BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pengertian Pemasaran Beberapa pengertian pemasaran menurut beberapa pakar dalam Buchari (2009, p1-p3) didefinisikan sebagai berikut: 1. Charles F. Philips dan Delbert J. Duncan dalam bukunya marketing “Principles and Methods” menyatakan bahwa “Marketing which is often reffered to as “distribution” by businessman-includes all to activities neccessary to place tangible goodsin the hand of house hold consumer and user”. Artinya pemasaran yang sering disebut sebagai “distribusi” oleh pengusaha-termasuk semua kegiatan yang diperlukan untuk menempatkan barang nyata dirumah tangga konsumen dan pengguna. Selanjunya ditambahkan bahwa “excluding only such activities as involve a significant change in the form goods”. Jadi dalam kegiatan marketing itu tidak termasuk kegiatan perubahan bentuk barang yang kita jumpai didalam industri. 2. Maynard and Beckman dalam bukunya “Principles Of Marketing” menyatakan “Marketing embraces all business activities involved in the flow of goods and service from physical production to consumption”. Artinya, marketing berarti segala usaha yang meliputi penyaluran barang dan jasa dari sektor produksi kesektor konsumsi. 3. Converse dan Jones dalam bukunya “Introduction to Marketing” mengemukan bahwa dunia bisnis itu dibagi menjadi dua, yaitu production dan marketing. Production diartikan sebagai kegiatan mencetak barang, sedangkan marketing diartikan sebagai pekerjaan memindahkan barang-barang ketangan konsumen. 4. Tousley, Eugine Clark, Fred E. Clark dalam bukunya “Principles of Marketing” menyatakan bahwa marketing terdiri dari usaha yang mempengaruhi pemindahan pemilikan barang dan jasa termasuk distribusinya. 12 13 5. Converse, Huege, dan Mitchell dalam bukunya “Elements of Marketing” menyatakan bahwa, marketing didefinisikan sebagai kegiatan membeli dan menjual, dan termasuk didalamnya menyalurkan barang dan jasa antara produsen dengan konsumen. Dan marketing terdiri dari kegiatankegiatan penciptaan tempat, waktu dan pemiliknya. 6. Peter Drucker, mengatakan pemasaran bukanlah sekedar perluasan penjualan, pemasaran meliputi keseluruhan bisnis, dan harus dilihat dari sudut pandang pelanggannya. Hanya pemasaran dan inovasilah yang menghasilkan uang, kegiatan yang lainnya adalah pos biaya saja. Dikatakan bahwa pemahaman Drucker ini merupakan peletakan sendi dasar pemasaran sebagai bisnis kunci bagi perusahaaan. 7. Kotler, pemasaran adalah sekumpulan aktifitas manusia yang ditunjukan untuk memfasilitasi dan melaksanakan pertukaran.Baker, pemasaran berkaitan dengan penciptaan dan pemiliharaan hubungan yang saling menguntungkan.AMA (American Marketing Association) menyatakan pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penentuan harga, promosi, dan pendistribusian barang, jasa dan ide serta dapat memuaskan pelanggan sebagai tujuan perusahaan. Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, pricing atau penentuan harga, promosi, danpendistribusian sebuah produk dari sektor produksi kepada sektor konsumsi hingga produk tersebut tidak hanya di produksi dan dijual tapi juga diperkenalkan kepada masyarakat atau konsumen untuk menyampaikan barang tersebut ke tangan konsumen. 2.1.1 Pengertian Jasa Ruang lingkup pemasaran tidak hanya mencakup pada hasil produk yang berwujud saja tetapi juga produk yang tidak berwujud yaitu jasa. Untuk mengetahui definisi jasa secara jelas, berikut akan dijelaskan definisi jasa yaitu sebagai berikut : 14 Definisi jasa menurut PhillipKotler dan Kevin Lane Keller yang diterjemahkan oleh Benyamin Molan (2009 :42) adalah sebagai berikut:“Jasa/layanan(service) adalah semua tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu ppihak kepada pihak lain yang pada initinya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat atu tidak terkait dengan produk fisik.Meskipun demikian, semakin banyak produsen, distributor, dan pengecer yang menyediakan jasa bernilai tambah, atau layanan pelangggan yang sangat baik mendiferensiasikan diri mereka. “ Sedangkan definisi jasa menurut Adrian Payne (2001:8):“Jasa merupakan suatu kegiatan yang memiliki beberapa unsur ketidak berwujudan (intangibility) yang berhubungan yang melibatkan beberapa interaksi dengan konsumen atau dengan dengan property dalam kepemilikannya dan tidak menghasilkan transfer kepemilikan perubahan kondisi mungkin saja berhubungan atau bisa pula tidak berkaitan dengan produk fisik.” Jadi pada dasarnya jasa merupakan semua aktifitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstuksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberi nilai tambah. 2.1.1.1 Karakteristik Jasa Menurut Beni dalam Enis dan Cox, yang diterjemahkan oleh Fandy Tjiptono (2004:15) terdapat empat karakteristik jasa yang membedakannya dengan produk, keempat karakteristik tersebut meliputi : 1. Tidak Berwujud (Intangibility) Artinya jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium, atau didengar sebelum dibeli. Konsep intangibility ini sendiri memiliki dua pengertian, yaitu : sesuatu yang tidak dapat disentuh dan sesuatu yang tidak mudah didefinisikan, di formulasikan, atau dipahami secara rohaniah. 15 2. Tidak dapat dipisahkan (Inseparability) Jasa pada umumnya dihasilkan dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan dengan partisipasi konsumen dalam proses tersebut. 3. Dapat dibedakan (Variability) Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan nonstandardized output, artinya banyak variasi produk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. 4. Tidak tahan lama (Perishability) Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat di simpan. 2.1.2 Pengertian Komunikasi Pemasaran modern lebih dari sekedar pengembangan produk yang baik, menawarkan dengan harga yang menarik dan membuatnya mudah dijangkau.Selain itu perusahaan juga harus dapat berkomunikasi dengan pembeli potensial, serta masyarakat umum. Untuk mengetahui definisi komunikasi secara jelas, berikut akan dipaparkan definisi komunikasi menurut beberapa ahli : Definisi komunikasi menurut Carl L. Hovland, yang diterjemahkan oleh Nugroho J. Setiadi (2005:239):“Komunikasi adalah proses dimana seorang individu (komunikator) mengoperkan perangsang (biasanya lembagalembaga bahasa) untuk merubah tingkah laku individu-individu yang lain (komunikan).” Definisi komunikasi menurut Onong Uchana Effendy (2004:5) adalah:“Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media.” 16 Sedangkan definisi komunikasi menurut Schiffman dan Kanuk yang di kutip oleh Ristiyanti Prasetijodan John J.O.L Ihhalauw (2005:126) adalah :“Komunikasi adalah transmisi pesan dari pengirim ke penerima dengan menggunakan suatu produk signal yang dikirim melalui suatu media tertentu.” Jadi pada dasarnya, komunikasi adalah proses penyampaian informasi, perintah, pesan, ide, dari seseorang kepada orang lain agar diantara mereka terdapat interaksi. 2.1.2.1 Proses Komunikasi Komunikasi pada dasarnya adalah merupakan suatu proses dimana didalamnya terdapat kegiatan-kegiatan yang saling terkait.Komunikasi pemasaran menghasilkan perubahan pengetahuan, keyakinan dan sikap konsumen terhadap merek atau produk yang di komunikasikan yang mendorong mereka untuk bertindak, dan tindakan tersebut menghasilkan timbal balik bagi pemasar. Proses atau teknik berkomunikasi menurut Onong Uchjana Effendy (2004:6) adalah: “Cara atau seni penyampaian suatu pesan yang dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak tertentu kepada komunikan.” Berikut ini akan dijelaskan proses komunikasi adalah sebagai berikut : PENGIRIM Penyandian Pesan Pengertian PENERIMA Media Gangguan Umpan Balik Respons Gambar 2.1 Proses Komunikasi Sumber : Philip Kotler dan Kevin Lane Keller dalam buku Manajemen (2009:208) 17 Gambar diatas menunjukan suatu model komunikasi dengan Sembilan unsur.Dua unsur melambangkan pihak-pihak utama dalam suatu komunikasi pengirim dan penerima.Dua unsur melambangkan alat komunikasi utama pesan dan media. Empat unsur melambangkan fungsi komunikasi utama pengguna kode (encoding) yaitu pengiriman informasi dalam bentuk kode atau isyarat, penafsiran kode (Decoding)adalah penerjemah menafsirkan kode yang dikirim oleh pengirim informasi, tanggapan (respone)ekspresi tanggapan dalam bentuk suka atau tidak suka dari penerima informasi, dan umpan balik (feedback)adalah bentuk nyata secara langsung yang diberikan oleh penerima informasi, unsur terakhir dalam sistem tersebut adalah kegaduhan (noise), yaitu pesan-pesan yang acak dan saling bertentangan yang mungkin akan mengganggu komunikasi yang dimaksudkan. 2.1.3 Periklanan (Advertising) Pengertian periklanan menurut Willian J. Stanton yang diterjemahkan oleh Basu Swastha (2002:250) adalah sebagai berikut:“Periklanan merupakan bentuk presentasi dan promosi non pribadi tentang ide barang dan jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu, yaitu tidak hanya perusahaan saja tetapi juga lembaga-lembaga non laba (seperti: Lembaga pemerintahan, Perguruan tinggi, dan sebagainya) dan individu-individu”. Sedangkan pengertian periklanan menurut Kotler dan Keller yang diterjemahkan oleh Benyamin Molan (2009:244) adalah ”Semua bentuk terbayar atas presentasi non pribadi dan promosi ide barang atau jasa oleh sponsor yang jelas.” Berdasarkanpendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa periklanan merupakan segala bentuk penyajian dan promosi ide secara non personal barang atau jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu. Periklanan merupakan salah satu perangkat bauran promosi yang memegang peranan penting dan tersendiri dalam proses komunikasi antara perusahaan dengan konsumen dalam pasar sasarannya, atau dengan kata lain 18 periklanan dapat dipandang sebagai kegiatan penawaran kepada suatu kelompok masyarakat baik secara lisan maupun dengan penglihatan (berupa berita) tentang suatu produk, jasa atau ide yang ditawarkan. 2.1.3.1 Tujuan atau Sasaran Periklanan Menurut Djaslim Saladin (2003:129) tujuan atau sasaran umum dari periklanan adalah sebagai berikut: a. Untuk menyampaikan informasi Misalnya memberi tahu pasar tentang politik menganjurkan cara penggunaan baru untuk produk tertentu menjelaskan cara kerja suatu produk, membangun citra perusahaan. b. Untuk membujuk Misalnya memilih merek tertentu, menganjurkan membeli merek tertentu, mengubah persepsi konsumen tentang ciri-ciri merek tertentu, membujuk pelanggan untuk membeli. c. Untuk mengingatkan Misalnya mengingatkan konsumen bahwa produk itu mungkin akan sangat dibutuhkan dalam waktu dekat, mengingatkan konsumen dimana membeli merek tersebut, menjaga agar pelanggan selalu ingat akan produk atau merek itu. d. Untuk pemantapan Berusaha untuk meyakinkan para pembeli bahwa dia mengambil pilhan yang tepat. 2.1.3.2 Langkah-Langkah Periklanan Menurut Kotler dan Keller Benyamin Molan (2009:244) dalam yang diterjemahkan oleh mengembangkan program periklanan, manajer-manajer pemasaran harus selalu memulai dengan mengidentifikasi pasar sasaran dan motif pembelian. Kemudian mereka dapat menangambil kelima keputusan utama dalam mengembangkan 19 program periklanan yang dikenal sebagai ”Lima M”. Langkah-langkah periklanan (5M) adalah sebagai berikut : 1. Apakah saja tujuan iklan tersebut (Mission) 2. Berapa banyak dapat dibelanjakan (Money) 3. Pesan apa yang seharusnya disampaikan (Message) 4. Media apa yang seharusnya digunakan (Media) 5. Bagaimana hasilnya seharusnya di evaluasi (Measurement) 2.1.3.3 Menyusun Pesan Periklanan Idealnya suatu pesan harus mendapat perhatian, menarik, membangkitkan keinginan dan menghasilkan tindakan. Lima masalah dalam menyusun pesan menurut Djaslim Saladin (2003 : 130) antara lain : 1. Isi pesan, dimana komunikator harus memperhitungkan apa yang harus disampaikan kepada khalayak sasaran supaya mendapat tanggapan yang diinginkan. Hal ini disebut juga Unique Selling Proposition (USP), yang artinya himbauan, tema, ide atau usulan penjualan yang unik. 2. Format pesan, yaitu format yang berisikan pokok berita, kalimatkalimat, ilustrasi dan warnanya. 3. Sumber pesan, dimana pesan-pesan yang akan disampaikan lebih persuasif sifatnya dan dapat dipercaya. 4. Perencanaan pesan, yaitu menciptakan beberapa alternatif pesan dan memilih yang terbaik. 5. Evaluasi dan seleksi pesan, yaitu mengevaluasi dan menyeleksi kualitas appeal yang menyehatkan. Dalam hal ini harus diperhatikan tentang tema dan appeal periklanan. Yang dimaksud dengan tema periklanan adalah kata-kata (slogan) dan amanat untuk konsumen. Sedangkan appeal yaitu apa yang menjadi daya tarik bagi konsumen. Appeal ini harus sesuai dengan motivasi 20 konsumen dalam membeli produk misalnya : rasa bangga, ambisi, ingin meniru, dan lain-lain. 2.1.3.4 Definisi Media Periklanan Menurut Basu Swasta (2002:257), media periklanan didefinisikan sebagai berikut: ”Media periklanan adalah sebuah lembaga yang mempunyai kegiatan usaha menciptakan dan menyelenggarakan media (alat komunikasi atau penerangan) yang ditujukan kepada orang banyak atau masyarakat umum”. Media penyampaian pesan iklan atau media periklanan memegang peranan penting dalam proses komunikasi. Tanpa media, pesan tidak akan sampai kepada kelompok audiens yang kita inginkan. Oleh karena itu memilih media yang tepat akan sangat menentukan apakah pesan yang ingin disampaikan kepada kelompok sasaran akan sampai atau tidak. 2.1.3.5 Jenis-jenis Media Periklanan Dalam mengkomunikasikan pesan iklan ke konsumen, seorang pemasar dapat menggunakan berbagai media periklanan. Djaslim Saladin (2003 : 134), mengklasifikasikan jenis-jenis media yang dapat dipakai untuk menyampaikan pesan iklan, diantaranya sebagai berikut : 1. Surat kabar, merupakan media yang luas dan tepat waktu dapat digunakan untuk meliputi satu atau beberapa pusat kota. Sekaligus bahkan sampai ke desa-desa, jadi jangkauannya lebih luas. Kelemahannya : daur hidup surat kabar sangat pendek. 2. Majalah, dapat mencapai pasar nasional dan biaya percalon pelanggan yang relatif murah dan dapat disajikan dalam berbagai warna dan bentuk. Majalah dibaca agak santai sehingga penyampaian pesan agak panjang. 21 Kelemahannya : tidak luwes dan jarang mencapai pasaran dibandingkan media lainnya. 3. Radio, merupakan media dimana pengiklan radio harus menciptakan sendiri keinginan pendengar dan hanya berkesan kepada pendengarnya, tetapi biasanya relatif rendah. Kelemahannya : radio tidak melakukan iklan secara visual. 4. Televisi, merupakan media yang paling serbaguna, karena dapat melakukan himbauannya secara audio visual. Sangat luwes dalam hal meliputi sasaran geografisnya serta waktu penyajian pesan, namun memerlukan biaya sangat mahal. Kelemahan : televisi tidak tepat untuk iklan panjang. 2.1.3.6 Dimensi Advertising Efektivitas iklan dapat diukur dengan menggunakan Epic model, Darmadi Durianto (2003). Epic model yang dikembangkan oleh AC Nielson, salah satu perusahaan peneliti pemasaran terkemuka di dunia, Epic Model dan mencakup empat dimensi kritis yaitu empathy, persuasion, impact, dan communication. Keempat Epic model tersebut dipaparkan sebagai berikut : 1. Empathy Empati memberikan informasi yang berharga tentang daya tarik suatu merek. Empati merupakan keadaan mental yang membuat seseorang mengidentifikasikan dirinya atau merasa dirinya pada keadaan perasaan atau fikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain, Kamus besar bahasa Indonesia, (1988;228). Empati melibatkan afeksi dan kognisi konsumen, menurut J.Paul Peter dan Jerry C Olson (1999), afeksi dan kognisi mengacu pada dua tipe tanggapan internal psikologis yang dimiliki konsumen terhadap rangsangan lingkungan dan kejadian yang berlangsung. Empat jenis tanggapan afektif yaitu emosi, perasaan khusus, suasana 22 hati dan evaluasi yang berbeda dalam tingkat intensitas dan daya improvisasinya. 2. Persuasive Persuasi menginformasikan apa yang dapat diberikan suatu iklan untuk meningkatkan atau penguatan karakter suatu merek, sehingga pemasang iklan memperoleh pemahan tentang dampak iklan terhadap keinginan konsumen untuk membeli serta memperoleh kemampuan suatu iklan dalam mengembangkan daya tarik suatu merek. Persuasi adalah perubahan kepercayaan, sikap, dan keinginan berperilaku yang disebabkan satu komunikasi promosi. Komunikasi promosi, seperti periklanan, yang dapat mempengaruhi konsumen dapat menggunakan 2 proses kognitif, yaitu : “jalur sentral” dan “jalur periferal” menuju persuasi. Proses persuasi yang akan dipakai ditentukan dengan tingkat keterlibatan konsumen dalam pesan produk (Peter dan Olson, 1996). 3. Impact Impact menunjukan apakah sutau merek dapat terlihat menonjol dibandingkan merek lain pada kategori yang serupa dan apakah suatu iklan mampu melibatkan konsumen dalam suatu pesan yang disampaikan. Dampak (Impact) yang diinginkan hasil iklan adalah jumlah pengetahuan produk yang dicapai konsumen memalui tingkat keterlibatan konsumen dengan produk dan atau proses pemilihan. Konsumen memiliki tingkat pengetahuan produk yang berbeda-beda, yang dapat digunakan untuk informasi baru dan membuat pilihan pembelian. menerjemahkan 23 4. Communication Komunikasi memberikan informasi tentang kemampuan konsumen dalam mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahaman konsumen, serta kekuatan kesan yang ditinggalkan pesan tersebut. Perspektif pemrosesan kognitif adalah inti untuk mengembangkan strategi pemasaran yang berhasil yang merupakan permasalahan komunikasi. Proses dimulai ketika sumber komunikasi promosi menentukan informasi apa yang harus dikomunikasikan, kemudian meng-ekoding pesan tersebut dalam bentuk simbol-simbol yang paling tepat (menggunakan kata, gambar, atau tindakan). 2.1.4 Word of Mouth Communication Word of Mouth Communication adalah pencarian informasi yang dilakukan oleh masyarakat melalui opinion leader. Berikut ini adalah definisi word of mouth communication menurut John Mowen dan Michael Minor yang diterjemahkan oleh Dwi Kartini Yahya (2002:180):“Word of mouth communication adalah pertukaran komentar, pemikiran, atau ide-ide diantara dua konsumen atau lebih yang tak satupun sumber pemasaran.” Kebanyakan proses komunikasi antar manusia adalah dari mulut ke mulut. Mungkin sebenarnya pengetahuan atas berbagai macam merek produk lebih banyak disebabkan adanya komunikasi dari mulut ke mulut. Hal ini terjadi karena informasi dari teman akan lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan informasi yang diperoleh dari iklan, selain itu informasi dari teman, tetangga atau keluarga akan mengurangi resiko pembelian karena narasumber tersebut pasti sudah pernah menggunakan produk yang diperbincangkan dan dapat mengurangi pencarian informasi. Studi yang dilakukan oleh Katz dan Lazarsfed yang dikutip oleh Sutisna (2003:184) menemukan bahwa komunikasi melalui WOM adalah paling penting dalam mempengaruhi pembelian barang-barang konsumsi dan 24 barang-barang peralatan rumah tangga. Dalam penelitian ini WOM dua kali lebih efektif dalam mempengaruhi pembelian dibandingkan dengan iklan di radio, empat kali dibandingkan dengan penjualan pribadi dan tujuh kali dibandingkan dengan iklan di majalah dan koran (Assael:1992). Adapun beberapa faktor yang dapat dijadikan dasar motivasi bagi konsumen untuk membicarakan mengenai produk, Sutisna (2003:185) yaitu: 1. Seseorang mungkin begitu terlibat dalam suatu produk tertentu dan bermaksud membicarakan mengenai hal itu dengan orang lain, sehingga terjadi proses word of mouth communication. 2. Seseorang mungkin banyak mengetahui mengenai produk dan menggunakan percakapan sebagai cara untuk menginformasikan kepada yang lain 3. Seseorang mungkin mengawali suatu diskusi dengan membicarakan suatu yang keluar dari perhatian utama diskusi 4. Word-of-mouth merupakan satu cara untuk mengurangi ketidakpastian, karena dengan bertanya kepada teman, tetangga atau keluarga, informasinya lebih dapat dipercaya sehingga akan mengurangi waktu penelusuran dan evaluasi merek. 2.1.4.1 Alasan Penggunaan WOM Ada beberapa alasan atau kemungkinan mengapa konsumen melakukan komunikasi dari mulut ke mulut seperti yang dikemukan oleh Peter Olson (2005:242) di alih bahasakan oleh Ristiyanti Prasetijo & Jhon J.O.I Ihalauw ialah sebagai berikut : 1. Calon konsumen bisa terpicu untuk menyadari kebutuhan akan kategori produk atau produk yang dikomunikasikan. 2. Calon konsumen menyadari akan adanya merek yang di komunikasikan. 3. Calon konsumen bisa bersifat positif terhadap merek atau produk yang di komunikasikan 25 4. Calon konsumen bisa mempunyai maksud untuk membeli merek atau produk yang di komunikasikan 5. Calon konsumen bisa menunjukan berbagai macam perilaku untuk membeli merek tersebut (seperti pergi ke toko, mencari merek tersebut di toko, atau bertanya kepada pramuniaga di toko tersebut). 2.1.4.2 Faktor yang mempengaruhi WOM Menurut Ristiyanti Prasetijo & Jhon J.O.I Ihalauw (2005:255), ada empat faktor yang mempengaruhi dari mulut ke mulut, faktor-faktor tersebut adalah : a. Sumber Informal, misalnya teman, keluarga, tetangga, teman sekerja, dan lain-lain, yang secara teratur berkomunikasi itu menyebutkan suatu bentuk informasi suatu produk atau jasa. b. Sumber formal termasuk wakil organisasi-organisasi formal atau perusahaan, seperti salesman, juru bicara perusahaan. c. Sumber impersonal komersial maupun biasanya non organisasi-organisasi komersial (non profit) baik seperti manufaktur, institusi, pemerintah, dan lain-lain yang ingin mempromosikan ide-ide produk, jasa, atau organisasi kepada konsumen, dimana sebagai pndorong bagi konsumen untuk melakukan komunikasi dari multu ke mulut. d. Sumber interpersonal, biasanya para konsumen mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk di bujuk oleh tenaga penjual yang mampu menimbulkan keyakianan dan memberikan kesan jujur. 26 2.1.4.3 Proses Komunikasi Word of Mouth Communication Proses komunikasi WOM dimulai dari informasi yang disampaiakn melalui media masa, kemudian informasi itu ditangkap oleh pemimpin opini yang mempunyai pengikut dan pengaruh, kemudian informasi yang di tangkap oleh pemimpin opini disampaikan kepada pengikutnya melalui informasi dari mulut ke mulut. Untuk lebih jelasnya penulis menyajikan gambar proses komunikasi WOM dibawah ini : Gatekeeper Mass Media Opinion Leader Follower Gambar 2.2 Proses Komunikasi WOM Sumber : Sutisna (2003:192) Proses komunikasi WOM dimulai dari informasi yang disampaikan melalui media, kemudian informasi tersebut ditangkap oleh opinion leader dan gatekeeper yang berfungsi sebagai pengumpul informasi dan pengikut.Pada model ini dapat mengakses informasi dari berbagai sumber baik langsung maupun tidak langsung. 2.1.4.4 Dimensi Word-Of-Mouth Word-of-mouth pada dasarnya adalah komunikasi informasi tentang produk atau jasa, berbeda dengan komunikasi formal, karena dalam komunikasi informal pembicara cenderung bertindak sebagai seorang teman yang lebih persuasif. Pengaruh seseorang dalam wordof-mouth sangat kuat karena informasi dari sumber word-of-mouth relatif dipercaya dan terpercaya, selain itu bisa mengurangi resiko 27 dalam keputusan pembelian. Dimensi Word-of-Mouth menurut Rosiana (2011) : 1. Cerita positif, adalah keinginan konsumen untuk memberitakan atau menceritakan hal-hal positif mengenai produk yang dikonsumsinya kepada orang lain. 2. Rekomendasi, adalah keinginan konsumen untuk memberikan rekomendasi kepada orang lain yang membutuhkan informasi mengenai produk yang berkualitas. 3. Ajakan, adalah kesediaan konsumen untuk mengajak orang lain agar menggunakan produk yang telah dikonsumsinya. 2.1.5 Perceived Quality Zeithaml dalam Yoo, Donthu, Lee (2000:197) mendefinisikan perceived quality sebagai penilaian subjektif konsumen tentang sebuah produk secara keseluruhan tentang kebaikan atau keunggulannya. Pengalaman pribadi akan sebuah produk, kebutuhan yang unik dan situasi saat mengkonsumsi produk dapat mempengaruhi penilaian subjektif konsumen tentang kualitas. Monroe dan Krishnan dalam Dodds, et al.,(1991:308) mendefinisikan perceived quality sebagai kepercayaan atau keyakinan secara keseluruhan dari kebaikan yang diterima dari sebuah produk atau merek. Durianto (2001:26) perceived quality dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Isyarat ekstrinsik akan membentuk Perceived quality dari suatu produk atau jasa dapat menentukan nilai dari produk atau jasa tersebut dan berpengaruh secara langsung kepada keputusan pembelian konsumen dan loyalitas mereka terhadap merek. Perceived quality yang positif akan mendorong keputusan pembelian dan menciptakan loyalitas terhadap produk tersebut. Karena perceived quality merupakan persepsi konsumen maka dapat diramalkan jika perceived quality pelanggan negatif, produk tidak akan disukai dan tidak akan bertahan lama di pasar. Sebaliknya, jika perceived quality pelanggan positif, produk akan disukai. 28 2.1.5.1 Dimensi Perceived Quality Dimensi-dimensiperceived quality menurut pendapat David A.Garvin dalam Durianto (2001:98-99) yaitu : 1. Kinerja Melibatkan berbagai karakteristik operasional utama, misalnya karakteristik operasional mobil adalah kecepatan, akselerasi, system kemudi, serta kenyamanan. Karena faktor kepentingan pelanggan berbeda satu sama lain, seringkali pelanggan mempunyai sifat yang berbeda dalam menilai atribut-atribut kinerja ini. kecepatan akan diberi nilai tinggi oleh sebagian pelanggan, namun dianggap tidak relevan atau dinilai rendah oleh sebagian pelanggan lain yang lebih mementingkan atribut kenyamanan. 2. Pelayanan Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan kepada produk tersebut. Misalnya mobil merek tertentu menyediakan pelayanan kerusakan atau service mobil 24 jam diseluruh dunia. 3. Ketahanan Mencerminkan umur ekonomis dari produksi tersebut.Misalnya mobil merek tertentu yang memposisikan dirinya sebagai mobil tahan lama walau telah berumur 12 tahun, tetapi masih berfungsi dengan baik. 4. Keandalan Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu pembelian ke pembelian berikutnya. 5. Karakteristik Produk Bagian-bagian tambahan dari produk (features), seperti remote controll sebuah video, tape deck, system WAP untuk ponsel. Penambah ini biasanya digunakan sebagai pembeda yang penting ketika dua merek terlihat hampir sama. Bagian-bagian tambahan ini memberikan penekanan bahwa perusahaan memahami kebutuhan pelanggan yang dinamis sesuai perkembangan. 29 6. Kesesuaian dengan spesifikasi. Merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufaktur (tidak ada cacat produk) sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji. Misalnya sebuah mobil pada kelas tertentu dengan spesifikasi yang telah ditentukan seperti jenis dan kekuatan mesin, pintu, material untuk pintu mobil, ban, system pengapian dan lainnya. 7. Hasil Mengarah kepada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam dimensi sebelumnya. Jika perusahaan tidak dapat menghasilkan “hasil akhir” produk yang baik maka kemungkinan produk tersebut tidak akan mempunyai atribut kualitas lain yang penting. 2.2 Perilaku Konsumen Konsumen memiliki perilaku yang berbeda dalam memenuhi kebutuhannya, oleh karena itu seorang pemasar harus mengerti bagaimana perilaku konsumen agar dapat menentukan cara yang paling tepat untuk menjual dan mengembangkan produk yang akan memuaskan konsumen dan sekaligus memperoleh laba. Perilaku ini mengantarkan kosumen kedalam proses keputusan pembelian. Terdapat berbagai definisi mengenai perilaku konsumen antara lain seperti yang dikemukakan oleh Hendri Ma’ruf (2006:50), yaitu:“Perilaku konsumen adalah proses yang terjadi pada konsumen ketika ia memutuskan membeli, apa yang dibeli, dimana, kapan, dan bagaimana membelinya”. Menurut Prasetijo dan Ihalaw (2005:9) yang diterjemahkan dari Schiffman dan Kanuk, perilaku konsumen adalah:“Proses yang dilalui oleh seorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan”. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan, perilaku konsumen itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses penagambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa yang dipengaruhi oleh rangsangan atau stimulus dari lingkungannya dan merupakan aktivitas manusia yang 30 meliputi kegiatan mencari, kegiatan membeli, kegiatan menggunakan, kegiatan mengevaluasi dan menilai tingkat kepuasan sehingga akhirnya menjurus pada citra. 2.2.1 Purchase Intention Merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek. Purchase Intention juga merupakan minat pembelian ulang yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang (Assael, 1998) dalam Tony Wijaya. Banyak sekali factor yang dapat mempengaruhi konsumen untuk pembelian ulang suatu produk yang telah dikonsumsinya. Faktor yang paling menonjol adalah faktor kepuasan yang bukan hanya berasal dari baiknya kualitas produk tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti pelayanan pada saat dan sesudah pembelian, cara pembayarandanlain-lain.Tahapan terakhir dari pengambiian keputusan secara kompleks termasuk membeli merek ysng diinginkan, mengevaluasi merek tersebut pada saat dikonsumsi dan menyimpan informasi ini untuk digunakan dimasa yang akan dating.Beberapa pengertian dari intensitas (Setyawan dan Ihwan, 2004) adalah sebagai berikut: 1)Intensitas dianggap sebagai sebuah perangkap atau perantara antara factorfaktor motivasional yang mempengaruhi perilaku. 2)Intensitas juga mengindentifikasikan seberapa jauh seorang mempunyai kemauan untuk mencoba. 3)Intensitasmenunjukkan pengukuran kehendak seseorang. 4) Intensitas berhubungan dengan perilaku yang terus menerus. Pengertian Purchase Intention menurut para ahli : Purchase intention adalah kecenderungan untuk membeli sebuah merek dan secaraumum berdasarkan kesesuaian antara motif pembelian dengan atribut atau karakteristikdari merek yang dapat dipertimbangkan (Belch, 2004). Menurut Busler (2000), purchase intention dapat diukur melalui dimensi likelyyakni rencana pembelian konsumen terhadap suatu produk, definitely would 31 mengacukepada kepastian konsumen dalam suatu produk, dan probable mengacu padakemungkinan konsumen dalam membeli suatu produk. Menurut Engel (2002), Purchase intention terkait dengan 2 (dua) kategori yaitukategori pertama purchase intention terhadap produk dan merek atau biasa disebut fullyplanned purchase, kemudian kategori kedua yakni purchase intention terhadap kategoriproduk saja atau biasa disebut planned purchase meskipun pilihan terhadap merek dibuatpada saat pembelian (point of sales). Menurut Engel, Kollat, dan Blackwellyang dikutip dari Lin dan Lin (2007) PurchaseIntention adalah “process used to evaluate consumer decision making”. Peter dan Olson (2002)mendefinisikan Purchase Intention adalah“based on consumer attitude toward buying abrand”. Sedangkan menurut Kotler (2000)definisi Purchase Intention adalah “consumerbehaviour occur when consumer stimulated byexternal factors and cometo purchase decisionbased their personal characteristics and decisionmaking process”. Model AIDA merupakan unsur daripadapurchase intention seperti yang dijelaskan olehKotler (2000). Model AIDA terdiri: (1) Attention.Keterkaitan konsumen dan produk, dalam halini di mana perusahaan dapat menaruh perhatian konsumen dengan melakukan pendekatanagar konsumen menyadari keberadaan produkdan kualitasnya. (2) Interest. Kepekaan konsumen terhadap produk, dalam tahap ini konsumenditumbuhkan dan diciptakan rasa ketertarikanterhadap produk tersebut. Perusahaan berusahaagar produknya mempunyai daya tarik dalamdiri konsumen, sehingga konsumen memilikirasa ingin tahu yang dapat menimbulkan minatnya terhadap suatu produk. (3) Desire. Keinginankonsumen untuk mencoba dan memiliki produktersebut, rasa ingin tahu konsumen terhadapproduk tersebut diarahkan kepada minat untukmembeli. (4) Action. Tindakan konsumen untukmengambil keputusan melakukan pembelian. Menurut Lin dan Lin (2007), Sebelumpembelian, konsumen mulai dengan mengumpulkan informasi produk berdasarkan pengalamanpribadi dan eksternal lingkungan. Ketika jumlahinformasi mencapai tingkat tertentu, konsumenmemulai penilaian dan proses evaluasi, danmembuat keputusan pembelian setelah perbandingan dan penilaian. Oleh karena itu, niat belisering digunakan untuk menganalisis perilakukonsumen dalam studi terkait. 32 Intensi didefinisikan sebagai kemungkinan subyektif individu untuk melakukan suatu perilaku (Gunter & Furnham dalam Haryanto, 2009). Intensi juga merupakan unit dasar dalam jaringan rencana yang akan muncul ketika seorang individu hendak melakukan suatu aktivitas kognitif yang berorientasi kepada masa depan, seperti perencanaan, berangan-angan, perenungan, dan simulasi mental (Rook, 1987). Menurut Soderlund dan Ohman dalam Haryanto (2009), Intensi terbagi menjadi tiga jenis konstruk yaitu : 1. intensi sebagai harapan 2. intensi sebagai rencana 3. intensi sebagaikeinginan. 2.2.1.1 Perilaku Pasca Pembelian Setelah melakukan pembelian, konsumen akan mengalami level kepuasan dan ketidakpuasan. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk dibeli.Para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian. Proses keputusan pembelian konsumen menurut Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molan (2009:235) adalah sebagai berikut: a. Kepuasan pasca pembelian Konsumen mendasarkan harapannya kepada informasi yang mereka terima tentang produk.Jika kenyataan yang mereka dapat ternyata berbeda dengan yang diharapakan, maka mereka merasa tidak puas. Bila produk tersebut memenuhi harapan, mereka akan merasa puas. b. Tindakan pasca pembelian Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi perilaku konsumen selanjutnya jika konsumen tersebut puas, ia akan menunjukan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. Para pelanggan yang tidak puas mungkin akan membuang atau mungkin mengembalikan produk tersebut. Pemasar dapat menggunakan berbagai cara untuk mengurangi ketidak puasan 33 ini.Komunikasi pasca pembelian dengan pembeli telah terbukti menghasilkan penurunan pengembalian produk dan pembatalan pesanan. Selain itu juga merupakan cara yang sangat tepat untuk mempertahankan pelanggan. Misalnya dengan sistem saran, mengirim sepucuk surat atau menelpon orang yang telah membeli produknya. 2.2.1.2 Dimensi Purchase Intention 2.3 1. Kepuasan pasca pembelian. 2. Tindakan pasca pembelian. Kerangka Pemikiran H7 H4 ADVERTISING (X1) H1 PERCEIVED QUALITY (Y) H3 H6 PURCHASE INTENTION (Z) H2 WORD OF MOUTH (X2) H5 Gambar 2.4 Paradigma Penelitian Sumber : Pengolahan Data, 2014 2.3.1 Hipotesis H1 Ada pengaruh antaraadvertising terhadap perceived quality pada PT. Gzox Indonesia H2 Ada pengaruh antara word-of-mouth terhadap perceived quality pada PT. Gzox Indonesia H3 Ada pengaruh antara advertising dan word-of-mouthsecara simultan terhadap perceived quality pada PT. Gzox Indonesia 34 H4Ada pengaruh antara advertising terhadap purchase intention pada PT. Gzox Indonesia H5 Ada pengaruh antara word of mouth terhadap purchase intention pada PT. Gzox Indonesia H6Ada pengaruh antara perceived quality terhadap purchase intention pada PT. Gzox Indonesia H7Ada pengaruh antara advertising, word-of-mouth, dan perceived quality secara simultan terhadap purchase intention pada PT. Gzox Indonesia