5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Pada dasarnya manajemen merupakan proses yang mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi. Hal ini berarti bahwa manajemen merupakan fungsi yang berkaitan dengan perolehan hasil yang pasti melalui pihak lain. Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi perusahaan. Unsur sumber daya manusia adalah manusia yang merupakan tenaga kerja pada perusahaan. Dengan demikian, fokus yang dipelajari manajemen sumber daya manusia ini hanyalah masalah yang berhubungan dengan tenaga kerja manusia saja. Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku, dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Untuk lebih jelasnya ada baiknya kita mengetahui pendapat beberapa ahli mengenai Manajemen Sumber Daya Manusia. Menurut Hasibuan (2007 : 10), “Manajemen Sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.” 6 Gary Dessler (2006 : 5) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia” mengemukakan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia adalah proses memperoleh, melatih dan menilai serta memberikan kompensasi pada karyawan, memperhatikan hubungan kerja, kesehatan, keamanan dan masalah keadilan. Sedangkan menurut Sadili Samsudin (2006 : 22) dalam bukunya “Manajemen sumber daya manusia” dikatakan bahwa : manajemen sumber daya manusia adalah suatu kegiatan pengelolaan yang meliputi pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, bagi manusia sebagai individu anggota organisasi atau perusahaan bisnis. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia adalah masalah tenaga kerja manusia yang diatur menurut urutan fungsi-fungsinya, agar efektif dan efisien dalam mewujudkan tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. 2.1.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2007 : 21-23) dalam bukunya “Manajemen sumber daya manusia” fungsi Manajemen manusia meliputi : a. Perencanaan ( planning ). Merencanakan tenaga kerja secara efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu mewujudkan. b. Pengorganisasian ( organzing ). Kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan keja, delegqasi wewenang, integrasi dan kordinasi dalam bagan organisasi. 7 c. Pengarahan ( directing ). Kegiatan mengarahkan semua karyawan agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. d. Pengendalian ( controling ). Kegiatan mengendalikan semua karyawan agar menaati peraturan – peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. Pengendalian karyawan meliputi kehadiran, kedisiplinan, prilaku, kerjasama, pelaksanaan pekerjaan dan menjaga situasi lingkungan. e. Pengadaan ( procurement ). Proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. f. Pengembangan ( development ). Proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. g. Kompensasi ( compensation ). Pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung, berupa uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. h. Pengintegrasian ( Integration ). Kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar terciptanya kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. i. Pemeliharaan ( maintenance ). Kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun. 8 j. Kedisiplinan ( dicipline ). Merupakan fungsi manajemen sumber daya yang baik sulit terwujudnya tujuan yang manusia yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan. Karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud tujuan yang maksimal. k. Pemutusan Hubngan kerja ( separation ). Putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan , keinginan perusahaan, kontrat kerja berakhir, pensiun dan sebab – sebab lainnya. Dari uraian mengenai fungsi manajemen sumber daya manusia diatas, dapat diketahui secara garis besar mengenai fungsi dari manajemen sember daya manusia didalam perusahaan. Dimana antar fungsi yang satu dengan yang lainnya terdapat suatu keterkaitan dan secara berurutan, tahap demi tahap, membentuk suatu kesatuan yang membantu perusahaan didalam mengelola dan mengembangkan sumber daya manusia. 2.2 Kepemimpinan 2.2.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2007: 170) dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia, “Kepemimpinan adalah cara seseorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.” Menurut Hoyt yang dikutip oleh Kartini Kartono (2006:57) dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan, “Kepemimpinan adalah seni 9 mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang.” Menurut Kartini Kartono (2006:3) ada tiga teori menonjol yang menyebabkan munculnya pemimpin, antara lain : 1. Teori Genetis menyatakan sebagai berikut : a. Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir menjadi pemimpin oleh bakat bakat alami yang luar biasa sejak lahirnya, dalam situasi kondisi bagaimanapun juga. 2. Teori Sosial (lawan dari teori genetic) menyatakan sebagai berikut: a. Pemimpin itu harus disiapkan, harus dididik, dan dibentuk, tidak terlahirkan begitu saja. b. Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan, serta didorong oleh kemauan sendiri. 3. Teori Ekologis atau Sintetis ( muncul sebagai reaksi dari kedua teori tersebut terlebih dahulu), menyatakan bahwa seseorang akan sukses menjadi pemimpi, bila sejak lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan, juga sesuai dengan tuntutan lingkungan/ ekologisnya. 2.2.2 Fungsi- fungsi Kepemimpinan Menurut Soekarso,dkk., (2010 : 22) dalam bukunya yang berjudul Teori Kepemimpinan, agar kelompok atau organisasi berjalan dengan efektif, maka seorang pemimpin harus melaksanakan dua fungsi utama yaitu : 10 1. Fungsi yang berhubungan dengan tugas (task related) atau pemecahan masalah. Mencakup penetapan struktur tugas, pemberian saran penyelesaian, informasi, dan pendapat. 2. Fungsi yang berhubungan dengan pemeliharaan kelompok (group maintenance) atau sosial. Mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok atau organisasi berjalan lebih baik atau efektif, persetujuan dengan kelompok lain, penengahan perbedaan pendapat, dan sebagainya. 2.2.3 Asas- asas Kepemimpinan Menurut Kartini Kartono (2006:94) adalah : a. Kemanusiaan : mengutamakan sifat-sifat kemanusiaan yaitu pembimbingan manusia oleh manusia untuk mengembangkan potensi dan kemempuan setiap individu. b. Efisien : efisien teknis maupun sosial. c. Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata menuju pada taraf kehidupan yang lebih tinggi. 2.2.4 Syarat-syarat Kepemimpinan Menurut Kartini Kartono (2006:36) adalah : a. Kekuasaan yaitu kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan kewenangan kepada pemimpin, guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu. 11 b. Kewibawaan yang berlebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh kepada pemimpin, dan bersedia melakukan kegiatan tertentu. c. Kemampuan yaitu segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan/ ketrampilan sejenis maupun sosial yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa. 2.3 Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan atau perilaku kepemimpinan ( Leadership Behavior) seorang pemimpin dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain pendidikan, pengalaman, kepribadian, dan situasional. Perilaku gaya kepemimpinan merupakan cara-cara berinteraksi seorang pemimpin dalam melakukan kegiatan pekerjaanya. Gaya bersikap dan gaya bertindak akan nampak dari cara-cara pemimpin tersebut pada saat melakukan pekerjaan, antara lain; cara memberikan perintah, cara memberikan tugas,cara berkomunikasi, cara memecahkan masalah, cara membuat keputusan, dan sebagainya. Apabila pemimpin melakukan kegiatan tersebut menempuh dengan cara-cara; tegas, keras, sepihak, mengutamakan penyelesaian tugas, melakukan pengarahan dan pengawasan yang keta, maka gaya kepemimpinan seperti itu cenderung disebut gaya kepemimpinan berorientasi pada tugas (task related). 12 Sebaliknya apabila pemimpin melakukan kegiatan menempuh dengan cara-cara; lembut, halus, simpatik, interaksi timbal balik, melakukan ajakan, menghargai pendapat, memperhatikan pendapat, memperhatikan perasaan, membina hubungan serasi, maka gaya kepemimpinan ini cenderung disebut kepemimpinan yang berorientasi pada orang (people oriented). 2.3.1 Jenis-jenis Gaya Kepemimpinan Menurut Soekarso, dkk., (2010 :45) dalam teori kepemimpinan terdapat dua jenis gaya kepemimpinan yang utama, yaitu : 1. 2. Gaya berorientasi pada tugas (task oriented) Adalah gaya pemimpin yang memusatkan perhatiannya pada tugas, yaitu penetapan dan menstruktur tugas. Dalam hal ini termasuk pembagian kerja, penjadwalan, sistem prosedur (sisdur), petunjuk pelaksanaan (juklak), dan sebagainya yang kesemuanya mencakup penekanan aspek teknis atau penyelesaian tugas pekerjaan. Gaya berorientasi pada orang (people oriented) Adalah gaya pemimpin yang memusatkan perhatiaanya pada orang, yaitu hubungan antara pribadi. Dalam hal ini mencakup saling percaya, menghargai gagasan bawahan, membangun kerjasama, peka terhadap kebutuhan dan kesejahteraan bawahan. Ciri-ciri dari gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas (task oriented ): b. Berfokus hanya pada penyelesaian pekerjaan. c. Secara aktif mendefinisikan tugas dan peran yang diperlukan. d. Menempatkan struktur, merencanakan, mengorganisir memonitor. e. Tidak banyak meluangkan waktu untuk kesejahteraan tim. f. Mendorong staf untuk memenuhi standar prosedur kerja. dan 13 g. Memberitahu fungsi dan peranan karyawan di departemen agar dapat dipahami karyawan. Sedangkan ciri-ciri gaya kepemimpinan yang berorientasi karyawan (people oriented): a. Lebih memotivasi bawahan dibandingkan dengan mengawasi mereka. b. Memberikan instruksi dengan meminta tolong dan memberikan arahan dengan contoh. c. Menghargai pendapat, memperhatikan perasaan dan membina hubungan serasi antar karyawan. Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, maka yang dimaksud dengan penilaian karyawan gaya kepemimpinan dalam tulisan terhadap gaya kepemimpinan ini adalah pemimpin atau atasan dalam mempengaruhi bawahan untuk mencapai tujuan organisasi yang mencakup ke dalam 2 aspek yaitu: Gaya kepemimpinan yang berorie ntasi kepada tugas dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan. Dari kesimpulan diatas bahwa gaya kepemimpinan pada tugas terdiri dari empat indikator yaitu: (1) Pengawasan yang ketat, (2) pelaksanaan tugas, (3) memberi petunjuk, dan (4) mengutamakan hasil daripada proses. Sedangkan Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan terdiri dari empat indikator yaitu: (1) melibatkan bawahan 14 dalam pengambilan keputusan, (2) memberi dukungan, (3) kekeluargaan, dan (4) kerjasama. Gaya kepemimpinan yang dipilih oleh seseorang kadang kala merupakan pertimbangan yang sangat terkait dengan hati nurani dan memiliki ketetapan hati bahwa gaya tersebutlah yang terbaik. Sebenarnya gaya kepemimpinan efektif dimana gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas dan juga pada karyawan. Terdapat juga beberapa gaya kepemimpinan yang mempengaruhi kepemimpinan setiap pemimpin. Menurut Kartini kartono ( 2006 : 80 ) yaitu : 1. Gaya Kharismatik Pemimpin yang memiliki kekuatan energi daya tarik dan berwibawa yang luar biasa yang dapat mempengaruhi orang lain. 2. Gaya Peternalistik Pemimpin yang kebapakan dengan sifat-sifat antara lain : a. Terlalu bersikap melindungi (overly protective). b. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan sendiri, mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka. c. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar. 3. Gaya Militeristis Pemimpin yang mempunyai sifat sok kemiliter-militeran diantaranya : 15 a. Lebih banyak menggunakan sistem perintah. b. Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya. c. Tidak menghendaki saran, usul dan kritikan dari bahawannya. d. Komunikasi hanya berlangsung searah saja. 4. Gaya Otokratis (Outhoritative, Dominator) Kepemimpinan otokratis itu mendasarkan dari pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak dan harus dipatuhi, Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai pemain tunggal pada a man show, dia berambisi sekali untuk merajai sesuatu. 5. Gaya Laissez Faire Kepemimpinan ini adalah sang pemimpin praktis tidak memimpin, dia merupakan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Dia merupakan pemimpin symbol, tidak mempunyai kewibawaan, tidak bias mengontrol bawahannya, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja dan tidak berdaya sama sekali menciptakan suasana kerja yang kooperatif. 6. Gaya Populitis Kepemimpinan populitis ini berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat tradisional. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan nasionalisme. 7. Gaya Administratif atau Eksekutif 16 Kepemimpinan ini ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif yang mampu menggerakan dinamika modernisasi dan pembangunan. 8. Gaya Demokratis Kepemimpinan Demokrasi ini berorientasi pada manusia. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan juga bersedia mengakui keahlian para spesialis dibidangnya masing-masing. Jadi pemilihan serta penerapan suatu gaya kepemimpinan yang cocok bagi suatu organisasi atau perusahaan dalam prakteknya ditentukan oleh karakteristik lingkungan yang dihadapi, kepribadian yang terlibat didalamnya, serta rangsangan baik dalam maupun dari luar yang timbul pada waktu dan situasi yang bersangkutan baik dari pemimpin secara pribadi maupun dari orang-orang yang dipimpinnya. Kita tidak dapat menetapkan gaya kepemimpinan yang terbaik bagi suatu organisasi atau perusahaan. Karena hal ini tergantung pada apakah pemimpinnya dapat mengadaptasikan gaya yang dipilihnya sesuai dengan situasi dan kondisi saat itu. 2.4 Kinerja 2.4.1 Pengertian Kinerja Penilaian tentang kinerja individu karyawan semakin penting ketika perusahaan akan melakukan reposisi karyawan. Artinya bagaimana perusahaan harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi 17 kinerja. Hasil analisis akan bermanfaat untuk membuat program pengembangan sumber daya manusia (SDM) secara optimum. Pada gilirannya kinerja individu akan mencerminkan derajat kompetisi suatu perusahaan. Menurut Wirawan (2009 : 13) “kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.” Sedangkan menurut Marihot Tua Efendi Hariandja (2007 : 195) mengungkapkan kinerja sebagai berikut :”kinerja merupakan unjuk kerja atau hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan peranannya di dalam organisasi.” Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat individu. Dengan demikian, kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal, yaitu : (1) kemampuan, (2) keinginan dan (3) lingkungan. Oleh karena itu, agar mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui pekerjaanya. Tanpa mengetahui ketiga faktor ini kinerja yang baik tidak akan tercapai. 2.4.2 Tujuan Kinerja Tujuan manajemen kinerja menurut Wibisono (2006:2) dalam bukunya “Manajemen Kinerja” yaitu : 1. alat untuk mengkomunikasikan tujuan dan pencapaian. 18 2. manajemen bahwa perusahaan menggunakan sumber daya secara efisien. 3. fokus pada perbaikan berkelanjutan. 4. panduan yang kritis untuk evaluasi efektifitas organisasi. 2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Kinerja mencangkup merupakan banyak suatu faktor yang konstruksi multidimensi mempengaruhinya. yang Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja, menurut Sjafri dan Aida (2007 : 155) antara lain : a. Faktor personal atau individual Meliputi unsur pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh tiap individu karyawan. b. Faktor Kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan team leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan kerja kepada karyawan. c. Faktor Tim, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi. d. Faktor Situasional (Kontekstual), meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal. 19 2.4.4 Proses Penilaian Kinerja Penilaian kinerja merupakan suatu proses manajemen, dan bukan sebuah rencana yang dipikirkan oleh departemen sumber daya manusia (SDM) untuk para penyelia dalam memberikan persetujuan yang secara langsung menyangkut departemen itu, dan menghasilkan format lengkap yang disimpan di dalam kumpulan dokumen penting karyawan dan kemudian dilupakan. Menurut Mathis and Jackson (2006 : 378) dalam melakukan penilaian kinerja karyawan mencangkup lima indikator diantaranya sebagai berikut : 1. Kuantitas dari hasil kerja yang dicapai Kemampuan karyawan untuk mencapai jumlah produksi yang diinginkan oleh perusahaan. 2. Kualitas dari hasil kerja yang dicapai Kemampuan karyawan yang bermutu dan dapat bertanggung jawab atas hasil kerjanya. 2. Ketepatan waktu Kemampuan karyawan dalam ketepatan waktu untuk menyelesaikan tugasnya. 3. Kehadiran Kemampuan karyawan dalam kehadiran yang baik dan tidak sering absen. 20 4. Kemampuan bekerjasama Mampu bekerja sama antara karyawan satu dengan karyawan lainnya, dapat menghasilkan keselarasan antara karyawan. 2.5 Pengaruh Gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas Terhadap Kinerja Salah satu cara untuk mengetahui suatu kepemimpinan yang berhasil adalah dengan mengetahui seberapa tinggi prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi yang dipimpinnya, untuk itu dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu menciptakan suatu sistem kerja yang baik guna mencapai tujuan organisasi yang mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh pegawainya serta mampu memanfaatkan setiap informasi yang terkumpul. Menurut Fiedler yang dikutip oleh soekarso., dkk. (2010:139-140) Menegaskan bahwa gaya dasar kepemimpinan seseorang individu itu tidak berubah, oleh karena itu hanya ada dua cara untuk memperbaiki keefektifitas pemimpin secara optimal agar kinerja karyawan meningkat, sebagai berikut : a. Mengganti pemimpin itu untuk dengan situasi. Caranya : Jika situasi kelompok bernilai sangat tidak mendukung yang di pimpin oleh manajer yang “berorientasi hubungan”, maka kinerja kelompok dapat diperbaiki dengan mengganti manajer tersebut dengan manajer lain yang “berorientasi tugas”. 21 b. Mengubah situasi agar cocok untuk pemimpin yang memegang kekuasaan. Caranya : Menstruktur ulang (restruktuarisasi) tugas, atau meningkatkan dan menurunkan kekuasaan pemimpin. Dari kutipan tersebut jelaslah adanya seorang pemimpin dalam menetapkan dan menstruktur tugas serta perhatiannya pada aspek tehnis atau penyelesaian tugas pekerjaan (gaya orientasi mempengaruhi kinerja karyawan agar lebih baik lagi. tugas) dapat