BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Friesian Holstein Sapi Holland

advertisement
4 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sapi Friesian Holstein
Sapi Holland selain merupakan sapi perah yang berbadan besar juga
rata-rata produksi susunya tertinggi apabila dibandingkan dengan bangsa sapi
perah lainnya. Di Amerika Serikat rata-rata produksi susnya mencapai
12,6874 Pound dalam satu masa laktasi, tetapi kadar lemak susunya relatif
rendah yaitu 3,5 – 3,7 %. Warna lemaknya kuning dengan butiran-butiran
(globuli) lemaknya kecil, sehingga baik untuk konsumsi susu segar (Prihadi,
1997). Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling
banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80--90 % dari seluruh sapi perah
yang berada di sana. Sapi ini berasal dari Belanda yaitu di Provinsi North
Holand dan West Friesland yang memiliki padang rumput yang sangat luas
(Blakely dan Bade, 1998).
Ciri-ciri sapi Friesian Holstein (FH) yang baik adalah memiliki tubuh
luas ke belakang, sistem dan bentuk perambingan baik, puting simetris, dan
efisiensi pakan tinggi yang dialihkan menjadi produksi susu (Blakely dan
Bade, 1998), sedangkan menurut Malaka (2010) Sapi perah adalah sapi yang
dapat memproduksi susu lebih dari kebutuhan anaknya. Kemampuan
produksi susu sapi FH dan peranakan adalah 1800-2000 kg/laktasi. Secara
normal makin sering dapi melahirkan maka produksi susunya semakin
meningkat sampai batas maksimum tertinggi pada periode laktasi saat
melahirkan yang ke-4 -5 kali, sesudah itu produksi akan cenderung menurun.
Sapi ini berasal dari negara Belanda. Tanda-tandanya warna belang
hitam putih, pada dahi umumnya terdapat warna putih berbentuk segitiga,
kaki bagian bawah dan bulu ekornya berwarna putih, tanduk pendek serta
menjurus kedepan, dan lambat dewasa. Sifat sapi in jinak dan tenang,
sehingga mudah untuk dikuasai, tidak tahan terhadap panas, tetapi lebih
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, tetapi untuk sapi jantan
biasanya menunjukkan sifat nakan dan agak ganas, karena mudah
4
5 menyesuaikan diri dengan lingkungan bangsa sapi in mudah ditemui
diseluruh penjuru dunia (Siregar,1992).
Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) merupakan hasil persilangan
antara sapi FH dengan sapi lokal, dengan ciri - ciri yang hampir menyerupai
FH tetapi produksi susu relatif lebih rendah dari FH dan badannya juga lebih
kecil (Siregar, 1992). Hasil dari persilangan tersebut mempunyai sifat
diantara kedua induknya, dimana pertambahan bobot badan cukup tinggi serta
mampu beradaptasi dengan lingkungan tropis secara baik (Syarief, 2000).
Menurut Subandriyo (1993) yang menyatakan bertambahnya angka
paritas menyebabkan umur induk semakin tua sehingga menyebabkan kondisi
induk akan terus menurun dan kemampuan reproduksinya juga mengalami
penurunan. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian tentang pengaruh umur
induk yang berbeda untuk mengevaluasi efisiensi reproduksi induk sapi perah
PFH. Bangsa sapi Friesian Holstein (FH) memiliki produksi susu tertinggi
dibandingkan bangsa-bangsa sapi perah lainnya. Sapi FH mengalami
peningkatan produksi susu sebanyak 23% selama periode 25 tahun. Sapi FH
mempunyai masa laktasi panjang dan produksi susu yang tinggi dengan
puncak produksi susu dan persistensi produksi susu yang baik. Sapi dengan
persistensi laktasi yang tinggi akan lebih panjang masa produksinya
(Cole dan Null, 2003).
Abidin (2002), menyatakan bahwa sapi PFH betina dilahirkan dengan
warna bulu putih kecokelatan dan abu-abu. Setelah dewasa warna cokelat
berubah jadi hitam gelap, jantan berubah menjadi hitam putih. Seekor sapi
perah dengan karakteristik sapi perah yang baik menampilkan fungsi
produksi susu dan lemak susu untuk jangka waktu panjang dan lama (Blakely
dan Bade, 1998).
B. Susu Sapi
Susu mengandung bermacam-macam unsur dan sebagian besar terdiri
dari zat makanan yang juga diperlukan bagi pertumbuhan bakteri. Oleh
karenanya pertumbuhan bakteri dalam susu sangat cepat, pada suhu yang
sesuai. Jenis-jenis Micrococcus dan Corybacterium sering terdapat dalam
6 susu yang baru diambil. Pencemaran berikutnya timbul dari sapi, alat-alat
pemerahan yang kurang bersih dan tempat-tempat penyimpanan yang kurang
bersih, debu, udara, lalat dan penanganan oleh manusia (Buckle, et. al.,
1987). Menurut Standar Nasional Indonesia (2011) Susu adalah cairan dari
ambing sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, dan hewan ternak penghasil
susu lainnya baik segar maupun yang dipanaskan melalui proses pasteurisasi,
Ultra High Temperature (UHT) atau sterilisasi.
Susu segar yang akan diminum harus melalui pasteurisasi terlebih
dahulu guna mencegah penularan penyakit dan mencegah penularan penyakit
dan mencegah kerusakan karena mikroorganisme. Dalam proses pasteurisasi,
susu dipanaskan pada suhu 65° Celcius selama 30 menit. Laktosa adalah
satu-satunya karbohidrat pada susu. Secara kimia sebuah molekul dari laktosa
diproduksi dari gabungan antara stu glukosa dan satu galaktosa sisa yang
dihasilkan oleh sebuah α-lactalbumin yang bergantung pada enzim.
Galaktosa dalah derivat hampir sama seperti glukosa tetapi bagian kecil yang
bersal dari asetat dan gliserol (Mc Donald, et. al., 2002). Susu yang berasal
dari sapi perah lazim disebut susu, sedangkan susu dari ternak yang lain
diberi sebutan sesuai dengan nama hewan penghasilnya. Sebagai contoh, susu
dari kerbau disebut susu kerbau dan susu dari kambing disebut susu kambing
(Muhamad, 2002).
Warna air susu dapat berubah dari satu warna ke warna yang lain,
tergantung dari sumber ternaknya, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat,
dan bahan pembentuk warna. Warna susu berkisar dari putih kebiruan hingga
kuning keemasan. Warna putih dari susu merupakan hasil dispersi dari
refleksi cahaya oleh globula lemak dan partikel koloidal dari casein dan
kalsium fosfat. Warna kuning adalah karena lemak dan caroten yang dapat
larut. (Williamson, 1993)
Menurut (Murti, 2002) Air susu merupakan suspensi alam antara air dan
bahan terlarut di dalamnya. Salah satu di antaranya adalah lemak. Kadar
lemak di dalam susu adalah 3,45%. Kadar lemak sangat berarti dalam
penentuan nilai gizi susu. Bahan makanan hasil olahan dari bahan baku susu
7 seperti mentega, keju, krim, susu kental, dan susu bubuk banyak mengandung
lemak. Menurut Raharjo (2002) susunan lemak susu terdiri dari lemak
majemuk, merupakan lemak murni dan terdiri dari 3 molekul asam lemak
terikat pada suatu molekul gliserin. Lemak asam susu terdiri dari campuran
beberapa asam lemak antara lain:
• Lemak sederhana yang memiliki asam lemak sama
• Lemak campuran yang terdiri dari beberapa macam lemak yang terikat pada
molekul gliserin
Kualitas susu adalah kondisi susu yang sama dalam keadaan asli, tidak
berubah sebagaimana dikeluarkan dari ambing ternak sehat (Murti, 1999).
Faktor kualitas susu meliputi kimia, fisik dan biologi. Pengujian kualitas susu
didasarkan pada kodex susu di Indonesia. Kodex susu di Indonesia
mensyaratkan ditetapkannya nilai nilai yang telah ditentukan (Hadiwiyoto,
1994) lingkungan kesehatan hewan yang berproduksi dan cara cara
perawatan sapi perah dan susunya adalah factor yang terpenting yang
menentukan kualitas susu yang dipasarkan. Kualitas meliputi cita rasa, aroma
susu, kandungan bakteri dan sifat sifat kimianya ( Williamson dan Payne,
1993)
Warna putih susu ditentukan oleh lemak susu. Bentuk lemak di dalam
susu merupakan butir yang disebut globuler. Besar kecilnya butir lemak
ditentukan oleh kadar air yang ada di dalamnya. Makin banyak air maka
makin besar globuler dan keadaan ini dikhawatirkan akan menjadi pecah.
Bila globuler pecah maka susu disebut pecah. Susu yang pecah tidak dapat
dipisahkan lagi krimnya dan tidak dapat dijadikan sebagai bahan makanan.
Globuler susu mudah menyerap bau dari sekitarnya. (Buckle et.al, 1987)
Sifat fisik susu menurut (Kasman, 2004) yaitu :
1. Warna air susu :
Warna air susu dapat berubah dari satu warna kewarna yang lain,
tergantung dari bangsa ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat dan
bahan pembentuk warna. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan
hingga kuning keemasan. Warna putih dari susu merupakan hasil dispersi
8 dari refleksi cahaya oleh globula lemak dan partikel koloidal dari casein
dan calsium phosphat. Warna kuning adalah karena lemak dan caroten
yang dapat larut. Bila lemak diambil dari susu maka susu akan
menunjukkan warna kebiruan.
2. Rasa dan bau susu :
Kedua komponen ini erat sekali hubungannya dalam menentukan
kualitas air susu. Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh
laktosa, sedangkan rasa asin berasal dari klorida, sitrat dan garam-garam
mineral lainnya. Bau air susu mudah berubah dari bau yang sedap menjadi
bau yang tidak sedap. Bau ini dipengaruhi oleh sifat lemak air susu yang
mudah menyerap bau disekitarnya. Demikian juga bahan pakan ternak sapi
dapat merubah bau air susu.
Susu merupakan hasil sekresi kelenjar susu hewan mamalia betina
sebagai sumber gizi bagi anaknya. Kebutuhan gizi pada setiap hewan
mamalia betina bervariasi sehingga kandungan susu yang dihasilkan juga
tidak sama pada hewan mamalia yang berbeda (Potter, 2004) Menurut
Winarno (2007) susu adalah cairan berwarna putih yang disekresi oleh
kelenjar mamae (ambing) pada binatang betina mamalia, untuk bahan
makanan dan sumber gizi bagi anaknya. Sebagian besar susu yang
dikonsumsi manusia berasal dari sapi. Susu tersebut diproduksi dari unsur
darah pada kelenjar susu sapi.
C. Penanganan Susu
Menurut
Winarno (1997) penanganan susu segar sangat penting
dilakukan untuk memperlambat penurunan kualitas susu atau memperpanjang
masa simpan susu. Cara penanganan air susu sesudah pemerahan adalah
sebagai berikut :
1. Air susu hasil pemerahan harus segera dikeluarkan dari kandang untuk
menjaga agar susu tersebut tidak berbau sapi atau kandang. Keadaan ini
penting terutama jika keadaan ventilasi kandang kurang baik.
9 2. Air susu tersebut disaring menggunakan saringan yang terbuat dari kain
atau kapas, susu tersebut langsung disaring kedalam milkcan, segera
setelah penyaringan kedalam milkcan harus ditutup rapat.
3. Tanpa menghiraukan berapa banyak kuman yang telah ada, air susu perlu
didinginkan secepat mungkin sesudah pemerahan dan penyaringan
sekurang kurangnya pada suhu 4°C-7°C selama 2 atau 3 jam.
Untuk mencegah berkembangnya kuman yang terdapat didalam air
susu, bila tidak mempunyai alat pendingin maka pendinginan tersebut
dilakukan dengan menggunakan balok es. Milkcan yang berisi air susu
ditutup rapat kemudian dimasukkan kedalam balok yang berisi es balok.
Kontaminasi susu perlu dicegah sedini mungkin dengan menjaga kebersihan
dan kesehatan hewan perah (Celly, 1996)
Menurut Samudhita (1986) Agar susu yang diproduksi terjaga
kebersihannya dan lebih tahan lama dari kerusakan maka dapat dilakukan
beberapa penanganan tentang air susu antara lain :
1. Pendinginan Susu. Pendinginan susu bertujuan agar terjadi penurunan
suhu susu dari suhu ambing 37°C ke berbagai suhu yang lebih rendah
untuk menahan mikroba perusak susu agar jangan berkembang, sehingga
susu tidak mengalami kerusakan dalam waktu yang relatif singkat.
Pendinginan susu biasanya menggunakan lemari es atau alat pendingin
khusus yang suhunya dibawah 10°C.
2. Pasteurisasi Susu. Pasteurisasi susu adalah pemanasan susu dibawah
temperature didihdengan maksud hanya membunuh kuman ataupun
bakteri patogen, sedangkan sporanya masih dapat hidup. Ada 3 cara
pasteurisasi susu yaitu : Pasteurisasi lama (law temperature, long time),
Pasteurisasi singkat (high temperature, short time), Pasteurisasi dengan
Ultra High Temperature.
D. Analisis Finansial
1.
Output Input Analysis
Besarnya pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak
maka harus ada keseimbangan antara penerimaan dengan biaya-biaya
10 yang dikeluarkan dengan menggunakan suatu alat analisis yaitu π = TR –
TB dimana π adalah pendapatan (keuntungan), TR adalah Total Revenue
atau total penerimaan adalah pendapatan (keuntungan), TR adalah total
revenue atau total penerimaan peternak dan TC adalah total cost atau
total biaya-biaya. Namun sebelum menggunakan alat analisis tersebut
maka terlebih dahulu dilakukan pemisahan biaya dan penerimaan (Hoddi,
2011).
Keuntungan yang diperoleh petani merupakan hasil dari penjualan
ternak sapi potong dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
selama masa produksi. Setiap akhir panen petani akan menghitung hasil
bruto yang diperolehnya. Hasil itu harus dikurangi dengan biaya-biaya
yang dikeluarkannya. Setelah semua biaya tersebut dikurangkan barulah
petani memperoleh apa yang disebut dengan hasil bersih atau keuntungan
(Daniel, 2002).
Umumnya, ukuran yang sering kali digunakan untuk menilai
berhasil atau tidaknya manajemen suatu perusahan adalah dengan
melihat laba yang diperoleh perusahaan. Laba bersih merupakan selisih
positif atas penjualan dikurangi biaya-biaya dan pajak. Pengertian laba
yang dianut oleh organisasi akuntansi saat ini adalah laba akuntansi yang
merupakan selisih positif antara pendapatan dan biaya. Laba sering
disebut juga pendapatan bersih atau net earnings (Horngren, 2000).
2.
BCR
Secara umum, Cost Benefit Analysis (CBA) menurut Apriliya
(2006) adalah cara untuk menentukan apakah hasil yang menguntungkan
dari sebuah alternatif, akan cukup untuk dijadikan alasan dalam
menentukan biaya pengambilan alternatif. Analisa ini telah dipakai
secara luas dalam hubungannya dengan proyek pengeluaran modal.
Khususnya untuk dunia teknologi informasi, CBA adalah suatu teknik
yang
paling
umum
untuk
menghitung
biaya
(cost)
dan
keuntungan/manfaat (benefit) dalam suatu proyek teknologi informasi.
11 Benefit
cost
ratio
analysis
merupakan
metode
untuk
membandingkan manfaat (benefit) dan dana yang dibutuhkan (cost).
Metode ini dapat digunakan untuk menentukan keputusan dalam memilih
beberapa alternatif, termasuk perlu layak atau tidaknya memilih investasi
yang lebih besar dengan pemasukan lebih besar (analisis incremental).
Metode ini juga dapat diterapkan pada proyek dengan jangka waktu akhir
yang tidak ditentukan, serta memiliki kemampuan analisis incremental
yang baik. Faktor-faktor dalam metode analisis ini menjadikan benefitcost ratio analysis sering digunakan pada analisis untuk pemilihan opsi
di bidang infrastruktur (Akbary, 2004).
Umumnya metode benefit cost ratio (BCR) digunakan pada tahap
awal evaluasi perencanaan investasi sebagai analisis tambahan dalam
rangka validasi hasil evaluasi yang telah dilakukan dengan metode lain.
Metode ini sangat bermanfaat untuk evaluasi proyek pemerintah yang
berdampak langsung kepada masyarakat banyak (public government
project), baik dampak positif maupun dampak negatif. Metode ini
memberi penekanan terhadap ratio antara aspek manfaat (benefit) dengan
aspek biaya (cost) yang ditanggung akibat adanya investasi tersebut
(Zacoeb, 2014).
3.
PPC
Pengertian dari Payback period adalah pengembalian dimasa
mendatang. Diartikan sebagai laba bersih sesudah pajak ditambah
penyusutan yang dihasilkan oleh suatu proyek metode pembayaran
kembali. Payback Period Method ialah suatu metode untuk menentukan
berapa lama (biasanya dalam tahun) waktu yang dibutuhkan oleh suatu
perusahaan untuk memperoleh kembali investasi semula dari arus kas
bersih yang dihasilkan (Umar, 2009).
Metode payback period adalah salah satu metode pemilihan
proyek yang sederhana dan mudah diterapkan. Payback period
menunjukkan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
seluruh modal yang digunakan pada investasi awal. Payback period
12 tersebut lebih pendek dari umur investasi, maka usaha tersebut
menguntungkan sehingga layak untuk dijalankan, namun apabila
payback period tersebut lebih panjang dari umur investasi maka usaha
tersebut tidak layak dijalankan (Husnan dan Suwarsono, 2005).
Payback period adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan
terjadinya arus penerimaan (cash in flows) secara kumulatif sama dengan
jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis payback period
dalam studi kelayakan perlu juga diperhitungkan. Tujuan studi kelayakan
untuk mengetahui berapa lama proyek atau usaha yang dikerjakan baru
dapat mengembalikan investasi (Ibrahim, 2009).
4.
BEP
Analisis titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan
beroperasi dengan kondisi tidak memperoleh pendapatan (laba) dan tidak
pula menderita kerugian. Melalui analisis ini, dapat diketahui kondisi
industri yang mampu menjual produknya dengan jumlah tertentu.
Sehingga industri tidak menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh
laba atau impas (Kasmir, 2010).
Analisis
Break
Even
Point
sangat
bermanfaat
untuk
merencanakan laba operasi dan volume penjualan suatu perusahaan.
Mengetahui informasi besarnya hasil titik impas yang dicapai, maka
industri dapat melakukan kebijakan. Kebijakan yang dilakukan yaitu
menentukan berapa jumlah produk yang harus dijual (budget sales),
harga jualnya (sales price) apabila indutri menginginkan laba tertentu
dan dapat meminimalkan kerugian yang akan terjadi (Retno, 2011).
Analisis break even point adalah suatu alat atau teknik yang
digunakan oleh manajemen untuk mengetahui tingkat penjualan tertentu
perusahaan sehingga tidak mengalami laba dan tidak pula mengalami
kerugian. Impas adalah suatu keadaan perusahaan dimana total
penghasilan sama dengan total biaya. Keadaaan impas perusahaan dapat
terjadi apabila hasil penjualan hanya cukup untuk menutupi biaya-biaya
13 yang telah dikeluarkan perusahaan ketika memproduksi suatu produk
(Supriyono, 2000).
5.
Likuiditas
Sutrisno (2003) berpendapat bahwa rasio likuiditas merupakan
rasio keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Rasio ini
mengasumsikan bahwa aktiva lancar merupakan sumber uang utama
untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio-rasio yang
termasuk rasio likuiditas adalah current ratio, quick ratio dan cash ratio.
Menurut Munawir (2001), likuiditas adalah menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya
yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Secara umum
pengertian likuiditas (liquidity) mengacu pada kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Suatu perusahaan yang
mempunyai kekuatan membayar sedemikian besarnya sehingga mampu
memenuhi segala kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi,
dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid, dan sebaliknya yang
tidak mempunyai kemampuan membayar adalah ilikuid.
Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi
hutang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan. Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan
hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Rasio
likuiditas yang sering digunakan adalah quick ratio dan bangking ratio
(Kasmir, 2008).
6.
Solvabilitas
Rasio solvabilitas/Leverage adalah mengukur berapa besar
penggunaan utang dalam pembelanjaan perusahaan. Besar kecilnya
leverage ratio dapat diukur dengan cara yang pertama yaitu rasio utang
atua debt ratio (Debt to Total Asset Ratio), rasio utang jangka panjang
(long-term debt ratio) dan rasio kelipatan pembayaran bunga (Times
14 Interest Earned). Rasio utang/debt ratio (Debt to Total Asset Ratio) ini
mengukur proporsi dana yang bersumber dari utang untuk membiayai
aktiva perusahaan. Semakin besar rasio menunjukkan semakin besar
porsi penggunaan utang dalam membiayai investasi pada aktiva, yang
berarti pula risiko keuangan perusahaan meningkat dan sebaliknya. Rasio
utang jangka panjang (long-term debt ratio) Pada rasio ini mengukur
proporsi dana yang bersumber dari utang untuk membiayai seluruh aset
perusahaan. Rasio kelipatan pembayaran bunga (Times Interest Earned).
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar utang dengan
laba sebelum bunga pajak. Biasanya juga rasio ini menghitung seberapa
besar laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup beban
tetap bunga (Sudana, 2001).
Menurut Munawir (2007), solvabilitas menunjukkan kapasitas
atau kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutangnya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan tersebut
dilikuidas. Suatu perusahaan yang solvabel berarti perusahaan tersebut
mempunyai ekuitas atau modal yang cukup untuk melunasi semua
hutangnya.
Sebaliknya,
perusahaan
yang
tidak
solvabel
berarti
perusahaan tersebut memiliki modal yang tidak mencukupi untuk
melunasi hutangnya sehingga perusahaan tersebut akan mengalami
kesulitan untuk memperoleh tambahan pinjaman dari kreditur sebelum
perusahaan menambah modalnya sendiri. Keadaan ini menyebabkan
perusahaan sulit untuk mengadakan perluasan dan peningkatan produksi.
Solvabilitas perusahaan dapat diukur dengan rasio solvabilitas.
Rasio ini menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang
(dana pihak luar). Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah
modal pinjaman yang digunakan perusahaan sehingga memperbesar
resiko
yang
ditanggung
perusahaan.
Rasio
solvabilitas
dapat
menggunakan dua ukuran, yaitu rasio hutang total terhadap total aktiva
(debt ratio/DR) dan rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity
ratio/DER) (Warsono, 2003).
15 7.
Rentabilitas
Rentabilitas adalah perbandingan antara laba dengan aktiva atau
modal yang menghasilkan laba tersebut. Kata lain rentabilitas adalah
kemampuan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Pada
umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting dari pada masalah
laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa
perusahaan atau koperasi telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru
dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan
kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut atau dengan kata
lainnya ialah menghitung rentabilitasnya (Riyanto, 2001).
Menurut Munawir (2001), menyatakan bahwa
rentabilitas
ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan seluruh modal
yang digunakan (modal asing dan modal sendiri). Perhitungan
rentabilitas ekonomi laba yang dihitung hanyalah laba yang berasal dari
operasi perusahaan yang biasa disebut laba usaha. Laba yang diperoleh
dari usaha diluar perusahaan seperti deviden, tidak diperhitungkan dalam
menghitung rentabilitas ekonomi.
Menurut Martono (2001), rentabilitas adalah rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari
modal yang digunakan untuk menghasilkan laba dengan membandingan
antara laba dengan aktiva atau modal untuk menghasilkan laba tersebut.
Modal perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari pemilik perusahaan
(modal sendiri) dan dari para kreditur (modal asing). Sehubungan dengan
adanya sumber modal tersebut, maka rentabilitas suatu perusahaan dapat
dihitung dengan dua cara: yaitu perbandingan antara laba usaha dengan
seluruh modal yang digunakan (modal sendiri dan modal asing) yang
disebut dengan rentabilitas ekonomi dan perbandingan antara laba yang
tersedia untuk pemilik perusahaan dengan jumlah modal sendiri yang
dimasukkan oleh pemilik perusahaan tersebut, yang disebut rentabilitas
modal sendiri atau rentabilitas usaha.
8.
Asset Turnover Ratio (ATO)
16 Asset turnover ratio (ATO) atau disebut juga rasio perputaran
total aktiva merupakan rasio yang mengukur tingkat efisiensi dan
efektivitas dari perputaran maupun pemanfaatan total aktiva dalam
menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan
yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah yang telah ditanamkan
pada aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi
perusahaan. Rasio ini dapat menjelaskan seberapa sukses suatu
perusahaan dalam memanfaatkan aset nya untuk menghasilkan laba. Jika
suatu perusahaan dapat melakukan penjualan dengan menggunakan aset
secara minimal maka akan menghasilkan rasio perputaran aktiva yang
lebih tinggi. Disimpulkan bahwa perusahaan dapat menjalankan operasi
dengan baik karena mampu memanfaatkan aset yang dimilikinya secara
efisien. Rasio perputaran aktiva yang rendah menunjukkan bahwa
perusahaan memanfaatkan aset nya secara tidak efisien dan optimal.
Asset turnover ratio (ATO) merupakan salah satu faktor penting yang
berpengaruh pada Return on Equity menurut dari analisis Dupont
(Martono, 2001).
Menurut
Harahap
(2008),
menyatakan
bahwa
rasio
ini
menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.
Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat
lebih cepat berputar dan meraih laba. Atau dengan kata lain semakin
tinggi rasio ini maka hal ini menunjukkan perusahaan semakin efisien
dalam penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan.
Asset turn over menggambarkan rasio perputaran total aktiva
dipergunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam
menggunakan keseluruhan aktiva yang dimiliki guna menghasilkan
penjualan tertentu. Asset harus dikelola dengan baik yaitu dapat
digunakan seefektif dan seefisien mungkin dalam menghasilkan laba.
Perputaran aktiva (asset turn over) yang tinggi menunjukkan return on
asset yang baik. Jadi jika semakin efektif aktiva digunakan maka
17 penjualan yang ada juga semakin meningkat (Brigham dan Houston,
2001).
9.
Earning Before Interest and Tax (EBIT)
Menurut Sutrisno (2001), menyatakan dalam memilih alternatif
sumber dananya tersebut, perlu diketahui pada tingkat profit sebelum
bunga dan pajak (Earning Before Interest and Tax) berapa apabila
dibelanjai dengan modal sendiri atau hutang menghasilkan EPS yang
sama. Bahwa tingkat laba bersih sebelum bunga dan pajak (EBIT)
merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya laba per lembar saham.
Laba sebelum dikurangi pajak biasa disebut dengan EBIT
(Earning Before Interest and Tax). Laba sebelum dikurangi pajak
merupakan laba operasi ditambah hasil dan biaya diluar operasi biasa.
Bagi pihakpihak tertentu terutama dalam hal pajak, angka ini adalah yang
terpenting karena jumlah ini menyatakan laba yang pada akhirnya dicapai
perusahaan (Suwardjono, 2003).
10. Profit Margin
Menurut Jumingan (2008), menyatakan bahwa profit margin
adalah rasio laba usaha dengan penjualan neto. pengukuran profit margin
yang digunakan adalah merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar
keuntungan operasional yang diperoleh perusahaan dari setiap penjualan
bersih, karena bertujuan untuk mengukur sejauh mana kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari hasil operasinya. Semakin
besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba operasional cukup tinggi, sehingga dapat
melaksanakan kegiatan perusahaan dengan lancar dan perusahaan dapat
mencapai tujuan utama perusahaan yang telah direncanakan sebelumnya
yaitu kinerja perusahaan yang efektif dan efisien.
Pengukuran profit margin yang digunakan dalam penelitian ini
adalah merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan
operasional yang diperoleh perusahaan dari setiap penjualan bersih,
karena bertujuan untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan
18 dalam menghasilkan laba dari hasil operasinya. Semakin besar rasio ini
semakin
baik
mendapatkan
karena
laba
dianggap
operasional
kemampuan
cukup
tinggi,
perusahaan
dalam
sehingga
dapat
melaksanakan kegiatan perusahaan dengan lancar dan perusahaan dapat
mencapai tujuan utama perusahaan yang telah direncanakan sebelumnya
yaitu kinerja perusahaan yang efektif dan efisien (Riyanto, 2003).
Jenis-jenis profit margin ada 3, yaitu groos profit margin ratio,
net profit margin ratio dan operating profit ratio margin. Ratio gross
profit margin mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat
dicapai setiap rupiah penjualan, atau bila ratio ini dikurangkan terhadap
angka 100% maka akan menunjukan jumlah yang tersisa untuk menutup
biaya operasi dan laba bersih. Besar kecilnya rasio profit margin pada
setiap transaksi sales ditentukan oleh dua faktor, yaitu net sales dan laba
usaha atau net operating income tergantung kepada pendapatan dari sales
dan besarnya biaya usaha (operating expenses). Operating ratio
mencerminkan tingkat efesiansi perusahaan, sehingga ratio yang tinggi
menunjukan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap
rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia
untuk laba kecil. (Munawir, 2001).
11. Return on Investment (ROI)
Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam
perusahaan (Syamsuddin, 2009). Return on investment merupakan rasio
yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di
ukur dari nilai aktiva. Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan
suatu perusahaan.
Return on Investment atau return on assets menunjukkan
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
laba
dari
aktiva
yang
dipergunakan. Mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah
perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan
19 operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih
baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas
manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan
(Riyanto, 2001).
Analisis Return On Investment (ROI) dalam analisis keuangan
mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa
keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Analisa Return On
Investment Universitas Sumatera Utara ini sudah merupakan tehnik
analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur
efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. RO) itu sendiri adalah
salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat
mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang
ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan. ROI menghubungkan keuntungan yang
diperoleh dari operasi perusahaan (Net Operating Income) dengan jumlah
investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan
operasi tersebut (Munawir, 2001).
Download