalam organisasi bisnis, yang
dapat mewujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non-fisik
dalam mewujudkan eksistensi organisasi.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sumber daya
manusia adalah suatu proses mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja
secara manusiawi, agar potensi fisik dan psikis yang dimilikinya berfungsi
maksimal bagi pencapaian tujuan organisasi (lembaga).
Jadi secara sederhana pengertian MSDM adalah mengelola sumber daya
manusia. Dari keseluruhan sumber daya yang tersedia dalam suatu organisasi,
baik organisasi publik maupun swasta, sumber daya manusialah yang paling
penting dan sangat menentukan.
8
2.1.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia
adalah
pendekatan
terhadap
manajemen manusia. Pendekatan terhadap manajemen manusia tersebut
didasarkan pada nilai manusia dalam hubungannya dengan organisasi. Manusia
merupakan sumber daya yang penting dalam organisasi, disamping itu efektifitas
organisasi sangat ditentukan olehnya.
Dimana aktifitas sumber daya manusia meliputi peningkatan produktifitas,
pemanfaatan sumber daya manusia dan unsur-unsur sumber daya manusia seperti
pengadaan atau rekrutmen, pengembangan, pemberian imbalan, motivasi,
mengatur mutasi, melaksanakan latihan, hingga mengatur pemberhentian.
Didalam mengembangkan sumber daya manusia dikaitkan dengan masalah
produktifitas dan efisiensi organisasi. Dengan demikian penanganan sumber daya
manusia tidak luput dari usaha untuk meningkatkan produktifitas kerja dan
efisiensi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Orientasi pemaknaan
sumber daya manusia dalam organisasi tersebut pada gilirannya menjadi dasar
penyusunan definisi manajemen sumber daya manusia, sebagaimana kutipan para
pakar.
Berikut ini adalah definisi manajemen sumber daya manusia menurut
Malayu S.P Hasibuan dalam bukunya “Manajemen sumber daya manusia edisi
revisi” (2011:08) mengemukakan bahwa MSDM adalah ilmu dan seni mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, masyarakat.
9
Begitu pentingnya manajemen sumber daya manusia juga di kemukakan
oleh T.Hani Handoko dalam bukunya “Manajemen Personalia & Sumberdaya
Manusia” (2011:04) mengemukakan bahwa manajemen sumberdaya manusia
adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan
sumberdaya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun
organisasi.
Hal lain juga dikemukakan oleh Schuler, Dowling, Smart dan Huber
(1992:16) yang dikutip oleh Tjuju Yuniarsih dan Suwatno (2011:02), yang
menyatakan bahwa:
Human resources management (HRM) is the recognition of the
importance of an organization’s workforce as vital human resources contributing
to the goals of the organization, and the utilization of several functions and
activities to ensure that they are used effectively and fairly for the benefit of the
individual the organization, and society.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa manajemen sumber daya manusia
memberikan pengakuan tentang pentingnya tenaga kerja organisasi sebagai
sumber daya manusia utama yang member kontribusi bagi pencapaian tujuantujuan organisasi serta memberikan kepastian bahwa pelaksanaan fungsi dan
kegiatan organisasi dilaksanakan secara efektif dan adil bagi kepentingan
individu, organisasi, dan masyarakat.
Pengertian manajemen sumber daya manusia menurut para pakar tersebut
di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah
serangkaian kegiatan pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi kegiatan
10
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan semua unsur yang
menjadi daya manusia untuk dipergunakan memenuhi kebutuhan dalam rangka
mencapai tujuan.
2.1.3 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan mewujudkan tertentu
melalui kegiatan orang-orang. Hal ini berarti bahwa sumber daya manusia
berperan penting dan dominan dalam manajemen.
Manajemen memegang peranan penting dalam perusahaan. Maju tidaknya
suatu perusahaan tergantung kepada manajemen yang ditetapkan pada perusahaan
tersebut. Fungsi-fungsi manajemen pada perusahaan adalah segala sesuatu yang
harus dijalankan guna mencapai maksud dan tujuan perusahaan.
Menurut Hasibuan (2011), fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia
dibedakan atas fungsi manajerial dan fungsi operasional.
a. Fungsi Manajerial yang meliputi :
1) Perencanaan
Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga kerja
agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan efektif serta efisien dalam
membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan ini untuk menetapkan program
kepegawaian.
2) Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk megorganisasi semua karyawan
dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang,
11
integrasi dan koordinasinya, dalam bagan organisasi (organization chart).
Organisasi yang baik akan membantu tercapainya tujuan secara efektif.
3) Pengarahan
Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan agar
mau bekerjasama dan bekerja efektif secara efisien dalam terwujudnya tujuan
perusahaan, karyawan dan masyarakat. Pengarahan dilakukan oleh pimpinan
dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik.
4) Pengendalian
Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan
agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai rencana.
Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan diadakan tindakan perbaikan
atau penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan ini meliputi kehadiran,
kedisiplinan, perilaku, kerjasama, pelaksanaan pekerjaan, dan menjaga situasi
lingkungan pekerjaan.
b. Fungsi Operasional yang meliputi :
1) Pengadaan
Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan,
orientasi dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya
tujuan.
2) Pengembangan
Pengembangan (development) adalah proses peningkatan ketrampilan teknis,
teoristik, konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.
12
Pendidikan dan pelatihan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini
maupun masa depan.
3) Kompensasi
Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan
tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan
jasa yang diberikannya kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan
layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak diartikan dapat
memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas upah minimum
pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal konsistensi.
4) Pengintegrasian
Pengintegrasian
(integration)
adalah
kegiatan
untuk
mempersatukan
kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerjasama yang
serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba, karyawan
dapat
memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya. Pengintegrasian
merupakan hal penting dalam manajeman sumber daya manusia, karena
mempersatukan dua kepentingan yang bertolak belakang.
5) Pemeliharaan
Pemeliharaan (maintenance)
adalah kegiatan untuk
memelihara atau
meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan, agar mereka
bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan
program kesejahtraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan
serta berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi.
13
6) Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan fungsi manajeman sumber daya manusia yang
terpenting demi terwujudnya tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah
keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan – peraturan perusahaan dan
norma – norma sosial.
7) Pemberhentian
Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari
suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan,
keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebeb – sebab
lainnya. Pelepasan ini diatur oleh Undang – Undang Nomor 12 tahun 1964.
Pada hakekatnya fungsi manajemen yang bersifat manajerial maupun
operasional dimaksudkan sebagai satu titik tolak dalam menjalankan tugas-tugas
manajemen sumber daya manusia, sehingga akhirnya tercapai tujuan dari
organisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perusahaan dapat melakukan
cara untuk memotivasi karyawan secara baik, sehingga akan mendorong prestasi
kerja dan mancapai tujuan organisasi.
2.2 Motivasi
2.2.1 Pengertian Motivasi
Keberhasilan pengolahan organisasi atau perusahaan bisnis sangat
ditentukan oleh aktivitas kegiatan pendayagunaan sumber daya manusia, dalam
hal ini seorang manajer harus memiliki teknik-teknik untuk dapat memelihara
14
prestasi dan kepuasan kerja, antar lain dengan memberikan motivasi kepada
bawahan agar dapat melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau
menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada
sumber
daya
manusia
umumnya
dan
bawahan
khususnya.
Motivasi
mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar
mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan
yang telah ditentukan. (Hasibuan, 2011).
Berikut ini adalah pengertian-pengertian motivasi menurut para ahli,
diantaranya yaitu:
Motivasi menurut Malayu S.P. Hasibuan (2011:141) bahwa motivasi
adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia,
supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil kerja yang optimal. Motivasi
semakin penting karena manajer membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk
dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan.
Adapun Mahmud Machfoedz dalam bukunya “Pengantar Bisnis Modern”
(2007:189) mengemukakan bahwa motivasi ialah dorongan yang timbul dari
dalam diri manusia untuk berbuat dan berperilaku tertentu. Keberhasilan seorang
manajer ditentukan oleh kemampuannya memotivasi orang lain, baik bawahan,
sejawat, maupun setiap orang yang diharapkan dapat menerima motivasi yang
disampaikannya.
Menurut T. Hani Handoko dalam bukunya yang berjudul “Manajemen
Edisi 2” (2012:252), motivasi dapat diartikan sebagai keadaan dalam pribadi
15
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang
merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna
mencapai tujuan kepuasan dirinya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
merupakan suatu keahlian dalam mengarahkan atau mengendalikan dan
menggerakan seseorang untuk melakukan tindakan akan perilaku yang diinginkan
berdasarkan sasaran-sasaran yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan
tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi kerja adalah suatu yang
menimbulkan dorongan
atau semangat
kerja atau kata lain pendorong
semangat.
2.2.2 Tujuan Motivasi
Tujuan motivasi menurut Malayu S.P Hasibuan (2011:146) adalah sebagai
berikut :
a. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
b. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
c. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan
d. Meningkatkan kedisiplinan karyawan
e. Mengefektifkan pengadaan karyawan
f. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
g. Meningkatkatkan loyaloitas, kreativitas dan partisipasi karyawan
h. Meningkatkan kesejahteraan karyawan
16
i.
Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya
j.
Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Faktor-faktor yang sifatnya individu adalah kebutuhan, tujuan-tujuan,
sikap dan kemampuan. Sedangkan yang tergolong pada faktor-faktor yang
berasal dari organisasi meliputi pembayaran atau gaji, keamanan pekerja,
pengawasan, pujian dan pekerjaan itu sendiri.
Orang akan mau bekerja keras dengan harapan ia akan dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan-keinginannya dari hasil pekerjaannya. Sejalan dengan
hal itu Menurut Peterson & Plowman yang dikutip oleh Malayu S.P Hasibuan
dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi“ (2011:142)
mengatakan bahwa orang mau bekerja karena hal-hal sebagai berikut :
a. The Desire to Live (keinginan untuk hidup), dimana manusia bekerja untuk
memenuhi dan melanjutkan hidupnya.
b. The Desire For Position (Keinginan untuk suatu posisi), dimana manusia
bekerja untuk mendapatkan posisi dalam pekerjaannya.
c. The Desire For Power (Keinginan akan kekuasaan), keinginan selangkah
diatas keinginan untuk memiliki posisi.
d. The Desire For Recognation (Keinginan akan penghargaan), setiap pekerja
memiliki motif keinginan dan kebutuhan tertentu dan mengharapkan kepuasan
dari hasil kerjanya.
17
Uraian diatas mempunyai pengertian yang sama, yaitu kesemuanya
mengandung unsur dorongan dan keinginan serta maksud dan tujuan. Dengan
demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi merupakan dorongan
datang dari luar atau dalam diri seseorang dalam usahanya dalam memenuhi
kebutuhan, mendapatkan posisi dalam pekerjaannya, memperoleh kekuasaan dan
memperoleh kepuasan dari hasil kerjanya. Namun dalam penerapan nanti,
penggunaan masing-masing unsur tersebut adalah berbeda untuk setiap pekerja,
sesuai kebutuhannya dan keinginannya masing-masing.
2.2.4 Metode Motivasi
Malayu S.P Hasibuan ( 2011:149), mengatakan bahwa ada dua metode
motivasi adalah sebagai berikut:
a.
Motivasi langsung (direct motivation)
Motivasi langsung adalah motivasi (materiil dan nonmateriil) yang diberikan
secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan
serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan,
tunjangan hari raya, bonus, dan bintang jasa.
b.
Motivasi tak langsung (indirect motivation)
Motivasi tak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan
fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja / kelancaran
tugas sehingga para karyawan
betah dan bersemangat
melakukan
pekerjaannya. Misalnya, kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik, ruangan
kerja yang terang dan nyaman, suasana pekerjaan yang serasi, serta
18
penempatan yang tepat. Motivasi tidak langsung besar pengaruhnya untuk
merangsang semangat bekerja karyawan sehingga produktif.
2.2.5 Jenis-Jenis Motivasi
Malayu S.P Hasibuan ( 2011:150), mengatakan bahwa ada dua jenis
motivasi adalah sebagai berikut:
a.
Motivasi Positif (Insentif Positif)
Motivasi
positif
maksudnya
manajer
memotivasi
bawahan
dengan
memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di atas prestasi standar.
Dengan motivasi positif, semangat kerja bawahan akan meningkat karena
umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja.
b.
Motivasi Negatif (Insentif Negatif)
Motivasi negative maksudnya manajer memotivasi bawahan dengan standar
mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi negative ini semangat
bekerja bawahan dalam jangka pendek akan meningkat karena mereka takut
dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik.
Dalam praktek, kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh suatu
perusahaan. Penggunaannya harus tepat dan seimbang supaya dapat meningkatkan
semangat kerja karyawan, akan tetapi manajer harus konsisten dan adil dalam
menerapkannya.
2.2.6 Alat-Alat Motivasi
Alat-alat motivasi (daya perangsang) yang diberikan kepada bawahan
dapat berupa material incentive dan nonmaterial incentive. Material incentive
19
adalah motivasi yang bersifat materil sebagai imbalan prestasi yang diberikan oleh
karyawan. Yang termasuk material incentive adalah yang berbentuk uang dan
barang-barang.
Nonmaterial incentive adalah motivasi (daya perangsang) yang tidak
berbentuk materi. Yang termasuk nonmaterial adalah penempatan yang tepat,
pekerjaan yang terjamin, piagam penghargaan, bintang jasa, perlakuan yang
wajar, dan sejenisnya.
2.2.7 Asas-Asas Motivasi
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2005:146), asas-asas motivasi adalah
sebagai berikut :
a. Asas mengikutsertakan, artinya mengajak bawahan untuk ikut berpartisipasi
dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan pendapat,
rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan.
b. Asas komunikasi, artinya menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang
ingin dicapai, cara-cara mengerjakannya, dan kendala-kendala yang dihadapi.
c. Asas pengakuan, artinya memberikan penghargaan, pujian dan pengakuan
yang tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainya.
d. Asas wewenang yang didelegasikan, artinya memberikan kewenangan dan
kepercayaan diri pada bawahan, bahwa dengan kemampuan dan kreativitasnya
mereka mampu mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik.
e. Asas adil dan layak, artinya alat dan jenis motivasi yang memberikan harus
berdasarkan atas asas keadilan dan kelayakan terhadap semua karyawan.
20
Misalnya pemberian hadiah atau hukuman terhadap semua karyawan harus adil
dan layak kalau masalahnya sama.
f. Asas perhatian timbal-balik, artinya bawahan yang berhasil mencapai tujuan
dengan baik maka pimpinan harus bersedia memberikan alat dan jenis
motivasi. Tegasnya kerja sama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
2.2.8 Teori-Teori Motivasi
Teori-teori motivasi diklasifikasikan / dikelompokkan atas :
a. Teori kepuasan
Teori kepuasan mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan
dan kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak serta berperilaku dengan
cara tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang
yang menguatkan, mengarahkan, mendukung, dan menghentikan perilakunya.
Jadi, pada dasarnya teori ini mengemukakan bahwa seseorang akan bertindak atau
semangat bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya (inner needsnya). Semakin tinggi standar kebutuhan yang diinginkan, semakin giat orang itu
bekerja.
1) Teori motivasi klasik
Frederik Winslow Taylor mengemukakan bahwa manusia mau bekerja
giat untuk dapat memenuhi kebutuhan fisik / biologisnya berbentuk uang / barang
dari hasil pekerjaannya.
Manajer mengetahui bahwa kemampuan pekerja tidak sepenuhnya
dikerahkan untuk melaksanakan pekerjaannya. Pekerja hanya dapat dimotivasi
21
dengan memberikan imbalan materi dan jika balas jasanya ditingkatkan maka
dengan sendirinya gairah bekerjanya meningkat.
2) Maslow’s Need Hierarchy Theory
a) Physiological needs (kebutuhan fisik dan biologis)
b) Safety and security needs (kebutuhan keselamatan dan keamanan)
c) Affiliation or acceptance needs or belongingness (kebutuha sosial)
4) Esteem or status needs (kebutuhan akan penghargaan atau prestise)
5) Self actualization (aktualisasi diri)
3) Herzberg’s Two Factors Motivation Theory
Menurut Herzberg’s orang menginginkan dua macam faktor kebutuhan,
yaitu :
a) Pertama; kebutuhan akan kesehatan atau kebutuhan akan pemeliharaan atau
maintenance factors. Faktor-faktor pemeliharaan meliputi balas jasa, kondisi
kerja fisik, kepastian pekerjaan, supervisi yang menyenangkan, mobil dnas,
rumah dinas, dan macam-macam tunjangan lain. hilangnya faktor pemeliharaan
dapat menyebabkan timbulnya ketidakpuasan (dissatisfiers = faktor higienis)
dan tingkat absensi serta turnover karyawan akan meningkat.
b) Kedua; faktor pemeliharaan menyangkut kebutuhan psikologis seseorang.
Kebutuhan ini meliputi serangkaian kondisi intrinsik, kepuasan pekerjaan (job
content) yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat
motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi pekerja yang baik.
Serangkaian faktor ini dinamakan safisfiers atau motivators yang meliputi :
1) Prestasi atau achievement
22
2) Pengakuan atau recognition
3) Pekerjaan itu sendiri atau the work it self
4) Tanggung jawab atau responsibility
5) Kemajuan atau advancement
6) Pengembangan potensi individu atau the possibility of growth
4) Teori X dan teori Y Mc. Gregor
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia secara jelas dan tegas
dapat dibedakan atas manusia penganut teori X (teori tradisional) dan manusia
penganut teori Y (teori demokratik)
Teori X
a) Rata-rata karyawan malas dan tidak suka bekerja
b) Umumnya karyawan tidak berambisi mencapai prestasi yang optimal dan
selalu menghindarkan tanggung jawabnya dengan cara mengkambinghitamkan orang lain
c) Karyawan lebih suka dibimbing, diperintah, dan diawasi dalam melaksanakan
pekerjaannya
d) Karyawan lebih mementingkan diri sendiri dan tidak mempedulikan tujuan
organisasi
Menurut teori X ini untuk memotivasi karyawan harus dilakukan dengan
cara pengawasan yang ketat, dipaksa, dan diarahkan supaya mereka mau bekerja
sungguh-sungguh.
23
Teori Y
a) Rata-rata karyawan rajin dan menganggap sesungguhnya bekerja sama
wajarnya dengan bermain-main dan beristirahat.
b) Lazimnya karyawan dapat memikul tanggung jawab dan berambisi untuk maju
dengan mencapai prestasi kerja yang optimal.
c) Karyawan selalu berusaha mencapai sasaran organisasi dan mengembangkan
dirinya untuk mencapai sasaran itu.
Menurut teori Y ini untuk memotivasi karyawan hendaknya dilakukan
dengan cara peningkatan partisipasi karyawan, kerja sama, dan keterikatan pada
keputusan.
5) Mc. Clelland’s Achievement Motivation Theory
Teori ini berpendapat bahwa karyawan mempunyai cadangan energi
potensial. Energi akan dimanfaatkan oleh karyawan karena didorong oleh :
a) Kekuatan motif dan kebutuhan dasar yang terlibat
b) Harapan keberhasilannya, dan
c) Nilai insentif yang terlekat pada tujuan
Hal-hal yang memotivasi seseorang adalah :
a) Kebutuhan akan prestasi (need for achievement = n Ach)
Mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengerahkan
semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja
yang maksimal.
b) Kebutuhan akan afiliasi (need for affliation = n Af), dan
24
1) Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan ia tinggal
dan bekerja (sense of belonging)
2) Kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya
penting (sense of importance)
3) Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal (sense of achievement)
4) Kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of participation)
c) Kebutuhan akan kekuasaan (need for power = n Pow)
n Pow akan merangsang dan memotivasi gairah kerja karyawan serta
mengerahkan semua kemampuannya demi mencapai kekuasaan atau kedudukan
yang terbaik.
Kesimpulan :
Dalam memotivasi para bawahan, manajer hendaknya menyediakan
peralatan, menciptakan suasana pekerjaan yang baik, memberikan kesempatan
untuk promosi. Dengan demikian, memungkinkan para bawahan meningkatkan
semangat kerjanya untuk mencapai n Ach, n Af, dan n Pow yang diinginkannya,
yang
merupakan
daya
penggerak
untuk
memotivasi
karyawan
dalam
mengerahkan semua potensi yang dimilikinya.
6) Teori Motivasi Claudi S. George
Teori ini mengemukakan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan yang
berhubungan dengan tempat dan suasana di lingkungan ia bekerja, yaitu :
a) Upah yang adil dan layak
b) Kesempatan untuk maju / promosi
c) Pengakuan sebagai individu
25
d) Keamanan kerja
e) Tempat kerja yang baik
f) Penerimaan oleh kelompok
g) Perlakuan yang wajar, dan
h) Pengakuan atas prestasi
b. Teori Motivasi Proses
Teori motivasi proses pada dasarnya berusaha menjawab pertanyaan
bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara, dan menghentikan perilaku
individu agar setiap individu bekerja sesuai dengan keinginan manajer. Apabila
harapan dapat menjadi kenyataan karyawan akan cenderung meningkatkan gairah
kerjanya. Sebaliknya, jika harapan tidak tercapai, karyawan akan menjadi malas.
Yang termasuk ke dalam teori motivasi proses adalah :
a. Teori harapan (expectancy theory)
Teori harapan ini dikemukakan oleh Victor Vroom. Teorinya pada tiga
konsep penting, yaitu :
1) Harapan (expectancy)
2) Nilai (valence), dan
3) Pertautan (inatrumentality)
a) Harapan (expectancy) adalah suatu kesempatan yang diberkan terjadi karena
perilaku.
b) Nilai (valence) adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai / martabat
tertentu (daya atau nilai memotivasi) bagi setiap individu tertentu.
26
c) Pertautan (instrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat
pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat kedua.
b. Teori keadilan (equaty theory) dan
Karena egonya manusia selalu mendambakan keadilan dalam pemberian
hadiah maupun hukuman terhadap setiap perilaku yang relatif sama. Bagaimana
perilaku bawahan dinilai atasan, akan mempengaruhi semangat kerja mereka.
Jadi, atasan harus bertindak adil terhadap semua bawahannya. Penilaian
dan pengakuan mengenai perilaku bawahan harus dilakukan secara objektif (baik /
salah), bukan atas suka / tidak suka (like or dislike).
c. Teori pengukuhan (reinforcement theory)
Teori pengukuhan terdiri dari dua jenis, yaitu sebagai berikut :
1) Pengukuhan positif (positive reinforcement) yaitu bertambahnya frekuensi
perilaku, terjadi apabila pengukuh positif diterapkan secara bersyarat.
2) Pengukuhan negatif (negative reinforcement) yaitu bertambahnya frekuensi
perilaku, terjadi apabila pengukuh negatif dihilangkan secara bersyarat.
2.3 Disiplin Kerja
2.3.1 Pengertian Disiplin
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja,
semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Oleh karena itu, setiap manajer selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai
disiplin yang baik.
27
Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa Latin “disibel” yang berarti
Pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman, kata tersebut mengalami
perubahan menjadi “disipline” yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut tata
tertib.
Pengertian kedisiplinan menurut Melayu S.P Hasibuan (2011:194)
mengatakan bahwa kedisiplinan diartikan jika karyawan selalu datang dan pulang
tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi
semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Menurut Rivai (2005) mengatakan bahwa disiplin kerja adalah suatu alat
yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka
bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan kesediaan seorang mentaati semua peraturan
perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Sedangkan menurut Robert Bacal yang dikutip oleh Irham Fahmi (2011)
menerangkan bahwa disiplin adalah sebuah proses yang digunakan untuk
menghadapi permasalahan kinerja. Proses ini melibatkan manajer dalam
mengidentifikasikan dan mengomunikasikan masalah-masalah kinerja kepada
para karyawan.
Seorang manajer berkewajiban untuk mempertahankan kedisiplinan dalam
organisasi yang dipimpinnya. Sanksi dan ketegasan lainnya menjadi bagian yang
harus dilihat sebagai konsekuensi menjadi seorang pegawai di suatu perusahaan.
Bagi pihak perusahaan perlu menegakkan kebijakan peraturan dengan konsisten,
karena seperti dikatakan oleh Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2002)
28
bahwa, peraturan haruslah konsisten dengan kebijakan perusahaan, dan kebijakan
haruslah konsisten dengan tujuan perusahaan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan merupakan
kepatuhan pegawai atau pegawai pada semua peraturan yang diberlakukan dalam
suatu organisasi dan kepatuhan terhadap norma-norma sosial yang berlaku.
Disiplin pegawai dalam suatu organisasi berawal dari pandangan bahwa
tidak ada manusia yang sempurna, luput dari kekhilafan dan kesalahan. Oleh
karena itu setiap organisasi perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus ditaati
oleh para anggotanya,standar yang harus dipenuhi.
Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota
organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Pendisiplinan pegawai
adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk
pengetahuan, sikap dan prilaku pegawai sehingga para pegawai tersebut secara
sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para pegawai yang lain serta
meningkatkan prestasi kerjanya. Kedisiplinan suatu organisasi dikatakan baik, jika
sebagian besar pegawai mentaati peraturan-peraturan yang ada. Hukuman
diperlakukan dalam meningkatkan kedisiplinan dan mendidik pegawai supaya
mentaati semua peraturan organisasi.
2.3.2 Jenis-jenis Disiplin Kerja
Menurut T. Hani Handoko (2011) menyatakan bahwa disiplin mempunyai
3 (tiga) macam bentuk, yaitu :
29
a. Disiplin Preventif
Disiplin preventip adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong
para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga
penyelewenangan-penyelewenangan dapat dicegah. Saran pokoknya adalah untuk
mendorong disiplin diri diantara para karyawan, dengan cara ini para karyawan
menjaga disiplin diri mereka bukan semata-mata bukan dipaksa managemen.
Managemen bertanggung jawab untuk menciptakan suatu iklim atau
suasana disiplin prefentif diperusahaan dengan standar yang diketahui dan
dipahami karyawan. Standar-standar peraturan ditetapkan secara positif bukan
negative, seperti “ jaga keamanan!” bukan “jangan ceroboh”. Selain itu perlu
diketahui alasan-alasan yang melatarbelakangi suatu standar peraturan disiplin
ditetapkan agar para karyawan dapat memahaminya.
b. Disiplin Korektip
Disiplin korektip adalah kegiatan yang diambil untuk menangani
pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaranpelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektip sering berupa suatu bentuk hukuman
dan disebut tindakan poendisiplinan (disciplinary action) sebagai contoh, tindakan
pendisiplinan bisa berupa peringatan atau skorsing.
Sasaran-sasaran tindakan pendisiplinan hendaknya positip, bersifat mendidik
dan mengoreksi, bukan tindakan negatip yang menjatuhkan karyawan yang
berbuat salah. Berikut ini adalah berbnagai sasaran tindakan pendisiplinan secara
ringkas:
1) Untuk memperbaiki pelanggar
30
2) Untuk menghalangi para karyawan yang lain melakukan kegiatan-kegiatan
yang serupa
3) Untuk menjaga berbagai standar kelompok tetap konsisten dan efektip.
Selanjutnya bentuk tindakan pendisiplinan yang terakhir adalah pemecatan.
c. Disiplin Progresip
Kebijaksanaan disiplin progresip, yang berarti memberikan hukumanhukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang.
Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil
tindakan korektip sebelum hukuman-hukuman yang lebih “serius” dilaksanakan.
Sistem disiplin progresip secara ringkas dapat ditunjukkan sebagai berikut :
1) Teguran secara lisan oleh penyelia
2) Teguran tertulis, dengan catatan dalam file personalia
3) Skorsing dari pekerjaan satu sampai tiga hari
4) Skorsing satu minggu atau lebih lama
5) Diturunkan pangkatnya (demosi)
6) Dipecat
2.3.3 Indikator-indikator Kedisiplinan
Menurut Hasibuan (2011:194-198) Pada dasarnya banyak indikator yang
mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, di antaranya :
a. Tujuan dan kemampuan
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta
cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan
pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan
31
karyawan bersangkutan, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam
mengerjakannya. Akan tetapi, jika pekerjaan itu di luar kemampuannya atau jauh
di bawah kemampuannya maka kesungguhan dan kedisiplinan karyawan rendah.
Disinilah letak pentingnya asas the right man in the right place and the right man
in the right job.
b. Teladan pimpinan
Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil,
serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik,
kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik.
c. Balas jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan
karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan
terhadap perusahaan / pekerjaannya. Jadi, balas jasa berperan penting untuk
menciptakan kedisiplinan karyawan. Artinya semakin besar balas jasa semakin
baik kedisiplinan karyawan. Sebaliknya, apabila balas jasa kecil kedisiplinan
karyawan menjadi rendah.
d. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudny kedisiplinan karyawan, karena ego
dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan
sama dengan manusia lainnya.
e. Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif
dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti
32
atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja,
dan prestasi kerja bawahannya. Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan
moral kerja karyawan. Karyawan merasa mendapat perhatian, bimbingan,
petunjuk, pengarahan, dan pengawasan dari atasannya. Jadi, waskat menuntut
adanya kebersamaan aktif antara atasan dengan bawahan dalam mencapai tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
f. Sanksi hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan
karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin
takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner
karyawan akan berkurang.
g. Ketegasan
Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap
karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan.
Pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi karyawan yang
indisipliner akan disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahan. Dengan
demikian, pimpinan akan dapat memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan.
h. Hubungan kemanusiaan
Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan
yang serasi serta mengikat, vertikal maupun horizontal di antara semua
karyawannya. Terciptanya human relationship yang serasi akan mewujudkan
lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan
33
yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila
hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.
Kesimpulannya dapat dikatakan “kedisiplinan” menjadi kunci terwujudnya
tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dengan disiplin yang baik berarti
karyawan sadar dan bersedia mengerjakan semua tugasnya dengan baik.
2.3.4 Pendekatan Disiplin Kerja
Menurut Rivai (2005) terdapat tiga konsep dalam pelaksanaan tindakan
disipliner; aturan tungku panas (hot stove rule), tindakan disiplin progresif
(progressive discipline), dan tindakan disiplin positif (positive discipline).
Pendekatan-pendekatan aturan tungku panas dan tindakan disiplin progresif
terfokus pada perilaku masa lalu. Sedangkan pendekatan disiplin positif
berorientasi ke masa yang akan datang dalam bekerja sama dengan para karyawan
untuk memecahkan masalah-masalah sehingga masalah itu tidak timbul lagi.
a. Aturan Tungku Panas
Pendekatan untuk melaksanakan tindakan disipliner disebut sebagai aturan
tungku panas (hot stove rule).
1) Membakar dengan segera. Jika tindakan disipliner akan diambil, tindakan itu
harus dilaksanakan segera sehingga individu memahami alasan tindakan
tersebut.
2) Memberi peringatan. Hal ini penting untuk memberikan peringatan
sebelumnya bahwa hukuman akan mengikuti perilaku yang tidak dapat
diterima
34
3) Memberikan hukuman yang konsisten. Tindakan disipliner haruslah konsisten
ketika setiap orang yang melakukan tindakan yang sama akan dihukum sesuai
dengan hukum yang berlaku.
4) Membakar tanpa membeda-bedakan. Tindakan disipliner seharusnya tidak
membeda-bedakan
b. Tindakan Disiplin Progresif
Tindakan disiplin progresif (progressive discipline) dimaksudkan untuk
memastikan bahwa terdapat hukuman minimal yang tepat terhadap setiap
pelanggaran. Tujuan tindakan ini adalah membentuk program disiplin yang
berkembang mulai dari hukuman yang ringan hingga yang sangat keras. Disiplin
progresif dirancang untuk memotivasi karyawan agar mengoreksi kekeliruannya
secara sukarela.
Satu pendekatan adalah dengan menyusun pedoman-pedoman tindakan
disipliner progresif, seperti contoh berikut ini : pedoman-pedoman yang
dianjurkan untuk tindakan disipliner bagi pelanggaran-pelanggaran yang
membutuhkan pertama : suatu peringatan lisan, kedua : suatu peringatan tertulis,
dan ketiga : terminasi.
1) Kelalaian dalam pelaksanaan tugas-tugas
2) Ketidakhadiran kerja tanpa izin
3) Inefisiensi dalam pelaksanaan pekerjaan
Pelanggaran-pelanggaran yang membutuhkan suatu peringatan tertulis dan
selanjutnya terminasi :
1) Tidak berada ditempat kerja
35
2) Kegagalan melapor kerja satu atau dua hari berturut-turut tanpa adanya
pemberitahuan
3) Kecerobohan dalam pemakaian properti perusahaan.
Pelanggaran-pelanggaran yang langsung membutuhkan pemecatan :
1) Pencurian di tempat kerja
2) Perkelahian di tempat kerja
3) Pemalsuan kartu jam hadir kerja
4) Kegagalan melapor kerja tiga hari berturut-turut tanpa adanya pemberitahuan
c. Tindakan Disiplin Positif
Tindakan disipliner positif dimaksudkan untuk menutupi kelemahan tadi,
yaitu mendorong para karyawan memantau perilaku-perilaku mereka sendiri dan
memikul tanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi dari tindakan-tindakan
mereka.
2.3.5 Sanksi Pelanggaran Kerja
Menurut Rivai (2005) pelanggaran kerja adalah setiap ucapan, tulisan,
perbuatan seorang pegawai yang melanggar peraturan disiplin yang telah diatur
oleh pimpinan organisasi. Sedangkan sanksi pelanggaran kerja adalah hukuman
disiplin yang dijatuhkan pimpinan organisasi kepada pegawai yang melanggar
peraturan disiplin yang teelah diatur pimpinan organisasi. Ada beberapa tingkat
dan jenis sanksi pelanggaran kerja yang umumnya berlaku dalam suatu organisasi
yaitu:
a. Sanksi pelanggaran ringan, dengan jenis :
36
1) Teguran lisan
2) Teguran tertulis
3) Pernyataan tidak puas secara tertulis
b. Sanksi pelanggaran sedang, dengan jenis :
1) Penundaan kenaikan gaji
2) Penurunan gaji
3) Penundaan kenaikan pangkat
c. Sanksi pelanggaran berat, dengan jenis :
1) Penurunan pangkat
2) Pembebasan dari jabatan
3) Pemberhentian
4) Pemecatan
2.3.6 Prinsip Tindakan Disipliner
Menurut Robert Bacal yang dikutip oleh Irham Fahmi dalam bukunya
“Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi”, mengatakan bahwa dalam mengambil
suatu tindakan disipliner ada beberapa prinsip yang menjadi pedoman dalam
mengambil tindakan disipliner, yaitu:
a. Mengambil tindakan disipliner harus sesuai dengan hokum setempat dan
perjanjian perburuhan yang berlaku.
b. Semua tindakan disipliner harus didokumentasikan secara lengkap, seecara
mendetail kekurangan yang sebenarnya dalam kinerja yang bagaimana hal itu
37
diidentifikasikan, dikomunikasikan kepada karyawan yang bersangkutan, dan
langkah-langkah yang telah diambil untuk memecahkan masalah itu.
c. Tindakan disipliner yang diambil hendaknya menggunakan tingkat paksaan
dan tekanan terendah yang diperlukan untuk memecahkan masalah kinerja.
d. Gunakan tindakan disipliner yang keras hanya bila sungguh-sungguh
diperlukan dan dibenarkan oleh seriusnya masalah yang dihadapi.
e. Semakin kita mampu menggambarkan dengan jelas permasalahan kinerja yang
terjadi, semakin mungkin kita dapat memecahkannya bersama karyawan yang
bersangkutan dan semakin besar pula perlindungan hokum yang kita dapatkan
bila kita terpaksa mengambil tindakan disipliner yang keras.
2.4 Kinerja Karyawan
2.4.1 Pengertian Kinerja Karyawan
Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk
menyelelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat
kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan
seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman
yang jelas tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kinerja
merupakan prilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja
yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
Masalah kinerja karyawan dapat dipandang sebagai suatu aspek pokok
yang perlu dikaji lebih mendalam demi kelangsungan hidup perusahaan.
38
Pengertian kinerja menurut Indra Bastian yang dikutip oleh Irham Fahmi
dalam bukunya “Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi” (2011:02), menyatakan
bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan / program / kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan
visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic
planning) suatu organisasi.
Menurut Amstrondan Baron dari kutipan yang sama mengatakan kinerja
merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan
strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.
Sedangkan menurut Moh. Pabundu Tika dalam bukunya “Budaya
Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan” (2005:121), mengatakan
bahwa kinerja adalah hasil-hasil fungsi pekerjaan / kegiatan seseorang atau
kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai factor untuk
mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Dimana dari definisi
tersebut dapat diketahui bahwa ada unsure-unsur yang terdapat di dalam kinerja,
yang terdiri dari:
a. Hasil fungsi pekerjaan,
b. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan/pegawai, seperti:
motivasi, kecakapan, persepsi peranan, dan sebagainya,
c. Pencapaian tujuan organisasi, dan
d. Periode waktu tertentu.
Dimana fungsi pekerjaan yang dimaksudkan disini adalah pelaksanaan
hasil pekerjaan seseorang atau kelompok yang menjadi wewenang dan tanggung
39
jawabnya dalam suatu organisasi. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap hasil pekerjaan/prestasi kerja seseorang atau kelompok terdiri dari faktor
intern dan ekstern. Faktor intern yang mempengaruhi kinerja karyawan/kelompok
terdiri dari kecerdasan, keterampilan, kestabilan emosi, motivasi, persepsi peran,
kondisi keluarga, kondisi fisik seseorang dan karakteristik kelompok kerja dan
sebagainya.
Sedangkan pengaruh ekstern antara lain
berupa peraturan
ketenagakerjaan, keinginan pelanggan, pesaing, nilai-nilai social, serikat buruh,
kondisi ekonomi, perubahan lokasi kerja dan kondisi pasar.
Berdasarkan definisi kinerja yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan merupakan kualitas dan
kuantitas hasil kerja individu dan kelompok dalam suatu aktivitas atau periode
tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan dan keinginan berprestasi.
2.4.2 Elemen Kinerja
Menurut Harbani Pasolong yang dikutip oleh Irham Fahmi dalam bukunya
“Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi” (2011:5-6) menyatakan bahwa kinerja
mempunyai beberapa elemen yaitu :
a. Hasil kerja dicapai secara individual atau secara institusi, yang berarti kinerja
tersebut adalah hasil akhir yang diperoleh secara sendiri-sendiri atau kelompok.
b. Dalam melaksanakan tugas, orang atau lembaga diberikan wewenang dan
tanggung jawab, yang berarti orang atau lembaga diberikan hak dan kekuasaan
untuk ditindaklanjuti sehingga pekerjaannya dapat dilakukan dengan baik
c. Pekerjaan haruslah dilakukan secara legal
40
d. Pekerjaan tidaklah bertentangan dengan moral atau etika.
Menurut Tjutju Yuniarsih dan Suwatno (2011), terdapat tiga faktor yang
menyebabkan seorang karyawan mempunyai kinerja rendah atau kurang
memuaskan, yaitu:
a. Kurang
mampu,
artinya
kinerja
karyawan
rendah
disebabkan
oleh
kekrangmampuan dalam menyelesaikan pekerjaan.
b. Kurang usaha, artinya kinerja karyawan disebabkan oleh kurangnya usaha dari
karyawan yang bersangkutan. Sebetulnya karyawan tersebut mampu, tetapi
kurang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
c. Kondisi yang kurang menguntungkan, misalnya terlalu banyak pekerjaan yang
harus diselesaikan dalam waktu yang terbatas.
2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi dan kinerjanya
Sedangkan menurut Robbins (2002:155) mengatakan hampir semua cara
pengukuran kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran
kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan
kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.
b. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran
kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran ”tingkat kepuasan”, yaitu
seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran.
c. Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan.
Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran
41
kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan.
Ketiga jenis kriteria di atas dapat dijadikan sebagai acuan guna mengukur
kinerja.
2.4.4 Penilaian dan Pengukuran Kinerja
Ketercapaian suatu kinerja yang produktif pasti ada hal atau faktor yang
mendukung, seperti halnya yang dikemukakan oleh Muchdarsyah Sinungan
(2003:3) menegaskan bahwa ketercapaian kinerja produktif perlu ditunjang oleh:
“kemauan kerja yang tinggi kemampuan kerja yang sesuai dengan isi kerja,
lingkungan kerja yang nyaman, penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan
hidup minimum, jaminan sosial yang memadai, kondisi kerja yang manusiawi,
dan hubungan kerja yang harmonis”.
Penilaian dan pengukuran kinerja merupakan bagian penting dalam
menentukan tingkat produktivitas seseorang. Penilai kinerja merupakan bagian
dari proses manajemen sumber daya manusia yang menitikberatkan pada upaya
untuk “memotret” hasil yang telah dicapai secara obyektif, sebagai bahan dasar
ketika
dilakukan
pengukuran.
Sementara
pengukuran
kinerja
lebih
menitikberatkan pada upaya untuk melakukan perbandingan antara hasil yang
dicapai dengan rencana atau standar yang ditetapkan sebelumnya. Dengan
demikian dapat dikeetahui ketika seorang pegawai mampu menunjukkan hasil
yang sesuai atau melebihi target berarti mereka memiliki tingkat produktivitas
tinggi, sedangkan jika dibawah standar maka produktivitas mereka dinilai rendah.
42
Penilaian dan pengukuran kinerja bisa diawali oleh diri sendiri, yaitu
dengan melakukan introspeksi sudah sejauh mana kinerja dirinya dibandingkan
dengan standar yang ditetapkan.
Dalam pengukuran produuktivitas kinerja dapat diukur dengan dua standar
utama, yaitu produktivitas fisik dan produktivitas nilai. Secara fisik produktivitas
diukur secara kuantitatif seperti banyaknya keluaran (panjang, berat, lamanya
waktu, jumlah). Sedangkan berdasarkan nilai, produktivitas diukur atas dasar
nilai-nilai kemampuan, sikap, perilaku, disiplin, motivasi dan komitmen terhadap
pekerjaan / tugas.
Selain itu produktivitas kerja didukung pula oleh tingkat usaha yang
dilakukan pegawai dalam menampilkan kemapuan profesionalnya secara
berkesinambungan, sesuai dengan tuntutan tugas. Dengan demikian pengukuran
produktivitas kerja pegawai selain berkaitan dengan tugas utamanya, juga perlu
dilihat dari sisi kualifikasi dan pengembangan profesionalnya.
Dengan dilakukan pengukuran produktiviitas kerja maka akan diperoleh
beberapa manfaat, seperti yang disampaikan oleh Gasperesz (2000:24)
menyatakan bahwa terdapat beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam
suatu organisasi, antara lain:
a. Organisasi/perusahaan dapat menilai efisiensi konversi penggunaan sumber
daya, agar dapat meningkatkan produktivitas.
b. Perencanaan sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien melalui jangka
pendek.
43
c. Tujuan ekonomis dan non ekonomis organisasi dapat diorganisasikan kembali
dengan cara memberikan proritas yang tepat dipandang dari sudut
produktivitas.
d. Perencanaan target tingkat produktivitas di masa mendatang dapat dimodifikasi
kembali berdasarkan informasi pengukuran tingkat produktivitas sekarang.
e. Strategi untuk meningkatkan produktivitas organisasi dapat ditetapkan
berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas yang ada diantara tingkat
produktivitas yang diukur. Dalam hal ini tingkat produktivitas akan
memberikan informasi dalam mengidentifikasi masalah atau perubahan yang
terjadisebelum tindakan korektif diambil.
f. Pengukuran
produktivitas
menjadi
informasi
yang
bermanfaat
daam
membandingkan tingkat produktivitas antar organisasi yang sejenis, serta
bermanfaat pula untuk informasi produktivitas organisasi pada skala nasional
maupn global
g. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat menjadi
informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan keuntungan
organisasi.
h. Pengukuran produktivitas akan memnciptakan tindakan-tindakan kompetitif
berupa upaya peningkatan produktivitas terus menerus
Dari uraian diatas dapat
diketahui
bahwa
manfaat
pengukuran
produktivitas sangat penting. Oleh karena itu agar hasil benar-benar bermanfaat
secara maksimal maka pemimpin harus membuat perencanaan secara matang
untuk kelancaran kegiatan ini.
44
2.5 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini terdiri dari satu variabel terikat yaitu kinerja karyawan dan
dua variabel bebas yaitu motivasi dan disiplin kerja. Selanjutnya kedua variabel
tersebut diduga mempengaruhi kinerja karyawan. Pengaruh dari kedua variabel
bebas (independen) terhadap variable terikat (dependen) dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan
Motivasi merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melaksanakan kegiatan tertentu guna
mencapai
tujuan. Motivasi seseorang melakukan suatu pekerjaan karena adanya suatu
kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan
ekonomis yaitu untuk memperoleh uang, sedangkan kebutuhan nonekonomis
dapat diartikan sebagai kebutuhan untuk memperoleh penghargaan dan keinginan
lebih maju. Dengan segala kebutuhan tersebut, seseorang dituntut untuk lebih
giat dan aktif dalam bekerja, untuk mencapai hal ini diperlukan adanya motivasi
dalam melakukan pekerjaan, karena dapat mendorong seseorang bekerja giat.
Ravianto (1998:4) menyebutkan bahwa ada salah satu faktor yang mempengaruhi
produktivitas kerja pegawai yaitu faktor motivasi, dimana motivasi merupakan
kondisi yang menggerakan seseorang berusaha untuk mencapai tujuan atau
mencapai hasil yang diinginkan.
Selain hal yang disebutkan di atas, motivasi juga menjadi salah satu tujuan
utama dalam penilaian kinerja dalam mencapai sasaran organisasi. Penilaian
kinerja merupakan bagian penting dalam menentukan tingkat produktivitas
45
seseorang. Nawawi (1990:100) mengemukakan bahwa”… hasil kerja pegawai
yang menggambarkan produktivitas kerja pegawai tersebut bersumber dari
kemampuan personil secara individual”. Hal ini berarti ketika pegawai mampu
menunjukkan hasil yang sesuai atau melebihi target berarti mereka memiliki
tingkat produktivitas tinggi, sedangkan jika dibawah standar maka produktivitas
mereka dinilai rendah.
Oleh karena itu jika pegawai yang mempunyai motivasi kerja yang
tinggi biasanya mempunyai kinerja yang tinggi pula. Dengan kata lain setiap
pekerjaan memerlukan motivasi yang kuat agar bersedia
melaksanakan
pekerjaan dan mampu menciptakan kinerja yang tinggi secara bersemangat,
bergairah, dan berdedikasi.
b. Pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja karyawan
Disiplin
karyawan
kerja
bekerja
adalah
secara
salah
satu
syarat untuk dapat membantu
produktif
yang
akan membantu peningkatan
produktivitas kerja. Seseorang akan melaksanakan tugasnya dengan baik
dan penuh rasa tanggung jawab bila karyawan tersebut memiliki disiplin kerja
yang
tinggi. Disiplin kerja harus dimiliki setiap karyawan dan harus
dibudayakan di kalangan karyawan agar bisa mendukung tercapainya tujuan
organisasi.
Menurut Nawawi (1990:90) menjelaskan bahwa produktivitas kerja
seseorang sesungguhnya merupakan gambaran dari dedikasi, loyalitas, disiplin,
metode kerja yang dijalankan ketika menghadapi tugas dan beban kerjanya.
Dengan demikian semakin baik keterampilan, keahliab, disiplin, ketekunan,
46
ketepatan menggunakan metode serta alat-alat lain dalam bekerja, maka semakin
tinggi pula produktivitas kerjanya. Karena penurunan kedisiplinan mampu
memberi pengaruh pada penurunan kualitas kinerja suatu organisasi, dengan
begitu menjaga dan mempertahankan kedisiplinan menjadi bagian penting bagi
manajer di suat perusahaan.
Dengan demikian dari beberapa penjelasan di atas dapat dikemukakan
bahwa dalam usaha meningkatkan produktivitas kerja karyawan
cara
yang
dapat
dilakukan
yaitu
salah
satu
dengan memperhatikan disiplin kerja
karyawan.
c. Pengaruh motivasi dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan.
Telah dijelaskan diatas bahwa masing-masing variabel motivasi dan
disiplin kerja diduga memiliki pengaruh yang kuat terhadap kinerja karyawan
dengan demikian jika variabel ini dihubungkan secara bersama-sama terhadap
kinerja karyawan maka akan diperoleh dampak yang lebih tinggi.
Berdasarkan kerangka pemikiran, skema dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
X1
Y
X2
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
47
Keterangan:
X1
: Motivasi kerja
X2
: Disiplin kerja
Y
: Kinerja karyawan
: Pengaruh masing-masing variabel X terhadap Y
….
: Pengaruh kedua variabel X secara bersama-sama terhadap Y
48
Download