BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Struktur Modal Keputusan pendanaan

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Struktur Modal
Keputusan pendanaan adalah keputusan mengatur komposisi aktivitas
pendanan yang sangat tergantung pada situasi di pasar keuangan (Subramanyam
dan Wild, 2010:19). Pendanaan perusahaan dibagi menjadi dua sumber, yaitu
sumber internal dan sumber eksternal perusahaan. Sumber internal berupa modal
sendiri, sedangkan sumber eksternal perusahaan berasal dari pinjaman dari bank,
kreditur, dari pasar modal dan dana dari pemilik. Keputusan untuk menentukan
sumber pendanaan perusahaan adalah salah satu keputusan keuangan yang
penting dalam suatu perusahaan. Struktur modal adalah campuran atau proporsi
antara utang jangka panjang dan ekuitas, dalam rangka mendanai investasi
perusahaan (Brigham dan Houston, 2011:212). Struktur modal perusahaan sangat
mempengaruhi nilai perusahaan, jika biaya modal minimum atau sering disebut
dengan optimal capital structure maka memungkinkan nilai perusahaan akan
maksimum (Sambharakresna, 2010).
Peranan manajer keuangan dalam memutuskan pendanaan perusahaan
sangat penting karena akan mempengaruhi bentuk struktur modal perusahaan.
Keputusan untuk menentukan sumber pendanaan merupakan tugas manajer,
karena berkaitan dengan pembiayaan investasi perusahaan. Setiap sumber
pendanaan perusahaan yang dipilih oleh manajer memiliki keunggulan dan
risikonya masing-masing. Manajer yang tidak paham akan situasi perusahaan dan
15
16
salah dalam penentuan sumber dana menyebabkan perusahaan berisiko
mengalami kerugian bahkan kebangkrutan.
Teori struktur modal telah lama dikembangkan dan bertujuan untuk
menentukan struktur modal yang optimal. Teori ini sangat membantu manajer
dalam memahami faktor-faktor potensial yang dapat mempengaruhi struktur
modal perusahaan.
Teori-teori struktur modal tersebut kenyataannya belum
memberikan metodelogi yang spesifik untuk menentukan tingkat hutang yang
optimal bagi para manajer keuangan perusahaan. Kemungkinan penyebab
terjadinya permasalahan manajer tersebut adalah teori-teori struktur modal yang
memiliki penekanan yang berbeda, seperti pecking order theory yang lebih
menekankan penggunaan dana internal terlebih dahulu sebelum hutang dan teori
trade-off yang menekankan pada pajak. Penelitian-penelitian tentang struktur
modal yang sudah dilakukan di berbagai negara paling banyak menggunakan teori
pendukung yaitu pecking order theory.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Brigham dan Houston (2011:188) menyatakan ada beberapa faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan struktur modal. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagaiberikut :
1) Stabilitas penjualan, perusahaan yang penjualannya stabil akan cenderung
berani menggunakan hutang yang lebih banyak daripada perusahaan yang
penjualannya yang tidak stabil.
17
2) Struktur aset, perusahaan yang struktur asetnya memadai untuk digunakan
sebagai jaminan pinjaman, maka cenderung akan cukup banyak
menggunakan hutang.
3) Leverage operasi, perusahaan dengan leverage yang operasi yang rendah
akan lebih mampu menerapkan leverage keuangan karena perusahaan
tersebut akan memiliki risiko usaha yang rendah.
4) Tingkat pertumbuhan, perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang lebih
cepat akan lebih mengandalkan pendanaan eksternal.
5) Profitabilitas,
sering
diamati
bahwa
perusahaan
dengan
tingkat
pengembalian atas investasi yang tinggi ternyata menggunakan hutang
yang relatif rendah.
6) Pajak. Bunga hutang merupakan beban untuk pengurang pajak, makin
tinggi tarif pajak untuk perusahaan, maka makin besar keunggulan dari
hutang.
7) Kendali. Jika manajemen memiliki kendali hak suara (lebih dari 50 persen
saham), tetapi tidak berencana untuk membeli saham lagi, maka
manajemen tersebut akan memilih hutang sebagai sumber pendanaan yang
baru.
8) Sikap manajemen. Manajemen dapat memiliki sikap dan pertimbangan
terhadap struktur modal yang tepat bagi perusahaan. Manajemen yang
agresif menggunakan lebih banyak hutang dalam usaha untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih tinggi.
18
9) Kondisi pasar. Kondisi pasar saham dan obligasi jika mengalami suatu
perubahan jangka panjang maupun jangka pendek dapat memberikan arah
bagi struktur modal perusahaan.
2.3 Pecking Order Theory
Nuswandari (2013) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa pecking
order theory mengasumsikan bahwa suatu perusahaan akan mempunyai tujuan
untuk memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Pecking order theory
lebih cenderung menggunakan pendanaan internal karena pendanaan internal
tidak menimbulkan biaya modal (Joni dan Lina 2010).
Teori ini dikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984) menjelaskan mengapa
perusahaan harus menentukan sumber dana yang paling baik untuk pendanaan
perusahaan.
Dalam pecking order theory dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
a. Perusahaan memilih internal financing (pendanaan dari hasil operasi
perusahaan).
b. Perusahaan menyesuaikan pembagian dividen dengan yang ditargetkan
dan akan menghindari perubahan pembayaran dividen.
c. Apabila dana yang dihasilkan dari operasi kurang dari kebutuhan
investasi (capital expenditure) maka perusahaan akan mengurangi saldo
kas atau menjual sekuritas perusahaan.
19
d. Apabila dibutuhkan pendanaan dari luar (external financing), maka
perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih
dahulu.
2.4 Teori Keagenan (Agency Theory)
Atmaja (2008:258) menyatakan teori agensi adalah teori yang memaparkan
masalah yang terjadi antara perusahaan dengan kreditur, perusahaan dianggap
melakukan investasi yang terlalu berisiko dan dapat merugikan kreditur. Biaya
yang ditimbulkan oleh perusahaan karena adanya hutang dan melibatkan
hubungan antara kreditor dan pemegang saham adalah biaya keagenan. Teori
agencymerupakan hubungan principal dengan agent, yang dimaksud principal
adalah pemilik perusahaan, sedangkan agent adalah manajer perusahaan
(Noviawan dan Septiani, 2013).
Teori keagenan dilandasi oleh tiga asumsi, yaitu asumsi sifat dasar manusia,
asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi dasar sifat manusia adalah
manusia sering mementingkan diri sendiri, memiliki pemikiran yang kurang
mengenai persepsi masa depan, dan manusia lebih senang menghindari risiko.
Asumsi keorganisasian yaitu konflik yang terjadi antar anggota organisasi dan
adanya asimetri informasi antara manajer dan pemilik. Asumsi informasi adalah
informasi dianggap komoditi yang dapat diperjualbelikan.Asumsi sifat dasar
manusia diketahui bahwa antara pemilik dan manajer saling mengutamakan
kepentingan masing-masing. Pemilik melakukan kontrak dengan tujuan
mendapatkan keuntungan dengan profitabilitas yang terus meningkat. Manajer
20
termotivasi untuk mendapatkan dana investasi, pinjaman, serta kontrak
kompensasi. Dengan demikian ada dua kepentingan yang berbeda antara pemilik
dan manajer.
Agency problems adalah pemasalahan yang timbul akibat dari perbedaan
kepentingan antara agent dan principal. Asimetri informasi menjadi salah satu
penyebab dari agency problems. Asimetri infomasi adalah ketidakseimbangan
informasi yang dimiliki oleh agent dan principal, ketika principal hanya
mengetahui sedikit informasi mengenai perusahaan dan kinerja manajemen,
sedangkan manajer mengetahui lebih banyak informasi mengenai lingkungan
perusahaan, kapasitas diri, dan kondisi perusahaan. Oleh karena itu principal
harus menciptakan sistem yang dapat mengawasi kinerja manajer agar sesuai
dengan harapannya. Kegiatan ini meliputi biaya monitoring agen, penciptaan
sistem informasi akuntansi dan lainnya. Aktivitas ini disebut dengan agency cost.
Corporate governance merupakan sistem tata kelola manajemen yang didasari
oleh teori keagenan. Sistem ini diharapkan berfungsi sebagai alat untuk
meyakinkan investor bahwa mereka tetap menerima keuntungan atas investasi
yang telah dilakukan terhadap perusahaan dan corporate governanve juga
diharapkan untuk menekan agency cost. Peringkatan dalam CGPI dianggap
sebagai penghargaan bagi perusahaan yang telah mengelola manajamen dengan
baik. Penghargaan ini memotivasi perusahaan untuk membenahi tata kelola
manajemen agar mendapat kepercayaan dari masyarakat.
21
2.5 Corporate Governance
Solihin (2009:115) menyatakan definisi corporate governance yang
dikemukakan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and
Development) adalah sebagai berikut:
“Corporate governance is the system by which business corporations are
directed and controlled. The corporate governance structure specifies the
distribution of the right and responsibilities among different participants in the
corporations,
such
as
the board,
managers,
shareholders
and
other
stakeholders.”
(“Corporate governance merupakan suatu sistem untuk mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan. Struktur corporate governance menetapkan distribusi
hak dan kewajiban diantara berbagai pihak yang terlibat dalam suatu korporasi
seperti dewan direksi, para manajer, para pemegang saham, dan pemangku
kepentingan lainnya.”)
Pasal 1 Surat Keputusan Menteri BUMN No.117/M-MBU/2002 Tanggal 31
Juli 2002 tentang Penerapan Corporate Governance pada BUMN menyatakan
bahwa corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan
oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam waktu jangka panjang
dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya,
berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika (Effendi, 2009:2). Pihakpihak yang dianggap berkepentingan corporate governance adalah pihak internal
(dewan komisaris, direksi, karyawan) dan pihak eksternal (investor kreditur,
22
pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya). Noviawan dan Septiani (2013)
menyatakan corporate governance merupakan suatu cara yang digunakan untuk
melakukan suatu pengendalian pada perilaku eksekutif puncak dan bertujuan
untuk melindungi kepentingan pemegang saham atau pemilik perusahaan itu
sendiri.
Peran dan tuntutan investor dan kreditor asing mengenai penerapan
prinsip tata kelola perusahaan yang baik adalah salah satu faktor dalam keputusan
untuk berinvestasi di sebuah perusahaan (Pratiwi dan Saftiana, 2015).
Daniri (2005:8) mendefinisikan corporate governance sebagai suatu pola
hubungan, sistem, dan proses yang digunakan dalam organ suatu perusahaan
(Direksi, Dewan Komisaris, RUPS) yang dapat memberikan nilai tambah kepada
pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dan menjaga
hubungan baik dengan semua stakeholder yang berlandaskan peraturan
perundangan dan norma yang berlaku. Definisi di atas menyimpulkan bahwa
corporate governance dapat dijabarkan sebagai berikut : (Daniri, 2005:8)
1) Struktur yang membangun pola hubungan harmonis tentang peran Dewan
Komisaris, Direksi, rups dan para stakeholder lainnya
2) Suatu sistem check and balance mencangkup perimbangan kewenangan
atas pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua
peluang : pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan
3) Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan,
pencapaian, dan pengukuran kinerjanya.
Corporate governance memiliki hubungan terhadap struktur modal
perusahaan. Jirapornet al. (2012) menyatakan bahwa Corporate governance
23
ada untuk menyediakan checks and balances antara pemegang saham dan
manajemen untuk mengurangi masalah. Perusahaan yang memiliki kualitas
tata kelola yang buruk akan mengakibatkan masalah agensi yang buruk.
Manajer cenderung akan memilih menggunakan hutang yang rendah karena
takut terbebani biaya bunga maka perusahaan harus menerapkan tata kelola
yang baik agar manajer semakin sulit melakukan tindakan yang menyimpang
dan merugikan perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut maka corporate governance dinyatakan memiliki
hubungan dengan struktur modal. Penelitian yang dilakukan oleh Saad (2010)
dan Jiraporn et al. (2012) menyatakan bahwa corporate governance
berpengaruh terhadap struktur modal. Penelitian yang dilakukan oleh Bokpin
dan Arko (2009) menemukan hasil yang berbeda yaitu kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
2.6 Prinsip-prinsip Corporate Governnace
Solihin (2009:125) menyatakan corporate governance akan berhasil
dilaksanakan jika menerapkan sejumlah prinsip sesuai dengan pedoman umum
corporate governance. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1) Transparan
Transparansi adalah sikap terbuka mengenai informasi baik dalam proses
pengambilan keputusan maupun mengungkapkan informasi relevan dan
material mengenai perusahaan. Peraturan pasar modal di Indonesia
menyatakan bahwa informasi yang dianggap relevan dan material bagi
24
perusahaan adalah informasi penting yang sangat berpengaruh atas naik dan
turunnya harga saham dan mempengaruhi prospek perusahaan. Keputusan
yang diambil perusahaan harus melalui aturan yang benar dan bersifat terbuka.
Informasi yang terbuka ini ditunjukkan kepada semua pihak yang berkaitan
dengan perusahaan. Hal-hal yang harus dilaksanakan dalam prinsip
transparansi adalah
(1) Hasil keuangan dan operasi
(2) Tujuan perusahaan
(3) Kepemilikan saham utama dan hak-hak pemberian suara
(4) Anggota dewan komisaris dan eksekutif kunci
(5) Isu material yang berkaitan dengan pekerja dan stakeholder.
2) Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan sistem organisasi, fungsi, dan penanggung jawab
atas organ perusahaan yang diperlihatkan secara jelas sehingga sistem
pengelolaan perusahaan dapat berjalan secara efektif tanpa adanya tumpang
tindih.
3) Pertanggung jawaban
Pertanggungjawaban ini adalah pertanggung jawaban perusahaan kepeda
seluruh pihak yang berkaitan dengan perusahaan mengenai setiap keputusan
yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan juga harus bertanggung jawab
sebagai anggota masyarakat dalam mematuhi segala peraturan yang berlaku di
lingkungan sosial.
4) Kemandirian
25
Independensi dalam prinsip corporate governance ini berarti bahwa
perusahaan dalam keadaan tidak dipengaruhi oleh pihak manapun atau aturan
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga
perusahaan dikelola secara profesional.
5) Kesetaraan
Kesetaraan dalam hal ini diartikan bahwa perusahaan menerapkan sistem yang
adil dalam pengambilan keputusan dan perlakuan yang adil dan setara kepada
hak-hak stakeholder sesuai dengan perjanjian serta peraturan/hukum yang
berlaku.
2.7 Corporate Governance Perception Index (CGPI)
Masyarakat transparansi Indonesia dengan para tokoh masyarakat dan
pelaku bisnis membentuk lembaga independen yang mendorong pelaku bisnis
yang etis dan bermartabat. Hal ini dilatarbelakangi oleh krisis ekonomi yang
terjadi pada tahun 1998. The Indonesian Institute for Corporate Governance
resmi berdiri pada tanggal 2 Juni 2000 sebagai lembaga kajian pengembangan,
pendidikan, pelatihan, dan implementasi tata-kelola korporasi yang mempunyai
tujuan menyebarluaskan konsep, praktik, dan manfaat corporate governance
(http://www.iicg.org/). Penentuan skor CGPI dilakukan berdasarkan rata-rata
tertimbang bobot masing-masing aspek seperti:
26
Tabel 2.1
Aspek dan Bobot CGPI
No
Aspek
Bobot (%)
1
Komitmen terhadap tata kelola perusahaan
15
2
Hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan kunci
20
3
Perlakuan yang setara terhadap semua pemegang saham
15
4
Peran stakeholder dalam tata kelola perusahaan
15
5
Pengungkapan dan transparansi
15
6
Tanggung jawab dewan komisaris dan dewan direksi
20
Sumber : Laporan CGPI 2014
Tahapan proses riset dalam pemeringkatan corporate governance yang
dilakukan oleh IICG dalam CGPI ada empat tahapan yaitu sebagai berikut :
1) Self-assessment. Pada tahap ini perusahaan akan mengisi kuisioner selftassessment sesuai dengan penerapan konsep CG pada perusahaannya.
2) Pengumpulan dokumen perusahaan. Tahap ini perusahaan diwajibkan
untuk mengumpulkan dokumen yang mendukung penerapan CG di
perusahaannya.
3) Penyusunan makalah dan presentasi. Perusahaan harus membuat laporan
mengenai kejelasan kegiatan dalam perusahaan yang menerapkan prinsipprinsip CG.
4) Observasi ke perusahaan. Tahap ini adalah tahap terakhir yaitu tim peneliti
dari CGPI akan mendatangi perusahaan peserta untuk memastikan
penerapan prinsip-prinsip CG.
27
IICG melakukan pembobotan nilai pada masing-masing tahapan dengan
nilai bobot yang berbeda. Empat tahapan tersebut dinilai dengan bobot sebagai
berikut :
Tabel 2.2
Pembobotan melalui Empat Tahapan
Tahapan
Bobot (%)
No
1
Self-assessment
21
2
Pengumpulan dokumen perusahaan
27
3
Penyusunan makalah dan presentasi
25
4
Observasi ke perusahaan
27
Sumber : Laporan CGPI 2014
Pemeringkatan skor pada penilaian penerapan CG dapat dibagi menjadi
tiga level, yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.3
Pemeringkatan corporate governance
Skor
Level/ Kategori
55-69
Cukup terpercaya
70-84
Terpercaya
85-100
Sangat terpercaya
Sumber : Laporan CGPI 2014
2.8 Profitabilitas
Brigham dan Daves (2010) menyatakan bahwa profitabilitas adalah hasil
akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan.
Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan suatu
28
perusahaan dalam memperoleh keuntungan (Kasmir, 2013:196). Tandelilin
(2010:372) juga berpendapat bahwa profitabilitas menggambarkan sejauh mana
aset-aset yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan laba. Mamduh dalam
bukunya (2008:42) juga mengatakan profitabilitas sebagai alat ukur perusahaan
dalam mendapatkan keuntungan yang dilihat dari aset, penjualan, dan modal
saham tertentu. Profitabilitas juga memberikan tingkat ukuran efektivitas
pengelolaan manajemen pada perusahaan, pengukuran ini dapat dilakukan dalam
beberapa periode agar dapat melihat perkembangan perusahaan dalam periode
waktu tertentu, hasilnya akan digunakan sebagai alat evaluasi kinerja manajemen
(Kasmir, 2013:197). Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan
mengurangi hutang, hal ini disebabkan oleh besarnya pengalokasian keuntungan
pada laba di tahan sehingga perusahaan lebih mengandalkan dana internal
(Nuswandari, 2013). Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi
memiliki peluang kebangkrutan yang rendah jika dibandingkan dengan
perusahaan yang memiliki profitabilitas yang rendah. Pengelolaan terhadap
kekayaan perusahaan yang efisien juga cerminan dari meningkatnya profitabilitas
suatu perusahaan.
Terdapat beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas
perusahaan (Sartono, 2010), diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Gross profit margin (GPM)
Gross profit margin digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian
keuntungan kotor terhadap penjualan bersihnya. Jika nilai GPM mendekati
satu, maka semakin efisien biaya yang dikeluarkan untuk penjualan dan
29
semakin besar tingkat keuntungannya. GPM dapat dirumuskan sebagai
berikut:
πΊπ‘Ÿπ‘œπ‘ π‘  π‘ƒπ‘Ÿπ‘œπ‘“π‘–π‘‘ π‘€π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘–π‘› =
2) Net profit margin (NPM)
π‘ƒπ‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘› − π»π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘Ž π‘ƒπ‘œπ‘˜π‘œπ‘˜ π‘ƒπ‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘›
π‘ƒπ‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘›
Net profit margin berfungsi untuk mengukur tingkat pengembalian
keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. Nilai NPM yang
mendekati satu berarti bahwa semakin efisien biaya yang dikeluarkan dan
semakin besar tingkat pengembalian keuntungan bersihnya.
𝑁𝑒𝑑 π‘ƒπ‘Ÿπ‘œπ‘“π‘–π‘‘ π‘€π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘–π‘› =
3) Return On Assets (ROA)
πΏπ‘Žπ‘π‘Ž π΅π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž π‘†π‘’π‘‘π‘’π‘™π‘Žβ„Ž π‘ƒπ‘Žπ‘—π‘Žπ‘˜
π‘ƒπ‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘›
Return on assets berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
menghasilkan suatu keuntungan dengan menggunakan aktiva yang
dimilikinya. ROA juga disebut dengan return oninvestment (ROI).
π‘…π‘’π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› π‘œπ‘› 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑𝑠 =
4) Return on equity (ROE)
πΏπ‘Žπ‘π‘Ž π΅π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž π‘ π‘’π‘‘π‘’π‘™β„Ž π‘ƒπ‘Žπ‘—π‘Žπ‘˜
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑𝑠
Return on equity adalah tingkat pengembalian atas ekuitas pemilik
perusahaan. Return on equity berfungsi untuk mengukur kemampuan
perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham
perusahaan.
π‘…π‘’π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› π‘œπ‘› πΈπ‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦
5) Earning per share (EPS)
πΏπ‘Žπ‘π‘Ž π΅π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž π‘ π‘’π‘‘π‘’π‘™π‘Žβ„Ž π‘ƒπ‘Žπ‘—π‘Žπ‘˜
πΈπ‘˜π‘’π‘–π‘‘π‘Žπ‘ 
30
Earning per share digunakan untuk mengukur kemampuan perlembar
saham perusahaan dalam menghasilkan laba.
𝐸𝑃𝑆 =
πΏπ‘Žπ‘π‘Ž π΅π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž π‘†π‘’π‘‘π‘’π‘™π‘Žβ„Ž π‘ƒπ‘Žπ‘—π‘Žπ‘˜ − 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 π‘†π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘š π‘ƒπ‘Ÿπ‘’π‘“π‘’π‘Ÿπ‘’π‘›
π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘†π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘š π‘π‘–π‘Žπ‘ π‘Ž π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘π‘’π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘Žπ‘Ÿ
Sartono (2011:122) profitabilitas dapat diukur dengan rasio-rasio
penjualan dan investasi. Penelitian ini menggunakan return on asset (ROA)
sebagai proksi untuk mengukur profitabilitas karena rasio ini adalah rasio yang
menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dari
setiap aset yang digunakan (Brigham dan Houston, 2011:148).
Prastowo
(2014:91) juga menyatakan return on asset digunakan untuk pengukur
kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba.
Fahmi (2012:98) berpendapat return on asset sering juga disebut dengan return
on investmet, karena ROA menggambarkan pengembalian atas investasi yang
dilakukan perusahaan.
Profitabilitas
diketahui
mempunyai
hubungan
dengan
corporate
governance dan struktur modal. Profitabilitas yang diperoleh perusahaan akan
mempengaruhi kualitas dari pengungkapan corporate governance. Semakin tinggi
profitabilitas perusahaan maka kualitas atas pengungkapan corporate governance
harus lebih ditingkatkan agar dapat mengatasi masalah keagenan. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Pratiwi dan Saftiana, 2015) yang
menyatakan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap corporate
governance. Bubbico et al. (2012), dan Al-Hadded et al. (2014) juga menemukan
hasil yang sama profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap
31
corporate governance. Hasil yang berbeda ditemukan oleh Agyei dan Owusu
(2014) yang menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap corporate governance. Hal ini dikarenakan perusahaan yang mengalami
penurunan profitabilitas memilih melakukan lebih banyak pengungkapan untuk
menjaga nilai perusahaan.
Profitabilitas juga berhubungan dengan struktur modal karena semakin
besar profitabilitas yang diperoleh maka perusahaan memiliki keuntungan yang
tinggi sehingga mampu membiayai kegiatannya. Perusahaan dengan keuntungan
yang semakin tinggi akan berkewajiban untuk membagikan keuntungan tersebut
berupa dividen kepada para pemegang saham. Perusahaan memiliki kebijakan
menggunakan keuntungan untuk dibagikan atau membiayai investasi. Perusahaan
dengan prospek yang cerah tentu akan memilih sebagian keuntungannya untuk
berinvestasi. Investasi yang dilakukan tentu membutuhkan dana yang besar
sehingga
dana
internal
cenderung
tidak
mencukupi.
Perusahaan
tetap
membutuhkan dana eksternal untuk membiayai kegiatan dan investasi, shingga
memiliki hubungan yang positif dengan struktur modal perusahaan. Hal ini sesaui
dengan penelitian oleh Aurangzeb and Anwar (2012) yang menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal. Kouki dan Said (2012)
menemukan hasil yang sama yaitu profitabilitas berpengaruh positif terhadap
struktur modal.
Akinlo (2011) menemukan hasil yang berbeda yaitu profibilitas
berpengaruh negatif dengan leverage. Perusahaan yang memperoleh keuntungan
yang besar akan memiliki dana internal yang besar untuk membiayai operasional
32
sehingga akan mengurangi hutang perusahaan. Hal ini sesuai dengan pecking
order Theory yang menyatakan perusahaan memilih dana dari hasil operasi
terlebih dahulu sebelum menggunakan hutang. Penelitian yang dilakukan oleh
Sheikh et al. (2011), Umer (2014), dan Lim (2014) mendukung pernyataan
bahwa, profitabilitas yang tinggi akan mengurangi penggunaan hutang
perusahaan.
2.9 Pertumbuhan Aktiva
Kasmir (2013:76) menyatakan aktiva adalah harta atau aset yang dimiliki
perusahaan. Aktiva adalah sumber daya atau sarana ekonomik yang mempunyai
suatu kesatuan yang nilai kewajarannya harus diukur secara objektif (Munawir,
2010:30). Aktiva dapat dibedakan menjadi dua yaitu, aktiva lancar dan aktiva
tetap. Fahmi (2012:31) menyatakan aktiva lancar adalah aset yang memiliki
tingkat perputaran yang tinggi dan paling cepat dicairkan dengan periode waktu
satu (1) tahun, sedangkan aktiva tetap adalah aset yang memiliki nilai guna lebih
dari satu tahun, seperti gedung dan kendaraan (Raharjaputra, 2009:08). Total
aktiva adalah jumlah keseluruhan dari kekayaan perusahaan yang terdiri dari
seluruh aktiva baik aktiva lancar maupun aktiva tetap, yang nilainya seimbang
dengan total kewajiban dan ekuitas. Total aktiva yang mengalami perubahan
peningkatan karena tingginya tingkat produksi perusahaan disebut dengan
pertumbuhan aktiva.
Pertumbuhan aktiva adalah cerminan dari keberhasilan investasi di periode
masa lalu dan akan dijadikan prediksi untuk pertumbuhan perusahaan di masa
33
yang akan datang, serta menjadi indikator bagi permintaan dalam dunia industri
(Sambharakresna, 2010). Brigham dan Houston (2011:189) menyebutkan
perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang terus meningkat harus lebih
mengandalkan sumber dana eksternal. Perusahaan dengan daya saing yang tinggi
akan menyebabkan perusahaan tersebut memiliki struktur biaya yang efisien dan
berpeluang untuk meningkatkan volume penjualan. Kesempatan pertumbuhan
perusahaan adalah kesempatan perusahaan untuk lebih berkembang dan untuk
melakukan investasi di masa yang akan datang (Nuswandari, 2013). Pertumbuhan
perusahaan yang meningkat akan memberikan peluang bagi perusahaan untuk
mendapatkan laba yang lebih besar di masa yang akan datang.
Peluang pertumbuhan aktiva perusahaan menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk berkembang dimasa yang akan datang dengan melakukan
investasi yang maksimal untuk meningkatkan nilai perusahaan. Pertumbuhan
aktiva yang semakin pesat mengindikasikan manajer telah berhasil mengelola
aset-aset perusahaan yang telah diinvestasikan untuk kegiatan operasional
perusahaan saat ini dan juga untuk di masa depan. Pertumbuhan aktiva perusahaan
dapat menjadi sinyal positif bagi perusahaan di masa mendatang karena dapat
menarik investor untuk melakukan investasi (Manuaba, 2014). Investor cenderung
memilih melakukan investasi pada perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang
tinggi dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah.
Dana internal perusahaan cenderung tidak cukup untuk melakukan suatu investasi
pada aktiva, karena kesempatan investasi yang semakin meningkat akan
membutuhkan pembiayaan yang sangat besar, maka perusahaan harus
34
memperoleh dana dari pihak eksternal. Perusahaan harus tetap menstabilkan
penjualan bila perlu penjualan harus ditingkatkan untuk mempermudah perolehan
dana dari pihak luar perusahaan. Para investor juga akan lebih percaya
menginvestasikan dana kepada perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang
stabil.
Pertumbuhan yang semakin tinggi akan mengindikasikan perusahaan
untuk membutuhkan dana yang lebih besar sehingga memerlukan dana eksternal
untuk membiayai operasionalnya. Penggunaan sumber dana dari eksternal
biasanya dalam bentuk hutang. Hal ini berarti pertumbuhan aktiva memiliki
hubungan yang searah dengan struktur modal perusahaan. Salehi et al. (2012)
menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap
struktur modal. Fauzi et al. (2013) dan Alzomaia (2014) juga menemukan bahwa
pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Hasil yang
berbeda ditemukan oleh Aurangzeb dan Anwar (2012) dan Glenn (2011)
menyatakan pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
Pertumbuhan aktiva yang tinggi menjadi salah satu tujuan yang ingin
dicapai perusahaan. Semakin tinggi pertumbuhan maka diperlukan pendanaan
yang memadai. Pendanaan internal biasaya tidak mencukupi, sehingga diperlukan
pendanaan sumber eksternal yaitu hutang. Penggunaan hutang untuk pembiayaan
kegiatan perusahaan harus secara optimal dan sesuai dengan kesepakatan manajer
sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal. Perusahaan dituntut untuk
dapat mengelola keuangan dengan adil dan transparan bagi semua pihak sehingga,
perusahaan harus meningkatkan kualitas penerapan corporate governance.
35
Dengan demikian, pertumbuhan aktiva yang semakin besar akan
mempengaruhi kualitas corporate governance perusahaan. Black et al (2006) dan
Khatab et al. 2011 mendukung pernyataan bahwa pertumbuhan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap corporate governance. Hasil yang berbeda
ditemukan oleh Pamungkas (2012) dan Sulistyowati, dkk (2010) yang
menyatakan
governance.
pertumbuhan
aktiva
tidak
berpengaruh
terhadap
corporate
Download