Page | 1 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

advertisement
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYEMBUHAN
LUKA POST OPERASI LAPARATOMI DI RUANG RAWAT INAP
RSUD TUGUREJO SEMARANG
Dwi Nurwahyuningati*)
Faridah Aini, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB**),
Yuliaji Siswanto, SKM., M.Kes (Epid)**)
*) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
**) Dosen STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Penyembuhan luka post operasi laparatomi akan efektif jika perawatan luka yang
dilakukan benar, akan tetapi selain perawatan luka, ada faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi penyembuhan luka post operasi. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis faktor yang berhubungan dengan penyembuhan luka post operasi
laparatomi di Ruang Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang. Desain penelitian ini
adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional dengan tehnik sampling
yaitu Quota sampling dengan jumlah sampel 28 responden dengan alat ukur checklist.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor umur dengan
penyembuhan luka post operasi laparatomi (p value = 1,000), ada hubungan antara
faktor status gizi dengan penyembuhan luka post operasi laparatomi (p value = 0,002),
ada hubungan antara faktor status anemia dengan penyembuhan luka post operasi
laparatomi (p value = 0,001), dan ada hubungan antara faktor penyakit penyerta dengan
penyembuhan luka post operasi laparatomi (p value = 0,019) di Ruang Rawat Inap
RSUD Tugurejo Semarang.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka saran kepada rumah sakit
diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan yang berkaitan dengan medical
bedah dan perawat dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran untuk mau dan
mampu terlibat dalam penanganan operasi laparatomy agar dapat mengurangi
terjadinya infeksi pasien luka post operasi laparatomy.
Kata Kunci
: Umur, Gizi, Anemia, Penyakit Penyerta, Luka
Dwi Nurwahyuningati |Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Pada Pasen Post Laparatomi, 2016
Page | 1
ABSTRACT
Wound care is a technique that must be mastered by nurses. The main principle
in the management of wound care is the control of infection because infection inhibits
wound healing process, causing morbidity and mortality increase. The purpose of this
study was to analyze factors associated with postoperative laparotomy wound healing
in space Tugurejo Inpatient Hospital Semarang. The study was conducted was a
descriptive cross sectional correlation design in 28 respondents with a measuring tool
checklist
The results showed no correlation between age and wound healing
postoperative laparotomy (p value = 0.870), there is a correlation between nutritional
status and wound healing postoperative laparotomy (p value = 0.005), there is a
correlation between anemia status with wound healing postoperative laparotomy (p
value = 0.000), and there is a relationship between comorbid disease factors with
postoperative wound healing laparotomy (p value = 0.013) at the Inpatient Hospital
Semarang Tugurejo
Based on the results of research conducted so advise the hospital is expected to
improve the quality of services related to medical and surgical nurses can improve the
knowledge and awareness to be willing and able to engage in the handling of
laparotomy surgery in order to reduce the occurrence of postoperative wound infection
patients laparotomy
Keywords
: Age, nutritional, anemia, accompanying diseases, injury
Dwi Nurwahyuningati |Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Pada Pasen Post Laparatomi, 2016
Page | 2
PENDAHULUAN
Luka adalah terputusnya kontinuitas
suatu jaringan oleh karena adanya cedera
atau pembedahan (Agustina, 2009).
Sayatan
pada
bedah
laparatomi
menimbulkan luka yang berukuran besar
dan dalam, sehingga membutuhkan
waktu penyembuhan yang lama dan
perawatan berkelanjutan. Pasien akan
menerima pemantauan selama di rumah
sakit
dan
mengharuskan
pasien
mendapat pelayanan rawat inap selama
beberapa hari (Potter & Perry, 2006).
Morison (2015) juga menjabarkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
penyembuhan
luka
yaitu
faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik, faktorfaktor patofisiologi umum (status
nutrisi,
gangguan
kardiovaskuler,
anemia,
penurunan
daya
tahan
terhadap infeksi, gangguan metabolik
dan endokrin), dan faktor usia.
Umur merupakan salah satu faktor
yang berhubungan dengan penyembuhan
luka, karena menurut Baharestani (2003)
pola penyembuhan usia muda pasca
operasi lebih cepat pada usia tua. Hal ini
dikarenakan pada usia muda jumlah
fibroblast dan kolagen lebih banyak dan
lebih cepat dalam pembentukan jaringan
granulasi dari pada usia tua.
Nutrisi menurut penelitian Meilany
(2012) menyebutkan bahwa 55-60%
kebutuhan kalori total tubuh berasal dari
karbohidrat. Kepentingan karbohidrat
untuk luka sebagai faktor struktural
lubrikan, fungsi transport, imunologi,
hormonal dan enzimatik. Karbohidrat
juga merupakan komponen utama
glikoprotein dalam penyembuhan luka
dan aktivitas enzim heksokinase dan
sintesa sitrat dalam reaksi penyembuhan
luka. Penyediaan energi dari karbohidrat
juga dapat melalui penggunaan laktat.
Laktat sebagai produk metabolik
glukosa
penting
untuk
efek
penyembuhan
luka.
Aktivitas
penyembuhan luka diperankan oleh
dipeptida dan polipeptida, sehingga
menurut Morison (2015) pada pasien
menderita
luka untuk mempercepat
penyembuhan luka adalah masukan
nutrisi yang adekuat.
Berdasarkan data rekam medik
rumah sakit pada bulan Januari s/d
September 2015 telah melayani pasien
pembedahan sebanyak 928 pasien
dengan 420 (46,25%) merupakan
pembedahan laparatomi. Berdasarkan
hasil survey dari 72 pasien dengan bedah
laparotomi dan 42 (58,3%) pulang dalam
waktu kurang dari 2 minggu paska
operasi dengan 30 pasien berumur ≥ 30
tahun dan 12 pasien<30 tahun dan 30
(41,7%) pasien pulang dalam waktu 2
minggu paska operasi dengan 15 pasien
berasal dari pasien dengan usia < 30
tahun dan 15 pasien dengan usia ≥ 30
tahun dan 7 pasien diantaranya
mengalami anemia, 3 pasien DM,5
pasien status gizi kurang dan
berdasarkan hasil pengamatan konsumsi
makanan dari ruma sakit, terdapat
pasien yang tidak pernah menghabiskan
makanannya dengan alasan pasien
mengeluh nyeri pada lokasi pembedahan
dan 2 dari pasien tersebut mengatakan
mutih,
sehingga
hal
ini
juga
mengakibatkan terjadinya keengganan
untuk memenuhi asupan nutrisi, hal ini
mengakibatkan
pasien
mengalami
malnutrisi.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah
deskriptif korelatif dengan pendekatan
cross sectional dan point time
approach.populasi semua pasien bedah
laparatomi di Ruang Rawat Inap RSUD
Tugurejo Semarang. Tehnik sampling
dalam penelitian ini menggunakan
teknik quota sampling.
Alat pengumpulan data yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
menggunakan checklist pada variabel
umur, status gizi, status anemia pasien,
Dwi Nurwahyuningati |Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Pada Pasen Post Laparatomi, 2016
Page | 3
penyakit penyerta dan penyembuhan
luka.
Analisis
univariat
disajikan
dalam bentuk distribusi frekuensi dan
persentase yang digunakan untuk
mengetahui proporsi dan gambaran dari
tiap-tiap variabel penelitian yaitu umur,
status gizi, status anemia, penyakit
penyerta dan penyembuhan luka post
operasi laparatomi. Analisis bivariant
menggunakan uji korelasi, yaitu uji chi
square.
Berdasarkan hasil perhitungan pada
tabel diatas menunjukkan bahwa
sebagian responden berada berstatus gizi
baik yaitu sebanyak sama 14 responden
(50%).
3. Status Anemia
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi faktor status anemia
pada pasien post operasi laparatomi di
Ruang Rawat Inap RSUD Tugurejo
Semarang Januari 2016
30
25
HASIL
A. Analisis Univariat
1. Umur
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi faktor umur pada
pasien post operasi laparatomi di Ruang
Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang
Januari 2016
30
25
20
umur < 30
15
umur > 30
10
Jumlah
5
0
Frekuensi
Persentase (%)
Berdasarkan hasil perhitungan pada
tabel diatas menunjukkan bahwa
sebagian responden sedikit lebih besar
berada pada periode umur > 30 yaitu
sebanyak 18 responden (42,9%).
2. Status Gizi
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi faktor status gizi
pada pasien post operasi laparatomi di
Ruang Rawat Inap RSUD Tugurejo
Semarang Januari 2016.
30
25
20
Kurang
15
Baik
10
Jumlah
5
20
Anemia
15
Tidak Anemia
10
Jumlah
5
0
Frekuensi
Persentase (%)
Berdasarkan hasil perhitungan pada
tabel diatas menunjukkan bahwa
sebagian responden lebih besar sedikit
berada berstatus anemia yaitu sebanyak
26 responden (92,9).
4. Penyakit Penyerta
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi faktor penyakit
penyerta pada pasien post operasi
laparatomi di Ruang Rawat Inap RSUD
Tugurejo
Semaran
30
25
20
Ada
15
Tidak ada
10
Jumlah
5
0
Frekuensi
Persentase (%)
Penyembuhan Luka
Tabel 4.5
Gambaran distribusi frekuensi
penyembuhan luka post operasi
laparatomi di Ruang Rawat Inap RSUD
Tugurejo Semarang Januari 2016
0
Frekuensi
Persentase (%)
Dwi Nurwahyuningati |Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Pada Pasen Post Laparatomi, 2016
Page | 4
30
25
20
Tidak sembuh
15
Sembuh
10
Jumlah
5
0
Frekuensi
Persentase (%)
Berdasarkan
tabel
diatas
menunjukkan bahwa distribusi frekuensi
penyembuhan
luka
post
operasi
laparatomi di Ruang Rawat Inap RSUD
Tugurejo Semarang sebagian besar lebih
sedikit responden adalah sembuh yaitu
sebanyak 15 responden (53,6%).
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan faktor umur dengan
penyembuhan luka post operasi
laparatomi di Ruang Rawat Inap
RSUD Tugurejo Semarang
Tabel 4.6
Hubungan faktor umur dengan
penyembuhan luka post operasi
laparatomi di Ruang Rawat Inap RSUD
Tugurejo Semarang Januari 2016
Umur
> 30 thn
< 30 thn
p-value
Penyembuhan luka
Tidak
Sembuh
sembuh
F
%
F
%
8 44,4 10 55,6
5 50,0 5 50,0
1,000
Total
N
18
10
%
100,0
100,0
Berdasarkan hasil diatas menunjukkan
bahwa pada kategori usia penyembuhan
< 30 tahun sebagian besar berstatus luka
post laparatomi yang tidak sembuh yaitu
sebanyak (50,0%) lebih besar dari usia
penyembuhan lama > 30 tahun,
responden pada umur penyembuhan luka
> 30 tahun, (55,6%) lebih besar dari
pada usia penyembuhan cepat < 30
tahun, sembuh sebanyak (50,0%).
Berdasarkan hasil uji statistik
menggunakan uji alternative Chi Square
Test yaitu fisher’s exact test didapatkan
nilai 1,000 (α=0,05) sehingga tidak ada
hubungan antara faktor umur dengan
penyembuhan
luka
post
operasi
laparatomi di Ruang Rawat Inap RSUD
Tugurejo Semarang.
2. Hubungan faktor status gizi dengan
penyembuhan luka post operasi
laparatomi di Ruang Rawat Inap
RSUD Tugurejo Semarang.
Tabel 4.7
Hubungan faktor status gizi dengan
penyembuhan luka post operasi
laparatomi di Ruang Rawat Inap RSUD
Tugurejo Semarang Januari 2016
Status
Gizi
Kurang
Baik
p-value
OR
Penyembuhan luka
Tidak
Sembuh
sembuh
F
%
F
%
11 78,6
3
21,4
2
14,3 12 85,7
0,002
22,000
Total
N
14
14
%
100
100
Berdasarkan hasil tabulasi data
diatas menunjukkan hasil bahwa pada
kategori status gizi kurang terdapat
responden yang tidak sembuh sebanyak
(78,6%) lebih besar dari responden
dengan status gizi baik . Pada pasien
dengan
status
sembuh
status
(85,7%)lebih banyak dari status gizi
sembuh kurang.
Berdasarkan hasil uji statistik
menggunakan uji Chi Square dengan
membaca hasil continuity correction
didapatkan nilai 0,002 (α=0,05) sehingga
ada hubungan antara faktor status gizi
dengan penyembuhan luka post operasi
laparatomi di Ruang Rawat Inap RSUD
Tugurejo Semarang.
3. Hubungan faktor status anemia
dengan penyembuhan luka post
operasi laparatomi di Ruang Rawat
Inap RSUD Tugurejo Semarang.
Tabel 4.8
Hubungan faktor status anemia dengan
penyembuhan luka post operasi
Dwi Nurwahyuningati |Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Pada Pasen Post Laparatomi, 2016
Page | 5
laparatomi di Ruang Rawat Inap RSUD
Tugurejo Semarang Januari 2016
Status
Anemia
Anemia
Tidak
anemia
p-value
Penyembuhan luka
Tidak
Sembuh
sembuh
F
%
F
%
13 50,0 13 50,0
N
26
%
100
0
2
100
0
2
100,0
Total
1,000
Berdasarkan hasil tabulasi data
diatas menunjukkan hasil bahwa pada
kategori status anemia yang tidak
sembuh sebanyak (50%) sedangkan
kategori status tidak anemia yang
berstatus tidak sembuh sebanyak 0
responden (0%). Pada pasien yang
sembuh dengan status anemia sebanyak
(50,0%) lebih kecil dari responden yang
sembuh dengan status tidak anemia
(100%)
Berdasarkan hasil uji statistik
menggunakan uji Chi Square Test
dengan uji alternatif kolmogoro-smirnov
test didapatkan nilai 1.000 (α=0,05)
sehingga tidak ada hubungan antara
faktor
status
anemia
dengan
penyembuhan
luka
post
operasi
laparatomi di Ruang Rawat Inap RSUD
Tugurejo Semarang.
4. Hubungan faktor penyakit penyerta
dengan penyembuhan luka post
operasi laparatomi di Ruang Rawat
Inap RSUD Tugurejo Semarang
Tabel 4.9
Hubungan faktor penyakit penyerta
dengan penyembuhan luka post operasi
laparatomi di Ruang Rawat Inap RSUD
Tugurejo Semarang Januari 2016
Penyakit
Penyerta
Ada
Tidak
ada
p-value
Penyembuhan luka
Tidak
Sembuh
sembuh
F
%
F
%
5
100,0
0
0,0
N
5
%
100
8
23
100
34,8
15
53,6
Total
0,019
Berdasarkan hasil tabulasi data
diatas menunjukkan hasil bahwa pada
kategori ada penyakit penyerta DM
semua berstatus tidak sembuh sebanyak
(100%) lebih besarl dari pada responden
dengan kategori tidak ada penyakit
penyerta sebagian responden berstatus
tidak sembuh sebanyak (34,8%).
Responden yang sembuh dengan tidak
adanya penyakit penyerta yaitu sebanyak
(53,6%)
Berdasarkan hasil uji statistik
menggunakan uji a Chi Square Test
dengan uji alternatif kolmogoro-smirnov
test didapatkan nilai 0,019 (α=0,05)
sehingga ada hubungan antara faktor
penyakit penyerta dengan penyembuhan
luka post operasi laparatomi di Ruang
Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang.
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Umur
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa pasien
dengan umur > 30 tahun
melakukan operasi laparatomi
dengan diagnosa hernia dan < 30
dengan diagnosa apendisitis.
2. Status Gizi
Di rumah sakit Tugurejo,
pemberian asupan nutrisi pada
pasien post operasi laparatomi
pada hari pertama dan hari kedua
dalam bentuk cair, untuk hari
ketiga diberikan dalam bentuk
halus dan pada hari keempat
dalam bentuk lunak. Hal ini yang
menyebabkan
nafsu
makan
menurun.
3. Status Anemia
Hal ini di sebabkan oleh
kehilangan darah atau plasma
pada waktu pembedahan di
lakukan. Pada kasus post operasi
sering kali tanda-tanda hemoragi
setelah pembedahan di samarkan
oleh anastesi, sehingga kejadian
anemia pada pasien post operasi
Dwi Nurwahyuningati |Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Pada Pasen Post Laparatomi, 2016
Page | 6
banyak terjadi (Brunner dan
Suddarth, 2005)
4. Penyakit Penyerta
Di RSUD Tugurejo di
dapatkan hasil, penyakit penyerta
yang di jumpai pada pasien post
operasi
laparatomi
adalah
hipertensi dan diabetes melitus.
Diabetes mellitus
(DM)
adalah penyakit kronik yang
terjadi ketika pankreas tidak
cukup
dalam
memproduksi
insulin atau ketika tubuh tidak
efisien menggunakan insulin itu
sendiri.
5. Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka
adalah
salah
satu
hal
terpenting dalam pelaksanaan
pasien pasca pembedahan yakni
meyatukan kedua tepi luka
berdekatan
dan
saling
berhadapan,
jaringan
yang
dihasilkan
sangat
sedikit
biasanya dalam waktu 10
sampai 14 hari, repitalisasi
secara normal sudah sempurna
dan biasanya hanya menyisakan
jaringan paruh tipis yang
dengan cepat memudar dengan
warna merah muda menjadi putih
(Morison, 2015).
B. Analisi Bivariat
1. Hubungan Faktor Umur dengan
Penyembuhan Luka Post Operasi
Laparatomi di Ruang Rawat Inap
RSUD Tugurejo Semarang.
Hasil ini dipengaruhi oleh
kondisi penyakit yang dialami
oleh responden dengan usia < 30
tahun
dengan
diagnosa
apendisitis, dimana apendisitis
menyebabkan nyeri disertai
anoreksia, mual dan muntah,
sehingga mempengaruhi status
gizi klien. Pada responden
dengan usia > 30 tahun dengan
diagnosa
hernia,
yang
mengakibatkan nyeri.
2. Hubungan Faktor Status Gizi
dengan Penyembuhan Luka Post
Operasi Laparatomi di Ruang
Rawat Inap RSUD Tugurejo
Semarang.
Di rumah sakit Tugurejo,
pemberian asupan nutrisi pada
pasien post operasi laparatomi
pada hari pertama dan hari kedua
dalam bentuk cair, untuk hari
ketiga diberikan dalam bentuk
halus dan pada hari keempat
dalam bentuk lunak. Hal ini yang
menyebabkan
nafsu
makan
menurun.
Hal
ini
yang
menyebabkan pasien tidak mau
makan, merasa enggan, tidak
terbiasa,takut
buang
air
besar,takut nyeri,hal tersebut
yang yang menjadikan alasan,
nafsu makan menjadi menurun.
3. Hubungan Faktor Status Anemia
dengan Penyembuhan Luka Post
Operasi Laparatomi di Ruang
Rawat Inap RSUD Tugurejo
Semarang.
Anemia
memperlambat
proses
penyembuhan
luka
mengingat
perbaikan
sel
membutuhkan kadar protein yang
cukup. Oleh sebab itu, orang
yang mengalami kekurangan
kadar hemoglobin dalam darah
akan
mengalami
proses
penyembuhan yang lama (Perry
dan Potter, 2006). Di RSUD
Tugurejo kebanyakan pasien
bedah menghindari makanan
seperti telur, ikan, sayur. Mereka
berpendapat
dengan
mengkonsumsi ikan ,lukanya
basah dan lama kering.sehingga
saat di berikan makanan sesui
aturan gizi mereka memakan nasi
dan meninggalkan ikan.
Dwi Nurwahyuningati |Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Pada Pasen Post Laparatomi, 2016
Page | 7
4. Hubungan
Faktor
Penyakit
Penyerta dengan Penyembuhan
Luka Post Operasi Laparatomi di
Ruang Rawat Inap RSUD
Tugurejo Semarang.
`Diabetes
menyebabkan
peningkatan
ikatan
antara
hemoglobin
dan
oksigen
sehingga gagal untuk melepaskan
oksigen ke jaringan. Salah satu
tanda diabetes adalah kondisi
hiperglikemia yang berlangsung
terus menerus. Hiperglikemia
menghambat leokosit melakukan
fagositosis
sehingga
rentan
terhadap infeksi.
Jika kita
mengalami luka akan sulit untuk
sembuh
karena
diabetes
mempengaruhi
kamampuan
tubuh untuk melawan infeksi
(Gitarja dan Hardian, 2008).
KESIMPULAN
1. Karakteristik responden yaitu pada
usia > 30 tahun yaitu sebanyak 18
responden (64,3%), berstatus gizi
baik yaitu sebanyak 14 responden
(50%), berstatus anemia yaitu
sebanyak 16 responden (57,1%) dan
tidak memiliki penyakit penyerta
yaitu sebanyak 23 responden
(82,1%).
2. Penyembuhan luka post operasi
laparatomi di Ruang Rawat Inap
RSUD Tugurejo Semarang sebagian
besar adalah sembuh yaitu sebanyak
15 responden (53,6%).
3. Hubungan antara faktor umur, status
gizi, status anemia, dan penyakit
penyerta (diabetes melitus) dengan
penyembuhan luka post operasi
laparatomi di ruang rawat inap
RSUD Tugurejo Semarang.
a. Tidak ada hubungan antara
faktor
umur
dengan
penyembuhan luka post operasi
laparatomi (p value = 1,000)
b.
Ada hubungan antara faktor
status gizi dengan penyembuhan
luka post operasi laparatomi (p
value = 0,002)
c. Ada hubungan antara faktor
status
anemia
dengan
penyembuhan luka post operasi
laparatomi (p value = 0,002)
d. Ada hubungan antara faktor
penyakit
penyerta
dengan
penyembuhan luka post operasi
laparatomi (p value = 0,013)
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, H.R. (2009). Perawatan Luka
Modern. Retreived October
25,
2015,
from
http://www.fkep.unpad.ac.id/2
009/01/perawatan-lukamodern/
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.
Ernawati, S.R. (2010). Faktor-Faktor
yang Hidayat. (2010). Metode
Penelitian Keperawatan dan
Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika.
Jitowiyono.
(2012).
Asuhan
Keperawatan Post Operasi.
Jakarta : Nuha Medika.
Kozier, Barbara., Erb, Glenora.,
Berman, Audrey., Synder,
shirlee. J. (2010). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, & Praktik.
Edisi 7. Volume 1. Alih
bahasa Pamilih Eko Karyuni.
Jakarta: EGC.
Mansjoer Arif dkk. (2007). Kapita
Selekta Kedokteran Jilid I.
Jakarta : Media Aesculaplus.
Morison, M. J. (2015). Manajemen
Luka.
Jakarta
:
EGC.
Dwi Nurwahyuningati |Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Pada Pasen Post Laparatomi, 2016
Page | 8
Dwi Nurwahyuningati |Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Pada Pasen Post Laparatomi, 2016
Page | 9
Download