4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Friesian Holstein Sapi Holland selain merupakan sapi perah yang berbadan besar juga rata-rata produksi susunya tertinggi apabila dibandingkan dengan bangsa sapi perah lainnya. Di Amerika Serikat rata-rata produksi susnya mencapai 12,6874 Pound dalam satu masa laktasi, tetapi kadar lemak susunya relatif rendah yaitu 3,5 – 3,7 %. Warna lemaknya kuning dengan butiran-butiran (globuli) lemaknya kecil, sehingga baik untuk konsumsi susu segar (Prihadi, 1997). Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80--90 % dari seluruh sapi perah yang berada di sana. Sapi ini berasal dari Belanda yaitu di Provinsi North Holand dan West Friesland yang memiliki padang rumput yang sangat luas (Blakely dan Bade, 1998). Ciri-ciri sapi Friesian Holstein (FH) yang baik adalah memiliki tubuh luas ke belakang, sistem dan bentuk perambingan baik, puting simetris, dan efisiensi pakan tinggi yang dialihkan menjadi produksi susu (Blakely dan Bade, 1998), sedangkan menurut Malaka (2010) Sapi perah adalah sapi yang dapat memproduksi susu lebih dari kebutuhan anaknya. Kemampuan produksi susu sapi FH dan peranakan adalah 1800-2000 kg/laktasi. Secara normal makin sering dapi melahirkan maka produksi susunya semakin meningkat sampai batas maksimum tertinggi pada periode laktasi saat melahirkan yang ke-4 -5 kali, sesudah itu produksi akan cenderung menurun. Sapi ini berasal dari negara Belanda. Tanda-tandanya warna belang hitam putih, pada dahi umumnya terdapat warna putih berbentuk segitiga, kaki bagian bawah dan bulu ekornya berwarna putih, tanduk pendek serta menjurus kedepan, dan lambat dewasa. Sifat sapi in jinak dan tenang, sehingga mudah untuk dikuasai, tidak tahan terhadap panas, tetapi lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, tetapi untuk sapi jantan biasanya menunjukkan sifat nakan dan agak ganas, karena mudah 4 5 menyesuaikan diri dengan lingkungan bangsa sapi in mudah ditemui diseluruh penjuru dunia (Siregar,1992). Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) merupakan hasil persilangan antara sapi FH dengan sapi lokal, dengan ciri - ciri yang hampir menyerupai FH tetapi produksi susu relatif lebih rendah dari FH dan badannya juga lebih kecil (Siregar, 1992). Hasil dari persilangan tersebut mempunyai sifat diantara kedua induknya, dimana pertambahan bobot badan cukup tinggi serta mampu beradaptasi dengan lingkungan tropis secara baik (Syarief, 2000). Menurut Subandriyo (1993) yang menyatakan bertambahnya angka paritas menyebabkan umur induk semakin tua sehingga menyebabkan kondisi induk akan terus menurun dan kemampuan reproduksinya juga mengalami penurunan. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian tentang pengaruh umur induk yang berbeda untuk mengevaluasi efisiensi reproduksi induk sapi perah PFH. Bangsa sapi Friesian Holstein (FH) memiliki produksi susu tertinggi dibandingkan bangsa-bangsa sapi perah lainnya. Sapi FH mengalami peningkatan produksi susu sebanyak 23% selama periode 25 tahun. Sapi FH mempunyai masa laktasi panjang dan produksi susu yang tinggi dengan puncak produksi susu dan persistensi produksi susu yang baik. Sapi dengan persistensi laktasi yang tinggi akan lebih panjang masa produksinya (Cole dan Null, 2003). Abidin (2002), menyatakan bahwa sapi PFH betina dilahirkan dengan warna bulu putih kecokelatan dan abu-abu. Setelah dewasa warna cokelat berubah jadi hitam gelap, jantan berubah menjadi hitam putih. Seekor sapi perah dengan karakteristik sapi perah yang baik menampilkan fungsi produksi susu dan lemak susu untuk jangka waktu panjang dan lama (Blakely dan Bade, 1998). B. Susu Sapi Susu mengandung bermacam-macam unsur dan sebagian besar terdiri dari zat makanan yang juga diperlukan bagi pertumbuhan bakteri. Oleh karenanya pertumbuhan bakteri dalam susu sangat cepat, pada suhu yang sesuai. Jenis-jenis Micrococcus dan Corybacterium sering terdapat dalam 6 susu yang baru diambil. Pencemaran berikutnya timbul dari sapi, alat-alat pemerahan yang kurang bersih dan tempat-tempat penyimpanan yang kurang bersih, debu, udara, lalat dan penanganan oleh manusia (Buckle, et. al., 1987). Menurut Standar Nasional Indonesia (2011) Susu adalah cairan dari ambing sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, dan hewan ternak penghasil susu lainnya baik segar maupun yang dipanaskan melalui proses pasteurisasi, Ultra High Temperature (UHT) atau sterilisasi. Susu segar yang akan diminum harus melalui pasteurisasi terlebih dahulu guna mencegah penularan penyakit dan mencegah penularan penyakit dan mencegah kerusakan karena mikroorganisme. Dalam proses pasteurisasi, susu dipanaskan pada suhu 65° Celcius selama 30 menit. Laktosa adalah satu-satunya karbohidrat pada susu. Secara kimia sebuah molekul dari laktosa diproduksi dari gabungan antara stu glukosa dan satu galaktosa sisa yang dihasilkan oleh sebuah α-lactalbumin yang bergantung pada enzim. Galaktosa dalah derivat hampir sama seperti glukosa tetapi bagian kecil yang bersal dari asetat dan gliserol (Mc Donald, et. al., 2002). Susu yang berasal dari sapi perah lazim disebut susu, sedangkan susu dari ternak yang lain diberi sebutan sesuai dengan nama hewan penghasilnya. Sebagai contoh, susu dari kerbau disebut susu kerbau dan susu dari kambing disebut susu kambing (Muhamad, 2002). Warna air susu dapat berubah dari satu warna ke warna yang lain, tergantung dari sumber ternaknya, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat, dan bahan pembentuk warna. Warna susu berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna putih dari susu merupakan hasil dispersi dari refleksi cahaya oleh globula lemak dan partikel koloidal dari casein dan kalsium fosfat. Warna kuning adalah karena lemak dan caroten yang dapat larut. (Williamson, 1993) Menurut (Murti, 2002) Air susu merupakan suspensi alam antara air dan bahan terlarut di dalamnya. Salah satu di antaranya adalah lemak. Kadar lemak di dalam susu adalah 3,45%. Kadar lemak sangat berarti dalam penentuan nilai gizi susu. Bahan makanan hasil olahan dari bahan baku susu 7 seperti mentega, keju, krim, susu kental, dan susu bubuk banyak mengandung lemak. Menurut Raharjo (2002) susunan lemak susu terdiri dari lemak majemuk, merupakan lemak murni dan terdiri dari 3 molekul asam lemak terikat pada suatu molekul gliserin. Lemak asam susu terdiri dari campuran beberapa asam lemak antara lain: • Lemak sederhana yang memiliki asam lemak sama • Lemak campuran yang terdiri dari beberapa macam lemak yang terikat pada molekul gliserin Kualitas susu adalah kondisi susu yang sama dalam keadaan asli, tidak berubah sebagaimana dikeluarkan dari ambing ternak sehat (Murti, 1999). Faktor kualitas susu meliputi kimia, fisik dan biologi. Pengujian kualitas susu didasarkan pada kodex susu di Indonesia. Kodex susu di Indonesia mensyaratkan ditetapkannya nilai nilai yang telah ditentukan (Hadiwiyoto, 1994) lingkungan kesehatan hewan yang berproduksi dan cara cara perawatan sapi perah dan susunya adalah factor yang terpenting yang menentukan kualitas susu yang dipasarkan. Kualitas meliputi cita rasa, aroma susu, kandungan bakteri dan sifat sifat kimianya ( Williamson dan Payne, 1993) Warna putih susu ditentukan oleh lemak susu. Bentuk lemak di dalam susu merupakan butir yang disebut globuler. Besar kecilnya butir lemak ditentukan oleh kadar air yang ada di dalamnya. Makin banyak air maka makin besar globuler dan keadaan ini dikhawatirkan akan menjadi pecah. Bila globuler pecah maka susu disebut pecah. Susu yang pecah tidak dapat dipisahkan lagi krimnya dan tidak dapat dijadikan sebagai bahan makanan. Globuler susu mudah menyerap bau dari sekitarnya. (Buckle et.al, 1987) Sifat fisik susu menurut (Kasman, 2004) yaitu : 1. Warna air susu : Warna air susu dapat berubah dari satu warna kewarna yang lain, tergantung dari bangsa ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat dan bahan pembentuk warna. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna putih dari susu merupakan hasil dispersi 8 dari refleksi cahaya oleh globula lemak dan partikel koloidal dari casein dan calsium phosphat. Warna kuning adalah karena lemak dan caroten yang dapat larut. Bila lemak diambil dari susu maka susu akan menunjukkan warna kebiruan. 2. Rasa dan bau susu : Kedua komponen ini erat sekali hubungannya dalam menentukan kualitas air susu. Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan rasa asin berasal dari klorida, sitrat dan garam-garam mineral lainnya. Bau air susu mudah berubah dari bau yang sedap menjadi bau yang tidak sedap. Bau ini dipengaruhi oleh sifat lemak air susu yang mudah menyerap bau disekitarnya. Demikian juga bahan pakan ternak sapi dapat merubah bau air susu. Susu merupakan hasil sekresi kelenjar susu hewan mamalia betina sebagai sumber gizi bagi anaknya. Kebutuhan gizi pada setiap hewan mamalia betina bervariasi sehingga kandungan susu yang dihasilkan juga tidak sama pada hewan mamalia yang berbeda (Potter, 2004) Menurut Winarno (2007) susu adalah cairan berwarna putih yang disekresi oleh kelenjar mamae (ambing) pada binatang betina mamalia, untuk bahan makanan dan sumber gizi bagi anaknya. Sebagian besar susu yang dikonsumsi manusia berasal dari sapi. Susu tersebut diproduksi dari unsur darah pada kelenjar susu sapi. C. Penanganan Susu Menurut Winarno (1997) penanganan susu segar sangat penting dilakukan untuk memperlambat penurunan kualitas susu atau memperpanjang masa simpan susu. Cara penanganan air susu sesudah pemerahan adalah sebagai berikut : 1. Air susu hasil pemerahan harus segera dikeluarkan dari kandang untuk menjaga agar susu tersebut tidak berbau sapi atau kandang. Keadaan ini penting terutama jika keadaan ventilasi kandang kurang baik. 9 2. Air susu tersebut disaring menggunakan saringan yang terbuat dari kain atau kapas, susu tersebut langsung disaring kedalam milkcan, segera setelah penyaringan kedalam milkcan harus ditutup rapat. 3. Tanpa menghiraukan berapa banyak kuman yang telah ada, air susu perlu didinginkan secepat mungkin sesudah pemerahan dan penyaringan sekurang kurangnya pada suhu 4°C-7°C selama 2 atau 3 jam. Untuk mencegah berkembangnya kuman yang terdapat didalam air susu, bila tidak mempunyai alat pendingin maka pendinginan tersebut dilakukan dengan menggunakan balok es. Milkcan yang berisi air susu ditutup rapat kemudian dimasukkan kedalam balok yang berisi es balok. Kontaminasi susu perlu dicegah sedini mungkin dengan menjaga kebersihan dan kesehatan hewan perah (Celly, 1996) Menurut Samudhita (1986) Agar susu yang diproduksi terjaga kebersihannya dan lebih tahan lama dari kerusakan maka dapat dilakukan beberapa penanganan tentang air susu antara lain : 1. Pendinginan Susu. Pendinginan susu bertujuan agar terjadi penurunan suhu susu dari suhu ambing 37°C ke berbagai suhu yang lebih rendah untuk menahan mikroba perusak susu agar jangan berkembang, sehingga susu tidak mengalami kerusakan dalam waktu yang relatif singkat. Pendinginan susu biasanya menggunakan lemari es atau alat pendingin khusus yang suhunya dibawah 10°C. 2. Pasteurisasi Susu. Pasteurisasi susu adalah pemanasan susu dibawah temperature didihdengan maksud hanya membunuh kuman ataupun bakteri patogen, sedangkan sporanya masih dapat hidup. Ada 3 cara pasteurisasi susu yaitu : Pasteurisasi lama (law temperature, long time), Pasteurisasi singkat (high temperature, short time), Pasteurisasi dengan Ultra High Temperature. D. Analisis Finansial 1. Output Input Analysis Besarnya pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak maka harus ada keseimbangan antara penerimaan dengan biaya-biaya 10 yang dikeluarkan dengan menggunakan suatu alat analisis yaitu π = TR – TB dimana π adalah pendapatan (keuntungan), TR adalah Total Revenue atau total penerimaan adalah pendapatan (keuntungan), TR adalah total revenue atau total penerimaan peternak dan TC adalah total cost atau total biaya-biaya. Namun sebelum menggunakan alat analisis tersebut maka terlebih dahulu dilakukan pemisahan biaya dan penerimaan (Hoddi, 2011). Keuntungan yang diperoleh petani merupakan hasil dari penjualan ternak sapi potong dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa produksi. Setiap akhir panen petani akan menghitung hasil bruto yang diperolehnya. Hasil itu harus dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkannya. Setelah semua biaya tersebut dikurangkan barulah petani memperoleh apa yang disebut dengan hasil bersih atau keuntungan (Daniel, 2002). Umumnya, ukuran yang sering kali digunakan untuk menilai berhasil atau tidaknya manajemen suatu perusahan adalah dengan melihat laba yang diperoleh perusahaan. Laba bersih merupakan selisih positif atas penjualan dikurangi biaya-biaya dan pajak. Pengertian laba yang dianut oleh organisasi akuntansi saat ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih positif antara pendapatan dan biaya. Laba sering disebut juga pendapatan bersih atau net earnings (Horngren, 2000). 2. BCR Secara umum, Cost Benefit Analysis (CBA) menurut Apriliya (2006) adalah cara untuk menentukan apakah hasil yang menguntungkan dari sebuah alternatif, akan cukup untuk dijadikan alasan dalam menentukan biaya pengambilan alternatif. Analisa ini telah dipakai secara luas dalam hubungannya dengan proyek pengeluaran modal. Khususnya untuk dunia teknologi informasi, CBA adalah suatu teknik yang paling umum untuk menghitung biaya (cost) dan keuntungan/manfaat (benefit) dalam suatu proyek teknologi informasi. 11 Benefit cost ratio analysis merupakan metode untuk membandingkan manfaat (benefit) dan dana yang dibutuhkan (cost). Metode ini dapat digunakan untuk menentukan keputusan dalam memilih beberapa alternatif, termasuk perlu layak atau tidaknya memilih investasi yang lebih besar dengan pemasukan lebih besar (analisis incremental). Metode ini juga dapat diterapkan pada proyek dengan jangka waktu akhir yang tidak ditentukan, serta memiliki kemampuan analisis incremental yang baik. Faktor-faktor dalam metode analisis ini menjadikan benefitcost ratio analysis sering digunakan pada analisis untuk pemilihan opsi di bidang infrastruktur (Akbary, 2004). Umumnya metode benefit cost ratio (BCR) digunakan pada tahap awal evaluasi perencanaan investasi sebagai analisis tambahan dalam rangka validasi hasil evaluasi yang telah dilakukan dengan metode lain. Metode ini sangat bermanfaat untuk evaluasi proyek pemerintah yang berdampak langsung kepada masyarakat banyak (public government project), baik dampak positif maupun dampak negatif. Metode ini memberi penekanan terhadap ratio antara aspek manfaat (benefit) dengan aspek biaya (cost) yang ditanggung akibat adanya investasi tersebut (Zacoeb, 2014). 3. PPC Pengertian dari Payback period adalah pengembalian dimasa mendatang. Diartikan sebagai laba bersih sesudah pajak ditambah penyusutan yang dihasilkan oleh suatu proyek metode pembayaran kembali. Payback Period Method ialah suatu metode untuk menentukan berapa lama (biasanya dalam tahun) waktu yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk memperoleh kembali investasi semula dari arus kas bersih yang dihasilkan (Umar, 2009). Metode payback period adalah salah satu metode pemilihan proyek yang sederhana dan mudah diterapkan. Payback period menunjukkan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal yang digunakan pada investasi awal. Payback period 12 tersebut lebih pendek dari umur investasi, maka usaha tersebut menguntungkan sehingga layak untuk dijalankan, namun apabila payback period tersebut lebih panjang dari umur investasi maka usaha tersebut tidak layak dijalankan (Husnan dan Suwarsono, 2005). Payback period adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan (cash in flows) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis payback period dalam studi kelayakan perlu juga diperhitungkan. Tujuan studi kelayakan untuk mengetahui berapa lama proyek atau usaha yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi (Ibrahim, 2009). 4. BEP Analisis titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan beroperasi dengan kondisi tidak memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian. Melalui analisis ini, dapat diketahui kondisi industri yang mampu menjual produknya dengan jumlah tertentu. Sehingga industri tidak menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba atau impas (Kasmir, 2010). Analisis Break Even Point sangat bermanfaat untuk merencanakan laba operasi dan volume penjualan suatu perusahaan. Mengetahui informasi besarnya hasil titik impas yang dicapai, maka industri dapat melakukan kebijakan. Kebijakan yang dilakukan yaitu menentukan berapa jumlah produk yang harus dijual (budget sales), harga jualnya (sales price) apabila indutri menginginkan laba tertentu dan dapat meminimalkan kerugian yang akan terjadi (Retno, 2011). Analisis break even point adalah suatu alat atau teknik yang digunakan oleh manajemen untuk mengetahui tingkat penjualan tertentu perusahaan sehingga tidak mengalami laba dan tidak pula mengalami kerugian. Impas adalah suatu keadaan perusahaan dimana total penghasilan sama dengan total biaya. Keadaaan impas perusahaan dapat terjadi apabila hasil penjualan hanya cukup untuk menutupi biaya-biaya 13 yang telah dikeluarkan perusahaan ketika memproduksi suatu produk (Supriyono, 2000). 5. Likuiditas Sutrisno (2003) berpendapat bahwa rasio likuiditas merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Rasio ini mengasumsikan bahwa aktiva lancar merupakan sumber uang utama untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio-rasio yang termasuk rasio likuiditas adalah current ratio, quick ratio dan cash ratio. Menurut Munawir (2001), likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Secara umum pengertian likuiditas (liquidity) mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid, dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah ilikuid. Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi hutang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Rasio likuiditas yang sering digunakan adalah quick ratio dan bangking ratio (Kasmir, 2008). 6. Solvabilitas Rasio solvabilitas/Leverage adalah mengukur berapa besar penggunaan utang dalam pembelanjaan perusahaan. Besar kecilnya leverage ratio dapat diukur dengan cara yang pertama yaitu rasio utang atua debt ratio (Debt to Total Asset Ratio), rasio utang jangka panjang (long-term debt ratio) dan rasio kelipatan pembayaran bunga (Times 14 Interest Earned). Rasio utang/debt ratio (Debt to Total Asset Ratio) ini mengukur proporsi dana yang bersumber dari utang untuk membiayai aktiva perusahaan. Semakin besar rasio menunjukkan semakin besar porsi penggunaan utang dalam membiayai investasi pada aktiva, yang berarti pula risiko keuangan perusahaan meningkat dan sebaliknya. Rasio utang jangka panjang (long-term debt ratio) Pada rasio ini mengukur proporsi dana yang bersumber dari utang untuk membiayai seluruh aset perusahaan. Rasio kelipatan pembayaran bunga (Times Interest Earned). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar utang dengan laba sebelum bunga pajak. Biasanya juga rasio ini menghitung seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup beban tetap bunga (Sudana, 2001). Menurut Munawir (2007), solvabilitas menunjukkan kapasitas atau kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan tersebut dilikuidas. Suatu perusahaan yang solvabel berarti perusahaan tersebut mempunyai ekuitas atau modal yang cukup untuk melunasi semua hutangnya. Sebaliknya, perusahaan yang tidak solvabel berarti perusahaan tersebut memiliki modal yang tidak mencukupi untuk melunasi hutangnya sehingga perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan untuk memperoleh tambahan pinjaman dari kreditur sebelum perusahaan menambah modalnya sendiri. Keadaan ini menyebabkan perusahaan sulit untuk mengadakan perluasan dan peningkatan produksi. Solvabilitas perusahaan dapat diukur dengan rasio solvabilitas. Rasio ini menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang (dana pihak luar). Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan perusahaan sehingga memperbesar resiko yang ditanggung perusahaan. Rasio solvabilitas dapat menggunakan dua ukuran, yaitu rasio hutang total terhadap total aktiva (debt ratio/DR) dan rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) (Warsono, 2003). 15 7. Rentabilitas Rentabilitas adalah perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Kata lain rentabilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting dari pada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan atau koperasi telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lainnya ialah menghitung rentabilitasnya (Riyanto, 2001). Menurut Munawir (2001), menyatakan bahwa rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan seluruh modal yang digunakan (modal asing dan modal sendiri). Perhitungan rentabilitas ekonomi laba yang dihitung hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan yang biasa disebut laba usaha. Laba yang diperoleh dari usaha diluar perusahaan seperti deviden, tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi. Menurut Martono (2001), rentabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal yang digunakan untuk menghasilkan laba dengan membandingan antara laba dengan aktiva atau modal untuk menghasilkan laba tersebut. Modal perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari pemilik perusahaan (modal sendiri) dan dari para kreditur (modal asing). Sehubungan dengan adanya sumber modal tersebut, maka rentabilitas suatu perusahaan dapat dihitung dengan dua cara: yaitu perbandingan antara laba usaha dengan seluruh modal yang digunakan (modal sendiri dan modal asing) yang disebut dengan rentabilitas ekonomi dan perbandingan antara laba yang tersedia untuk pemilik perusahaan dengan jumlah modal sendiri yang dimasukkan oleh pemilik perusahaan tersebut, yang disebut rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha. 8. Asset Turnover Ratio (ATO) 16 Asset turnover ratio (ATO) atau disebut juga rasio perputaran total aktiva merupakan rasio yang mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari perputaran maupun pemanfaatan total aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah yang telah ditanamkan pada aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi perusahaan. Rasio ini dapat menjelaskan seberapa sukses suatu perusahaan dalam memanfaatkan aset nya untuk menghasilkan laba. Jika suatu perusahaan dapat melakukan penjualan dengan menggunakan aset secara minimal maka akan menghasilkan rasio perputaran aktiva yang lebih tinggi. Disimpulkan bahwa perusahaan dapat menjalankan operasi dengan baik karena mampu memanfaatkan aset yang dimilikinya secara efisien. Rasio perputaran aktiva yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan memanfaatkan aset nya secara tidak efisien dan optimal. Asset turnover ratio (ATO) merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh pada Return on Equity menurut dari analisis Dupont (Martono, 2001). Menurut Harahap (2008), menyatakan bahwa rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Atau dengan kata lain semakin tinggi rasio ini maka hal ini menunjukkan perusahaan semakin efisien dalam penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Asset turn over menggambarkan rasio perputaran total aktiva dipergunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva yang dimiliki guna menghasilkan penjualan tertentu. Asset harus dikelola dengan baik yaitu dapat digunakan seefektif dan seefisien mungkin dalam menghasilkan laba. Perputaran aktiva (asset turn over) yang tinggi menunjukkan return on asset yang baik. Jadi jika semakin efektif aktiva digunakan maka 17 penjualan yang ada juga semakin meningkat (Brigham dan Houston, 2001). 9. Earning Before Interest and Tax (EBIT) Menurut Sutrisno (2001), menyatakan dalam memilih alternatif sumber dananya tersebut, perlu diketahui pada tingkat profit sebelum bunga dan pajak (Earning Before Interest and Tax) berapa apabila dibelanjai dengan modal sendiri atau hutang menghasilkan EPS yang sama. Bahwa tingkat laba bersih sebelum bunga dan pajak (EBIT) merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya laba per lembar saham. Laba sebelum dikurangi pajak biasa disebut dengan EBIT (Earning Before Interest and Tax). Laba sebelum dikurangi pajak merupakan laba operasi ditambah hasil dan biaya diluar operasi biasa. Bagi pihakpihak tertentu terutama dalam hal pajak, angka ini adalah yang terpenting karena jumlah ini menyatakan laba yang pada akhirnya dicapai perusahaan (Suwardjono, 2003). 10. Profit Margin Menurut Jumingan (2008), menyatakan bahwa profit margin adalah rasio laba usaha dengan penjualan neto. pengukuran profit margin yang digunakan adalah merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan operasional yang diperoleh perusahaan dari setiap penjualan bersih, karena bertujuan untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari hasil operasinya. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba operasional cukup tinggi, sehingga dapat melaksanakan kegiatan perusahaan dengan lancar dan perusahaan dapat mencapai tujuan utama perusahaan yang telah direncanakan sebelumnya yaitu kinerja perusahaan yang efektif dan efisien. Pengukuran profit margin yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan operasional yang diperoleh perusahaan dari setiap penjualan bersih, karena bertujuan untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan 18 dalam menghasilkan laba dari hasil operasinya. Semakin besar rasio ini semakin baik mendapatkan karena laba dianggap operasional kemampuan cukup tinggi, perusahaan dalam sehingga dapat melaksanakan kegiatan perusahaan dengan lancar dan perusahaan dapat mencapai tujuan utama perusahaan yang telah direncanakan sebelumnya yaitu kinerja perusahaan yang efektif dan efisien (Riyanto, 2003). Jenis-jenis profit margin ada 3, yaitu groos profit margin ratio, net profit margin ratio dan operating profit ratio margin. Ratio gross profit margin mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan, atau bila ratio ini dikurangkan terhadap angka 100% maka akan menunjukan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya operasi dan laba bersih. Besar kecilnya rasio profit margin pada setiap transaksi sales ditentukan oleh dua faktor, yaitu net sales dan laba usaha atau net operating income tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating expenses). Operating ratio mencerminkan tingkat efesiansi perusahaan, sehingga ratio yang tinggi menunjukan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil. (Munawir, 2001). 11. Return on Investment (ROI) Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009). Return on investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva. Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on Investment atau return on assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan 19 operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan (Riyanto, 2001). Analisis Return On Investment (ROI) dalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Analisa Return On Investment Universitas Sumatera Utara ini sudah merupakan tehnik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. RO) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. ROI menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (Net Operating Income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (Munawir, 2001).