C-3-1 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA OVERRUN BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI MAKASSAR *Fahirah F, **Rianto B. Adihardjo, Tri Joko Wahyu Adi *Mahasiswa Program Pasca Sarjana bid.keahlian Manajemen Proyek Konstruksi **Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP - ITS Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP – ITS Gedung Teknik Sipil Lt.1 telp 031-5939925 ABSTRAK Pembangunan suatu proyek konstruksi sangat unik dan kompleks, mempunyai resiko tinggi dan merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu sehingga banyak faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya pembengkakan biaya (overrun biaya). Proyek akan berhasil dengan baik apabila sesuai dengan biaya/anggaran yang telah direncanakan, tepat waktu dan sesuai spesifikasi. Penelitian tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya overrun biaya pada pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Makassar dilakukan terhadap kontraktor dengan kualifikasi perusahaan B (besar) yang menangani proyek yang bernilai >10 milyar dan M (menengah)yang menangani proyek bernilai 1 sampai 10 milyar yang berkedudukan di Makassar dan pernah melaksanakan proyek konstruksi gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendistribusikan kuesioner. Hasil survey kuesioner terkumpul 30 responden dari 23 perusahaan kontraktor. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisa statistik deskriptif, analisa faktor dan analisa diskriminan. Hasil akhir dari penelitian, menunjukkan bahwa faktor-faktor dominan penyebab overrun biaya pada proyek konstruksi gedung di Makassar terdiri dari: faktor estimasi biaya dan manajemen pelaksanaan, faktor mobilisasi sumber daya, dan faktor kontrol waktu pelaksanaan. Terdapat perbedaan yang signifikan faktor dominan penyebab overrun biaya proyek antara persepsi/opini perusahaan kontraktor golongan B dengan M. Faktor-faktor yang membedakan adalah faktor dokumen kontrak yang tidak lengkap, terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek dan manager proyek tidak kompeten/cakap. Kata kunci : proyek konstruksi, overrun biaya Pendahuluan Pembangunan konstruksi gedung khususnya di kota Makassar dan kota-kota besar lainnya semakin pesat sejalan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan untuk menunjang posisi strategis kota Makassar sebagai pintu gerbang dan kota terbesar di wilayah Kawasan Timur Indonesia, dengan pertumbuhan penduduk rata-rata sekitar 1,65% dan luas wilayah 175,77 km2 (Sumber: Pemkot Makassar), maka dibutuhkan sarana dan prasarana yang lebih baik. Oleh karena itu, pembangunan di berbagai sektor maupun lintas sektoral telah/sementara dilaksanakan untuk melengkapi kebutuhan sarana, prasarana dan infrastruktur yang lebih baik seperti perluasan Pelabuhan Laut Makassar, Bandara Hasanuddin, jalan tol, Kawasan Industri Makassar dan berbagai proyek lainnya (Sumber: Pemkot Makassar). ____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember C-3-2 Proyek konstruksi merupakan proses dimana rencana/desain dan spesifikasi para perencana dikonversikan menjadi struktur dan fasilitas fisik. Proses ini melibatkan organisasi dan koordinasi dari semua sumber daya proyek seperti tenaga kerja, peralatan konstruksi, material-material permanen (tetap) dan sementara, suplai dan fasilitas, dana, teknologi, dan metode serta waktu untuk menyelesaikan proyek tepat waktu, sesuai anggaran, serta sesuai dengan standar kualitas dan kinerja yang dispesifikasikan oleh perencana (Barie, 1995). Semakin besar suatu proyek, berarti semakin kompleks mekanismenya yang berarti semakin banyak masalah yang harus dihadapi. Jika tidak ditangani dengan benar, berbagai masalah tersebut akan mengakibatkan dampak, salah satunya berupa pembengkakan biaya (cost overrun) (Dipohusodo, 1996). Pada dasarnya, dalam pelaksanaan proyek konstruksi banyak dijumpai proyek yang mengalami pembengkakan biaya (overrun biaya) maupun keterlambatan waktu. Pembengkakan biaya (overrun biaya) pada tahap pelaksanaan proyek sangat tergantung pada perencanaan, koordinasi, dan pengendalian dari kontraktor dan bergantung pada estimasi anggaran biaya, sehingga pembangunan suatu proyek yang sesuai dengan tipe konstruksi dibutuhkan keahlian, pengetahuan dan pengalaman baik perencana, manajer konstruksi maupun kontraktor. Tipe proyek bangunan komersial (kompleks perumahan, apartemen, bangunan perkantoran, pusat perbelanjaan, kompleks ruko/ rukan, perhotelan) maupun bangunan fasilias umum (gedung sekolah, gedung pemerintahan, sarana rekreasi, pasar dan terminal) lebih sering mengalami pembengkakan biaya (overrun biaya), dibandingkan dengan bangunan industri (Santoso, 1999). Agar nilai over-run bisa diperkecil pada proyek berikutnya, maka perlu mengetahui penyebab dominan terjadinya pembengkakan biaya (overrun biaya) dari segi perencanaan dan pelak-sanaan, koordinasi sumber daya, pengendalian keuangan dan waktu Penyusunan Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Overrun Biaya Dari Literature Faktor-faktor penyebab overrun biaya diklasifikasi menjadi 3 bagian utama yaitu bagian perencanaan dan pelaksanaan, koordinasi sumber daya dan kontrol, dan 9 sub bagian faktor dengan maksud untuk memudahkan pembedaan dan pemahaman terhadap faktor-faktor penyebab tersebut, sehingga dapat membantu responden dalam memberikan opininya, seperti pada tabel 1. Survey Pengumpulan data melalui survey dilakukan dengan penyebaran kuesioner untuk mengetahui opini responden mengenai faktor-faktor penyebab overrun biaya pada proyek konstruksi gedung yang berada di kota Makasar dan sekitarnya. Kuesioner berisi data identitas responden dan data identitas perusahaan, pertanyaan tentang data-data proyek yang pernah dilaksanakan/dikerjakan, daftar isian tentang faktorfaktor penyebab overrun biaya proyek dan bagian terakhir yaitu tentang faktorfaktor lain penyebab overrun biaya proyek yang tidak disebutkan pada bagian sebelumnya (masukan dari kontraktor). Faktor-faktor penyebab terjadinya overrun biaya dikelompokkan menjadi 9 kelompok/faktor seperti pada point 2.1. Dan tiap-tiap kelompok terdapat sub kelompok yang diberi kode seperti tabel 1 di bawah ini : ____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember C-3-3 Tabel 1. Pengkodean faktor-faktor penyebab terjadinya overrun biaya Estimasi Biaya Pelaksanaan dan Hubungan Kerja Aspek Dokumen Proyek Material Tenaga Kerja Peralatan/Equipment Aspek Keuangan Proyek Waktu Pelaksanaan Kebijaksanaan Ekonomi/Politik Data dan informasi proyek yang kurang lengkap Tidak memperhitungkan pengaruh inflasi dan eskalasi. Tidak memperhitungkan biaya tak terduga (contigencies) Tidak memperhatikan faktor resiko lokasi & konstruksi. Ketidak tepatan WBS (Work Breakdown Structure) Ketidak tepatan estimasi biaya Menggunakan teknik estimasi yang salah Tingginya frekuensi perubahan pelaksanaan Terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek. Terlalu banyak proyek yang ditangani bersamaan Waktu yang panjang antara SPK) dan pelaksanaan proyek Hubungan kurang baik antara owner-perencana - kontraktor Kurangnya koordinasi antara construction manager-perencana kontraktor Terjadi perbedaan/perselisihan pada proyek. Manager proyek tidak kompeten/cakap. Konsultan kurang mampu dalam pengawasan proyek. Spesifikasi yang tidak lengkap Sering terjadi perubahan desain Dokumen kontrak yang tidak lengkap Penunjukan subkontraktor dan suplier yang tidak tepat Adanya kenaikan harga material Terlambat/kekurangan bahan/material waktu pelaksanaan Kontrol kualitas yang buruk dari bahan Pemakaian bahan/material yang salah Pemakaian bahan/material yang diimpor Pencurian bahan/material Kerusakan material Produksi material di luar lokasi proyek Kekurangan tenaga kerja Terjadi fluktuasi upah tenaga kerja Produktivitas tenaga kerja yang buruk/rendah Harga/sewa peralatan yang tinggi Biaya mobilisasi/demobilisasi peralatan yang tinggi Biaya pemeliharaan peralatan tidak sesuai rencana Cara pembayaran yang tidak tepat waktu Adanya fluktuasi suku bunga pinjaman bank Pengendalian biaya yang buruk di lapangan Keterlambatan jadwal karena pengaruh cuaca Jadwal waktu kontrak diperpendek Sering terjadi penundaan pekerjaan Adanya kebijaksanaan keuangan yang baru dari pemerintah Terjadi huruhara/kerusuhan di sekitar lokasi proyek A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 C1 C2 C3 C4 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 E1 E2 E3 F1 F2 F3 G1 G2 G3 H1 H2 H3 I1 I2 Data primer jawaban responden hasil, kemudian dilakukan proses reliability analysis SPSS untuk masing-masing input sehingga ada 9 proses reliability analysis SPSS. Dimana untuk butir pertanyaan B3, B7, D8 dan H2 lebih kecil dar r tabel sehingga dianggap tidak valid dan tidak diikutkan dalam proses selanjutnya atau dibuang. ____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember C-3-4 Uji validitas dan reliabilitas kuesioner Uji ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS dengan menggunakan koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha yang menunjukkan nilai konsistensi internal dari kuesioner pada survei yang dilakukan. Berdasarkan output program SPSS, nilai alpha adalah positif dan semuanya lebih besar dari r tabel (yang berarti reliabel jika r>0.60, Nurgiyantoro,2002) dengan range nilai 0,6312 (untuk variabel faktor aspek keuangan proyek) sampai 0,8773 (variabel faktor pelaksanaan dan hubungan kerja), sehingga butir-butir pertanyaan seluruhnya adalah reliabel (andal) dan berarti bahwa ada korelasi positif antara butir-butir pertanyaan dengan faktornya. Analisa Deskriptif Tabel 2. Analisa Deskriptif Responden Faktor Jenis Kelamin Jabatan Masa Kerja Pengalaman dalam menangani proyek Status Perusahaan Golongan Perusahaan Pengalaman perusahaan di bidang konstruksi/infrastruktur Jenis Laki-laki Perempuan Direktur / Direktur Teknik Manager proyek/Lapangan Kepala Proyek/Operasi Lain-lain < 10 thn 10 – 20 thn > 20 thn < 5 thn 5 –10 thn 11 – 15 thn > 15 thn BUMN Swasta Golongan B Golongan M < 5 thn 5 – 10 thn 11 – 15 thn > 15 thn Prosentase 80 20 47 23 20 10 20 67 13 50 37 10 3 17 83 47 53 0 23 17 60 Analisa Faktor Bertujuan mereduksi data dan menamakannya sebagai faktor dengan menemukan hubungan (interrelationship) dan kontribusi antar sejumlah variabelvariabel yang saling independen satu dengan yang lain sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal, dengan prosedur sebagai berikut : Menilai Variabel Yang Layak Untuk Analisis Faktor a. Matriks Korelasi Pada analisis faktor dengan menggunakan matriks korelasi didapatkan hasil koefisien korelasi terukur untuk bagian perencanaan dan pelaksanaan adalah sebesar 120, bagian koordinasi sumber daya adalah sebesar 45 dan bagian kontrol sebesar 21. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh lebih besar dari r=(0.05; 30-2)=0.361, yang berarti bahwa telah ada keterkaitan yang signifikan antara variabel. ____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember C-3-5 b. Nilai Determinan Beberapa variabel dianggap saling terkait jika nilai determinan pada matriks korelasinya mendekati nol. Adapun nilai determinan matriks korelasi pada masing-masing bagian adalah: 1) perencanaan dan pelaksanaan =9.822 x 10-07 2) koordinasi sumber daya=3.066 x 10-04 3) kontrol =1.810 x 10-02 c. Nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) Dari analisis faktor penelitian ini, nilai KMO dari 38 variabel yang dibagi atas 3 bagian yaitu: nilai KMO bagian perencanaan dan pelaksanaan =0,743; nilai KMO bagian koordinasi sumber daya =-0,765 dan nilai KMO bagian kontrol =-0,805, yang berarti bahwa nilai KMO bagian perencanaan dan pelaksanaan dan bagian sumber daya termasuk harga menengah sedangkan bagian kontrol termasuk memuaskan. Hal ini menunjukkan adanya ukuran kedekatan antara variabel yang menengah dan memuaskan. d. Uji Bartlett’s Uji Bartlett’s merupakan pengujian secara statistik apakah suatu matriks korelasi telah cukup layak untuk dilakukan analisis faktor. Hasil uji Bartlett’s matriks korelasi pada penelitian ini tidak ortogonal (ada korelasi diantara variabel yang ada), dengan nilai X2 lebih besar dari nilai X2 Derajat bebas untuk pasangan korelasi yang terjadi, yang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3. Hasil uji Bartlett’s Bagian Perencanaan & pelaksanaan Koordinasi sumber daya Kontrol 0.000 315,865 Derajat bebas utk pasangan korelasi yang terjadi (0,05;120)=146,60 0.000 200,900 (0,05;45)=61,63 0.000 103,642 (0,05;21)=32,67 Signifikansi Nilai X2 e. Nilai MSA ( Measure of Sampling Adequancy) Tujuan pengukuran MSA adalah untuk menentukan apakah proses pengambilan sampel telah memadai atau tidak (Wibisono, 2000;279). Nilai MSA berkisar antara 0 sampai 1 dengan kriteria: (Santoso,2004;101). 1). MSA=1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lain 2). MSA>0,5 , variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut. 3). MSA<0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya. Tabel 4. Nilai MSA ( Measure of Sampling Adequancy) Bagian Perencanaan & pelaksanaan Koordinasi sumber daya Kontrol Nilai MSA Maks dan variabel 853 (variabel Menggunakan teknik estimasi yang salah) 863 (Kerusakan material) 853 (Terjadi huruhara/kerusuhan di sekitar lokasi proyek) Nilai MSA Min dan variabel 603 (Waktu yang panjang antara SPK & pelaksanaan proyek) 653 (Biaya mobilisasi/ demobi-lisasi peralatan yang tinggi) 711 (Cara pembayaran yang tidak tepat waktu) ____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember C-3-6 Ekstraksi Jumlah Faktor Bertujuan untuk menentukan jenis-jenis faktor yang akan dipakai, dan selanjutnya akan dilakukan perhitungan eigen value yang merupakan jumlah variansi masing-masing variabel. Eigenvalue selain dapat digunakan untuk memperkirakan derajat pentingnya tiap-tiap variabel, juga digunakan untuk membantu menyelidiki jumlah faktor yang akan dipertahankan untuk analisis selanjutnya (Wibisono, 2000;286). Pada penelitian, masing-masing bagian akan terbentuk beberapa faktor dimana setiap faktor memiliki kemampuan menjelaskan keragaman total yang berbedabeda. Dari hasil analisis diperoleh untuk bagian perencanaan dan pelaksanaan terbentuk menjadi 5 faktor dengan angka eigenvalue diatas 1 dan jumlah kumulatif keragaman total 79,880%; untuk bagian koordinasi sumber daya terbentuk menjadi 2 faktor dengan angka eigenvalue diatas 1 dan jumlah kumulatif keragaman total 68,403%; dan untuk bagian kontrol terbentuk menjadi 2 faktor dengan angka eigenvalue diatas 1 dan jumlah kumulatif keragaman total 73,316%. Nilai Komunalitas Nilai komunalitas mengukur seberapa baik tiap-tiap variabel dijelaskan/diwakili oleh faktor yang terbentuk (Santoso, 2004;117). Nilai yang paling kecil berdampak pada tidak adanya perbedaan yang nyata antar faktor loadingnya. (Tabel 4) Ketepatan Model (Fit Model) Pada analisa faktor ketepatan model (fit model) digunakan untuk mengetahui seberapa banyak perubahan koefisien korelasi dari kondisi sebelum dan sesudah diekstraksi. Perhitungan untuk ketepatan model (fit model) didasarkan pada besarnya prosentase koefisien korelasi yang tidak berubah (tetap). Dari hasil perhitungan “reproduced correlation”, bagian perencanaan dan pelaksanaan 116 buah (62%) termasuk dalam kategori tetap, bagian koordinasi sumber daya 20 buah (45%) termasuk dalam kategori tetap, bagian kontrol 9 buah (43%) termasuk dalam kategori tetap. Dari analisa faktor maka diperoleh faktor dominan penyebab terjadinya overrun biaya pada proyek konstruksi gedung di Makassar pada bagian perencanaan dan pelaksanaan berupa faktor estimasi biaya dan manajemen pelaksanaan yang terdiri dari: (1)manager proyek tidak kompeten/cakap, (2)menggunakan teknik estimasi yang salah, (3) hubungan kurang baik antara owner-perencana-kontraktor, (4) konsultan kurang mampu dalam pengawasan proyek, (5) kurangnya koordinasi antara construction manager-perencana-kontraktor, (6) terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek, tidak memperhitungkan biaya tak terduga (contingencies), (7) tingginya frekuensi perubahan pelaksanaan, (8) dokumen kontrak yang tidak lengkap, (9) penunjukan subkontraktor dan suplier yang tidak tepat dan (10) ketidak tepatan estimasi biaya; pada bagian koordinasi sumber daya berupa faktor mobilisasi sumber daya terdiri atas: (1) terjadi fluktuasi upah tenaga kerja, (2)harga/sewa peralatan yang tinggi, (3) pencurian bahan/material, (4) biaya mobilisasi/ demobilisasi peralatan yang tinggi dan (5) kekurangan tenaga kerja; dan pada bagian kontrol berupa faktor waktu pelaksanaan yang terdiri atas: (1) pengendalian biaya yang buruk di lapangan, (2) keterlambatan jadwal karena pengaruh cuaca, (3) sering terjadi penundaan pekerjaan, (4) terjadi huruhara / kerusuhan di sekitar lokasi proyek dan (5) adanya kebijaksanaan keuangan yang baru ____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember C-3-7 dari pemerintah. Selanjutnya faktor-faktor dominan penyebab overrun biaya yang telah diperoleh pada analisa faktor dilanjutkan dengan melakukan analisa diskriminan. Analisa Diskriminan Tujuan dari analisa diskriminan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaaan yang jelas antara perusahaan kontraktor golongan B (besar) dengan perusahaan kontraktor golongan M (menengah) terhadap faktor dominan overrun biaya proyek Menilai Variabel yang Layak untuk Analisis a. Angka Wilk’s Lamda Angka Wilk’s Lamda pada tabel “Tests of Equality of Group Means” berkisar antara 0,754(minimum), yaitu pada variabel dokumen kontrak yang tidak lengkap sampai 1,000(maksimum) pada variabel ketidak tepatan estimasi biaya dan terjadi huruhara/kerusuhan di sekitar lokasi proyek. ____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember C-3-8 Tabel 5. Hasil Loading Faktor Faktor Kontrol Nama Faktor Waktu Pelaksanaan Keuangan Proyek Perencanaan dan Pelaksanaan Estimasi biaya dan manajemen pelaksanaan Desain Resiko Informasi Inflasi/Eskalasi Mobilisasi Sumber daya Koordinasi Sumber Daya Kualitas Sumber daya Variabel 1. Pengendalian biaya yang buruk Keterlambatan jadwal karena cuaca 2. Sering terjadi penundaan pekerjaan 3. Terjadi huruhara di sekitar lokasi proyek 4. Adanya kebijaksanaan keuangan yang baru dari pemerintah 1. Cara pembayaran yang tidak tepat waktu 2. Adanya fluktuasi suku bunga pinjaman bank 1. Manager proyek tidak kompeten/cakap 2. Kesalahan teknik estimasi 3. Hubungan kurang baik antara ownerperencana-kontraktor 4. Konsultan kurang mampu dlm pengawasan 5. Kurangnya koordinasi antara Construction Manager- Perencana-Kontraktor. 6. Terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek. 7. Tidak memperhitungkan biaya tak terduga 8. Frekuensi perubahan pelaksanaan tinggi 9. Dokumen Kontrak yang tidak lengkap 10. Penunjukan subkontraktor dan suplier yang tidak tepat 11. Ketidak tepatan estimasi biaya Sering terjadi perubahan desain Tidak memperhatikan resiko lokasi & konst Data dan informasi proyek kurang lengkap Tidak memperhitungkan inflasi dan eskalasi. 1. Terjadi fluktuasi upah tenaga kerja 2. Harga/sewa peralatan yang tinggi 3. Pencurian bahan/material 4. Biaya mobilisasi/demobilisasi peralatan tinggi 5. Kekurangan tenaga kerja 1. Kontrol kualitas yang buruk dari bahan 2. Pemakaian bahan/material yang salah 3. Produktivitas tenaga kerja yang rendah 4. Kerusakan material 5. Biaya pemeliharaan peralatan tidak sesuai rencana Total Keragaman (%) 47.380 25.936 41.407 13.174 10.085 8.307 6.908 36.355 32.048 b. F test Jika angka signifikan >0,05, berarti tidak ada perbedaan antara grup B dengan grup M dan jika angka signifikan <0,05, berarti ada perbedaan antar grup B dengan grup M. Dari 21 variabel, ada 6 variabel yang berbeda secara signifikan antara grup B dengan M yaitu tingginya perubahan pelaksanaan (0,009); pengulangan pekerjaan karena mutu jelek (0,017); hubungan kurang baik owner-perencana-kontraktor (0,022); kurangnya koordinasi antara construction manager-perencana-kontraktor (0,035); konsultan kurang mampu dalam pengawasan proyek (0,006) dan dokumen kontrak yang tidak lengkap (0,005). Pada beberapa analisis diskriminan, sebuah variabel yang tidak lolos uji tidak otomatis dikeluarkan, karena pada analisis multivariat variabel-variabel dianggap suatu kesatuan, dan bukannya terpisah-pisah (Santoso, 2004;153). ____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember C-3-9 c. Uji Varians Tiap Variabel Uji varians variabel dilakukan dengan uji Box’s M dengan angka signifikan 0,005 berarti lebih kecil dari 0,05 artinya group covariance matrics berbeda secara nyata. Proses Analisis Diskriminan a. Variabel Entered Memasukkan variabel pada persamaan diskriminan yang dimulai dengan nilai signifikan terkecil, yaitu dokumen kontrak hingga variabel manager proyek tidak kompeten/cakap b. Angka Wilk’s Lamda Penurunan angka Wilk’s Lamda akan berpengaruh baik terhadap model diskriminan, karena varians yang tidak bisa dijelaskan juga semakin kecil (Santoso, 2004;162). Dari hasil analisis diskriminan penelitian ini diperoleh angka Wilk’s Lamda yang menurun yaitu dari 75,4% menjadi 38,6% yang berarti bahwa variabel tersebut akan berpengaruh baik terhadap model diskriminan. c. Angka Korelasi Canonical Pada penelitian ini diperoleh angka korelasi canonical sebesar 0,784 yang menunjukkan keeratan yang tinggi antara discriminant score grup golongan B dengan golongan M. Jika korelasi dikuadratkan (0,784)2 = 0,6147 atau 61,47%, dapat diindikasi bahwa 61,47% varians dari variabel dependen dapat menerangkan model (Malhotra, 1996). Tabel 6. Rata-rata Skor Variabel Dominan Overrun Biaya Variabel 3,64 3,57 Gol. M (menengah) rata-rata skor 2,75 2,50 3,21 2,56 Gol. B (besar) rata-rata skor Dokumen kontrak tidak lengkap Pengulangan pekerjaan karena mutu jelek Manajer proyek tidak kompeten Angka di Structure matrix 0,453 0,379 0,195 Sumber: Hasil Analisa Data SPSS, 2004 d. Interpretasi Model Diskriminan Dari tabel 6, responden pada perusahaan konstruksi golongan B lebih bersikap positif (setuju) terhadap ketiga variabel tersebut sebagai penyebab dominan yang dapat mempengaruhi terjadinya overrun biaya dibandingkan dengan perusahaan kontraktor golongan M. Untuk mengantisipasinya, perusahaan kontraktor golongan B lebih memfokuskan kepada faktor dokumen kontrak, pengendalian mutu dan manajer proyek dibanding faktor dominan yang lain, kontraktor golongan M melalui pemfokuskan pada faktor dominan pencurian bahan/material, kekurangan tenaga kerja, fluktuasi upah tenaga kerja, harga/sewa peralatan dan pengendalian biaya. e. Fungsi Diskriminan Fungsi diskriminan digunakan untuk mengetahui case (dalam penelitian ini adalah responden dari kontraktor) masuk pada grup yang satu atau tergolong pada grup yang lain (Santoso, 2004;164), f. Ketepatan Klasifikasi Dalam analisis diskriminan penelitian ini, angka ketepatan yang diperoleh sebesar 93,3%, sehingga model diskriminan bisa digunakan untuk analisis diskriminan atau penafsiran tentang berbagai tabel yang ada valid untuk digunakan. Angka cross- ____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember C-3-10 validated (Santoso, 2004;172) menghasilkan angka sebesar 83,3%, yang berarti ketepatan klasifikasi tetap tinggi. Berdasarkan proses diskriminan yang telah dilakukan, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (nyata) antara persepsi/opini perusahaan kontraktor golongan B (besar dengan perusahaan kontraktor golongan M (menengah) tentang faktor dominan penyebab overrun biaya, yang ditunjukkan angka Chi-Square=25,238 dan angka Sig=0. Variabel yang membedakan adalah variabel dokumen kontrak yang tidak lengkap, terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek dan variabel manager proyek tidak kompeten/cakap. Pembahasan 1. Bagian perencanaan dan pelaksanaan terbentuk menjadi 5 faktor, nilai total varians kumulatif sebesar 79,880%, yaitu faktor estimasi biaya dan manajemen pelaksanaan, faktor desain, faktor resiko, faktor informasi dan faktor inflasi/eskalasi. Faktor dominannya adalah faktor estimasi biaya dan manajemen pelaksanaan dengan nilai keragaman total 41,407%, yang terdiri dari : 1. Manajer proyek tidak kompeten/cakap 2. Menggunakan teknik estimasi yang salah 3. Hubungan kurang baik antara owner-perencana-kontraktor 4. Konsultan kurang mampu dalam pengawasan proyek 5. Kurangnya koordinasi antara construction manager- perencana-kontraktor 6. Terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek 7. Tidak memperhitungkan biaya tak terduga (contingencies) 8. Tingginya frekuensi perubahan pelaksanaan 9. Dokumen kontrak yang tidak lengkap 10. Penunjukan subkontraktor dan suplier yang tidak tepat 11. Ketidaktepatan estimasi biaya 2. Bagian koordinasi sumber daya terbentuk menjadi 2 faktor dengan nilai total varians kumulatif sebesar 68,403%, yaitu faktor mobilisasi sumber daya dan faktor kualitas sumber daya. Faktor dominan adalah faktor mobilisasi sumber daya dengan nilai keragaman total 36,355%, yang terdiri atas: 1. Terjadi fluktuasi upah tenaga kerja. 2. Harga/sewa peralatan yang tinggi 3. Pencurian bahan/material. 4. Biaya mobilisasi/demobilisasi peralatan yang tinggi 5. Kekurangan tenaga kerja 3. Bagian kontrol terbentuk menjadi 2 faktor dengan nilai total varians kumulatif sebesar 68,403%, yaitu faktor waktu pelaksanaan dan faktor keuangan proyek. Faktor dominan adalah faktor waktu pelaksanaan dengan nilai keragaman total 47,380%, yang terdiri dari : 1. Pengendalian biaya yang buruk di lapangan 2. Keterlambatan jadwal karena pengaruh cuaca. 3. Sering terjadi penundaan pekerjaan 4. Terjadi huruhara/kerusuhan di sekitar lokasi proyek 5. Adanya kebijaksanaan keuangan yang baru dari pemerintah ____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember C-3-11 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : a. Responden dalam penelitian ini didominasi oleh mereka yang memiliki masa kerja dalam perusahaan antara 10 sampai 20 tahun sebesar 67%, telah memiliki pengalaman dalam menangani proyek gedung bertingkat kurang dari 5 kali sebesar 50%, bekerja pada perusahaan swasta sebesar 83% dan pengalaman perusahaan di bidang konstruksi / infrastruktur diatas 15 tahun sebesar 60%. b. Berdasarkan hasil analisa faktor, faktor-faktor dominan penyebab terjadinya overrun biaya pada proyek konstruksi gedung yaitu: 1) Bagian perencanaan dan pelaksanaan berupa faktor estimasi biaya dan manajemen pelaksanaan dengan nilai keragaman total 41,4% yang terdiri dari: manager proyek tidak kompeten / cakap, menggunakan teknik estimasi yang salah, hubungan kurang baik antara owner-perencana-kontraktor, konsultan kurang mampu dalam pengawasan proyek, kurangnya koordinasi antara construction managerperencana-kontraktor, terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek, tidak memperhitungkan biaya tak terduga (contingencies), tingginya frekuensi perubahan pelaksanaan, dokumen kontrak yang tidak lengkap, penunjukan subkontraktor dan suplier yang tidak tepat, dan ketidak tepatan estimasi biaya; 2) Bagian koordinasi sumber daya berupa faktor mobilisasi sumber daya dengan nilai keragaman total 36,4% yang terdiri dari: terjadi fluktuasi upah tenaga kerja, harga/sewa peralatan yang tinggi, pencurian bahan/material, biaya mobilisasi/demobilisasi peralatan yang tinggi dan kekurangan tenaga kerja; 3) Bagian kontrol berupa faktor waktu pelaksanaan dengan nilai keragaman total 47,4% yang terdiri dari: pengendalian biaya yang buruk di lapangan, keterlambatan jadwal karena pengaruh cuaca, sering terjadi penundaan pekerjaan, terjadi huruhara/kerusuhan di sekitar lokasi proyek dan adanya kebijakan keuangan yang baru dari pemerintah. c. Berdasarkan hasil analisa diskriminan, terdapat perbedaan yang signifikan faktor dominan penyebab overrun biaya proyek konstruksi antara persepsi/opini perusahaan kontraktor golongan B (besar) dengan kontraktor golongan M (menengah) pada faktor dokumen kontrak yang tidak lengkap, terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek dan faktor manager proyek tidak kompeten/cakap. Responden perusahaan kontraktor golongan B lebih bersikap positif terhadap ketiga faktor dominan penyebab overrun biaya proyek. Fungsi diskriminan mempunyai ketepatan mengklasifikasi sebesar 93,3%. Saran Untuk penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan: 1. Mengetahui tingkat kesulitan pelaksanaan proyek konstruksi. 2. Mengetahui frekuensi dan probabilitas terjadinya overrun pelaksanaan proyek konstruksi. 3. Meninjau overrun biaya proyek per kelompok/item pekerjaan. biaya pada ____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember C-3-12 DAFTAR PUSTAKA Asiyanto. 2003. Construction Project Cost Management. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Austen, A.D dan R.H. Neale. 1994. Manajemen Proyek Konstruksi, Pedoman, Proses dan Prosedur. Seri Manajemen No. 137. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Azwar, Syaifudin. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Badiru, Adedeji B dan P. Simin Pulat. 1995. Comprehensive Project Management: Integrating Otimization Models, Management Principles, and Computers. Prentice Hall, New Jersey. Barie, D.S., Paulson, Jr. B.C. dan Sudinarto. 1995. Manajemen Konstruksi Profesional. Penerbit Erlangga. Jakarta. Chang, Andrew Shing-Tao. 2002.”Reasons for Cost and Schedule Increase for Engineering Design Projects”. Journal of Management in Engineering. ASCE.Vol.18. Dipohusodo, Istimawan.1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi, jilid 2. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Duffied, Colin dan Bambang Trigunarsyah. 1999. Project Management- Conception to Completion. EEA ( Engineering Education Australia). Ausralia. Elinwa, A.Uchechukwu dan Buba, Silas A. 1993.”Construction Cost Factors in Nigeria”. Journal of Construction Engineering and Management. ASCE.Vol.119. Jahren, Charles T dan Ashe, Andrew M. 1990.”Predictors of Cos-Overrun Rates”. Journal of Construction Engineering and Management. ASCE.Vol.116. Johnson, Richard A; Dean W. Wichern. 2002. Applied Multivariate Statistical Analysis. Prentice Hall. Kerzner, Harold. 1995. Project Management. 5th edition. John Wiley & Sons, Inc., New York. Knight, Karla dan Fayek, Aminah Robinson. 2002.”Use of Fuzzy Logic for Predicting Design Cost Overruns on Building Projects”. Journal of Construction Engineering and Management. ASCE.Vol.128. Kountur, Ronny. 2003. Metode Penelitian. Penerbit PPM. Malhotra, Naresh K. 1996. Marketing Research An Applied Orientation. Prentice Hall,Inc. Natan, Ishak; Paul Nugraha dan R.Sucipto. 1986. Manajemen Proyek Konstruksi. Penerbit: Kartika Yudha. Nurgiyantoro, Burhan; Gunawan dan Marzuki. 2002. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Oberlender, Garold D. 2000. Project Management for Engineering and Construction. Mc Graw-Hill International. Singapore. Okpala, Daniel C. dan Aniekwu, Anny N. 1988.”Causes of High Costs Construction in Nigeria”. Journal of Construction Engineering and Management. ASCE. Vol.114. Pilcher, Roy. 1992. Principles Of Construction Management. Mc Graw Hill Book Company. England. Riduwan. 2003. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Alfabeta. Bandung. Ritz, George J. 1994. Total Construction Project Management. McGraw-Hill, Inc. New York. ____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember C-3-13 Santosa, Budi. 1997. Manajemen Proyek. PT. Guna Widya. Surabaya. Santoso, Indriani. 1999. “Analisa Overruns Biaya pada Beberapa Tipe Proyek Konstruksi”. Dimensi Teknik Sipil. Volume 1. Santoso, Singgih dan Fandy Tjiptono. 2001. Riset Pemasaran, Konsep dan Aplikasi. PT. Elex media Komputindo. Jakarta. Santoso, Singgih. 2004. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. PT. Elex media Komputindo. Jakarta. Semple, Cheryl. Hartman, Francis T dan Jergeas, George. 1994.”Construction Claims and Disputes: Causes and Cost/Times Overruns”. Journal of Construction Engineering and Management. ASCE.Vol.120. Soeharto, Iman. 1995. Manajemen Proyek: Dari Konseptual sampai Operasional. t Erlangga. Jakarta. Silalahi, Gabriel Amin. 2003. Metodologi Penelitian dan Studi Kasus. Citramedia. Sidoarjo. Wibisono, Dermawan. 2000. Riset Bisnis. BPFE. Yogyakarta. ____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember