ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, SIZE, DAN LIKUIDITAS PERUSAHAAN TERHADAP RASIO PEMBAYARAN DIVIDEN PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007-2013 Moria Oktalisa Simanjorang, H.Hendro Prabowo Ekstensi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia [email protected] Abstrak Skripsi ini membahas pengaruh profitabilitas perusahaan yang direpresentasikan dalam bentuk Return on Equity (ROE) dan Earning per Share (EPS), ukuran perusahaan yang direpresentasikan dalam bentuk Size (SIZE), dan likuiditas perusahaan yang direpresentasikan dalam bentuk Cash Flow per Share (CFPS) dan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) perusahaan. Sampel terdiri dari 36 perusahaan non-keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, yang paling aktif membayar dividen selama tahun 2007-2013. Fixed Effect Model diaplikasikan terhadap analisis panel data menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan positif antara EPS dan SIZE terhadap DPR, namun variabel CFPS dan ROE tidak signifikan memengaruhi variabel DPR. Abstract This study examines the effect of firm’s profitability representated by Return on Equity (ROE) and Earning per Share (EPS), firm’s size representated by Size (SIZE), and firm’s liquidity representated by Cash Flow per Share (CFPS) on Corporate Dividend Payout Ratio (DPR). This research consist of 36 non-financial companies listed in Indonesia Stock Exchange, which the most actively pay dividend for period 2007-2013. Fixed Effect Model applied in this research and shows that there is a positive significance relationship between EPS and SIZE on DPR, but ROE and CFPS is not affect DPR significantly. Dividend Payout Ratio; Liquidity; Profitability; EPS; ROE; SIZE;Cash Flow Per Share Pendahuluan Hubungan antara pembayaran dividen dan laba perusahaan telah dianalisis sejak tahun 1920 dan hasilnya sangat variatif. Menurut Brittain (1966) perubahan dalam rasio pembayaran dividen memiliki pengaruh yang signifikan tidak hanya bagi penghasilan pemegang saham, tetapi juga bagi nilai saham perusahaan, total investasi, dan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional. Pembayaran dividen tentunya tidak terlepas dari kebijakan dividen suatu perusahaan. Kebijakan dividen merupakan salah satu hal yang penting dalam keputusan finansial yang dilakukan oleh manajer-manajer perusahaan. Keputusan dividen dapat meningkatkan nilai pasar perusahaan tetapi di sisi lain dividen dapat mengurangi ketersediaan dana internal dan lebih bergantung pada dana eksternal. Kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk laba ditahan (retained earning) sebagai pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Kebijakan dividen dipengaruhi oleh banyak faktor, dan dapat berbeda dari setiap negara di dunia. Dalam Adil et.al. (2011) disebutkan bahwa dengan adanya kebijakan dividen, manajer memiliki pedoman dalam hal menentukan ukuran dan pola dari distribusi profit kepada pemegang saham setiap waktu dalam bentuk dividen tersebut. Terlebih lagi dalam menentukan pembayaran dividen, manajemen harus teliti dalam menyeimbangkan harapan pemegang saham dan bunga jangka panjang perusahaan. Tujuan dasar dari manajer-manajer perusahaan adalah untuk mengoptimalkan kekayaan pemegang saham, oleh karena itu mereka mencari cara untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham tersebut dengan membuat strategi investasi yang efisien, didanai oleh struktur modal yang optimal, dan jika keputusan ini dapat dilaksanakan dengan efisien, hal ini juga akan berpengaruh dalam peningkatan nilai perusahaan. Kebijakan pembayaran dapat berubah seiring dengan perubahan lingkungan internal dan eksternal perusahaan, dan perubahan ini juga mengakibatkan perubahan dalam jumlah dividen yang dibagikan. Diawali dengan penelitian yang dilakukan oleh Lintner (1956), penentu utama dari perubahan dividen adalah laba tahun ini dan tingkat dividen tahun sebelumnya. Menurutnya laba di tahun mendatang bersifat tidak pasti dan sangat mudah mengalami perubahan. Apabila manajer telah bertujuan membagikan sejumlah proporsi dividen kepada pemegang saham, manajer bisa mengubah proporsi tersebut sewaktu-waktu ketika laba meningkat atau menurun untuk melindungi earning investornya. Fama and Babiak (1968) mendukung teori yg dikemukakan oleh Lintner (1956) bahwa perusahaan menginginkan kebijakan dividen yang stabil, dan sangat menghindari dividen berubah ke tingkat yang tidak stabil. Berangkat dari penemuan-penemuan sebelumnya terutama penelitian yang telah dilakukan oleh Adil et.al 2011 terhadap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Pakistan, maka penelitian serupa akan dilakukan terhadap perusahaan yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini akan menggunakan variabel-variabel rasio keuangan dalam memprediksi rasio pembayaran dividen perusahaan. Analisis rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang paling populer dan banyak digunakan. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengidentifikasi area yang memerlukan investigasi lebih lanjut. Menurut Subramanyam (2010) analisis rasio dapat menungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh rasio likuiditas, profitabilitas terhadap rasio pembayaran dividen (dividen payout ratio) kepada pemegang saham. Penelitian ini mengindikasikan Arus Kas Per Saham (Cash Flow Per Share) sebagai penghitungan likuiditas, Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity) dan Laba per Saham (Earning Per Share) sebagai penghitungan profitabilitas, serta Size untuk melihat apakah ukuran perusahaan turut memengaruhi pembayaran dividen perusahaan. Dengan memerhatikan variabel yang ada, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian kali ini, yaitu: 1. Apakah Earning Per Share (EPS) memengaruhi Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio) perusahaan non-keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2013? 2. Apakah Return on Equity (ROE) memengaruhi Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio) perusahaan non-keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2013? 3. Apakah LnTotalAsset (Size) memengaruhi Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio) perusahaan non-keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2013? 4. Apakah Cash Flow per Share (CFPS) memengaruhi Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio) perusahaan non-keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2013? Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen (Dividend Payout Policy) perusahaan non-keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2013. 2. Mengetahui pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen (Dividend Payout Policy) perusahaan non-keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2013. 3. Mengetahui pengaruh LnTotalAsset (Size) terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen (Dividend Payout Policy) perusahaan non-keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2013. 4. Mengetahui pengaruh Cash Flow per Share (CFPS) terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen (Dividend Payout Policy) perusahaan non-keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2013. Tinjaun Teoritis Pengertian Dividen Bursa Efek Indonesia mendefinisikan dividen sebagai pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK no. 23 tahun 2009 mendefinisikan dividen sebagai distribusi laba kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu. Laba bersih perusahaan akan berdampak berupa peningkatan saldo laba (retained earning) perusahaan tersebut. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Tipe Dividen Damodaran seperti yang dijelaskan dalam Lestanti (2007) mengklasifikasikan dividen kedalam dua segi yaitu segi waktu pembayaran dan segi bentuknya. Dari segi waktu pembayaran dividen dikenal sebagai dividen reguler dan dividen spesial. Dividen reguler interval jangka waktu pembayaran yang teratur, misalnya setiap kuarter, semester, atau setiap tahun. Sedangkan dividen spesial tidak memiliki interval jangka waktu pembayarannya, dan bersifat seperti bonus dan dividen ini merupakan dividen tambahan atas dividen reguler. Dari segi bentuknya dividen dapat dibayarkan dalam bentuk kas maupun saham. Dividen yang dibagikan perusahaan berupa dividen tunai artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. Dividen dalam bentuk kas bersifat mengurangi laba ditahan perusahaan. Sedangkan dividen dalam bentuk saham bersifat meningkatkan jumlah saham beredar dan mengurangi harga per saham. Arus kas perusahaan tidak terganggu karena tidak ada kas yang keluar dari perusahaan. Kebijakan Dividen Menurut Ross, Westerfield, dan Jordan (2003) kebijakan dividen mengacu kepada piihan apakah perusahaan akan membagikan dividend dalam bentuk kas ataupun dalam bentuk lain, berapa besaran dividen yang akan dibagikan, dan seberapa sering dividen akan dibagikan. Keown, Martin dan Scott Jr. (2005) mengatakan bahwa perusahaan memiliki beberapa pilihan pola pembayaran dividen dalam jangka waktu beberapa tahun, yaitu: a. Constant dividend payout ratio Kebijakan ini menyatakan bahwa persentase dari laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen memiliki besaran yang konstan. Akan tetapi, walaupun dividend-to-earnings stabil, jumlah dividen yang dibayarkan tiap tahunnya bervariasi tergantung pada jumlah profit yang dihasilkan b. Stable dollar dividend per share payout Kebijakan ini menyatakan bahwa perusahaan membayarkan dividen dengan jumlah dollar (rupiah) yang stabil sepanjang waktu. Kebijakan ini dianggap sebagai kebijakan yang paling umum dilakukan oleh perusahaan. c. Small, reguar dividend plus year- end extra dividend payout Dalam kebijakan ini, pembayaran dividen dilakukan dengan pola perusahaan membayar dividen dengan dollar (rupiah) yang jumlahnya tidak besar ditambah dengan dividen ekstra di akhir tahun-tahun yang dianggap telah memberikan penghasilan yang besar bagi perusahaan. Teori Dividen Secara definisi, kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Ada beberapa pendapat tentang pengambilan keputusan atau kebijakan dividen, antara lain sebagai berikut : a. The Bird in The Hand Theory Kebanyakan pemegang saham lebih menyukai pembayaran dividen saat ini daripada menundanya untuk direalisir dalam bentuk “capital gain” nanti. Tarif pajak untuk “capital gain” memang sering lebih rendah daripada untuk dividen, namun para pemilik saham banyak yang lebih menyukai dividen saat ini, karena dengan pembayaran dividen sekarang maka penerimaan uang tersebut sudah pasti, sedangkan apabila ditunda ada kemungkinan bahwa apa yang diharapkan meleset. Akan tetapi, teori ini dibantah oleh Damodaran seperti yang ditulis dalam Lestanti (2007) yang menyatakan bahwa teori ini membuat perbandingan yang kurang tepat. Perbandingan seharusnya bukan dividen yang pasti pada hari ini dengan capital gain yang tidak pasti di masa depan, tetapi antara dividen hari ini dengan jumlah penilaian harga saham hari ini juga. b. Signaling Theory Perubahan dalam kebijakan dividen yang diambil oleh suatu perusahaan bisa dijadikan sinyal mengenai earnings power perusahaan. Jadi, kenaikan dividen yang melebihi perkiran dapat menjadi sinyal bagi investor bahwa manajemen memprediksikan kenaikan laba yang signifikan di masa depan, dan sebaliknya (Lestanti, 2007). Para pendukung dari teori ini percaya bahwa kebijakan dividen perusahaan digunakan sebagai metode pemberian pesan yang memiliki biaya yang lebih rendah daripada alternatif metode lainnya. Akan tetapi, peningkatan dividen tidak selalu memberikan sinyal positif kepada pasar. Sering terjadi bahwa ketika perusahaan mulai membayarkan dividen, pemegang saham akan berpikir bahwa proyek perusahaan tidak lagi mengutungkan seperti dulu. Hal ini akan memberikan sinyal negatif kepada pasar dan pemegang sahamnya. c. Residual Dividend Theory Keown, Martin dan Scott Jr. (2005) menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan seharusnya sejumlah modal yang tersisa dari alokasi pendanaan proyek atau investasi yang dirasa menguntungkan. Pernyataan tersebut didukung oleh Ross, Westerfield, dan Jordan (2008) yang menyebutkan bahwa pembayaran dividen merupakan prioritas terakhir perusahaan. Apabila perusahaan tidak memiliki dana sisa, maka tidak akan dilakukan pembayaran dividen. Residual Theory menjelaskan mengapa perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan cepat cenderung jarang membagikan dividen dan memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan lambat karena ukurannya yang sudah besar. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan cepat akan cenderung menahan pendapatannya untuk membiayai proyek-proyek investasi yang layak sehingga rasio pembayaran dividennya kecil. Sedangkan perusahaam yag sudah besar tidak terlalu banyak membiayai proyek-proyek investasi sehingga lebih banyak menggunakan pendapatannya untuk membayarkan dividen (Megginson dalam Farsdak, 2011). Analisis Rasio Keuangan Wild, Subramanyam, dan Halsey (2007) menyatakan bahwa analisis rasio merupakan analisis keuangan yang paling populer dan umum digunakan. Palepu, Healy, dan Bernard (1996) menyatakan bahwa analisis rasio meliputi penilaian hubungan antara akun-akun dari beberapa bagian dalam laporan keuangan. Tujuan analisis rasio adalah untuk mengevaluasi efektivitas dan kebijakan perusahaan dari berbagai area seperti manajemen operasional, manajemen investasi, strategi pendanaan, dan kebijakan dividen. Analisis rasio dikatakan efektif jika dapat menghubugkan angka-angka keuangan dengan faktor bisnis sedetail mungkin. Ada dua tipe perbandingan yang perlu dilakukan dalam analisis rasio keuangan. Pertama, perbandingan antara rasio sekarang dengan rasio masa lalu dan ekspektasi masa depan untuk perusahaan yang sama atau time series. Kedua adalah perbandingan suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang memiliki banyak kesamaan dengan rata-rata industri atau cross-sectional (Van Horne, 2008) Hubungan Antara Arus Kas dengan Pembayaran Dividen (Proksi Likuiditas) Franks (1966) menyebutkan bahwa arus kas adalah dasar yang baik untuk menjelaskan tentang dividen. Informasi arus kas mampu meniadakan bias dari informasi laba bersih, karena pengukuran laba bersih memasukkan unsur-unsur non kas. Jadi, meskipun laba bersih yang dibukukan perusahaan tinggi, belum tentu mampu membagikan dividen tunai karena faktor ketersediaan kas. Arus kas dari aktivitas operasi merupakan arus kas utama, karena menunjukkan kinerja perusahaan selama satu periode. Arus kas ini diperoleh melalui operasi normal perusahaan seperti penerimaan kas atas penjualan barang dan jasa, pendapatan bunga dan dividen, pengeluaran kas atas pembayaran beban-beban operasi dan sebagainya. Apabila kinerja perusahaan baik, maka akan menghasilkan arus kas operasi yang positif. Jika arus kas operasi positif diindikasikan bahwa perusahaan mampu membiayai operasi normal perusahaan dan aktifitas investasi maupun aktifitas pendanaan termasuk didalamnya adalah pembayaran dividen tunai. Sebaliknya jika arus kas negatif bahwa diindikasikan perusahaan tidak mampu membiayai aktivitas investasi maupun pendanaan termasuk pembayaran dividen. Oleh karena itu, CFPS dalam penelitian ini dihitung dengan cara membagi total arus kas yang dihasilkan dari kegiatan operasi dengan rata-rata jumlah saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan. (Adil et.al. 2011) Hubungan Antara Earning Per Share dengan Dividen (Proksi Profitabilitas) Bagi investor informasi tentang Earning Per Share (EPS) menjadi kebutuhan yang sangat mendasar dalam kebutuhan pengambilan keputusan. Informasi tersebut dapat mengurangi ketidakpastian dan resiko yang mungkin terjadi, sehingga keputusan yang diambil diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Earning Per Share atau laba per lembar saham menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan atau jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap lembar saham. Bagi para investor, informasi EPS merupakan informasi yang paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan di masa mendatang. Tjiptono dan Hendy (2001) menjelaskan bahwa EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Menurutnya, semakin tinggi nilai EPS menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham. Hubungan Antara Return on Equity dengan Dividen (Proksi Profitabilitas) Rasio profitabilitas dibagi menjadi dua yaitu rasio profitabilitas yang berkaitan dengan penjualan dan yang berkaitan dengan investasi. Rasio profitabilitas yang berkaitan dengan penjualan meliputi Gross Profit Margin, Net Profit Margin, SG&A To Sales, dan Asset Turnover. Sedangkan rasio yang berkaitan dengan investasi adalah Return on Equity (ROE), Return on Asset, dan Net Operating Profit Rate Of Return. Rasio-rasio ini menginformasikan tingkat efisiensi kegiatan operasional perusahaan (Van Horne, 2008). Palepu, Healy, dan Bernard (1996) menjelaskan bahwa ROE merupakan indikator komperhensif dari performa perusahaan karena mengindikasikan kemampuan manajer dalam mengelola dana yang diinvestasikan pemegang saham perusahaan dalam menghasilkan imbal balik. ROE dapat dihitung dengan cara membagi net profit after tax dikurangi dividen saham preferen dengan ekuitas pemegang saham yang dapat menggunakan nilai pasar ataupun nilai buku. ROE juga dapat dinyatakan dalam bentuk ROCE (Return on Common Equity) yang menekankan pada saham biasa (common equity). ROCE dapat dihitung dengan net income dikurangi dengn preffered dividend dibagi dengan average common equity. Size Size adalah simbol ukuran perusahaan. Olubukunola (2013) menemukan bahwa size perusahaan memiliki hubungan yang signifikan positif terhadap kebijakan pembayaran dividen. Dia juga menjelaskan bahwa suatu perusahaan besar memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil tidak mudah. Kemudahan aksesibilitas ke pasar modal merupakan fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk menciptakan hutang atau memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan perusahaan tersebut memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil. Amidu (2007) mengevaluasi bahwa manajer yang berada di perusahaan yang besar bersifat lebih impresif dan mereka bertujuan untuk menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Fumey et.al (2013) menemukan adanya hubungan signifikan positif antara size dengan kebijakan pembayaran dividen, dan menemukan bahwa size berhubungan signifikan positif dengan financial leverage dan kesempatan investasi. Mahira et.al. (2012) melakukan penelitian terhadap 53 negara yang terdaftar di Karachi Stock Exchange dan memperoleh hasil bahwa Size perusahaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap pembayaran Dividen. Menurutnya dengan meningkatnya aset yang dimiliki oleh perusahaan para pemegang saham dapat mengharapkan pembagian yang juga semakin besar. Metodologi Penelitian Pemilihan sampel dilakukan dengan purposive sampling, yakni peneliti mengambil sampling dengan kriteria-kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya agar diperoleh sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Berikut adalah kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2013 2. Bukan Industri Keuangan/ Asuransi 3. Melakukan pembayaran dividen kas selama periode 2007-2013 4. Memiliki data yang dibutuhkan dengan lengkap selama 2007-2013, yaitu data: • Dividend Payout Ratio (DPR) • Earning Per Share (EPS), • Return on Equity (ROE), 5. • LnTotalAsset (Size), dan • Cash Flow per Share (CFPS) Tidak memiliki nilai yang negatif pada data-data yang dibutuhkan seperti dijelaskan diatas Model Penelitian Model yang digunakan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut: DPRit = β0it +β2EPSit + β3ROEit + β4CFPSit + β5SIZEit+ εit 0.1 Dimana: DPRit = Dividend Payout Ratio pada tahun t dan cross-section i EPS = Earnings per Share pada tahun t dan cross-section i ROE = Return on Equity pada tahun t dan cross-section i CFPS = Cash Flow per Share pada tahun t dan cross-section i SIZE = Firm’s Size pada tahun t dan cross-section i β = Coefficients for variables ε = Error term pada tahun t dan cross-section i Hipotesis Penelitian Dalam penelitian kali ini, penulis mengajukan 4 jenis hipotesis penelitian, sebagai berikut: H1 : Earning Per Share dan Dividend Payout Ratio memiliki hubungan signifikan positif. H2 : Return On Equity dan Dividend Payout Ratio memiliki hubungan signifikan positif. H3 : Cash Flow Per Share dan Dividend Payout Ratio memiliki hubungan signifikan positif. H4 : Size dan Dividend Payout Ratio memiliki hubungan signifikan positif. Teknik Analisis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan dari dua jenis data, yaitu data cross-section dan data time-series, yang dikenal dengan nama panel data, jumlah pengamatan menjadi sangat banyak, Oleh karena itu diperlukan teknik tersendiri dalam mengatasi model yang menggunakan data panel (Nachrowi dan Usman, 2006). Dalam memilih model terbaik untuk penelitian ini, maka ada beberapa pendekatan pemilihan model yang akan dilakukan sebelum melakukan analisis, yang akan dijelaskan di bawah ini. Analisis Deskriptif Data yang diperoleh dari proses pemilihan sampel diolah kemudian dipaparkan dalam bentuk statistik deskriptif. Analisis ini mencakup nilai maksimum, nilai minimum, rerata dan simpangan baku atas setiap variabel yang digunakan (Nachrowi, 2006). Analisis statistik deskriptif bermanfaat sebagai identifikasi awal struktur data yang akan diuji. Analisis Inferesial Analisis inferesial adalah analisis data sampel dimana hasilnya diberlakukan untuk populasi. Sering disebut statistik induktif atau statistik probabilitas karena kesimpulan yang diberlakukan pada populasi berdasarkan pada data sampel dan kebenarannya bersifat. Disini terjadi pengujian signifikansi dari suatu analisis yang biasanya didasarkan pada tabel seperti tabel-t untuk uji-t dan tabel-F untuk uji-F. Pooled Least Square (PLS) Pooled Least Square merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana. Pendekatan ini menggabungkan seluruh data time-series dan cross-section dan kemudian mengestimasi model dengan mempergunakan metode OLS (ordinary least squares) atau sering dikenal dengan pendekatan pooled least squares. Fixed Effect (Pendekatan Efek Tetap) Pendekatan efek tetap muncul karena perbedaan karakteristik setiap individu. Random Effect (Pendekatan Efek Acak) Metode pendekatan efek random mengasumsikan bahwa intercept adalah random dengan adanya mean value yang konstan. Pengujian Pemilihan Model Estimasi Dalam suatu penelitian, hal yang harus diperhatikan adalah pemilihan model. Pemilihan model harus dilakukan untuk mendapatkan model yang valid dalam suatu penelitian. Setelah melakukan ketiga pendekatan yang sudah dijelaskan sebelumnya, selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pengujian pemilihan model estimasi. Ada beberapa jenis uji yang dapat dilakukan untuk dapat memperoleh model penelitian yang tetap. Dan dalam penelitian kali ini uji yang digunakan adalah tersebut adalah uji Chow (Chow Test) dan uji Hausman (Hausman Test). a. Chow Test b. Hausman Test Uji Asumsi Klasik Sebelum model regresi digunakan untuk menguji hipotesis, tentunya model tersebut harus bebas dari gejala asumsi klasik karena model yang baik harus memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Adapun uji asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut. 1) Uji normalitas 2) Uji multikolinieritas 3) Uji autokorelasi 4) Uji heteroskedastisitas Uji R Squared (R2) Menurut Nachrowi dan Usman (2006), alat ukur yang penting dalam model regresi adalah koefisien determinasi yang dilambangkan dengan R2 yang memberikan informasi baik atau tidaknya model regresi yang diestimasikan dengan data sebenarnya. Uji ini dilakukan untuk melihat seberapa besar variasi variabel terikat dapat diterapkan oleh variabel bebasnya. Nilai R2 berada diantara 0 – 1. Model akan semakin baik jika nilai R2 semakin mendekati 1 (satu), dan apabila nilai R2 sama dengan 0 (nol) maka variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya. Uji Adjusted R-Squared (R2) Sama halnya dengan R Squared (R2) nilai Adjuster R-Squared berada diantara 0 – 1. Semakin mendekati 1 (satu) model tersebut akan semakin baik dan menunjukkan semakin besar suatu variabel bebas menjelaskan variasi variabel terikatnya. Secara umum Adjuster R- Squared memberikan pinalti atau hukuman terhadap penambahan variabel bebas yang tidak mampu menambah daya prediksi suatu model. Analisis Regresi Berganda Hipotesisi di dalam penelitian ini diuji dengan analisis regresi berganda untuk menganalisis pengaruh variabel Independen terhadap variabel dependennya. Hipotesis dalam penelitian kali ini diuji dengan menggunakan F-Test danT-Test. a. Uji F Mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersamaan terhadap variabel terikatnya dilakukan uji F. Uji F ini juga digunakan untuk mengetahui koefisien regresi variabel bebas yang tidak termasuk intercept signifikan secara statistik tidak sama dengan 0 (nol) terhadap variabel terikatnya. b. Uji T Uji t digunakan untuk melihat signifikansi variabel bebas terhadap variabel terikat dengan variabel bebas lain bersifat konstan. Hasil Pnelitian dan Pembahasan Tabel Ringkasan Hasil Uji F dan R2 Area Penelitian 36 Perusahaan Non Keuangan F-statistic 5.983483 Prob F-stat R-squared 0,000000 0.523976 Sumber: output Eviews 7 diolah kembali oleh penulis 2014 Berdasarkan Tabel 4.16 di dapat dilihat bahwa nilai Prob F-Stat untuk area penelitian 36 perusahaan non keuangan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian kali ini signifikan pada tingkat kepercayaan (1-α) = 95%. Dengan hasil yang tertera di atas sebesar 0,000 diartikan bahwa variabel Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), Size (SIZE), dan Cash Flow Per Share (CFPS), secara bersama-sama memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel independennya yaitu Dividend Payout Ratio (DPR). Seperti yang sudah dijelaskan juga sebelumnya bahwa nilai R2 pada penelitian kali ini cukup besar. Sebanyak 52% variasi dari variabel DPR dapat dijelaskan oleh variabel EPS, ROE, SIZE dan CFPS. Setelah melakukan uji F, selanjutnya yang harus dilakukan adalah uji T. Uji T dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat keempat variabel independen (EPS, ROE, CFPS dan SIZE) secara individu dalam memengaruhi variabel independennya. Hipotesis yang ada untuk uji signifikansi (t-test) ini adalah sebagai berikut: H0: bukan variabel independen yang signifikan H1: variabel independen yang signifikan Di bawah ini akan disajikan hasil Uji T untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya. Tabel. Hasil Uji T Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.113004 0.129068 0.875538 0.3823 EPS 0.032887 0.005245 6.270449 0.0000*) ROE 4.62E-05 0.000977 0.047264 0.9623 SIZE 0.008385 0.002442 3.432852 0.0007*) CFPS 0.014191 0.018113 0.783510 0.4342 Sumber: Output Eviews 7 dengan pengolahan kembali oleh penulis Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel ROE dan CFPS yang tidak signifikan memengaruhi DPR. Sedangkan variabel EPS dan SIZE (yang ditandai dengan simbol *) signifikan memengaruhi variabel DPR secara statistik pada α= 5%. Earning Per Share (EPS) adalah variabel independen pertama yang digunakan dalam penelitian ini. EPS memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0000 dan memiliki koefisien positif. Dari nilai probabilitas bahwa variabel EPS memiliki hubungan yang sangat kuat dengan variabel DPR dan sangat signifikan. Pada penelitian ini ternyata variabel EPS memiliki hubungan yang signifikan positif terhadap variabel DPR. Variabel Return on Equity (ROE) adalah variabel independen kedua yang digunakan dalam penelitian ini. ROE memiliki nilai probabilitas 0.9623. Hal ini berarti bahwa variabel ROE memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap variabel DPR dengan koefisien yang positif. Variabel Size (SIZE) adalah variabel ketiga yang digunakan dalam ppenelitian ini. SIZE memiliki nilai pobabilitas 0,0007. Hal ini menyatakan bahwa variabel SIZE sangat signifikan memengaruhi variabel DPR. Nilai koefisien menunjukan arah hubungan yang terjadi diantara kedua variabel. Dalam tabel dapat dilihat bahwa koefisien variabel SIZE bernilai positif. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel SIZE memiliki hubungan yang signifikan positif dengan variabel DPR Variabel Cash Flow Per Share (CFPS) adalah variabel independen keempat dalam penelitian ini. Variabel ini memiliki nilai probabilitas sebesar 0.4342. Probabilitas ini menunjukan bahwa variabel CFPS memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan variabel DPR. Nilai koefisien di dalam tabel 4.17 menunjukan bahwa variabel CFPS memiliki hubungan yang positif dengan variabel DPR. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel CPFS memiliki hubungan yang tidak signifikan positif terhadap variabel DPR. Berdasarkan hasil dari hasil uji T tersebut maka persamaan regresi yang terbaik untuk melengkapi model penelitian adalah sebagai berikut: DPRit =0,113it + 0,032EPSit + 4,62ROEit + 0,008SIZEit + 0,014CFPSit + εit Analisis Interpretasi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil regresi yang telah dilakukan sebelumnya maka didapatkan hasil sebagai berikut. Variabel EPS memiliki hubungan positif terhadap variabel DPR dengan nilai koefisien sebesar 0.032887. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan 1 satuan EPS diikuti dengan peningkatan pada DPR sebesar 0.032887 satuan dengan asumsi variabel lain bernilai tetap. Hasil penelitian kali ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adil et.al (2011) yang menyatakan bahwa Earning Per Share (EPS ) memiliki hubungan yang signifikan positif terhadap variabel Dividen Pay Out (DPO) dengan probabilitas 0,000. Hasil Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Priono (2006), yang menyatakan bahwa secara parsial variabel EPS berpengaruh signifikan positif terhadap variabel DPS pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta tahun 2002-2004. EPS pada penelitian kali ini merupakan perwakilan proksi profitabilitas perusahaan. Profitabillitas sendiri diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, yang mana laba tersebut akan digunakan untuk kepentingan perusahaan salah satunya membayarkan dividen kepada investorya. Semakin meningkatnya laba perusahaan, ekspektasi para investtor untuk mendapatkan dividen yang lebih tinggi juga semakin besar. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan sampel pada penelitian kali ini sangat mempertimbangkan profit perusahaan dilihat dari earning per share-nya dalam memutuskan kebijakan pembagian dividennya. Hasil penelitian kali ini juga sesuai dengan definisi dasar dari dividen yaitu distribusi laba kepada pemegang saham. Ketika ada laba kemudian dibagikan dividen. Semakin tingginya laba maka kemungkinan besar jumlah dividen yang dibagikan kepada pemegang sahamnya semakin tinggi juga. Akan tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Taqdir (2012) yang mendapatkan hasil penelitian bahwa secara parsial EPS berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel DPR perusahaan sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Agung (2013) juga menemukan bahwa laba bersih per saham (EPS) tidak signifikan memengaruhi pembayaran dividen perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012. Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan karena banyak faktor. Salah satunya adalah perbedaan metode pengambilan sampel. Penelitian kali ini mengambil sampel dari seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Eek Indonesia yang paling aktif melakukan pembayaran dividen tahun 2007-2013. Penelitian yang dilakukan oleh Taqdir (2012) terpusat hanya pada perusahaan manufaktur, dan sampel penelitian Adil et. Al (2011) adalah perusahaan di Bursa Efek Pakistan (KSE), yanng termasuk ke dalam KSE 100 Index. Oleh karena itu, kesimpulannya adalah tolak H0, dan hipotesis yang diterima adalah: H1: Earning Per Share dan Dividend Payout Ratio memiliki hubungan signifikan positif. Variabel kedua yang mewakili proksi profitabilitas adalah variabel Return on Equity. Variabel ROE memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap variabel DPR, namun dengan hubungan yang positif yang memiliki koefisien sebesar 4,62. Adil et.al (2011) menjelaskan bahwa variabel ROE memiliki hubungan yang tidak signifikan dan negatif terhadap variabel DPR. Grullon 2002 seperti yang dikutip dalam Adil et.al (2011) juga menemukan bahwa adanya hubungan yang negatif antara DPR dengan profitabilitiy. Menurutnya peningkatan dividen mngakibatkan penurunan profitability perusahaan. Dari hasil hubungan yang tidak signifikan ini menunjukkan bukti bahwa proksi profitabilitas perusahaan juga menyajikan hasil yang beragam. Hal ini sesuai dengan penemuan Brittain (1966) yang menyatakan profitabilitas perusahaan yanng tinggi belum tentu mampu membayarkan dividen dalam jumlah yang tinggi. Hal ini dikarenakan tidak selalu perusahaan-perusahaan mengalami kondisi yang stabil dan beberapa kondisi memaksa perusahaan mengelauarkan dana yang lebih besar akibat expenditure yang meningkat. Menurut teori Diseconomies of Scale yang dikemukakan oleh Rilleys (2012) bahwa biasanya perusahaan-perusahaan besar menghasilkan barang dan jasa dengan biaya yang lebih besar dengan salah satu indikatornya yaitu Top Heavy Companies. Indikator ini menjelaskan bahwa ternyata seiring dengan bertambah besarnya perusahaan maka akan semakin banyak biaya yang dibutuhkan antara lain untuk merekrut karyawan baru, membuka cabang baru, menambah biaya pemeliharaan, peningkatan biaaya agensi karena masalah agensi yang bertambah dan lainnya. Dan sesuai dengan data indeks LQ 45 per februari 2014, perusahaan yang termasuk dalam observasi penelitian ini merupakan perusahaan yang berukuran besar dilihat dari total asetnya. Akan tetapi hasil penelitian kali ini bertolakbelakang dengan hasil temuan Olubukunola (2013) yang menemukan bahwa ROE memiliki hubungan yang signifikan positif dengan DPR pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Nigeria. Hasil serupa juga ditemukan oleh Lestanti (2007) yang menyatakan bahwa variabel ROE memiliki hubungan yang signifikan positif dengan variabel DPR. Putra (2013) juga menemukan hasil yang tidak sama dengan hasil penelitian kali ini. Disebutkan dalam penelitiannya bahwa ROE memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat pembayaran dividen perusahaan. Dari hasil penelitian yang ditemukan, maka kesimpulannya adalah terima H0 dan hipotesis yang ditolak adalah: H2 : Return On Equity dan Dividend Payout Ratio memiliki hubungan signifikan positif. Selanjutnya dalam tabel diatas dapat dilihat bahwa variabel Size memiliki hubungan yang signifikan terhadap variabel DPR dengan nilai koefisien sebesar 0.008385. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan 1 satuan SIZE diikuti dengan peningkatan pada DPR sebesar 0.008385 satuan dengan asumsi variabel lain bernilai tetap. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Olubukunola (2013) yang melakukan penelitian pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Nigeria. Menurutnya, Size memiliki hubungan yang signifikan positif pada tingkat α=10% dengan tingkat koefisien 0,7. Hasil yang sama juga dikemukakan oleh Farasdak (2011) bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi pembayaran dividen baik secara keseluruhan maupun secara per sektor perusahaan yang tercatat di BEI tahun 2006-2010. Amidu (2007) juga manyatakan bahwa manajer yang berada di perusahaan yang besar bersifat lebih impresif dan bertujuan untuk menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil. Diketahui bahwa ukuran perusahaan sebenarnya bukanlah tolak ukur yang baik dalam menentukan besarnya dividen yang dihasilkan. Namun dalam penelitian kali ini hasil signifikan menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka mengindikasikan semakin tinggi pula kemampuan perusahaan tersebut membayarakan dividennya. Perusahaan yang memiliki ukuran yang lebih besar biasanya memiliki jumlah investor yang lebih banyak, sehingga pasti menginginkan untuk mempertahankan investor tersebut dengan cara memberikan pengembalian kepada investornya dalam jumlah yang optimal hal ini sesuai dengan teori dividen yaitu Clientelle Effect Theory yang menyatakan bahwa ada beberapa kelompok investor yang mementingkan tingkat pengembalian yang sanagt tinggi namun ada pula yang tidak terlalu memikirkan jumlahnya. Dengan adanya berbagai macam kelompok investor seperti ini perusahaan dituntut bijakdalam menetapkan rasio pembayaran dividennya. Perusahaan yang besar dengan investor yang tinggi tidak akan mau kehilangan investornya begitu saja. Selanjutnya perusahaan besar biasanya cenderung memiliki kebijakan dividen yang sudah pasti. Megginson (1997) berpendapat bahwa size berpengaruh signifikan pada perusahaan yang berukuran besar namun tidak berpengaruh signifikan pada perusahaan yang kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan yang kecil lebih memikirkan pengembangan perusahaannya dan lebih memilih untuk membayarkan dividen dalam jumlah yang kecil atau jika benar-benar memiliki sisa dari semua dana yang diperlukan perusahan. Sedangkan perusahaan yang berukuran besar atau memiliki pertumbuhan yang lambat tidak terlalu banyak membiayyai proyek-proyek investasi sehingga lebh banyak menggunakan pendapatnnya untuk membayarkan dividen. Akan tetapi penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adil et.al (2011) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak signifikan memengaruhi pembayaran dividen dengan tingkat profitabilitas sebesar 0,193 lebih besar dari α=10%. Fumey et.al (2013) menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan yang signifikan negatif terhadap pembayaran dividen. Berdasarkan hasil dari tabel 4.17 maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan (SIZE) memiliki hubungan yang sigifikan positif sehingga tolak H0 dan hipotesis yang diterima adalah: H3 : Size dan Dividend Payout Ratio memiliki hubungan signifikan positif. Variabel terakhir adalah variabel CFPS. Dari tabel di atas diperoleh hasil bahwa variabel CFPS memiliki hubungan yang tidak signifikan dan positif terhadap variabel DPR dengan nilai koefisien sebesar 0,014191. Irawan (2011) menemukan bahwa arus kas (operasi) tidak memengaruhi pembayaran dividen pada perusahaan yang tercatat di BEI tahun 20092010. Agung (2013) menemukan bahwa arus kas (operasi) tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap pembayaran dividen perusahaan yang tercatat di BEI tahun 2009-2013. Selanjutnya, Purba (2012) juga menemukan bahwa secara parsial arus kas operasi tidak signifikan memengaruhi dividen kas bank-bank yang terdaftardi BEI periode 2010-2011. Pada dasarnya arus kas yang positif mengindikasikan bahwa bisnis dapat terus berjalan untuk saat ini. Namun jika arus kas yang dimiliki perusahaan tidak memadai dan perusahaan tidak dapat memperoleh alternatif pembiayaan dalam waktu singkat, maka perusahaan tidak dapat leluasa memanfaatkan kas termasuk untuk membayar dividen. Dengan demikian, perusahaan yang menghasilkan arus kas operasi positif belum tentu dapat membayar dividen kepada para pemegang sahamnya. Hal ini juga sesuai dengan Teori Brittain (1966) yang menyebutkan bhwa arus kas operasi yang tinggi tidak menjamin perusahaan dapat membayarkan dividen dlam jumlah tinggi. Alasannya lagi-lagi adalah mengenai biaya yang harus dikeluarkan perusahaan penuh ketidakpastian di masa depan. Oleh karena itu biasanya perusahaan akan mendahulukan dana untuk mempertahankan operasional perusahaan lalu membayarkan dividen jika laba benar-benar sudah ada. Hal ini sesuai dengan teori dividen yaitu Residual Dividend Theory yang mengatakan bahwa dividen merupakan prioritas terakhir perusahaan. Akan tetapi temuan ini bertolak belakang dengan Anggraeni (2011) yang menyatakan bahwa interaksi arus kas operasi per lembar saham memiliki hubungan yang signifikan terhadap pembayaran dividen perusahaan yang tercatat dalam indeks LQ45 BEI tahun 20092012. Adil et.al (2011) menemukan bahwa CFPS signifikan memengaruhi DPR pada α= 5% namun memiliki hubungan yang negatif. Olatundun (2003) menghasilkan temuan yang berbeda. Menurutnya, arus kas operasi berhubungan signifikan pada perusahaan yang berukuran kecil dan tidak signifikan pada perusahaan yang berukuran lebih besar. Berdasarkan hasil temuan penelitian ini maka dapat disimpulkan variabel CFPS memiliki hubungan yang signifikan positif terhadap variabel DPR sehingga tolak H0, dan hipotesis yang akan diterima adalah: H4: Cash Flow Per Share dan Dividend Payout Ratio memiliki hubungan signifikan positif. KESIMPULAN Melihat dari hasil temuan yang dijelaskan pada BAB IV, dapat disimpulkan bahwa 1. Variabel EPS memiliki hubungan yang signifikan positif terhadap variabel DPR. Hal ini ini berarti meningkatnya EPS perusahaan juga akan meningkatan DPR perusahaan tersebut. Temuan ini sesuai dengan temuan Adil et.al (2011) yang menemukan bahwa meningkatnya laba per saham perusahaan menunjukkan perusahaan semakin mampu membayarkan dividen yang tinggi kepada pemegang sahamnya. 2. Variabel ROE memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap variabel DPR. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas menyajikan pengaruh yang berbeda terhadap rasio pembayaran divden berdasarkan sudut pandangnya. Apabila dilihat dari ROE, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas tidak selalu menggambarkan kemampuan perusahaan membayarkan dividennya (Brittain, 1966) karena adanya masa dimana perusahaan harus menghasilkan produk/jasa dengan biaya yang lebih tinggi dari biasanya (Rilleys, 2012) 3. Variabel Size ternyata memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap variabel DPR. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Megginson (1997) bahwa perusahaan besar atau yang memiliki pertumbuhan yang lambat cenderung tidak banyak membiayai proyek-proyek investasi sehingga lebih berfokus kepada pembayaran dividennya. 4. Variabel CFPS memiliki yang diketahui memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel DPR. Hal ini dikarenakan cash flow yang positif dan berjumlah tinggi tidak menjamin perusahaan membayarakan dividennya dalam jumlah yang tinggi juga karena ketidakpastian biaaya yang akan dikeluarkan perusahaan di masa depn (Brittain, 1966). Hal ini sesuai dengan teori residual dividend theory yang mengatakn bahwa dividen merupakan prioritas terakhir perusahaan setelah dana operasional perusahaan dapat ditutupi. Sebenarnya begitu banyak variabel yang memengaruhi pembayaran dividen di dalam suatu perusahaan, dan setiap perusahaan juga memiliki kebijakan masing-masing dalam menentukannya. Oleh karena itu kebijakan dividen tidak bisa diteliti dengan hanya beberapa variabel dan beberapa sampel saja atau mungkin tidak akan pernah teruji secara valid karena melibatkan banyak pihak, banyak kondisi dan faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan itu sendiri. DAFTAR PUSTAKA Adil, Ch.Muhammad, Nousheen Zafar, & Noman Yassen.(2011).Empirical Analysis of Determinants of Dividend Payout Profitability and Liquidity. Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In Business Vo. 3 No.1. Al Kuwari, Duha. (2009). Determinants of The Dividend Policy in Emerging Stock Exchange: The Case of GCC Countries. Global Economy & Finance Journal Vol. 2, 38-63 Amidu, Mohamed.(2007).How Does Dividend Policy Affect Performance of The Firm On Ghana Stock Exchange. Investment Management and Financial Innovations, Volume 4, Issue 2. Anggraeni Nadia. The Effect of cash Flow per Share and Earning on The LQ 45 Company’s Dividend Policy in Indonesia Stock Exchange. Baker, Kent H. And Gary E. Powell.(2000).Determinants of Corporate Dividend Policy: Asurvey of NYSE Firms. Financial Practice And Education — Spring / Summer 2000. Boulton, Thomas J. Marcus V. Braga Alves, Kuldeep Shastri.(2012).Payout Policy In Brazil: Dividends Versus Interest On Equity. Journal of Corporate Finance 18. Brealy, Richard A. Stewart C. Myers, Alan J. Marcus.(2001). Fundamentals of Corporat Finance 3rd Edition.New York: McGraw-Hill Companies, Inc. Brittain, John A. (1966). Corporate Dividend Policy. Washington D.C: The Brooking Institution. Cahyo, Agung Dwi. (2010). Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi, dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2012. Caroll, R.J and Y. Yin.(1990).A diagnostic for heteroscedasticity based on the spearman rank correlation.Statistics & Profitability Letters.Elsivier. Farasdak, Rifki.(2011). Diagnosis Faktor-Faktor Utama yang Memengaruhi Dividend Payout Ratio Perusahaan yang terdaftra di BEI Tahun 2006-2010 dengan Metode Factor Analysis. Koleksi Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Franks, Julian R.,John E. Broyles,Williard T. Carleton.1985.Corpotate Finance Concepts and Applications.California:Wadsworth,Inc. Fumey, Abel, Isaac Doku.(2013). How Does Dividend Policy Affect Performance of The Firm On Ghana Stock Excange?.Journal Of Emerging Issues in Economics, Finance and Banking (JEIEFB),An Online International Monthly Journal Volume 2 No.2,2013. Gill, Amarjit, Nahum Biger & Rajendra Tibrewala.(2010). Determiants of Dividend Payout Ratio: Evidence from United States. The Open Business Journal, 2010, 3, 8-14. Gujarati, Damodar N. (2004). Basic Econometrics 4th Edition. USA: Mc Graw-Hill. Horne, James C. Van & John M. Wachcowicz Jr.(2001). Financial Managementand Policy 13th Edition. England: Prentice Hall. Irawan, Dafid.(2011).Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2010. Keown, Arthut J., John D. Martin and David F. Scott Jr.(2003).Financial Magement 10th Edition. USA:Prentice Hall. Lintner, John.(1962).Dividens,Earning, Leverage, Stockprices and the Supply of Capital To Corporation.The Review of Econommics and Statistics,243-269. Lestanti, Niken Tyas.(2007). Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Hutang, dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan.Koleksi Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Rafique, Mahira.(2012).Factors Affecting Dividend Payout:Evidence From Listed NonFinanciak Firms of Karachi Srock Exchange.Business Management Dynamics Vol 1 No.11,pp 76-92. Nachrowi, Djalal dan Usman, Hardius. (2006). Pendekatan popular dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan: Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Olatundun J. Adelegan.(2003).An Empirical Analysis of The Relationship between Cash Flow and Dividend Changes In Nigeria.African Development Review Volume 15, Issue 1 pages 35-49. Olubukonola Uwuigbe, Ranti.(2013).Determinants of Dividend Policy: A Study of Selected Listed Firms In Nigeria. Department of Accounting, School of Business, College of Development Studies, Covenant University, Ogun State, Nigeria. Palepu,Bernard&Healy.(1997).Introduction of Business Analysis and Valuation.Ohio:SouthWestern Publishing Co. Priono Tesdi T, S.Kom.(2006).Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan, Pertumbuhan Asset dan Ukuran Perusahaan Terhadap Dividen Per Share.Koleksi Tesis.Universitas Diponegoro. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23.2006.Ikatan Akuntan Indonesia. Purba, Dody Brian.(2012).Analisis Laba dan Laba Operasional Terhadap Kebijakan Dividen Kas.Koleksi Skripsi. Universitas Indonesia. Putra, Ronald Dasni. (2013). Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Utang, Ukuran, Pertumbuhan, dan Free Cash FlowPerusahaan Terhadap Tingkat Pembayaran Dividen (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftrar di BEI.Koleksi Skripsi.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ross, S.A,. Westerfield, R. W., Jordan, B. D. (2003). Corporate Finance 6th Edition. USA: McGraw Hill Companies, Corp. Santoso, Singgih. (2006). Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Wild,John J.;Subramanyam, K.R;dan Hasley,Robert F.(2005).Analisis Laporan Keuangan,Buku 2.Edisi 8.Jakarta:Salemba Empat. Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin.(2008).Pasar Modal Indonesia Pendekatan Tanya Jawab Edisi 2.Jakarta:Salemba Empat. Zakaria, Zuriawati, Joriah Muhammad & Abdul Hadi Zulkifli.(2012).The Impact Of Dividend Policy On The Share Price Volatility: Malaysian Construction and Material Companies. International Journal of Economics and Management Sciences Vol.2, No. 5, pp.01-08.